BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdirinya pos di Indonesia diawali oleh kedatangan bangsa Belanda yang merasa perlu mengadakan komunikasi melalui surat dengan
negerinya. Sebelum menjadi PT. Pos Indonesia, perusahaan pos di Indonesia mengalami berbagai perubahan bentuk perusahaan.
a. Pos pada Masa Penjajahan Belanda Kedatangan bangsa Belanda menyebabkan adanya surat menyurat
dengan negerinya. Pada penjajahan Belanda kebutuhan surat menyurat antar Indonesia–Belanda sudah meningkat. Cornelis de Houtman saat
kedatangannya pada tahun 1596 membawa surat untuk raja Banten, itulah surat pertama kali yang datang di Indonesia dari negeri Belanda.
Pada masa penjajahan Belanda, pengiriman surat harus dilakukan dengan menyerahkan surat dalam “Kotak Umum” algemeene doose
di Jakarta. Surat yang masuk dibaca oleh kepala pembelian opperkoopman, isinya dicatat secara singkat dan dimasukkan ke
dalam buku “Patria”. Sebaliknya bila ada surat dari Belanda, tentang kedatangannya dicatat dalam sebuah daftar yang diadakan oleh juru
sita. Dengan cara demikian mereka yang mengharapkan menerima surat dari Belanda dapat melihat dalam daftar tersebut. Surat yang
telah masuk dalam “Kotak Umum” akan dikirim dengan kapal layar ke berbagai pulau. Surat yang telah dikirim dan yang masih disangsikan
apakah sampai kepada si alamat, di susul dengan surat duplikat. Kantor pos pertama didirikan di Jakarta oleh Gubernur Jendral G.W.
Baron Van Imhoff tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk. Pengurus kantor pos terdiri
dari 2 orang “post meester” yang disumpah dan dibantu dengan 2 orang kerani klerk yang disumpah pula, termasuk juga beberapa
pengantar. Setelah didirikan kantor pos di Jakarta, maka 4 tahun kemudian
didirikan kantor pos di Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat
pengirimannya. Rute yang digunakan adalah Krawang, Cirebon dan Pekalongan. Setelah didirikan kantor pos Semarang terdapat
perhubungan pos yang lebih teratur antara Jakarta – Priangan dan antara Semarang dengan kerajaan-kerajaan di Surakarta dan
Yogyakarta. b. Pos pada Masa Kepemimpinan Daendels Perancis
Pada masa ini dibuat jalan Pos Raya sepanjang 1000 Km dari Anyer ke Panarukan atas kebijakan Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels. Pembuatannya dilaksanakan tahun 1809 yang dapat diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Jalan Pos Raya ini menggunakan
transportasi kuda pos. Di jalur ini terdapat 14 stasiun pos dimana kuda
pos diganti disetiap stasiunnya dan akan melanjutkan pengiriman surat ke tempat tujuan.
c. Pos pada Masa Pemerintahan Inggris di bawah Raffles Penunjukan Thomas Stamford Raffles menjadi “Lieutenant Governor
of Java and its Dependences” pada tanggal 11 September 1811 mempunyai ciri khas yang membawa perubahan baru dalam perposan
di Indonesia. Dalam pemerintah ini, “Reglement Pos” mengalami perubahan, peraturan yang baru tercantum dalam “Regulation for the
Post Establisment on the Island of Java”. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa ongkos kirim harus dibayar dimuka, bila tidak
dibayar dimuka maka pada surat dibubuhi kata “Bearing Postage” tidak diperangkoi. Ongkos yang belum dibayar dicantumkan pada
sampul surat, dan ongkos bayar ditagih kepada yang menerima surat. Bersamaan dengan ditemukannya telepon dan telegraph, maka tahun
1906 terbentuklah Post Telegraf and Telefoon Diensts atau disingkat PTT.
d. Pos pada Masa Penjajahan Jepang Jawatan PTT selama pendudukan Jepang terpecah mengikuti struktur
organisasi pemerintah militer Jepang, sehingga pada masa itu terdapat jawatan PTT Sumatra, Jawa dan Sulawesi. Kantor pusat PTT untuk
Jawa dan Madura berkedudukan di Bandung, untuk Sumatra di Shonanto Singapura dan untuk Sulawesi di Makasar. Jawatan PTT
selama pemerintah militer Jepang dikelola untuk kepentingan pemerintah militer Jepang. Tanggal 1 Oktober 1942 organisasi jawatan
PTT dipecah menjadi jawatan Pos dan Jawatan Telegrap Telepon. 1 September 1943 jawatan PTT disatukan kembali. Kemudian setelah
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu tanggal 14 Agustus 1945, maka tanggal 27 September 1945 berdirilah jawatan PTT RI yang
ditandai dengan pengambilalihan kantor pusat PTT di Bandung oleh angkatan muda PTT dari pemerintah militer Jepang.
e. Pos sebagai Perusahaan Negara Tahun 1961 berdasar Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961, status
jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi.
Tahun 1965 Perusahaan
Negara Pos
dan Telekomunikasi dibagi menjadi 2 yaitu PN Pos dan Giro berdasar
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1965 dan PN Telekomunikasi berdasar Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1965. Kemudian tahun
1978, berdasar Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1978 status PN Pos dan Giro diubah menjadi Perum Pos dan Giro.
f. Pos sebagai Persero
Sesuai dengan dasar hukum UU No. 1 tahun 1995 tentang perusahaan Perseroan, maka tanggal 20 Juni 1995 melalui Peraturan Pemerintah
RI No. 5 tahun 1995 Lembaran Negara RI tahun 1995 Nomor 11, Perusahaan Umum Perum Pos dan Giro berubah bentuk menjadi
Perusahaan Perseroan Persero. Anggaran dasar PT Pos Indonesia Persero telah tercantum dalam akta notaris Sutjipto, SH No. 117
tanggal 20 Juni 1995 tentang pendirian Perusahaan Persero PT. Pos
Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan akta notaris Sutjipto, SH No. 89 tanggal 21 September 1998 dan nomor 111 tanggal 28 Oktober
1998.
2. Visi dan Misi Perusahaan