PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEJARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KOTABUMI SEMESTER GANJIL (Tahun Ajaran 2013-2014)

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL

TWO STAY TWO STRAY

(TSTS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SEJARAH SISWA KELAS XI

DI SMA NEGERI 2 KOTABUMI

SEMESTER GANJIL

(Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh KARSINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SEJARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KOTABUMI SEMESTER GANJIL

(Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh : Karsini 0913033009

Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan dengan cara menggunakan metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajara. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stay (TSTS) pada pembelajaran sejarah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan jika ada, sejauh mana tingkat signifikan pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stay

(TSTS) pada pembelajaran sejarah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan sejauh mana tingkat signifikan pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stay (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian adalah

pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas

XI SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara tahun ajaran 2013-2014. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan dilakukan Skor gain dengan uji hipotesis normalitas dan homogenitas dan uji analisis data menggunakan uji one way

anova.

Hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh penggunaan yang signifikan Model Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Tahun Ajaran 2013-2014,dengan hasil perhitungan sebesar Ternyata, F hitung =24,158> F tabel = 3,99. tingkat signifikan dari pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stray (TSTS)

terhadap tingkat kemampuan berpikir kritis kuat cukup atau sedang, yaitu pada r = 0,512.

Semakin lama model Two Stay Two Stray (TSTS) diterapkan maka semakin meningkat

kemampuan berpikir kritis, begitupun sebaliknya semakin jarang diterapkan model Two


(3)

(4)

(5)

(6)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kerangka Teoretis 1. Konsep Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... .. 9

2. Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... .. 13

3.Konsep Pembelajaran sejarah ... .. 15

4.Konsep Siswa atau peserta didik ... .. 17

B. Penelitian yang Relevan ... 18

C. Kerangka Pikir ... 20

D. Paradigma ... 21

E. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Yang Digunakan ... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Rancangan Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian... 27

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

3. Instrumen Penelitian ... 31

G. Validitas dan Reabilitas... 32


(7)

xi

H. Jenis data dan Teknik pengambilan data ... 38

1. Jenis Data ... 38

2. Teknik Pengambilan Data ... 38

I. Teknik Analisis Data ... 39

1. Data Kuantitatif ... 39

1.1 Menghitung Skor Gain ... 39

1.2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 40

2. Uji Normalitas ... 41

3. Uji Homogenitas ... 42

4. Uji Hipotesis Anova ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Kotabumi ... 44

1.1 Sejarah SMA Negeri 2 Kotabumi ... 44

1.2 Visi dan Misi SMA Negeri 2 Kotabumi ... 45

1.2.1 Visi ... 45

1.2.2 Misi ... 46

1.3 Sarana dan Prasarana ... 47

1.4 Kegiatan Ekstrakulikuler ... 47

2. Pelaksanaan Penelitian ... 48

2.1 Kelas Eksperimen ... 48

2.2 Kelas Kontrol ... 52

3. Data Peningkatan Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 55

B. Analisa Hasil Penelitian ... 60

1. Hasil Uji Hipotesis ... 60

C. Pembahasan ... 62

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Simpulan ... 70

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Melalui pendidikan diharapkan dapat membentuk karakter manusia yang memiliki kemampuan akademik dan keterampilan lainnya, agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan, sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika,(beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar ( maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif, kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri” (E. Mulyasa, 2002:21)

Pendidikan merupakan hal penting dalam suatu negara, sebab jika suatu negara memiliki kualitas pendidikan yang baik, maka negara tersebut memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas inilah yang akan mengarahkan negaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.


(9)

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan. Selain mempersiapkan sumber daya manusia, Pemerintah melakukan revisi mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perbaikan mutu pendidikan selalu diperhatikan dengan baik. Agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik, tidak hanya bergantung pada sistem kurikulum yang ditetapkan pemerintah saja, tetapi faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu.

Pada hakikatnya guru merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem

pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan. “Pendidikan tidak lepas

dari pelaku-pelaku pendidik itu sendiri yang dalam proses belajar mengajar melakukan berbagai pendekatan, cara maupun strategi ke arah peningkatan mutu pendidikan. Pelaku pendidikan itu yakni guru dan siswa, dalam proses

belajar mengajar tersebut selalu mengharapkan ketercapaian tujuan”

(Hamalik, 2008:8).

