Dinamika UUD 1945
MAKALAH
Dinamika Undang-Undang
Dasar 1945
Dosen Pengampu: ..................................
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2013
Dinamika Undang-Undang Dasar
1945
1. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan
sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih
belum tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat
sederhana karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih
49 hari oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus
1945 (Manan,2000:3). Hal ini di perkuat dengan pernyataan ketua panitia
perancang UUD 1945, Soekarno yang mengutarakan:
“UUD 1945 yang dibuat sekarang ini adalah UUD sementara. Kalau boleh
saya memakai perkataan: ini adalah UUD kilat. Nanti kalau kita telah
bernegara didalam suasana lebih tentram, kita tentu mengumpulkan
kembali MPR yng dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan lebih
sempurna” (Manan,2000:3).
Setelah disahkan PPKI, lembaga negara yang dapat dibentuk hanyalah
presiden dan wapres. Secara yuridis hal itu dapat dilihat pada pasal III
aturan peralihan UUD 1945 yang menentukan , bahwa untuk pertama
kalinya presiden dan wapres dipilih oleh PPKI. Sementara itu, lembaga
tinggi negara yang lain belum dapat diwujudkan. Bahkan sebelum MPR,
DPR, DPA di bentuk berdasarkan UUD ini, segala kekuasaan dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional. Hal itu diatur dalam
ketentuan pasal IV aturan peralihan UUD 1945.
Perubahan
system
pemerintahan
(Presiden
ke
Parlemen)
dan
ketatanegaraan (Fungsi dan Kedudukan Lembaga Negara) dalam negara
Indonesia pada masa ini sedikit banyak mewarnai pelaksanaan dari UUD
1945 tetapi tidak mengalami perubahan secara tekstual, diantaranya:
Dalam sidang KNIP tanggal 16 Oktober 1945 di Malang, Drs. Moh Hatta
mengeluarkan maklumat no. X yang berisikan wewenang kepada KNIP
untuk turut membuat Undang-Undang dan menetapkan GBHN. Denagn
kata lain seperti memegang sebagian kekuasaan MPR, disamping
kekuasaan DPA dan DPR (Shoepiyadi,2004:51)
Keluarnya maklumat pemerintah tanggal 3 november 1945 tentang
keinginan
untuk
membentuk
partai-partai
politik
dan
tanggal
14
November 1945 tentang pembentikan cabinet parlementer pertama
dibawah pampinan Perdana Menteri Sutan Syahrir dan menteri-menteri
bertanggung jawab pada KNIP sebagai pengganti DPR/MPR.
Dalam perkembangan ketatanegaraan selanjutnya sejak tanggal 27
Desember 1949, berdasarkan hasil konferensi meja bundar di Den Haag
Belanda, Indonesia berubah menjadi Negara bagian Indonesia Serikat
yaitu negara konfederasi Belanda dibawah pimpinan Raru Belanda.
Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dengan
konstitusi RIS. Kemudian memecah-mecah di wilayah Indonesia yang
berpusat di Yogyakarta.
2. Periode 1950-1959 (UUDS 1950)
Sejak terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat dibawah konstitusi
RIS 1949 pada tanggal 27 Desember 1949, maka semakin kuatlah
perjuangan bangsa Indonesia menentang susunan negara yang dianggap
sebagai bentukan Belanda dan semakin kuat pula tuntutan untuk kembali
kepada bentuk yang unitaristis, maka pada tanggal 17 Agustus 1950
negara KRIS sepenuhnya kembali menjadi negara RI dengan UUDS
sebagai konstitusinya.
Dalam rang memenuhi tugas yang diamanatkan oleh UUDS 1950, maka
diselenggarakanlah pemilu untuk memilih anggota Majelis Pembentuk
UUD Negara Republik Indonesia yang kemudian disebut Konstituante yang
dilantik pada 10 november 1956 (Purastuti,2002:41).
Konstituante
bersidang
di
Bandung
pada
Februari
1959
telah
menghasilkan butir-butir materi yang disusun menjadi materi UUD Negara
namun pada akhirnya gagal mencapai kata mufakat.
Dengan berdasar pada kegagalan Konstituante itulah melatarbelakangi
aksi Presiden Soekarno dengan mengelurkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang didalamnya berisikan :
1. Pembubaran Kontituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali mulai saat tanggal dekrit
dan menyatakan UUDS 1950 tidak diberlakukan
3. Pembentukan MPRS
3. Masa Orda Lama
Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dimulai sejak adanya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Masa ini yang di sebut masa Orde Lama. Dalam masa
ini dikenal sebagai periode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai
penyimpangan
terhadap
Pancasila
dan
UUD
1945.
