PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Tila Paulina
Berhasilnya seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dipengruhi beberapa hal
antara lain dalam memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
dan keadaan dari peserta didik. Salah satunya model pembelajaran yang dapat
menciptakan kelas lebih aktif adalah model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT) pada model pembelajaran ini harus saling bekerja
sama dan menghargai orang lain, siswa berdiskusi kelompok dalam memecahkan
masalah lalu saling berbagi peran menjadi tamu atau pun tuan rumah yang memiliki
tugas sesuai dengan kesepakatan bersama, setelah itu guru akan memanggil nomor
siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa
dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah menggunakan model kombinasi

Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 94 orang. Sampel diambil
menggunakan teknik random sampling dengan cara pengundian, sehingga kelas XI IPS
2 terpilih sebagai sampel. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah The OneShout Case Study dengan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui posttest pada
akhir pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut: hasil belajar kognitif
siswa pada pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah pengetahuan (C1) 69,92%
diperoleh dari data 32 siswa mencari pencapaian tiap jenjang pada C1 skor 179 lalu nilai
maksimum 256 dan hasil belajar kognitif siswa yang paling tinggi adalah kategori nilai
70-79 (Baik) 43,75 % diperoleh dari jumlah keseluruhan 32 siswa yang telah
diklasifikasikan kedalam 4 kategori sesuai nilainya yaitu memuaskan, baik, cukup, dan
kurang cukup hasil akhirnya yang tertinggi pada kategori BAIK dengan jumlah 14
siswa.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1992 di Gaya Baru,

Kecamatan

Seputih

Surabaya,

Kabupaten

Lampung

Tengah,

Lampung. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari
pasangan Bapak Hasan dan Ibu Nurhayati. Pendidikan penulis
dimulai dari Taman Kanak-kanak Aisiyah Seputih Surabaya,
Lampung Tengah dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Seputih
Surabaya, Lampung Tengah dan tamat belajar pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1
Seputih Surabaya Lampung dan selesai pada tahun 2007 dan dilanjutkan kejenjang
sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Metro dan tamat belajar pada tahun

2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, di Program Studi Pendidikan
Sejarah. Pada Semester VI penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bandar
Negeri Suoh dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat. Selama melaksanakan perkuliahan di Program
Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung penulis pernah menjabat sebagai
Serketaris Dinas Pengabdian Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode
2013-2014, Sekretaris Bidang Pendidikan Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni
Pendidikan Sejarah (FOKMA) periode 2012-2013, dan juga pernah aktif Generasi
Muda (FPPI) pada periode 2010-2011.

Moto

Ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuah pujian..
bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu
untuk memikirkan kamu,
bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka...
Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie


Jangan anggap hinaan dan cacian adalah sesuatu energi yang buruk
Tapi anggap lah suatu energi baru untuk membuktikan
Bahwa kita bisa lebih baik darinya
Tila Paulina

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan
sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :

Amah Ku Hasan dan Mamah Ku tercinta Nurhayati yang telah membesarkanku
dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran.
Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari amah dan mamah untuk
kebahagiaan dan keberhasilan putrimu ini,
Terima kasih pada Saudara-saudariku :
Eka Putri Susanti Amd.Keb, Ahmad Suardi, dan Sari Fitria Utami
terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan.
Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, dan teman-teman

yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku,
serta almamater yang aku banggakan.

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………..
1.2. Identifikasi Masalah.……………………………………………………..
1.3. Pembatasan Masalah.…………………………………………………….

1.4. Rumusan Masalah… …………………………………………………….
1.5. Tujuan Penelitian.………………………………………………………..
1.6. Kegunaan Penelitian.…………………………………………………….
1.7. Ruang Lingkup Penelitian.………………………………………………

1
5
6
6
6
6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA
2.1. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………….... 9
2.1.1. Konsep Cooperative Learning kombinasi…………………….… 9
2.1.2. Konsep Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)…...... 11
2.1.3. Teori Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)... .14
2.1.4. Teori Model Kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heats
Together (NHT) …….……………………………............