Banyak usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam proses mengajar, agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan mudah dan cepat. Diantaranya dengan adanya model-model pembelajaran efektif yang selalu berkembang dengan berkembangnya teknologi dan zaman. Menggunakan model pembelajaran yang sesuai degan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Dengan


(10)

menggunakan model pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep materi yang diajarkan maka pemahaman siswa terhadap materi tersebut akan tertanam dengan baik.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif siswa. Maka tugas guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain” (Trianto, 2010:22).

Model Pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam menentukan perkembangan kognitif siswa. Mengunakan model pembelajaran yang baik dapat berpengaruh baik terhadap kemampuan belajar siswa. Agar keberhasilan siswa dapat tercapai dengan optimal, maka guru harus menggunakan model-model pembelajaran efektif yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Sehingga siswa lebih dapat mengembangkan kemampuannya dengan pembelajaran yang menarik perhatian, tidak membosankan dan dapat diterima dengan baik.

Model pembelajaran merupakan perencanaan pembelajaran di kelas yang mampu mengembangkan kognitif siswa, seperti kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan dalam dunia pendidikan. Berpikir kritis merupakan topik yang


(11)

penting dan vital dalam era pendidikan yang modern. Pendidikan saat ini hendaknya tidak semata-mata hanya diarahkan pada penguasaan dan pemahaman konsep materi saja tetapi juga pada peningkatan kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis, agar dapat meningkatkan daya saing bangsa untuk berkompetisi dalam persaingan global.

Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa sekaligus menyiapkan agar siswa sukses menjalani kehidupannya, karena dengan dimilkinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa Sekolah Menengah Atas maka mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan kurikulum, serta mereka akan mampu mengarungi kehidupannya di masa mendatang yang penuh tantangan, persaingan, dan ketidakpastian.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 2 Kotabumi, diketahui bahwa proses pembelajaran sejarah di kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi masih didominasi oleh guru. Guru biasanya lebih banyak memberikan penjelasan materi, kemudian memberikan soal latihan, mengulas soal dan ditutup dengan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR). Pada soal latihan yang diberikan guru kurang menggali kemampuan berpikir kritis siswa, soal yang diberikan hanya mencakup indikator interpretasi, penjelasan dan pengetahuan/ingatan, sehingga siswa kurang dilatih dalam indikator berikut: mengidentifikasi maksud, dan inferensi


(12)

hubungan data (analisis), memutuskan kredibilitas informasi (evaluasi), dan mengambil kesimpulan dari bukti yang wajar (inferensi).

Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan hasil belajarnya seperti yang tercantum pada tuntutan Kompetensi Dasar. Namun pada kenyataan pembelajaran di kelas, gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar sehingga keterlibatan siswa kurang optimal, yang menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan yang dimilki siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis. Kurangnya pemberdayaan kemampuan berpikir kritis siswa berdampak pula pada penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hal tersebut diperlukan alternatif model pembelajaran yang membuat siswa aktif, siswa menemukan sendiri pengetahuannya, siswa terlibat langsung sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan pengalaman yang berkesan bagi siswa.

Peneliti menetapkan sebuah teknik pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologi siswa remaja yaitu pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

membentuk kelompok kecil dan terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompok yaitu anggotanya bersifat heterogen (bermacam-macam).

Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam diskusi, Tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Model pembelajaran ini banyak menuntut kemampuan berpikir siswa terutama berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi yaitu berpikir kritis. Melibatkan


(13)

kemampuan berpikir kritis sebagai bagian yang menyatu dengan pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting sehingga siswa dapat memaknai fakta dan memproses informasi, serta mengaitkan aplikasi konsep dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini menarik untuk diteliti.

Maka Penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Model Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Sejarah Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara Tahun Ajaran 2013-2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka merumusan masalahnya adalah :

a) Apakah ada pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara?

b) Sejauh mana tingkat signifikan pengaruh penggunaan model Two Stay

Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah

siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan agar tercapai hasil seperti yang diharapkan. Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah


(14)

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model Two Stay Two

Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara.

b. Untuk mengetahui tingkat signifikan pengaruh penggunaan model Two

Stay Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1) Bagi guru

a) Dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa.

