6 kesehatan gigi dan mulut. Higienitas keluarga ini kurang, hal ini dikarenakan
tindakan adanya fasilitas MCK yang tersedia dan kurangnya ventilasi untuk masalah kesehatan, apabila anggota keluarga Bapak Ketut Kerna sakit , umumnya
akan mencari pelayanan kesehatan di Bidan Desa.
1.2.2.2 Kesehatan
Bapak Ketut Kerna memilki penyakit struk yang dideritanya sekitar hampir tiga tahun, yang mana setelah satu tahun menjalani pengobatan fisioterapi
diberhentikan oleh dokter yang menangani. Selain itu, Bapak Ketut Kerna juga menderitam epilepsi dan vertigo sekitar hampir dua tahun, kadar ke normal
sperma 60 serta terakhir belakangan ini terdapat bercak-bercak pada paru- parunya sehingga beliau dirawat inap selamat empat hari di Rumah Sakit Umum
Bangli. Istri Pak Ketut Kerna menderita retrofeksi dan hipertensi, yang mana Beliu tidak meminum obat hipertensi tetapi hanya meminum susu anline aktive
yang segelas diminum mereka berdua. Bapak dari Ketut Kerna menderita hipertensi dan asam urat sehingga harus sering kontrol ke dokter atau bidan desa.
Kakak dari Bapak Ketut Kerna menderita epilepsi semenjak beliau mengalami kecelakan di daerah kayang Bangli sudah beberapa lama beliau tidak meminum
obat epilepsi sehingga sewaktu-waktu bisa kumat dan juga ketika salah makan penyakit epilepsi pun kambuh. Nenek Beliau menderita penyakit yang bisa
diderita oleh para manula. Hanya Bapak Ketut Kerna dan Istri saja yang memiliki Jaminan Kesehatan yaitu BPJS, sehingga agak meringankan dalam pengobatan
Bapak Ketut Kerna. Dengan pengeluaran untuk kesehatan yaitu untuk pengobatan Bapak Ketut Kerna yakni Rp.750.000, pengobatan rutin anggota keluarga yang
lain minimal Rp. 600.000,00.
1.2.2.3 Sosial budaya
Untuk biaya sosial, keluarga bapak Ketut Kerna memiliki keperluan- keperluan sosial yang diperlukan, seperti iuran banjar, uang untuk warga yang
memiliki duka sakit, kematian, ngaben, uang untuk hadiah apabila terdapat
7 warga yang punya hajatan, untuk upacara adat dan sebagainya, namun biaya-
biaya tersebut sifatnya tidak rutin dikeluarkan setiap bulannya. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan adat di banjarnya yaitu: Iuran Banjar sebesar Rp.
50.000 tetapi itupun tergantung dari besar acara banjar nantinya, untuk iuran di pura yaitu Rp. 300.000, Untuk iuran pengabenan atau adat lainnya paling besar
mengeluarkan Rp.1.000.000,00. Untuk kerohani atau membuat banten sehari-hari terutama saat Purnama,Tilem, Kajeng Kliwon sebesar Rp. 30.000,00.
8
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH