PERLINDUNGAN KAWASAN HUTAN NEGARA DI LOMBOK UTARA (Studi Tentang Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional BPN Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang)

(1)

PERLINDUNGAN KAWASAN HUTAN NEGARA DI LOMBOK UTARA (Studi Tentang Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan

Pertanahan Nasional BPN Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Ahmad Agus Amrin 201010050311050

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Vina Salviana, Ds. M. Si 2. Drs. Jainuri, M.Si

JURUSAN ILMU PMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Ahmad Agus Amrin

NIM : 201010050311050 Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Judul Skripsi : KONFLIK AGRARIA (Studi Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang).

Telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 26, April 2014

Tempat : Ruang Baca Jurusan Ilmu Pemerintahan

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Dewan Penguji :

1. Drs. Krishnohadi, MA (...) 2. Yana Syafriyana, S. IP, M.IP (...) 3. Dr. Vina Salviana DS, M.Si (...) 4. Drs. Jainuri, M.Si (...)


(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Agus Amrin NIM : 201010050311050 Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: KONFLIK AGRARIA (Studi Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang). adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 26 April 2014 Yang menyatakan,

Ahmad Agus Amrin


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Ahmad Agus Amrin NIM : 201010050311050 Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Judul Skripsi : KONFLIK AGRARIA(Studi Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang).

Disetujui, Pembimbing I

Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Pembimbing II

Drs. Jainuri, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Yunan Firdaus H

NIM : 09220200

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : KONFLIK AGRARIA(Studi Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang).

Pembimbing :1.Dr. Vina Salviana DS, M.Si 2. Drs. Jainuri, M.Si.

Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan

I II

Tanggal 07 – 07 – 2013 ACC Judul

Tanggal 12 – 12 – 2013 ACC Proposal

Tanggal 24 – 12 – 2013 Seminar Tanggal 12 – 01 – 2014 ACC Bab I,II,III

Tanggal 11 – 03 – 2014 ACC Bab IV

Tanggal 14 – 03 – 2014 ACC Bab V

Tanggal 28 – 03 – 2014 ACC Bab VI

Tanggal 11 – 04 – 2014 ACC Ujian

Malang, 12 April 2014 Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Vina Salviana DS, M.Si Drs. Jainuri, M.Si


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillahhisyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan nikmat kesehatan kepada hambamu ini. Nikmat yang engkau berikan memberikan kekuatan kepada hambamu ini untuk menyelesaikan tugas akhirku yang berjudul KONFLIK AGRARIA(Studi Tentang Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi LahanWargaOleh Pihak Badan Pertanahan Nasional BPN Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang).

Tidak lupa kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang memberikan contoh untuk selalu berjuang dan semangat dalam menjalankan tugas yang diberikan. Tauladan Rasulullah memberikan saya motivasi untuk terus bisa menyelesaikan tugas ini dengan penuh kesabaran dan ikhtiar. Alhamdulillah dengan tauladannya tersebut bisa memberikan saya semangat untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 saya dengan penuh makna perjuangan.

Ungkapan Terima Kasi sepanjang masa kepada dua cahaya dalam hidupku Ibu dan Ayah yang memberikan waktu kepada anakmu ini selama 7 tahun untuk menempuh pendidikan yang begitu jauh dari rumahmu. Kesabarannya dan motivasi yang mereka berikan merupakan suatu anugerah yang telah diberikan oleh Allah untuk mendidik anak seperti saya ini. Tak lupa juga untuk Mbaku Maemanah dan kakak ku Ihdas Amir yang sabar kepadaku yang selalu merepotka nmeminta dikirimkan uang setiap minggunya. Dan tidak lupa juga keponakan pertamaku Askana Sakhi Soleha, cepat besar menjadi cantik dan pintar.

Selama proses penyusunan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada saya. Sebagai ungkapan syukur, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov, selaku KetuaJurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammdiyah Malang

4. Yana Syafriyana Hijri, S. IP, M. IP, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan


(7)

5. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M. Si, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Jainuri M. Si, selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan kesabaran dan ketelatenan dalam membimbing, memotivasi dan mengarahkan peneliti selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan Ilmu Pemerintah yang telah memberikan Ilmu dan pengalaman yang begitu banyak sampai-sampai saya mengetahui apa arti sebuah perjuangan terutama kepada Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M. Si, BapakSalahudin, M. Si, Bapak Imam Hidajat, MM, Bapak Krishnohadi, MA.