2) Bagi Peneliti

a) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS).

b) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3) Bagi sekolah

Dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses belajar dalam mata pelajaran Sejarah.


(15)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1 Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah penggunaan model Two Stay Two Stray dalam pembelajaran sejarah terhadap kemampuan berpikir kritis.

2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi lampung Utara.

3 Tempat Penelitian

Tempat Penelitian adalah SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara.

4 Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini adalah pada tahun 2013.

5 Konsentrasi Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ruang lingkup ilmu pendidikan, khususnya pendidikan sejarah.


(16)

REFERENSI

E.Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. PT Remaja Rosdakaya. Hlm 21.

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.Hlm 8. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara. Hlm 22.


(17)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Konsep Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Penggunaan istilah model lebih dikenal dalam dunia fashion. Sebenarnya dalam pembelajaran pun istilah model juga banyak dipergunakan. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Mills berpendapat bahwa “model

adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu” (Mills Suprijono, 2011: 10).

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis cooperative learning. Teknik ini dikembangkan oleh


(18)

Spencer Kagan pada tahun 1992. Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkat anak didik. Teknik Two Stay Two Stray

(TSTS) membentuk kelompok-kelompok kecil dan terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompoknya yaitu anggota kelompok-kelompoknya bersifat heterogen (bermacam-macam). Menurut Gordon pada buku Lie berpendapat bahwa:

Pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan sepadan dan membentuk jarak dengan yang berbeda, namun pengelompokan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini dapat menghilangkan kesempatan anggota kelompoknya untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena dalam kelompok yang heterogen tidak banyak perbedaan yang dapat mengakses proses berfikir, beragumentasi dan berkembang (Lie, 2002 : 40).

Struktur model Two Stay Two Stray (TSTS) memberi kesempatan kepada kelompok untuk memberikan informasi kepada kelompok yang lain. Kegiatan belajar mengajar seringkali diwarnai dengan kegiatan yang bersifat individu, antara lain siswa diharapkan bekerja sendiri dan tidak boleh melihat pekerjaan teman yang lain. Padahal dalam kenyataanya (hidup diluar sekolah) kehidupan dan kerja manusia saling bergantung dengan yang lainya.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray (TSTS) akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam


(19)

materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki kelebihan maupun kekurangannya.

Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

a) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya.

c) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. d) Lebih berorientasi pada keaktifan.

e) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya f) Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan kekurangan dari model Two Stay Two Stray (TSTS): a) Membutuhkan waktu yang lama.

b) Siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerja sama sehingga siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga). d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

(Lie, 2002: 61)

Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah

a) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.

b) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing


(20)

kelompok jika ada yang kurang mengerti dapat dipertanyakan langsung sebelum memulai diskusi.

c) Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk dua anggotanya untuk diam ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain.

d) Tugas tuan rumah adalah menjelaskan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang, sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. e) Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jadi

tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri.

f) Begitu seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu.

g) Setelah merasa cukup, perwakilan kelompok maju kedepan untuk memaparkan hasil temuannya.

h) Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi, setelah itu kesimpulan dan penutup.

Two Stay Two Stray (TSTS) memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan

anggota kelompok lain.

“Membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan” ( Lie, 2002:39).


(21)

Berdasarkan langkah-langlah model Two Stay Two Stray (TSTS) yang telah dikemukakan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode Two Stay

Two Stray (TSTS) memfokuskan pada kerjasama kelompok untuk

memperoleh suatu konsep yang baru dengan cara pembagian tugas (dua tamu dan dua tinggal).

Berdasarkan pengertian metode Two Stay Two Stray (TSTS) yang telah dikemukakan, peneliti menyimpulkan pengertian metode Two Stay Two Stray

(TSTS) adalah pemerolehan suatu konsep atau informasi baru melalui kerjasama kelompok dengan pembagian tugas untuk bertukar informasi antar kelompok dimana dua siswa mencari informasi di kelompok lain dan dua siswa memberikan informasi kepada kelompok lain kemudian hasil dari pemerolehan informasi tersebut didiskusikan oleh kelompok untuk memperoleh hasil diskusi kelompok.