16
2.1.5. Teori Pembelajaran Sejarah…….………….................................. 17
2.1.6. Konsep Hasil Belajar …….…………………………………….. 18
2.2. Penelitian yang Relevan…………………………………………………. 21
2.3. Kerangka Pikir ………………………….……………………………….. 22
2.4. Paradigma …………………………….…………………………………. 23
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang Digunakan……..………….
3.2. Desain Penelitian........………………………………….………….
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….………….
3.4. Populasi dan Sampel …………………………………………….……….
3.4.1. Populasi…………………….……………………………………

24
24
25
25
25

3.4.2. Teknik Pemilihan Sampel ….…………………………………..

3.4.3. Sampel………………………..………………………………….
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………………..………...
3.5.1. Variabel Penelitian…………………………..…………………..
3.5.2. Definisi Operasional Variabel………………..………………….
3.6. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….……………
3.7. Langkah-langkah Penelitian………………………………….…………..
3.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran…….……………………...
3.9. Instrumen Penelitian
.........................………….…………..
3.10.
Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………...…….
3.10.1 Uji Validitas……………………………..………………………
3.10.2 Uji Reabilitas……………………………..…………………….
3.10.3 Tingkat Kesukaran……………………………..……………….
3.10.4 Daya pembeda……………………………..…………………….
3.11 Teknik Analisis Data..……………………………………….......…

26
27
28

28
29
30
32
32
34
35
35
35
37
37
39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian...……………………..….…..…….. 41
4.2. Hasil Penelitian…………………………………………………….…….. 48
4.2.1. Data Hasil Kemampuan Akhir (Nilai Posttest Siswa).…….……. 49
4.3. Pembahasan……………………………………………………….……… 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan…………………………………………………….………… 61

5.2. Saran…………………………………………………………….……….. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1 Jumlah Anggota PopulasiDesain Penelitian ...................………….….
2 Sampel Penelitian...........…………………………………………….…
3 kisi-kisi soal.........................…………………………………...…
4 Kriteria nilai Alpha Cronbach`s…………………………………...…
5 Interpretasi tingkat kesukaran ..............……….…………………....
6 Interpretasi daya pembeda. ..............……………....……………....
7 rekapitulasi persentase jenjang kognitif.....……………...……………....
8 Rakapitulasi Persentase hasil belajar .........…………………………....
9 Daftar Nama Kepala Sekolah Muh 2 Bandar Lampung…............……
10 Daftar jumlah siswa SMA Muh 2 Bandar Lampung…............……

11 Daftar Sarana dan Prasarana di SMA Muh 2 Bandar Lampung……....
12 Hasil belajar siswa jenjang kognitif...................................…………......
13 Rekapitulasi hasil belajar kognitif ......................………..….........
13 Rekapitulasi persentase pencapaian jenjang kognitif ........……..…......
14 rekapitulasi persentase hasil belajar kognitif..........,.....…………......

26
27
31
36
37
38
38
40
42
43
46
49
52
55
56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Struktur Organisasi
2. Foto penelitian
3. Instrumen Validitas Soal Posttest
4. Hasil Uji Validitas Soal Posttest
5. Data Uji Reliabilitas Soal Tes
6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes
7. Data tingkat kesukaran
8. Data daya pembeda
9. Silabus Pembelajaran
10. Perangkat Pembelajaran RPP
11. Kisi-kisi soal Posttest
12. Soal Posttest
13. Kunci Jawaban Soal Posttest
14. Data hasil belajar kognitif pada posttest
15. Lembar Rencana Judul Kaji Tindakan/ Skripsi Makalah
16. Lembar Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing
17. Lembar Penelitian Pendahuluan
18. Lembar Izin Penelitian
19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMA Muh 2
Bandar Lampung

1

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu cara manusia memproses dirinya untuk menjadi
pribadi yang taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, arif, dan dapat bergaul
dengan lingkungan sekitar. Melalui pendidikan diharapkan mampu memiliki
kemampuan baik dalam bidang akademis maupun keterampilan agar dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu bersaing secara
global.
Sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3,
tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Atas dasar di atas bahwa pendidikan memiliki peranan penting sebagai wadah
para generasi bangsa untuk membangun Indonesia kearah keberhasilan baik
secara manusianya atau pun akal pikiran yang berwawasan luas agar dapat
berguna untuk nusa dan bangsa.