7. Teman-teman seperjuangan THE KOS yang selalu rame (Indra Jaya, Ibrohim, Toni, Ulum, Vian, Hendi, sidik, bibin, kana, Afri, ferdi dan bule Vietnam Feng). Terimakasi waktu saya sakit kalian perduli dengan penderitaanku. 8. Teman-temanku dan sahabat-sahabatku dibangku kuliah (Nanda, Madya,

Anggono, Zaky, Andi, Ayu, Erna, Mas Tarno, dan Agung) serta teman-temanku Ilmu Pemerintahan 2010. Terimakasih atas doa kalian dan jangan pernah merepotkan saya terus ya. Semoga kalian cepat sukses dan tetap saling mengingat.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Atas segala bantuan dan jasanya, peneliti hanya bisa berharap semoga amal semua pihak mendapat ridho dan imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan dan kekurangan, saya persembahkan karya tulis ini kepada siapapun yang membutuhkannya. Kritik konstruktif dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan untuk penyempurnaan karya-karya saya selanjutnya. Terimakasih.

Wassaluamu’alaikumWr.Wb.

Malang, 12 Mei 2014 Penulis

Ahmad Agus Amrin


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Pernyataan Orisinalitas... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Persembahan ... v

Abstraksi ... vi

Abstraksi ... Viii Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

1. Konflik Agraria ... 8

2. Sertifikasi Lahan ... 10

3. Badan Pertanahan Nasional... 11

4. Hutan Negara ... 11

F. Definisi Operasional... 12

G. Metode Penelitian... 13 BAB II

Tinjauan Pustaka


(9)

A. Konflik Agraria ... 19

1. Pandangan Tentang Konflik ... 19

2. Teori Konflik Ralhf Dahrendrof ... 22

3. Model Konflik ... 27

4. Penanganan Konflik ... 31

5. Konflik Grid ... 33

6. Konflik Agraria ... 36

B. Sertifikasi Tanah ... 40

1. Proses Sertifikasi Tanah ... 40

2. Implementasi Sertifikasi Lahan... 43

C. Hutan Negara ... 46

1. Arti Hutan Negara ... 46

2. Pentingnya Hutan Negara ... 48

3. Hutan Negara dan Kesejahteraan Masyarakat ... 49

BAB III Deskripsi Wilayah A. GambaranUmumKabupaten Lombok Utara ... 51

1. Sejarah Singkat Kabupaten Lombok Utara ... 51

2. Lambang Kabupaten Lombok Utara ... 54

3. Visi dan Misi ... 56

4. Kondisi Geografis ... 57

B. Gambaran Umum Badan Pertanahan Lombok Utara ... 64

1. Profil Singkat Badan Pertanahan Lombok Utara ... 64

2. Visi dan Misi ... 65

3. Struktur Jabatan Badan Pertanahan Lombok Utara ... 66

4. Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Lombok Utara ... 67

C. Dinas Kehutanan Lombok Utara ... 68

1. Gambaran Umum Dinas Kehutanan ... 68

2. Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan ... 71


(10)

3. Kedudukan danTupoksi ... 72

4. Struktur Organisasi dan Perkebunan ... 74

BAB IV Hasil Penelitian dan Analsis Data A. Pengantar ... 75

B. Seting Konflik ... 77

1. Kronologi Perolehan Hak Atas Tanah Oleh Warga Dusun Badung ... 77

2. Proses Administrasi Pertanahan / Kadester/ Pencatatan Pendaftaran/ Pendaftaran Hak Atas Tanah. ... 81

3. Pemanfaatan Tanah ... 82

4. Pendaftaran Ulang Untuk Proses Sertifikasi ... 83

C. Memahami Konflik Agraria di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang. ... 96

D. Faktor Penyebab Konflik dan Solusi Konflik ... 104

1. Faktor Penyebab Konflik ... 104

2. Akibat Konflik Agraria Di Dusun Badung ... 110

3. Solusi Apa Yang Diberikan Oleh Pihak Badan Pertanahn Nasional Dan Dinas Kehutanan Lombok Utara. ... 113

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN ... 124


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sketsa Pertentangan Teori Fungsionalisme dan Teori Konflik ... 24

Tabel 2 Konflik Grid Robert R. Blake dan Jane S. Mouton ... 34

Tabel 3 Luas Kabupaten Lombok Utara Menurut Kecamatan ... 58

Tabel 4 Ketinggian Permukaan Laut di Kabupaten Lombok Utara ... 60

Tabel 5 Tingkat Kemiringan Tanah di Kabupaten Lombok Utara Dirinci Per Kecamatan... 61

Tabel 6 Rincian Sungai Menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara ... 62

Tabel 7 Angka Kepadatan Penduduk dan Jumlah Penduduk dirinci Menurut JenisKelaminPer-Kecamatan Di Kabupaten Lombok Utara, 2011 ... 63

Tabel 8 Jumlah Penduduk dirinci Menurut Kelompok Umur Per-Kecamatan Di Kabupaten Lombok Utara, 2011 ... 63