2. Konsep Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Berpikir dapat diartikan suatu proses memanipulasikan tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri individu untuk menghadapi dan memecahkan masalah-maslah yang baru. Berpikir merupakan proses yang menggunakan akal dalam proses berpikir. Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa berpikir merupakan suatu proses kegiatan yang melibatkan akal dan panca indra untuk menghasilkan ide-ide atau pengetahuan. Menurut Reason dalam buku Sanjaya berpendapat bahwa:


(22)

Berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori (Sanjaya, 2006:228).

Membentuk kemampuan berpikir merupakan proses pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pembentukan dan penggunaan dalam kemampuan berfikir. Siswa akan lebih mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila didalam dirinya sudah terdapat struktur dan tingkatan pengetahuan.

“Siswa ketika berhadapan dengan bahan atau materi pembelajaran ia mudah

menempatkan, merangkai, menyusun alur logis dan menguraikan

mengobjeksinya” (Masnur Muslich,2007:216).

Mengukur kemampuan berpikir kritis dapat berupa interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan dan penjelasan, sebagaimana didefinisikan oleh Facione dalam tabel.

Tabel. 1 Indikator kemampuan berpikir kritis

No. Indikator Sub Indikator

1. Interpretasi:

Mengenali, mengklasifikasi, dan menjelaskan data

1. Menyajikan pertanyaanyang

relevan/menyelidiki ide 2 Memvalidasi data

3 Mengenal persoalan dan masalah

2. Analisis:

Identifikasi maksud dan inferensi hubungan data

1 Menafsirkan bukti 2 Mempertimbangkan

anggapan/asumsi 3 Mengidentifikasi


(23)

3. Evaluasi:

Memutuskan kredibilitas informasi

1.Mendeteksi bias 2.Mempertimbangkan

hukum/standar etik 3.Menggunakan refleksi

kecurigaan

4.Menguji alternatif

5.Memutuskan sesuai bukti 4. Inferensi:

Mengambil keputusan yang wajar dari bukti

1. Memprediksi konsekuensi

2. Melakukan penalaran deduktif/induktif

3. Mendukung kesimpulan dengan bukti

4. Menetapkan prioritas 5. Rencana pendekatan 6. Memodifikasi

individual

7. Melakukan penelitian dalam praktek

5. Penjelasan:

Menyamakan hasil kegiatan penalaran berdasar argument yang meyakinkan.

1. Memutuskan hasil 2. Merevisi rencana 3. Mengidentifikasi

persepsi orang lain. Facione (dalam Delhi Rep0rt, 1990:6)

Berdasarkan beberapa pengertian kemampuan berpikir kritis yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir kritis merupakan cara berpikir yang masuk akal atau berdasar pada nalar berupa kegiatan mengorganisasi, menganalisis, dan mengevaluasi dengan fokus untuk menentukan apa yang dapat dilakukan.

3.Konsep Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan ilmu yang memperlihatkan bahwa tidak ada satu gagasan atau institusi yang tetap sepanjang masa. Sejarah tidak akan memiliki makna apalagi segala sesuatu dalam keadaan tetap. Menurut S.K Kocchar


(24)

“Pembelajaran sejarah mengembangkan kemampuan anak untuk

memformulasikan penilaian yang objektif, mempertimbangkan setiap bukti yang penuh kehati-hatian dan menganalisis bukti-bukti yang dikumpulkannya

secara tepat” (S.K. Kochhar, 2008:32). Sedangkan, Menurut I Gede Widja menyatakan bahwa “pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas

belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini” (I Gde Widja, 1989: 23).

Sasaran utama pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah :

1) Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini.

2) Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia.

3) Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan.

4) Memperkokoh pemahaman bahwa intereksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia.

5) Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat memepelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manuasi secara keseluruhan.

(S.K. Kochhar, 2008: 1)

Sasaran diatas memiliki tujuan instruksional pembelajaran sejarah di Sekolah adalah mengembangkan (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) pemikiran kritis, (4) keterampilan praktis, (5) minat, dan (6) perilaku.