2

Salah satu cara manusia untuk mendapatkan pendidikan adalah di sekolah.
Sekolah merupakan tempat atau wadah manusia untuk belajar-mengajar, belajar
tugas dari siswa sedangkan mengajar tugas dari guru adanya ciri-ciri khusus
dalam interaksi belajar-mengajar sebagai berikut:
Memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,
ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, adanya aktivitas, guru berperan
sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batasan waktu untuk
pencapaian tujuan serta adanya kegiatan penilaian (dalam interaksi dan motivasi
Edi Suardi, 1980:15)
Dalam proses belajar harus diciptakan sistem lingkungan (kondisi) yang kondusif
berusaha menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajarmengajar yang komponennya saling mempengaruhi. Sebagaimana dalam buku
Depdiknas yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif yaitu:
1. Adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan sosialnya (guru dan
teman-temannya) melalui diskusi, bermain peran, dan saling bertanya
2. Membangkitkan motivasi berprestasi siswa (memiliki daya dorong
atau keinginan dan keyakinan)
3. Memantapkan pengalaman siswa
4. Memenangkan siswa

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam belajar-mengajar disebut
juga ujung tombak karena sebagai penggerak kegiatan pembelajaran adalah guru.
Guru bukan hanya dituntut untuk piawai dalam menyampaikan materi secara
tuntas tetapi guru juga harus mampu menginovasi pembelajaran agar siswa lebih
memiliki daya tarik dalam belajar serta mencapai KKM yang telah ditetapkan..

3

Saat ini masih ada sekolah-sekolah yang kurang menerapkan model pembelajaran
yang bisa membuat para siswa merasa senang dalam menerima materi pelajaran,
terutama pada pelajaran sejarah hal ini akan semakin mempersulit siswa dalam
menerima materi jika hal ini berlangsung secara terus-menerus akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa. Walaupun, sudah digunakan model pembelajaran
diskusi-diskusi kelompok akan tetapi caranya masih monoton dan kurang
bervariatif dalam penyampaian hasil diskusi yang menyebabkan kejenuhan pada
diri siswa. Maka dibutuhkan beberapa cara untuk memecahkan permasalahan ini
oleh karena itu guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara optimal.
Suryo Subroto menyatakan bahwa: “Model pembelajaran yang digunakan oleh
guru dapat menentukan keberhasilan belajar siswa karena model adalah cara yang
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Suryo
Subroto, 1997:149).
Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar
menyatakan bahwa: “Keberhasilan sebuah model mengajar itu dapat terlihat dari
pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa di dalam kelas, yaitu terlihat pada
tinggi atau tidaknya prestasi belajar siswa setelah diajarkan dengan suatu model
pembelajaran tertentu” (Roestiyah, 1986:37).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pembelajaran
dibutuhkan model untuk membantu meningkatkan aktivitas siswa dalam
menerima penyampaian materi hal tersebut diperlukan agar prestasi siswa atau
hasil belajar siswa dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah
masing-masing.

4

Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan memacu motivasi siswa, sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada materi pelajaran sejarah
yang diberikan hasil belajar terdapat 3 aspek yang dapat diukur yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor, dengan menggunakan model salah satunya adalah Model
kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam buku cooperativ learning
Miftahul, Huda 2011:138) merupakan dua model cooperatif yang digabungkan
dengan cara kerja pembagian kelompok, kemudian masing-masing kelompok
diberikan tugas oleh guru untuk memecahkan suatu permasalahan. Setiap siswa
dalam model pembelajaran ini dituntut untuk menguasai tugas

yang telah

diberikan dan berbagi informasi dengan kelompok lain sebelum secara
keseluruhan materi dipresentasikan secara lengkap di depan kelas.
Selaras dengan pendapat dari Allport (dalam buku cooperativ learning Miftahul,
Huda 2011:87) berpendapat “ ada perbedaan yang menonjol dalam kualitas dan
kuantitas individu ketika mereka mau membuka diri untuk saling mendengarkan
satu sama lain dan peduli terhadap hasil kerja kelompoknya sehingga bisa saling
bekerjasama yang lebih efektif.
Dari latar belakang di atas, masalah ini menarik untuk diteliti karena peneliti ingin
mengetahui “Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS
menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered
Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung”
Selain itu penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dan
memberikan informasi tentang suatu model mengajar yang dapat digunakan

