KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. XXII, No. 1, 2013: 20-40
28
setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan Gun. Selanjutnya benang yang telah dilepaskan dari pemidang dipasang pada alat tenun untuk selanjutnya
ditenun.
Proses menenunnya sama dengan proses menenun tenun ikat lainnya. Bedanya pada tenun ikat, motif telah dibentuk pada benang lungsi
sedangkan untuk tenun buna motif baru terbentuk pada proses menenun. Pada proses menenun buna, motif dibentuk dengan cara pakan tambahan
dilingkarkan pada lajur benang lugsi mulai dari arah kiri atau kanan penenun mengikuti lajur benang pakan kemudian dilanjutkan dengan
pengetekan benang pakan. Proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan motif yang diinginkan dan dilakukan dengan kesabaran,
ketelatenan serta memerlukan waktu yang sangat lama.
3.2 Tenun LotisSotis atau Songket
Pada bagian ini Alfret menambahkan bahwa, proses tenun lotis mirip dengan proses tenun buna. Pada tenun lotis motif terbentuk karena
persilangan benang lungsi diantara benang pakan sehingga terjadi efek lungsi diatas benang pakan sehingga terjadi efek lungsi, efek lungsi inilah
yang disebut motif. Untuk membuat motif pada tenunan lotis, dipergunakan lidi sebagai alat bantu untuk mengungkit benang lungsi
tertentu sesuai dengan pola motif, setelah itu baru dimasukkan benang pakan dan di rapatkan dengan menggunakan batu. Pada tenun lotis, selain
dipergunakan gun yang fungsinya untuk membuka mulut lungsi, juga dipergunakan lidi sebagai alat bantu untuk membuka mulut lungsi pada
benang-benang lungsi tertentu sehingga membentuk motif.
M akna Tenun Ikat Bagi Perempuan Studi Etnografi di Kecamatan M ollo Utara-Timor Tengah Selatan
29
4.M akna Tenunan M ollo 4.1 Tenunan Pauf
Gambar 14 Tenunan Pauf
Sumber: Data Primer, 2012 Ket: M emiliki simbol lulat kollo dan lulat pohok. Hasil tenunan ini hanya
dapat dikenakan oleh raja atau penguasa.
Gambar 15 Tenunan Pauf
Sumber: Data Primer, 2012 Ket: Hanya memiliki simbol lulat pohok. Hasil tenunan ini dipakai oleh atoin
amaf dan keluarga
kerajaan. Orang-orang di M ollo Utara menyebut motif tenunan pada gambar di
atasdengan sebutan Pauf. Pauf dapat ditenun berbentuk selimut dan juga sarung. Namun demikian, lebih sering dibuat dalam bentuk selimut dan
dipakai oleh kaum laki-laki. Pauf ini dapat dibuat dari benang yang dipintal secara tradisional atau dari benang sulam dengan teknik sotis atau lotis.
Teknik ini berbeda dengan teknik ikat atau futus. Proses pembuatan ragam hias dengan menggunakan teknik sotis atau lotis ini dibuat dengan cara
mengungkit benang lungsinya dan menambahkan benang pakan saat proses
KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. XXII, No. 1, 2013: 20-40
30
penenunan. W arna dasar dari kain tenun ini adalah merah dan putih ditambahdengan warna kuning, biru, ungu dan hijau. W arna merah dan
putih melambangkan bendera kebangsaan dan secara khusus warna putih juga menggambarkan wilayah M ollo Utara, warna kuning menggambarkan
orang M ollo, biru menggambarkan kedamaian, ungu melambangkan kebaikan dan warna hijau melambangkan kesuburan.
Teknik pembuatan dari kain atau tenunan ini memiliki keunikan tersendiri. Proses pembuatan tenun ini terdiri dari tiga kali pembuatan.
Dengan kata lain selimut ini terdiri dari tiga helai tenunan yang kemudian dijadikan satu kain selimut. Lembaran pertama dan kedua yaitu bagian kiri
dan kanan selimut yang proses pembuatan ragam hiasnya menggunakan teknik ikat. Sementara proses pembuatan ragam hias pada lembaran ketiga
atau bagian tengah kain menggunakan teknik sulam atau sui. Setelah ketiga helai kain ini ditenun maka disambung dengan jahitan.
2
. Di M ollo utara terdapat delapan 8 atoin amaf dan kedelapan amaf ini
digambarkan dalam simbol belah ketupat bentuk geometris. Kedelapan atoin amaf tersebut adalah Toto-Tanesip, Nani-Lasa dan Seko-Baun, Tois-
Sumbanu, di dalam penyebutannya haruslah terdiri atas empat nama marga yang tentu saja memiliki ikatan kekeluargaan yang erat. M arga-marga
tersebut tidak dapat disebut satu persatu atau secara terpisah. Simbol belah ketupat tersebut memiliki dua arti lulat pohok dan lulat kollo. Lulat pohok
lulat yang berarti raja dan pohok yang berarti membungkus dapat dipakai oleh keluarga bangsawan atau kerajaan sedangkan lulat kollo
menggambarkan burung Garuda hanya boleh dipakai oleh raja atau penguasa.
Arti dari ragam hias tersebut adalah manifestasi atau pencerminan dari hubungan sosial antara rakyat dengan penguasa atau raja. Selain itu juga
memberikan arti sikap raja terhadap rakyat dalam hal dukungan atau perlindungan. Selain itu juga mencerminkan sikap bijaksana dari seorang
raja terhadap rakyatnya.
2
. I bu Sara Ni Reni Oematan. isrti dari bapak Edison Oematan yang adalah Raja Mollo sekarang W awancara tanggal W awancara pada tanggal 28-12-2011 di sonaf istana, Desa
Ajobaki.
M akna Tenun Ikat Bagi Perempuan Studi Etnografi di Kecamatan M ollo Utara-Timor Tengah Selatan
31
4.2 Tenunan Lotis