Berbagai
penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 itu yang paling menonjol antara
lain :
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi menteri negara.
MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
Presiden mengeluarkan produk hokum yang setingkat UndangUndang tanpa persetujuan DPR.
Ikut campur Presiden dalam system pemerintahan yang cenderung
otoriter.
Besarnya pengaruh PKI yang mengakibatkan Ideologi Nasakom yang
mencoba menggantikan Ideologi Pancasila.
Masa
Orde
Lama
berakhir
dengan
ditandai
dengan
adanya
pemberontakan G30 S PKI yang kemudian melahirkan Tritura yang
berisikan tiga tuntutan rakyat yaitu bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari
unsur PKI, dan turunkan harga.
Akibat dari kekacauan yang melanda negeri, maka Presiden Soekarno
akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR) kepada Letjen Soeharto yang kemudian Letjen Soeharto
mengeluarkan Keppres No I/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 yang mengatur
tentang pembubaran PKI.
4. Masa Orde Baru
Pada hakekatnya UUD 1945 pada masa ini digunakan untuk membantu
mensukseskan
pembangunan
nasional
yang
menjadi
tekad
dari
pemerintahan Orde Baru. Langkah awal yang ditempuh oleh Pemerintah
Orde Baru adalah memperbaiki penyimpangan-penyimpangan terhadap
pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila pada periode 1959-1965 yaitu
dengan mengeluarkan TAP MPRS No.XX/MPRS/1966. Selain itu MPRS juga
mengeluarkan ketetapan lain diantaranya:
TAP No.XII/MPRS/1966 tentang instruksi kepada Soeharto agar
segera membentuk kabinet Ampera.
TAP No.XVII/MPRS/1966 tentang penarikan kembali pengangkatan
pemimpin besar revolusi menjadi Presiden seumur hidup.
TAP
No.XXI/MPRS/1966
tentang
penyederhanaan
kepartaian,
keormasan, dan kekaryaan.
TAP No.XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI.
TAP No.XV/MPRS/1966 tentang pemilihan atau penunjukan Wakil
Presiden dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden.
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Soeharto berkomitmen untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Untuk memilih anggota-anggota Badan Permusyawaratan dan Perwakilan
Rakyat dilaksanakan Pemilu tahun 1971 dengan didasari Undang-undang
No. 15 tahun 1969. Pemilu ini Berhasil mengubah fungsi dan kedudukan
lembaga negara menjadi tetap tidak lagi bersifat sementara.
Dalam mengantisipasi konflik ideologis Pemerintah Soeharto membangun
suatu konsep baru demokrasi yang diberi nama Demokrasi Pancasila.
Masa ini akhirnya harus tenggelam pula dengan adanya krisis moneter
yang mengakibatkan hilangnya simpati rakyat terhadap pemerintahan.
5. Masa Reformasi
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah.
Tercatat pada masa ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ
Habibie, Abdurahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Yang paling
terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini terutama pada masa
Presiden Megawati adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang
tubuh UUD 1945 atau yang akrab kita dengar denagn istilah amandemen.
Tujuannya adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan
rakyat,
HAM,
pembagian
kekuasaan,
eksistensi
negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi
empat kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002
diantaranya:
Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999® Perubahan
Pertama
Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000® Perubahan
Kedua
Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001®Perubahan
Ketiga
Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002®Perubahan
Keempat
Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alas an dari segi materi
muatan,
mengapa
UUD
1945
setelah
berbagai
perubahan
perlu
disempurnakan dalam rangka reformasi hukum, diantaranya:
o Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD
1945 memang didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI)
sebagai
UUD
yang
sifatnya
sementara
dan
butuh
penyempurnaan lebih lanjut.
o Alasan
Filosofis,
percampuradukan
bahwa
dalam
beberapa
UUD
gagasan
1945
yang
terdapat
saling
bertentangan.
o Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi,
keberadaan konstitusi bagi suatu negara hakikatnya adalah
untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenangwenang tetapi justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal
tersebut.
o Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang
selalu
memuat
naskahnya,
adanya
begitupun
klausula
UUD
1945
perubahan
yang
didalam
didasari
akan
ketidaksempurnaan didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu
sendiri merupakan hasil pekerjaan manusia.
o Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung
atau tidak langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD
1945 sudah sering mengalami perubahan yang menyimpang
dari teks aslinya.