(25)

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah tidak mengkhususkan mempelajari fakta-fakta dalam sejarah sebagai ilmu namun perpaduan antara sejarah dan tujuan pendidikan pada umumnya. Meski demikian, pembelajaran sejarah berusaha menampilkan fakta sejarah secara obyektif meskipun tetap dalam kerangka fakta sejarah yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

4. Konsep Siswa atau Peserta didik

Upaya pendidikan pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membantu mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa atau peserta didik. Aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun proses belajar yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik. Menurut pasal 1 ayat 16 Peraturan Pemerintahan RI NO. 19 Tahun 2005 tentang standar

nasional pendidikan, “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Aminuddin Rassyad mendefinisikan

bahwa,” Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang

bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan” (Aminuddin Rasyad, 2000

:105). Sedangkan menurut Asri Budiningsih “Peserta didik adalah manusia


(26)

ditegakkan lewat system dan model pendidikan yang bersifat bebas dan

egaliter” (Asri Budiningsih, 2008:5).

Dari definisi dan pengertian diatas mengenai siswa atau peserta didik, dapat disimpulkan bahwa siswa atau peserta didik adalah seseorang yang berusaha mengembangkan potensi diri dengan cara belajar dan tergabung atau ikut serta dalam jalur, jenjang atau jenis pendidikan tertentu.

B.Penelitian yang Relevan

Dalam hal ini peneliti mengambil skripsi sebelumnya sebagai penelitian terdahulu yang relevan:

1. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah (Studi Pada Mata Pelajaran Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan Di Kelas X APk SMK Muhammadiyah 2 Malang).

Jenis penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus yakni siklus I dan siklus II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran memberikan pelayanan kepada pelanggan, kendala yang dihadapi selama pembelajaran Two Stay Two Stray terlaksana, dan respon guru serta siswa mengenai model pembelajaran Two Stay Two Stray. Data penelitian diambil dari hasil pre-test dan pos-test siklus I dan II, lembar observasi kegiatan peneliti selama mengajar, catatan lapangan mengenai pelaksanaan


(27)

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS), dan lembar observasi kemampuan siswa.

Dari penelitian terdahulu yang relevan di atas mempunyai kesamaan dalam penggunaan model pembelajaran dan data penelitian menggunakan pretest dan

posttest. Perbedaannya penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas,

sedangkan peneliti menggunakan metode eksperimen.

2. Proses Interaksi Berpikir Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray ( TSTS) Kelas VIII Semester II di SMPN 4 Malang. Disusun oleh Siti Nafsitah.

Kegiatan pembelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan terdapat proses interaksi berpikir siswa untuk melengkapi struktur kognitifnya sehingga memiliki keterhubungan antara konsep-konsep pengetahuan di dalamnya. Metode menghafal tanpa disertai pemahaman menyebabkan struktur kognitif siswa akan terpisah antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Metode pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) adalah metode pembelajaran yang mengoptimalkan kegiatan interaksi siswa untuk melengkapi struktur kognitifnya.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIIIA semester II di SMPN 4 Malang dengan mengambil empat siswa sebagai subjek penelitian dengan karakteristik heterogen dalam kemampuan akademis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan terjadinya proses interaksi berpikir siswa dalam pembelajaran


(28)

kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) kelas VIIIA semester II di SMPN 4 Malang.

Adapun persamaan yang mendasar dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah menggunakan model TSTS dalam berpikir siswa, perbedaannya dalam penelitian terdahulu merupakan proses interaksi sedangkan penelitian ini kemampuan berpikir siswanya. Pengambilan data menggunakan deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan pretest-posttest.

C.Kerangka Pikir

Pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yaitu ilmu yang bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dan rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu memahami dan memecahkan masalah hidup secara integrasi. Pelajaran sejarah termasuk salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa SMA.

Proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Kotabumi masih didominasi oleh guru melalui pembelajaran konvensional. Siswa lebih banyak memperoleh informasi dari guru sehingga siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi pembelajaran tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat pada siswa. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa kurang menggali kemampuan yang dimiliki, termasuk kemampuan berpikir kritis. Dalam upaya menggali kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran sejarah, dilakukan dengan penerapan model Two Stay Two Stray (TSTS) yang dirancang untuk mengajak siswa menerima pelajaran dengan cara yang menyenangkan.