Tabel 9 Konflik Grid Robert R. Blake dan Jane S. Mouton ... 115


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi Penguasa dan Dikuasai ... 26

Gambar 2 Model Agresor Defender ... 28

Gambar 3 Model Spiral-Konflik ... 29

Gambar 4 Model I dan Model II ... 30

Gambar 5 Ilustrasi Tanah dan Masyarakat... 37

Gambar 6 Kronologi Kepemilikan Tanah Berdasarkan Runtutan Sejarah ... 81

Gambar 7 Proses Konversi Pembuatan Sertifikat Tanah ... 86

Gambar 8 Bagan Alur Proses Pengukuran Bidang Tanah ... 95

Gambar 9 Pipil dan IPEDA ... 98

Gambar 10 Pal Batasan Hutan Yang Baru ... 105

Gambar 11 Pal Batasan Hutan Yang Lama... 108


(13)

DaftarPustaka

Adrian Sutedi2007, Peralihan Hak Atas Tananh dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta,

Dahrendorf, Ralf. 1959."Class and Class Conflict in Industrial Society." Stanford CA: Stanford University.

Dahrendorf, Ralf1990.”The modern social conflict: an essay on the politics of liberty”. University of California Press,

Luthans F, “Organizational Behavior”, Mc Graw Hill, Singapore; 1981Robbins, SP, “Organizational Behaviour”,

N. Dunn. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Garna, Judistira K., 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.

Myrna Safitri, dkk, Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial: Pandangan Kelompok Masyaraka Sipil Indonesia tentang Prinsip, Prasyarat, dan Langkah Mereformasi Kebijakan Penguasaan Tanah dan Kawasan Hutan di Indonesia, (Jakarta: koalisi masyarakat sipil, 2011), hal, 1.

Nasikun. 1999. Perkembangan Konflik Pertanahan di Pedesaan Dalam era Pembangunan Indonesia, Bandung:

Rajawali Pers.

Nasikun, 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Thomas R. Dye dalam Islamy (2007 : 18)


(14)

Pickering, Peg. 2000. “How To Manage Conflict”, USA; National Press Publication,

Prentice Hall, Siding, 1979.

Ritzer, George, 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

Rian Nugroho. 2009. Public Policy, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Winardi, “Manajemen Konflik (Konflik Perubhan danPengembangan)”, Mandar Maju, Indonesia; 1994

Veegers, K.J., 1993. Realitas Sosial; Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Yuliana Cahya Wulan, dkk, Analisis Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003, (Bogor: CIFOR, 2004),

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; dan perubahannya

Pasal 2, 7, 17 dan 53 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) dan Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri-sumber. http://www.BadanPertanahanNasional Lombok Utara. Com

http://www. Bpn. Go. Id

http://www. DinasKehutanandan Perkebunan Lombok Utara.com


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu penunjang kehidupan mahluk hidup yang ada dibumi. Keberadaan hutan semakin hari semakin sempit dikarenakan penggunaan lahan oleh masyarakat semakin tinggi pula.Tergerusnya lahan hutan menyebabkan tidak stabilnya ekosistem kehidupan flora dan fauna terutama berimbas terhadap kelestarian alam sekitar. Keberadaan hutan sangat penting untuk menunjang kelestarian alam sebagai rumah bagi kehidupan hewan dan tumbuhan, itupun akan memberikan efek positif bagi kehidupan manusia.

Hutan dan manusia merupakan salah satu sistem yang berkaitan antara satu sistem dengan sistem yang lain. Hutan dan manusia tergabung dalam satu sistem yang disebut dengan alam. Bila salah satu sistem mengalami kerusakan maka akan mempengaruhi terhadap sistem yang lain. Keberadaan hutan yang lestari memberikan efek yang baik untuk manusia seperti tetap tersedianya mata air bagi masyarakat, fungsi melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Menjaga dan melestarikan hutan merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh setiap masyarakat. Begitu pentingnya kelestarian alam menjadikan setiap negara membuat peraturan untuk melestarikan alam dengan cara menindak pelaku pengerusakan hutan. Dewasa ini keberadaan hutan


(16)

2

semakin mencemaskan dikarena kandungan isi didalamnya terus menerus dieksploitasi oleh kepentingan masyarakat terutama untuk Indistri.

Pemerintah selaku pemegang kekuasaan tertinggi di setiap negara mempunyai andil besar dalam menjaga kelestarian hutan supaya keberlangsungan kelestarian alam tetap terjaga. Pemerintah Indonesia dalam peranannya menjaga kelestarian alam mengeluarkan regulasi dalam bentuk Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan supaya keberadaan dan keberlangsungan hutan tetap terjaga. Pada regulasi sebelumnya yaitu (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8) sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan pengurusan Hutan, dan tuntutan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang yang lebih baru.