Dinamika Undang-Undang
Dasar 1945
Dosen Pengampu: ..................................
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2013
Dinamika Undang-Undang Dasar
1945
1. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan
sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih
belum tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat
sederhana karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih
49 hari oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus
1945 (Manan,2000:3). Hal ini di perkuat dengan pernyataan ketua panitia
perancang UUD 1945, Soekarno yang mengutarakan:
“UUD 1945 yang dibuat sekarang ini adalah UUD sementara. Kalau boleh
saya memakai perkataan: ini adalah UUD kilat. Nanti kalau kita telah
bernegara didalam suasana lebih tentram, kita tentu mengumpulkan
kembali MPR yng dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan lebih
sempurna” (Manan,2000:3).
Setelah disahkan PPKI, lembaga negara yang dapat dibentuk hanyalah
presiden dan wapres. Secara yuridis hal itu dapat dilihat pada pasal III
aturan peralihan UUD 1945 yang menentukan , bahwa untuk pertama
kalinya presiden dan wapres dipilih oleh PPKI. Sementara itu, lembaga
tinggi negara yang lain belum dapat diwujudkan. Bahkan sebelum MPR,
DPR, DPA di bentuk berdasarkan UUD ini, segala kekuasaan dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional. Hal itu diatur dalam
ketentuan pasal IV aturan peralihan UUD 1945.
Perubahan
system
pemerintahan
(Presiden
ke
Parlemen)
dan
ketatanegaraan (Fungsi dan Kedudukan Lembaga Negara) dalam negara
Indonesia pada masa ini sedikit banyak mewarnai pelaksanaan dari UUD
1945 tetapi tidak mengalami perubahan secara tekstual, diantaranya:
Dalam sidang KNIP tanggal 16 Oktober 1945 di Malang, Drs. Moh Hatta
mengeluarkan maklumat no. X yang berisikan wewenang kepada KNIP
untuk turut membuat Undang-Undang dan menetapkan GBHN. Denagn
kata lain seperti memegang sebagian kekuasaan MPR, disamping
kekuasaan DPA dan DPR (Shoepiyadi,2004:51)
Keluarnya maklumat pemerintah tanggal 3 november 1945 tentang
keinginan
untuk
membentuk
partai-partai
politik
dan
tanggal
14
November 1945 tentang pembentikan cabinet parlementer pertama
dibawah pampinan Perdana Menteri Sutan Syahrir dan menteri-menteri
bertanggung jawab pada KNIP sebagai pengganti DPR/MPR.
Dalam perkembangan ketatanegaraan selanjutnya sejak tanggal 27
Desember 1949, berdasarkan hasil konferensi meja bundar di Den Haag
Belanda, Indonesia berubah menjadi Negara bagian Indonesia Serikat
yaitu negara konfederasi Belanda dibawah pimpinan Raru Belanda.
Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dengan
konstitusi RIS. Kemudian memecah-mecah di wilayah Indonesia yang
berpusat di Yogyakarta.
2. Periode 1950-1959 (UUDS 1950)
Sejak terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat dibawah konstitusi
RIS 1949 pada tanggal 27 Desember 1949, maka semakin kuatlah
perjuangan bangsa Indonesia menentang susunan negara yang dianggap
sebagai bentukan Belanda dan semakin kuat pula tuntutan untuk kembali
kepada bentuk yang unitaristis, maka pada tanggal 17 Agustus 1950
negara KRIS sepenuhnya kembali menjadi negara RI dengan UUDS
sebagai konstitusinya.
Dalam rang memenuhi tugas yang diamanatkan oleh UUDS 1950, maka
diselenggarakanlah pemilu untuk memilih anggota Majelis Pembentuk
UUD Negara Republik Indonesia yang kemudian disebut Konstituante yang
dilantik pada 10 november 1956 (Purastuti,2002:41).
Konstituante
bersidang
di
Bandung
pada
Februari
1959
telah
menghasilkan butir-butir materi yang disusun menjadi materi UUD Negara
namun pada akhirnya gagal mencapai kata mufakat.
Dengan berdasar pada kegagalan Konstituante itulah melatarbelakangi
aksi Presiden Soekarno dengan mengelurkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang didalamnya berisikan :
1. Pembubaran Kontituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali mulai saat tanggal dekrit
dan menyatakan UUDS 1950 tidak diberlakukan
3. Pembentukan MPRS
3. Masa Orda Lama
Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dimulai sejak adanya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Masa ini yang di sebut masa Orde Lama. Dalam masa
ini dikenal sebagai periode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai
penyimpangan
terhadap
Pancasila
dan
UUD
1945.