5

dalam pembelajaran di dalam kelas, khususnya pada pembelajaran sejarah.
Setelah mencari data dan informasi tentang masalah ini, maka penulis akan
mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model kombinasi Two Stay
Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran
Sejarah kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

1.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model
kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together
(NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung
2. Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS
menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung
3. Hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS
menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung
4. Hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS
menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung

6

1.3.

Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
masalah pada “Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI
IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered
Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung”

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa dalam
pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung?

1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hasil
belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan
model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together
(NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung”

1.6.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru

: Memberikan informasi tentang model mengajar yang

7

dapat diterapkan di dalam kelas terhadap hasil belajar
kognitif siswa pada pembelajaran sejarah.
2. Bagi siswa

: Dengan menggunakan model pembelajaran yang bervaria
si dapat memberikan suasana baru dalam proses belajar di
dalam kelas.

3. Bagi sekolah : Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah
dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar di
dalam kelas.
4. Bagi penulis : Memberikan pengalaman yang berharga kepada peneliti
untuk

mengetahui

hasil

belajar

kognitif

siswa

menggunakan model pembelajaran kombinasi Two Stay
Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)
pada pembelajaran sejarah di SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung.

1.7.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan,
khususnya pendidikan sejarah.

2.

Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS Di SMA Muhammadiyah
2 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014

8

3.

Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah hasil belajar kognitif dalam penggunaan model
kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Togedher
(NHT) pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014

4.

Ruang Lingkup Wilayah
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

5.

Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian
pendahuluan tanggal 4 Mei 2013 dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung sampai dengan selesai.

9

REFERENSI

Edi, Suardi.1980.Dalam Interaksi dan Motivasi.Jakarta.Gramedia
Cipta. hlm.15.
http://www.majalahpendidikan.com/2013/03/tahap-tahap-prosespembelajaran.html
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. hlm.149.
Roestiyah. 1986. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. hlm.37.
Miftahul, Huda M.Pd.2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan
Model penerapan/PPL. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm.138
Ibid. hlm. 87

9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

2.1. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang
berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperatif Learning Kombinasi
Menurut Roger,dkk (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:29)
“pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang
didalamnya

betanggungjawab atas pelajarannya sendiri dan didorong untuk

meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya”.
Cooperative Learning adalah “suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun secara kelompok” (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:4).
Sedangkan menurut Paker (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:29)
“model kooperatif adalah kelompok kecil kooperatif sebagai salah satu suasana
pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi terwujudnya tujuan bersama”.

10

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kombinasi adalah campuran beberapa
versi yang memberikan efek variatif yang digabungkan atau campuran dari
beberapa.
Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran dengan Cooperative Learning
Kombinasi adalah penggabungan dari beberapa model pembelajaran yang
menjadikan interaksi-interaksi terbuka dan hubungan-hubungan antar siswa dalam
kelompok. Siswa belajar bersama-sama di dalam kelompok membahas
pertanyaan-pertanyaan maupun masalah yang diberikan guru kepada masingmasing kelompok.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan
oleh kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan belajar ini akan
semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok
belajar yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya di bawah
bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin
mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari, sehingga para peserta didik akan
lebih mudah dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam
prosesnya siswa akan lebih aktif serta dapat memberikan dampak positif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning kombinasi
adalah penggabungan dari beberapa model pembelajaran yang cara kerjanya
berkelompok dengan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
untuk mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan.