Adapun Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 mempunyai tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan (1) menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; (2) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari; (3) meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; (4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan


(17)

3

terhadap akibat perubahan eksternal; dan (5) menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.1

Dalam UU No 41 tahun 1999, hutan di Indonesia dibagi dalam dua status: hutan Negara dan hutan hak. Hutan Negara sendiri diartikan sebagai hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (Pasal 1 Angka 4). Sebaliknya, Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani dengan hak atas tanah. Proses untuk menjadi hutan Negara melewati proses yang dinamakan sebagai (pengukuhan kawasan hutan). Proses pengukuhan kawasan ini merupakan serangkaian proses yang dimulai dari penunjukan kawasan hutan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan. Proses ini dilakukan agar dapat dihasilkan suatu kawasan hutan yang “legal dan legitimate”. Suatu kawasan hutan Negara yang memiliki kekuatan hukum dan diakui keberadaannya oleh pihak-pihak disekelilingnya, yang salah satu cirinya adalah tidak adanya konflik dengan masyarakat setempat.

Persoalan yang rentan terjadi seperti kawasan hutan yang baru ditunjuk sudah memiliki kekuatan hukum (ditandai, misalnya, dengan terbitnya ijin), padahal seharusnya, pada saat penetapanlah kawasan hutan itu memiliki kekuatan hukum dan dapat dikatakan sebagai Hutan Negara. Namun demikian, karena proses yang tidak partisipatif, tidak ada proses permintaan persetujuan kepada masyarakat membuat posisi kawasan hutan yang sudah ditetapkan itu pun tidak bisa terlepas dari konflik dengan masyarakat.

Keberlangsungan hutan menjadi persoalan yang semakin diperbincangkan ketika berbenturan langsung dengan kepentingan masyarakat.

1

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999TentangKehutanan Bab I Pasal 3


(18)

4

Masyarakat pedalaman yang berbatasan dengan hutan memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk menghidupi keluarga. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang mendapatkan penghasilan dari kekayaan alam yang terkandung didalam hutan-hutan Indonesia. Dengan demikian adanya suatu regulasi yang baik harus memberikan konstribusi terhadap keberadaan masyarakat yang menggantungkan diri terhadap kekayaan hutan.

Persoalan yang terjadi diDusun Badung Desa Malaka kecamatan Pemenang yang mana masyarakatnya mempunyai lahan tanah yang berbatasan langsung dengan hutan negara mengalami pengambilan lahan tanah yang dianggap lahan negara oleh pihak BPN (Badan Pertanahan Nasional). Fenomena yang terjadi mengakibatkan tidak sedikit masyarakat yang merasa dirugikan oleh pihak BPN dikarenakan sewaktu pembuatan sertifikat tanah tidak sesuai dengan jumlah lahan tanah yang ada di pipil. Tuntutan masyarakat yang diajukan kepada pihak BPN supaya lahan yang semulanya sesuai dengan jumlah di pipil tetap dipertahankan tanpa adanya pemotongan yang dianggap lahan milik negara.

Badan Pertanahan Nasional atau yang lebih dikenal dengan BPN bekerjasama dengan Dinas Kehutanan menentukan lokasi dimana lahan tanah milik negara dan lahan tanah milik masyarakat. Koordinasi antara dua lembaga tersebut bertujuan untuk menskemakan kepemilikan lahan yang diduduki oleh warga setempat. Hasil dari survey lapangan, penentuan batas, maupun analisa visual menjadikan patokan kepemilikan lahan tersebut. Kerjasama yang dilakukan oleh pihak BPN maupun Dinas kehutanan di instruksikan langsung oleh presiden melalui Inpres Nomor 6 tahun 2013 yang


(19)

5

mengatur tentang Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, ditujukan kepada beberapa kementerian, lembaga pemerintahan, dan pemerintah daerah.2

Berdasakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan dikuatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, Badan Pertanahan Nasional atau yang dikenal dengan BPN diberikan hak untuk pembuatan sertifikat atau kepemilikan hak atas tanah bagi setiap masyarakat. Dengan diberikannya tugas dalam pembuatan sertifikat dan jaminan hukum bagi pemilik tanah, BPN mempunyai posisi yang sangat penting dalam kasus konflik yang terjadi di Desa Badung Kecamatan Pemenang. BPN (Badan Pertanahan Nasional) dalam menentukan batas kepemilikan tanah melalui pembuatan sertifikat dinilai merugikan masyarakat karena tidak sedikit masyarakat Badung merasa dirugikan oleh hasil pengukuran lahan tanah masyarakat. Komunikasi antara pihak BPN dan masyarakat setempat yang kurang intens dalam pemberian pemahaman menyebabkan masyarakat tidak diikut sertakan dalam menentukan mana lahan milik Negara dan mana lahan milik warga setempat. Persoalan yang terjadi menyebabkan sebagian warga masih belum mau menstrifikatkan lahan mereka karena tidak ingin lahan mereka berkurang.