(29)

Model Two Stay Two Stray (TSTS) ini menekankan pada interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sejarah guna mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pembelajaran ini, terjadi pertukaran informasi berupa gagasan, fakta, dan opini diantara siswa, sehingga materi yang dipelajari dapat lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian, diharapkan melalui penggunaan model Two Stay

Two Stray (TSTS) ini siswa dapat berperan aktif dalam penyelidikan dan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.

Kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah sejarah yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini meliputi aspek: 1) interpretasi, 2) analisis, 3) inferensi, 4) evaluasi, dan 5) penjelasan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D.Paradigma

Gambar 1. Paradigma Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) (X)

Model diskusi

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Sejarah


(30)

Keterangan :

: Garis Kegiatan : Garis Pengaruh Simbol X : Perlakuan

E.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Pengaruh Penggunaan model Two Stay Two Stay (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa”.

Hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan Model Two Stay Two

Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah

H1 = Ada pengaruh penggunaan yang signifikan Model Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah

Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua digunakan pasangan hipotesis, sebagai berikut :

Ho = Tingkat signifikan dari pengaruh penggunaan model Two Stay Two

Stray (TSTS) lebih rendah atau sama dengan terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kritis.

H1 = Tingkat signifikan dari pengaruh penggunaan model Two Stay Two

Stray (TSTS) lebih tinggi terhadap peningkatan kemampuan berpikir


(31)

REFERENSI

Anas Suprijono, 2011. Cooperative learning teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. hlm10.

Anita Lie. 2002. Cooperatif Learning. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm 40.

Anita Lie. Ib.Bid. Hlm. 61 dan 39.

Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakara. Prenada Media Kencana. Hlm 228.

Masnur Muslich. 2007 Pembelajaran Berbasis Berbasis Kompetensi dan Kontekstual: Jakarta bumi aksara. 216 hlm

Facione, P.A. 1990. The Delphi Report of Chritical Thinking, CA: The California Academic Press. Dalam

http://assessment.aas.duke.edu/documents/DelphiReport.pdf . ( 29 Maret 2013, 10:50 WIB).

S,K. Kochhar,. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History.Terjemahan purwanto dan yovita Hardiah. Jakarta PT.Grasindo. hlm 32. Dalam http:// Siswodwimartanto. Blogspot.com.

(4 April 2013, 13 : 50 WIB).

I Gede Widja. 1989. Dasar - Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud. Hlm 23.

S.K. Kochhar. Op.Cit. hlm 1.

Aminuddin, Rasyat. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Andira. Hlm 105 . Asri Budiningsih. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm 5. Anggi Lianasari. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (Gi) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Materi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Natar T.P 2011/2012). Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Mipa Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 57 hlm.


(32)

III. METODE PENELITIAN

A.Metode yang digunakan

Metode yang digunakan adalah eksperimen. Metode eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan peneliti untuk mengetahui pengaruh setelah mendapatkan perlakuan. Menurut Sugiyono metode eksperimen adalah “metode penelitian yang yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2012 :107). Sedangkan menurut S. Margono “Metode eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan peneliti” (S. Margono, 2010 :110). Berdasarkan pendapat diatas, maka metode eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk memaparkan atau menggambarkan tentang pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stay (TSTS) dalam pembelajaran sejarah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Kotabumi Tahun ajaran 2013-2014. Penelitian ini akan membandingkan nilai pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diperoleh data atau hasil dari kedua kelas dianalisis untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh


(33)

positif yang signifikan antara perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto “populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Sedangkan menurut Handari Nawawi “Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan, fenomena, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian” (Handari Nawawi, 1991:141).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara pada tahun ajaran 2013-2014. Dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel.2 Jumlah Anggota Populasi

No Kelas

Jumlah Siswa Jumlah

Total


(34)