11

2.1.2. Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar selaras dengan yang
disampaikan oleh Mills Suprijono (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda
2011: 10), berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai
proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu”.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray. “Dua
tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 (dalam
Cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:138) dan biasa digunakan bersama
dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads Together). Mekanisme pada
model pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa lebih percaya diri
dan memiliki kerjasama kelompok karena siswa dituntut bukan hanya berdiskusi
saja dengan kelompoknya, akan tetapi juga menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dengan teman kelompok lainya.
Dua orang yang tinggal bertugas menyampaikan materinya kepada dua orang
yang bertamu, sedangkan yang bertamu bertugas mendengarkan hasil dari materi
diskusi kelompok yang didatanginya. Model pembelajaran Two Stay Two Stray
juga biasa disingkat TSTS selain dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran
juga dapat menggambarkan kehidupan dalam bermasyarakat agar siswa dapat
bersosialisasi dengan kelompok-kelompok dan menjadikan siswa lebih cakap
dalam berbicara.

12

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki kelebihan maupun
kekurangannya:
Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.
3. Lebih berorientasi pada keaktifan
4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
5. Menambah kekompakkan dan rasa percaya diri siswa
6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Adapun kekurangan dari model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai
berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
coretanpenacianda.wordpress.com/.../model-pembelajaran-two-stay-two-stray/
Langkah-langkah dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai
berikut:
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang masing-masing berjumlah
empat orang
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan secara bersama

13

3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta
meninggalkan kelompoknya dan keduanya bertamu kelompok lain
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan informasi
dan hasil kerja mereka ketamu
5. Tamu mohon diri dan kembali kekelompk yang semula dan melaporkan
hasil pekerjaan mereka semua
6. Kesimpulan
Struktur model Two Stay Two Stray (TSTS)

(Lie, 2002: 61)

Dari uraian di atas mengenai pengertian dari model pembelajaran Two Stay Two
Stray (TSTS) peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay
Two Stray (TSTS) adalah perolehan konsep atau informasi yang cara
penyampaiannya melalui kerjasama kelompok dengan pembagian tugas untuk
bertukar informasi antar kelompok di mana dua siswa mencari informasi di
kelompok lain dan dua siswa memberikan informasi kepada kelompok lain
kemudian hasil dari pemerolehan informasi tersebut didiskusikan oleh kelompok
untuk memperoleh hasil diskusi kelompok. Apabila jumlah siswa mengalami

14

kelebihan atau lebih dari empat maka siswa yang lebih bertugas untuk menjadi
notulen pada saat bertamu kekelompok lainya. Sehingga mempermudah anggota
kelompok yang bertugas menjadi tamu. Akan tetapi, dalam hal ini dibatasi yaitu
setiap kelompok hanya boleh lebih dari 1 orang tidak dengan jumlah lainnya.

2.1.3. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Number Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas.
Pengertian tersebut diperkuat juga oleh pendapat para ahli menurut Russ Frank
(dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:138) “ model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertukar ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat,
meningkatkan semangat kerjasama antar siswa, serta dapat digunakan untuk
semua mata pelajaran”
Menurut Kagen dalam Ibrahim (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:
28)
“Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togedher (NHT)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik, tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu
hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, dan pengakuan adanya
keragaman”

15

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki kelebihan
maupun kekurangannya:
Adapun kelebihan Numbered Heads Together (NHT) dari model adalah sebagai
berikut:

1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Adapun kekurangan Numbered Heads Together (NHT) dari model adalah sebagai
berikut:
1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
ri1990.blogspot.com/2013/.../model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html
Langkah-langkah dari pembelajaran Numbered Heads Togedher (NHT) adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-masing siswa dalam
kelompok diberi nomor
2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling
benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor dari kelompok dan yang dipanggil
betugas untuk mempresentasikan hasil diskusinya

16

Dari uraian di atas mengenai pengertian dari model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) adalah perolehan konsep atau informasi yang
cara penyampaiannya melalui kerjasama kelompok dengan pembagian tugas lalu
setiap nomor siswa dipangil maka harus siap mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelompok-kelompok lain.
2.1.4. Pengertian Model Kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heats Together (NHT)
Menurut Spencer Kagan (dalam cooperatif learning 2011:140) “model
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikombinasikan dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)”. Model pelajaran kombinasi
jarang digunakan dalam proses pembelajaran karena masih dianggap sulit untuk
diterapkan padahal model kombinasi dapat menjadikan siswa lebih cakap dalam
proses belajar.
Langkah-langkah dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered
Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berjumlah 4 Orang, masingmasing siswa dalam kelompok diberi nomor
2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta
meninggalkan kelompoknya dan keduanya bertamu kelompok lain
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas menbagikan informasi
dan hasil kerja mereka ketamu