Ruang musyawarah untuk mempertemukan pihak masyarakat dan pemerintah dalam kasus ini dinilai kurang terbuka dikarenakan sampai sekarang masih belum adanya pertemuan secara resmi antara pihak

2

Dishut. Jabarprov.go.id Inilah Garis Besar Isi Inpres No 6 Tahun 2013di akses pada tanggal 27-09-2013.


(20)

6

masyarakat badung dengan pemerintah setempat dalam membahas batasan lahan milik Negara dan milik warga. Dilatarbelakangi dengan tingkat Sumber Daya Manusia yang kurang memadai menyebabkan semua warga badung sampai sekarang belum berani melakukan tindakan protes maupun tuntutan supaya adanya penjelasan secara resmi oleh pihak terkait.

Apabila kita cermati lebih mendalam fungsi dari Negara yang tercantum dalam berbagai peraturan yang telah dibuat, tergambar bahwa Negara harus mengedepankan kepentingan masyarakat untuk mensejahterakan seluruh rakyat. Akan tetapi kita melihat dari persefektif masyarakat badung sendiri keputusan kebijakan (policy demands) tentang kepemilikan lahan antara Negara dan masyarakat badung merasa dirugikan atas hasil audit lapangan oleh pihak Badan Pertanahan Nasional.

Dengan adanya kebijakan perlindungan Hutan Negara yang tercantum dalam undang-undang nomor 41 tahun 1999 memang bertujuan baik untuk melindungi keberlangsungan hutan supaya tetap terjaga dan terpelihara secara baik. Tetapi dalam satu sisi keberadaan masyarakat terpinggirkan karena lahan mereka diambil oleh peraturan yang telah dibuat.

Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti tertarik mengangkat tema Konflik Agraria karena dinilai sangat bagus untuk diangkat dalam skripsi ini dengan studi yang diambil tentang “KONFLIK AGRARIA (Konflik Agraria Dalam Proses Sertifikasi Lahan Warga Oleh Pihak Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara Di Dusun Badung, Desa Malaka Kecamatan Pemenang).”


(21)

7

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian maka penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konflik Agraria dalam proses sertifikasi lahan warga oleh BPN Lombok Utara di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang? 2. Solusi apa yang diberikan oleh pihak BPN untuk warga yang lahannya

terkena potongan karena diduga menempati lahan hutan negara?

C. Tujuan Penelitian

Dilakukannya suatu penelitian adalah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konflik Agraria dalam proses sertifikasi tanah di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang?

2. Untuk mendiskripsikan solusi konflik Agraria yang terjadi di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang?

D. Manfaat Penelitian

Setelah melihat Rumusan Masalah dan Tujuan Masalah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka penulis memberikan manfaat dalalam penulisan ini:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi bagi pengembangan konsep teori konflik khususnya Konflik Agraria yang sering terjadi dalam berbagai kasus Agraria.


(22)

8

1. Penelitian ini dapat memberikan informsi dan masukan kepada Badan Pertanahan Nasional dalam menentukan keputusan yang dibuat menyangkut penentuan kepemilikan lahan tanah yang ada di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan peraturan oleh Badan Pertanahan Nasional dengan menetapkan prosedur kebijakan dalam penentuan lahan warga dan negara.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual didasarkan terhadap tema dan judul yang diambil oleh penulis yang digambarkan dalam latar belakang sebeleumnya agar peneliti mendapatkan kesamaan persepsi dan pemahaman. Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang perlu untuk didefenisikan antara lain:

1. Konflik Agraria

Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara


(23)

tiba-9

tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.

Menurut Daniel Webster yang ditulis di buku Peg Pickering (2000), mendefinisikan konflik sebagai persaingan pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain, atau keadaan perilaku yang bertentangan, atau perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan.

Sedangkan menurut Robbins (1996) dalam “Organization

Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.Sedangkan menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.

konflik agraria didefinisikan sebagai pertentangan klaim yang berkepanjangan mengenai siapa yang berhak atas akses terhadap tanah, sumberdaya alam, dan wilayah antara satu kelompok rakyat pedesaan dengan badan penguasa dan/atau pengelola tanah yang bergerak dalam bidang produksi, ekstraksi, konservasi, dan lainnya. Pertentangan klaim tersebut disertai pula dengan upaya dan tindakan menghilangkan eksistensi, legitimasi, atau daya berlaku dari klaim pihak lain. Dengan menggunakan ilustrasi pada konflik-konflik agraria berkenaan dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit, penetuan hak milik perkebunan, hak milik guna dan hak atas tanah.