Berbagai
penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 itu yang paling menonjol antara
lain :
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi menteri negara.
MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
Presiden mengeluarkan produk hokum yang setingkat UndangUndang tanpa persetujuan DPR.
Ikut campur Presiden dalam system pemerintahan yang cenderung
otoriter.
Besarnya pengaruh PKI yang mengakibatkan Ideologi Nasakom yang
mencoba menggantikan Ideologi Pancasila.
Masa
Orde
Lama
berakhir
dengan
ditandai
dengan
adanya
pemberontakan G30 S PKI yang kemudian melahirkan Tritura yang
berisikan tiga tuntutan rakyat yaitu bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari
unsur PKI, dan turunkan harga.
Akibat dari kekacauan yang melanda negeri, maka Presiden Soekarno
akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR) kepada Letjen Soeharto yang kemudian Letjen Soeharto
mengeluarkan Keppres No I/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 yang mengatur
tentang pembubaran PKI.
4. Masa Orde Baru
Pada hakekatnya UUD 1945 pada masa ini digunakan untuk membantu
mensukseskan
pembangunan
nasional
yang
menjadi
tekad
dari
pemerintahan Orde Baru. Langkah awal yang ditempuh oleh Pemerintah
Orde Baru adalah memperbaiki penyimpangan-penyimpangan terhadap
pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila pada periode 1959-1965 yaitu
dengan mengeluarkan TAP MPRS No.XX/MPRS/1966. Selain itu MPRS juga
mengeluarkan ketetapan lain diantaranya:
TAP No.XII/MPRS/1966 tentang instruksi kepada Soeharto agar
segera membentuk kabinet Ampera.
TAP No.XVII/MPRS/1966 tentang penarikan kembali pengangkatan
pemimpin besar revolusi menjadi Presiden seumur hidup.
TAP
No.XXI/MPRS/1966
tentang
penyederhanaan
kepartaian,
keormasan, dan kekaryaan.
TAP No.XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI.
TAP No.XV/MPRS/1966 tentang pemilihan atau penunjukan Wakil
Presiden dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden.
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Soeharto berkomitmen untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Untuk memilih anggota-anggota Badan Permusyawaratan dan Perwakilan
Rakyat dilaksanakan Pemilu tahun 1971 dengan didasari Undang-undang
No. 15 tahun 1969. Pemilu ini Berhasil mengubah fungsi dan kedudukan
lembaga negara menjadi tetap tidak lagi bersifat sementara.
Dalam mengantisipasi konflik ideologis Pemerintah Soeharto membangun
suatu konsep baru demokrasi yang diberi nama Demokrasi Pancasila.
Masa ini akhirnya harus tenggelam pula dengan adanya krisis moneter
yang mengakibatkan hilangnya simpati rakyat terhadap pemerintahan.
5. Masa Reformasi
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah.
Tercatat pada masa ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ
Habibie, Abdurahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Yang paling
terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini terutama pada masa
Presiden Megawati adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang
tubuh UUD 1945 atau yang akrab kita dengar denagn istilah amandemen.
Tujuannya adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan
rakyat,
HAM,
pembagian
kekuasaan,
eksistensi
negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi
empat kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002
diantaranya:
Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999® Perubahan
Pertama
Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000® Perubahan
Kedua
Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001®Perubahan
Ketiga
Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002®Perubahan
Keempat
Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alas an dari segi materi
muatan,
mengapa
UUD
1945
setelah
berbagai
perubahan
perlu
disempurnakan dalam rangka reformasi hukum, diantaranya:
o Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD
1945 memang didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI)
sebagai
UUD
yang
sifatnya
sementara
dan
butuh
penyempurnaan lebih lanjut.
o Alasan
Filosofis,
percampuradukan
bahwa
dalam
beberapa
UUD
gagasan
1945
yang
terdapat
saling
bertentangan.
o Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi,
keberadaan konstitusi bagi suatu negara hakikatnya adalah
untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenangwenang tetapi justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal
tersebut.
o Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang
selalu
memuat
naskahnya,
adanya
begitupun
klausula
UUD
1945
perubahan
yang
didalam
didasari
akan
ketidaksempurnaan didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu
sendiri merupakan hasil pekerjaan manusia.
o Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung
atau tidak langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD
1945 sudah sering mengalami perubahan yang menyimpang
dari teks aslinya.