17

5. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok yang semula dan melaporkan
hasil pekerjaan mereka semua
6. Setelah itu kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawabannya
7. Guru memanggil salah satu nomor dari kelompok dan yang dipanggil
betugas untuk mempresentasikan hasil diskusinya
2.1.5. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Dalam pembelajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk
berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang
dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan
perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan
dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pada tingkat SMA tujuan pembelajaran sejarah adalah :

Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan
pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini
dan yang akan datang
2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan seharihari
3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk
memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat

1.

(Pusat Kurikulum, 2002).
Menurut Atas dasar tujuan tersebut, maka kompetensi dasar sejarah pada jenjang
SMA yang diharapkan dikembangkan melalui pengajaran sejarah adalah :

1. Mampu mengklasifikasi perkembangan masyarakat untuk menjelaskan
proses keberlanjutan dan perubahan dari waktu ke waktu
2. Mampu memahami, menganalisis, dan menjelaskan berbagai aspek
kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup,

18

ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pengaruhnya terhadap
masyarakat di Indonesia dan dunia dari waktu ke waktu
3. Mampu mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan keragaman dalam
sejarah masyarakat di Indonesia dan dunia serta perubahannya dalam
konteks waktu
4. Mampu menemukan dan mengklasifikasi berbagai sumber sejarah dan
adanya keragaman analisis serta interpretasi terhadap fakta tentang masa
lalu yang digunakan untuk merekonstruksi dan mendeskripsikan peristiwa
serta objek sejarah
5. menyadari arti penting masa lampau untuk memahami kekinian dan
membuat keputusan
(Pusat Kurikulum, 2006).
2.1.6. Pengertian Hasil Belajar
Setelah mengalami proses pembelajaran, seorang siswa akan memperoleh hasil
dari sebuah proses belajar. Menurut Suryosubroto dalam bukunya Proses Belajar
Mengajar di Sekolah menyatakan: “asil belajar adalah penilaian tentang kemajuan
siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan
dan keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian” (Suryosubroto, 1997:2).
Oemar Hamalik (2005:43) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah

laku

yang

diharapkan,

yang nantinya

dimiliki

siswa

setelah

dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Menurut Benjamin S. Bloom
hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Asep Jihad dan Abdul Haris,
2008:14).

19

Untuk mengetahui hasil belajar siswa salah satu caranya menggunakan tes.
Arikunto ( 2008 : 32) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan Dari
pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli,

Winkel

(1999:134) menyatakan: ”Ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik”. Ranah kognitif

berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

berpikir, ranah afektif berkaitan dengan perasaan siswa yakni seperti moral, nilai,
budaya dan keagamaan sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan perbuatan
atau keterampilan siswa. Setiap ranah memiliki teknik penilaian tersendiri. Ranah
kognitif biasanya dinilai dengan menggunakan tes formatif.
Dalam upaya mengetahui ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.
Meliputi 6 aspek yaitu:
1. Pengetahuan yang disebut C1 menekan pada proses mental dalam
mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya.
2. Pemahaman yang disebut C2 kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
3. Penerapan yang disebut C3 kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa
mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah
abstraksi.
4. Analisis yang disebut C4 kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5. Sintesis yang disebut C5 kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan
dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

20

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola
baru.
6. Evaluasi yang disebut C6 merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan
pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Bloom melanjutkan bahwa untuk mengukur skor dalam menilai hasil
belajar siswa ranah kognitif memiliki 6 aspek pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi disesuaikan dengan nilai yang
akan dicapai oleh siswa karena bobot soal semakin sulit maka skor yang
didapat akan semakin besar.
(Bloom dalam Sudjana 2006)

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka
hasil belajar merupakan segala perubahan dan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah mengalami sebuah rangkaian kegiatan dalam proses belajar. Seseorang
yang telah melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya
serta memiliki pengalaman baru dalam hidupnya, maka individu tersebut dapat
dikatakan telah melaksanakan apa yang dimaksud dengan belajar dalam hal ini
dispesifikasikan pada hasil belajar kognitif.