(24)

10

Nasikun (1999:9-10) menyatakan bahwa salah satu masalah sangat penting yang akan dihadapi Indonesia dimasa yang akan datang adalah hadirnya masalah pertanahan di dalam skala dan karakter yang belum pernah terjadi di Indonesia selama ini, yang sumbernya tidak lagi terletak dalam konflik kelas di pedesaan, melainkan konflik antara sektor agraria berupa peningkatan ekspansi dan dominan sektor industri atas sektor pertanian. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Widjono (1998:114) yang menyatakan bahwa semakin merebaknya masalah kasus sangketa pertanahan dewasa ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yang mengedepan adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah, baik untuk kepentingan industri dan pembangunan, yang seringkali

bersembunyi dibalik kata sakti “untuk kepentingan umum”.

2. Sertifikasi Lahan

Sertifikasi (Certification) Sertifikasi adalah sebuah skema dimana pihak (orang) yang dipercayai seperti penguasa atau pihak yang berwenang mengeluarkan sertifikat untuk pihak lain. Pihak yang dipercayai mengeluarkan kupon (vouchers) yang disebut sertifikat yang memiliki sejumlah arti yang mendalam, misalnya nomor ijazah. Teknologi sertifikasi dikembangkan untuk identifikasi dan otentikasi dimungkinkan dalam skala besar.

Sertifikat hak atas tanah adalah bukti kepemilikan seseorang atas suatu tanah beserta bangunannya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 4 ayat (1) jo. Pasal 3 huruf a Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP Pendaftaran Tanah”):


(25)

11

Pasal 4 ayat (1) PP Pendaftaran Tanah:

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.

Pasal 3 huruf a PP Pendaftaran Tanah: Pendaftaran tanah bertujuan:

untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

3. Badan Pertanahan Nasional

Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012.

4. Hutan Negara

Hutan Negara ialah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak-hak atas tanah menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, termasuk di dalamnya hutan-hutan yang sebelumnya dikuasai masyarakat hukum adat yang disebut hutan ulayat, hutan marga, atau sebutan lainnya. Dimasukkannya hutan-hutan yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat dalam pengertian hutan negara, adalah sebagai


(26)

12

konsekuensi adanya hak menguasai dan mengurus oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, dapat melakukan kegiatan pengelolaan hutan dan pemungutan hasil hutan.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan suatu unsure yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Untuk menilai variabel dapat dilihat melalui indicator yang ada. Adapun indikator penelitian ini adalah:

a. Faktor penyebab terjadinya konflik Agraria yang berada di desa Badung Kecamatan pemenang didasarkan terhadap ketidak sesuaian lahan masyarakat yang berada di surat pipil dan ketika ditingkatkan menjadi serifikat lahan warga semakin berkurang.

b. Aktor yang berkonflik dalam kasus ini adalah masyarakat Dusun Badung dengan pihak Badan Pertanahan Nasional dan Dinas Kehutanan.

c. Akibat dari konflik Agraria yang terjadi di Dusun Badung yang mana lahan masyarakat berkurang dikarenakan menempati lahan milik warga sedangkan lahan milik negara bertambah.

d. Resolusi konflik yang terjadi antara warga Dusun Badung, pihak Badan Pertanahan Nasional dan Dinas Kehutanan masih belum adanya musyawarah secara langsung antara ketiga belah pihak.


(27)

13

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian ilmiah digunakan untuk meneliti secara sistematis apa yang akan diteliti. Metode penelitian memberikan gambaran masalah yang terjadi dilapangan dengan dikumpulkannya data-data maupun penunjang alat untuk memperkuat argumentasi penulis.

Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini memberi tempat khusus tentang apa dan bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, Obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif Deskriktif yang berusaha memberikan gambaran sekaligus persoalan yang terjadi dilapangan untuk mendapatkan akar persoalan yang terjadi. penelitian kualitatif didasarkan terhadap fakta-fakta yang terjadi dilapangan untuk membuat kerangka teori pemecahan masalah.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari narasumber yang dianggap tahu menahu terhdapa persoalan yang terjadi. Data Primer digunakan sebagai informasi penunjang penelitian supaya bisa


(28)

14

memperkuat data informasi penulis dalam menyusun basisi penelitian. Tujuan dalam data sekunder ini yaitu para informan yang berkaitan langsung dengan pihak-pihak yang terkait atas persoalan yang terjadi dengan cara wawancara (interview) langsung kepada informan. Adapun Informan yang di tuju adalah Kepala BPN Lombok Utara di Kabupaten Lombok Utara, Kepala Dinas Kehutanan Lombok Utara dan masyarakat Badung yang berkonflik.

b. Data Sekunder

Data sekunder dibutuhkan untuk melengkapi data primer untuk mengkaitkan langsung dengan persoalan. Data sekunder didasarkan terhadap buku-buku, artikel, arsip, perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan prosedur sertifikasi tanah.