2.2.

Penelitian Yang Relevan

1. Judul Skripsi " Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray) Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas Xi Ips 4 Man 2 Pati Tahun Ajaran 2009/2010”
Peneliti adalah Nur Winda Sari dari program

Studi Sejarah

permasalahan yang diambil adalah rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Sejarah dan diharapkan melalui penerapan model

21

pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini model pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 Man 2 Pati Tahun
Ajaran 2009/2010.
2. Judul Sripsi “Penerapan pembelajaran kooperatif dengan model Numbered
Heads Together (kepala bermotor) untuk meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPS sejarah pada siswa kelas VIII F di SMP Negeri 1 Malang
oleh Hari Hadi Kesuma”.
Peneliti adalah Hari Hadi Kusuma dari program studi Pendidikan Sejarah
permasalahan yang diambil adalah rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran sejarah dan diharapkan melalui penerapan model
pembelajaran NHT (Numbered Heads Togedher) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dapat meningkat dan
mencapai KKM setelah diterapkannya model pembelajaran NHT.

2.3

Kerangka Pikir

Menurut Umu Sekaran dalam bukunya Business Reseach (1992:91) “ kerangka
pikir adalah model komseptual tentang bagaaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”
Pembelajaran model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads
Together (NHT) diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif
siswa melalui peningkatan kemampuan siswa pada jenjang pengetahuan (C1),

22

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6)
secara jelas akan terlihat pada paradigma

2.4

Paradigma

Penggunaan model kombinasi Two
Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Togedher (NHT)
dalam pembelajaran Sejarah

C1

C2

C3

C4

Hasil Belajar Ranah Kognitif
Siswa

Keterangan :
= Garis Kegiatan
= Garis Kegiatan

C5

C6

23

REFERENSI

Miftahul, Huda M.Pd. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan/PPL. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm. 29
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
hlm. 4 .
Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 29
Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 10.
Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 138.
Subhani, Armin. 2011. Pengertian Two Stay Two Stray,
Tersedia di coretanpenacianda.wordpress.com/.../model-pembelajarantwo-stay-two-stray/(diunduh tanggal 30 desember 2013, pukul 21.00).
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. hlm. 61
Miftahul, Huda,. Op Cit. hlm. 138.
Miftahul, Huda,. Op Cit. hlm. 28.
Hanuri, Nurhadi.2011. Model pembelajaran cooperative
Tersedia di ri1990.blogspot.com/2013/.../model-pembelajaran-kooperatiftipe.html diunduh tanggal 30 Desember 2013, pukul 20:38)
Miftahul, Huda . Op Cit. hlm. 140 .
Tabrani Rusyan dan Yani daryani. 1990. Penuntun Belajar yang Sukses.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PT. Nine Karya.
B.Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. hlm. 2
Oemar Hamalik. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Hlm.43.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Hlm.3.
Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multi
Press. Hlm.14.
W. S Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia. Hlm.134

24

Bloom dalam Sudjana (2006) hasil belajar kognitif
Tersedia di http://elearning.milaulas.com/mod/page/v ew.php?id=23i
(diunduh tanggal 3 Maret 2014, pukul 11.40)
Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 37
Umu, Sarakan, .1992.Business Reseach.Jakarta:Kencana.hlm. 91.

24

III. METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

Metodologi penelitian adalah suatu alat dan cara yang sistematis yang dimiliki
dan ditempuh oleh seorang peneliti dalam usaha mengadakan penelitian agar
tercapainya tujuan yang diantaranya adalah menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memecahkan suatu masalah dan
mendapatkan data yang tepat, maka diperlukan metode yang dapat menunjang
penyelesaian suatu masalah.
Pemilihan metode yang tepat dapat memudahkan suatu penelitian. Penulis akan
meneliti proses pembelajaran model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT). Dalam hal ini tidak terdapat kelas
pembanding, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
Eksperimen dengan menggunakan teknik eksperimen semu (quasi eksperimen).