3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.3

Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki. Dari hasil observasi, dapat diperoleh

3

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 70.


(29)

15

gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan. 4

Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini, sesuai yang dikemukakan oleh Blak dan Champion (1999: 286-287), antara lain:

pertama, untuk mengamati fenomena sosial-keagamaan sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses; kedua,untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena sosial-keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajiannya; dan ketiga,untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu terjadi. Sementara H.B. Sutopo (1997:10-11), mengemukakan bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung dapat mengambil peran maupun tidak berperan. Spradley (1980), menjelaskan bahwa peran peneliti dalam metode observasi dapat dibagi menjadi: (1). Tidak berperan sama sekali, (2). Berperan aktif, (3). Berperan pasif, dan (4). Berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga atau anggota kelompok yang sedang diamati.5 b. Interview

Penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur,

4

S. Nasution, Metode Research, Edisi 1 (Bandung: Jemmars, 1982), h. 131.

5


(30)

16

dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian. Adapun hal yang akan di interview menyangkut proses sertifikasi tanah dan konflik yang terjadi dikarenakan belum bertemunya titik pandang antara kedua belah pihak. c. Tekhnik Dokumentasi

Metode dokumentasi didasarkan terhadap research buku-buku dan pendapat untuk memperkuat argumentasi penulis. Dokumentasi yang didapatkan dalam dokumentasi ini berupa hasil foto penulis dilapangan, data dari institusi terkait, hasil wawancara masyarakat Badung yang berkaitan langsung dengan persoalan yang terjadi dilapangan sebagai sumber untuk membuat kerangka teori bagi penulis.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian berkaitan langsung dengan sumber informasi berupa orang yang bisa memberikan informasi langsung yang berkaitan dengan persoalan. Dalam hal ini, adalah: 1. Kepala Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara , 2. Kepala Dinas Kehutanan dan, 3. Masyarakat Dusun Badung. Jadi jumlah subyek dalam penelitian ini ada 3 subyek penelitian.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis akan tertuju ke institusi yang terkait. Dalam hal ini lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah:1. Badan Pertanahan Nasional, Jalan Raya Tanjung Bayan Km. 43 Gangga Lombok Utara 2. Dinas Kehutanan Jl. Majapahit No. 54 A Mataram dan ke lahan warga


(31)

17

untuk melihat secara obyektif letak kasus penelitian didalam hal ini yang terletak di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang Lombok Utara.

6. Tekhnik Analisi Data

Tekhnik analisis data merupakan cara mengumpulkan data-data yang telah didapatkan dan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian agar peneliti dapat menyimpulkan secara logis hasil dari data yang telah didapatkan. Interpretasi data yang telah dikumpulkan bisa langsung diambil secara logis dan sistematis kesimpulan yang didapatkan supaya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam analisis data kualitatif terdapat 3 tahapan yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen yang utama dalam analisis data yang mana pada tahap awal reduksi data penulis memfokuskan masalah, menseleksi data, dan menyederhanakan. Dalam penelitian ini studi diambil secara normative melalui studi literature dan hasil analisis bersifat kualitatif dalam bentuk uraian.

b. Sajian Data

Dalam sajian data yang perlu dilakukan yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan atau pengambilan data ini membantu untuk memahami peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisis atau tindakan yang lebih lanjut berdasarkan pemahaman.


(32)

18

Penarikan kesimpulan atau vervikasi merupakan tahap akhir dari analisis data sebagai langkah terakhir yang meliputi pemberian makna dari berbagai data yang telah didapatkan lalu disajikan dalam penyajian data dengan cara logis dan metodologi konfigurasi.


(1)

13

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian ilmiah digunakan untuk meneliti secara sistematis apa yang akan diteliti. Metode penelitian memberikan gambaran masalah yang terjadi dilapangan dengan dikumpulkannya data-data maupun penunjang alat untuk memperkuat argumentasi penulis.

Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini memberi tempat khusus tentang apa dan bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, Obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif Deskriktif yang berusaha memberikan gambaran sekaligus persoalan yang terjadi dilapangan untuk mendapatkan akar persoalan yang terjadi. penelitian kualitatif didasarkan terhadap fakta-fakta yang terjadi dilapangan untuk membuat kerangka teori pemecahan masalah.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari narasumber yang dianggap tahu menahu terhdapa persoalan yang terjadi. Data Primer digunakan sebagai informasi penunjang penelitian supaya bisa


(2)

14

memperkuat data informasi penulis dalam menyusun basisi penelitian. Tujuan dalam data sekunder ini yaitu para informan yang berkaitan langsung dengan pihak-pihak yang terkait atas persoalan yang terjadi dengan cara wawancara (interview) langsung kepada informan. Adapun Informan yang di tuju adalah Kepala BPN Lombok Utara di Kabupaten Lombok Utara, Kepala Dinas Kehutanan Lombok Utara dan masyarakat Badung yang berkonflik.

b. Data Sekunder

Data sekunder dibutuhkan untuk melengkapi data primer untuk mengkaitkan langsung dengan persoalan. Data sekunder didasarkan terhadap buku-buku, artikel, arsip, perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan prosedur sertifikasi tanah.

3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.3

Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki. Dari hasil observasi, dapat diperoleh

3

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 70.


(3)

15

gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan. 4

Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini, sesuai yang dikemukakan oleh Blak dan Champion (1999: 286-287), antara lain:

pertama, untuk mengamati fenomena sosial-keagamaan sebagai

peristiwa aktual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses; kedua,untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena sosial-keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajiannya; dan ketiga,untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu terjadi. Sementara H.B. Sutopo (1997:10-11), mengemukakan bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung dapat mengambil peran maupun tidak berperan. Spradley (1980), menjelaskan bahwa peran peneliti dalam metode observasi dapat dibagi menjadi: (1). Tidak berperan sama sekali, (2). Berperan aktif, (3). Berperan pasif, dan (4). Berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga atau anggota kelompok yang sedang diamati.5 b. Interview

Penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur,

4

S. Nasution, Metode Research, Edisi 1 (Bandung: Jemmars, 1982), h. 131.

5


(4)

16

dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian. Adapun hal yang akan di interview menyangkut proses sertifikasi tanah dan konflik yang terjadi dikarenakan belum bertemunya titik pandang antara kedua belah pihak. c. Tekhnik Dokumentasi

Metode dokumentasi didasarkan terhadap research buku-buku dan pendapat untuk memperkuat argumentasi penulis. Dokumentasi yang didapatkan dalam dokumentasi ini berupa hasil foto penulis dilapangan, data dari institusi terkait, hasil wawancara masyarakat Badung yang berkaitan langsung dengan persoalan yang terjadi dilapangan sebagai sumber untuk membuat kerangka teori bagi penulis.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian berkaitan langsung dengan sumber informasi berupa orang yang bisa memberikan informasi langsung yang berkaitan dengan persoalan. Dalam hal ini, adalah: 1. Kepala Badan Pertanahan Nasional Lombok Utara , 2. Kepala Dinas Kehutanan dan, 3. Masyarakat Dusun Badung. Jadi jumlah subyek dalam penelitian ini ada 3 subyek penelitian.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis akan tertuju ke institusi yang terkait. Dalam hal ini lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah:1. Badan Pertanahan Nasional, Jalan Raya Tanjung Bayan Km. 43 Gangga Lombok Utara 2. Dinas Kehutanan Jl. Majapahit No. 54 A Mataram dan ke lahan warga


(5)

17

untuk melihat secara obyektif letak kasus penelitian didalam hal ini yang terletak di Dusun Badung Desa Malaka Kecamatan Pemenang Lombok Utara.

6. Tekhnik Analisi Data

Tekhnik analisis data merupakan cara mengumpulkan data-data yang telah didapatkan dan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian agar peneliti dapat menyimpulkan secara logis hasil dari data yang telah didapatkan. Interpretasi data yang telah dikumpulkan bisa langsung diambil secara logis dan sistematis kesimpulan yang didapatkan supaya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam analisis data kualitatif terdapat 3 tahapan yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen yang utama dalam analisis data yang mana pada tahap awal reduksi data penulis memfokuskan masalah, menseleksi data, dan menyederhanakan. Dalam penelitian ini studi diambil secara normative melalui studi literature dan hasil analisis bersifat kualitatif dalam bentuk uraian.

b. Sajian Data

Dalam sajian data yang perlu dilakukan yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan atau pengambilan data ini membantu untuk memahami peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisis atau tindakan yang lebih lanjut berdasarkan pemahaman.


(6)

18

Penarikan kesimpulan atau vervikasi merupakan tahap akhir dari analisis data sebagai langkah terakhir yang meliputi pemberian makna dari berbagai data yang telah didapatkan lalu disajikan dalam penyajian data dengan cara logis dan metodologi konfigurasi.