3.2. Desain Penelitian
Metode penelitian eksperimen memiliki bermacam-macam jenis desain. Desain
eksperimen pada penelitian ini menggunakan tipe The One-Shout Case Study pada
penelitian ini tidak ada kelompok kontrol dan siswa diberikan pengajaran dalam
waktu tertentu (tanda X). Kemudian di akhiri dengan posttest pada tiap akhir

25

pelajaran atau tes setelah penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) yang diberikan tanda (T). Desain
penelitian ini sebagai berikut:

XT

Keterangan :
X : Kelompok yang akan diberi stimulasi dalam eksperimen
T : Kejadian pengukuran atau pengamatan
Jadi, penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered
Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang
beralamatkan di Jalan Hi. Zainal Abidin Pagar Alam No. 14 Labuhan Ratu,
Bandar Lampung 35144. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari,
yaitu pada Semester Genap tahun ajaran 2013/2014.

3.4.

Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang talah ditetapkan peneliti untuk pelelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2012:117) adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas

26

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya diartikan sebagai
orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, seperti pada
tabel berikut ini.
Tabel 1 populasi kelas XI IPS SMA
Siswa

N

Jumlah

Kelas
o

L

P

Total

1

XI IPS 1

18

13

31

2

XI IPS 2

17

15

32

3

XI IPS 3

19

12

31

54

40

94

Jumlah

Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2013/2014.

Dari tabel di atas dapat diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI
IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 yang
terdistribusi dalam 3 kelas (XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3) dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 94 siswa terbagi menjadi 54 laki-laki dan 40 perempuan.

3.4.2. Teknik Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Random Sampling, menurut Suharsimi Arikunto (2006:134) dalam bukunya yang
berjudul prosedur penelitian, teknik Random Sampling ini memberikan hak yang

27

sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi
sampel.
Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara mengundi kelas XI IPS
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung untuk menentukan kelas mana yang
akan diterapkan model pembelajaran yang telah dipilih oleh peneliti dan yang
menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 2 sebagai objek penelitian.

3.4.3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karektaristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sasaran yang akan menjadi data dalam penelitian. Dalam populasi
penelitian ini sebanyak 94. Sedangkan dalam menentukan besarnya sampel,
peneliti berpedoman pada pendapat (Margono, 2010:121) “sampel adalah sebagai
bagian dari pupulasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu”.
Tabel 2 sampel kelas XI IPS 2
No.

1.

Kelas

IX IPS 2

JUMLAH

Jumlah Siswa

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

17

15

32 orang

17

15

32 orang

Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2013/2014

Dari tabel di atas, sampel pada populasi ini adalah kelas XI IPS 2 yang mendapat
perlakuan dengan diajarkan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Numbered Heads Together (NHT).

28

3.5.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel menurut Sutrisno Hadi adalah “gejala-gejala yang menunjukkan variasi,
baik dalam jenis maupun dalam tingkatnya”(Sutrisno Hadi, 2001:224), sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto variabel merupakan “objek penelitian atau apa saja
yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian” (Suharsimi Arikunto,
2006:118).
Hatch dan Farhady:1981,(dalam Sugiyono 2012:60) menyatakan bahwa variabel
merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel-variabel
dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, sebagai
berikut:
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kombinasi Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Numbered Heads Together (THT). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran Sejarah. Model
pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung . Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu
kelas, yaitu kelas XI IPS 2. Pada kelas XI IPS 2 dalam pembelajaran
menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered
Heads Together (NHT).

29

3.5.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat
spesifik dan terukur. Agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai
dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya, maka peneliti harus
memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk
menguantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya . Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) pada kelas ini Model
Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dua tinggal dua tamu dimana
setiap kelompok akan memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan
hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sedangkan Numbered Heads Together
(NHT) adalah pemberian nomor kepada masing-masing siswa dan kelompok dan
bagi nomor siswa yang dipanggi guru ia harus siap untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Penggunaan model kombinasi ini akan lebih mengarahkan siswa
untuk lebih ko

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

0 4 22

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4 SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 63

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 11 72

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 18 94

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 107

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEJARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KOTABUMI SEMESTER GANJIL (Tahun Ajaran 2013-2014)

1 17 127

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 18 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12