1 XI IPS 1 12 23 35 orang

2 XI IPS 2 13 23 36 orang

3 XI IPS 3 13 22 35 orang

4 XI IPS 4 12 25 37 orang

Jumlah 50 93 143 orang

Sumber : Data SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara tahun ajaran 2013-2014

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto “Sampel adalah apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi” (Suharsimi Arikunto, 2002 :107). Sedangkan menurut S Margono “Sample adalah sebagai bagian dari pupulasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu” (S.Margono, 2010 :121).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

Teknik pengambilan sampel ini didasarkan pada seluruh kelas XI yang dipilih secara acak dan setiap kelas mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian, yang dimaksud “Cluster random sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster” (Margono, 2005: 127). Pemilihan sampel secara cluster random sampling karena kelompok yang terpilih mewakili populasi dan melibatkan seluruh individu dalam kelompok


(35)

tersebut sebagai subyek. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Jumlah Anggota Sampel

No. Kelas

Jumlah Siswa

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. IX IPS 1 12 23 35 orang

2. IX IPS 3 13 22 35 orang

Jumlah 25 orang 45 orang 70 orang

Data SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara tahun ajaran 2013-2014

D.Rancangan Penelitian

Metode penelitian eksperimen memiliki bermacam-macam jenis desain. Desain dalam penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian dengan metode eksperimen pretest-posttest control group design. “Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design (Sugiyono, 2012: 112).

Pada Rancangan dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen yang menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan kelompok kontrol menggunakan metode diskusi kelompok. Selanjutnya setelah diketahui hasil dari pretest dua kelompok tersebut, maka pada kelas eksperimen diberikan perlakuan X, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan X. Setelah diberikan perlakuan dilanjutkan dengan posttest


(36)

pada dua kelas atau kelompok tersebut. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-(O4-O3) dan untuk melihat pengaruh perlakuan berdasarkan signifikasi yaitu dengan menggunakan uji statistik parametrik atau nonparametrik..Jika terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Pretest-Posttest Control Group Design.

Keterangan: R = kelompok dipilih secara random X = perlakuan atau sesuatu yang diujikan O1 = hasil pretest kelas eksperimen

O3 = hasil pretest kelas kontrol O2 = hasil posttest kelas eksperimen

O4 = hasil posttest kelas kontrol

Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab akibat suatu model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah ditentukan.

E.Prosedur Penelitian

1. Tahap Perancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

R O1 X O2


(37)

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakanya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Menyusun rencana pembelajaran dengan model TSTS dengan

mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang yang terdiri-dari 1 orang yang tinggi prestasi belajarnya, 3 orang yang sedang prestasi belajarnya, dan 1 orang yang rendah prestasi belajarnya. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua kelompok.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu perangkat evaluasi, yaitu soal tes awal/tes akhir disertai jawaban untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

g. Melakukan uji ahli pada soal pretes dan postes.

h. Instrument valid dan reliabel instrument digunakan untuk pretes dan

posttest.

i. Memberikan perlakuan.antara kelas eksperimen dan kontrol j. Analisis data.


(38)

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu yang diperhatian atau yang memiliki pengaruh dalam penelitian. “Variabel adalah objek penelitian ataupun menjadi titik perhatian suatu penelitian”(Suhasimi Arikunto, 2001: 91). Menurut Sutrisno hadi “variabel merupakan gejala-gejala yang menunjukkan variasi , baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya” (Sutrisno Hadi, 2001: 224).

Dalam penelitian ada dua variabel yaitu : a. Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Two Stay Two

Stray (TSTS).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan konstak dengan cara memberikan arti atau lebih menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstak variabel tersebut. Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas maka diperlukan pendefinisian variabel secara operasional sebagai berikut :


(39)

1. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dua tinggal dua tamu dimana setiap kelompok akan memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay

Two Stray (TSTS) ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas

tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

2. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan berpikir bagi seseorang dalam membuat keputusan yang dapat dipercaya dan dapat bertanggung jawab yang mempengaruh hidup seseorang. Indikator kemampuan berpikir kritis meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa telah setelah diberikan perlakuan berupa model Two Stay Two Stray

(TSTS). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai atau skor yang diperoleh siswa dengan instrumen berbentuk pilihan ganda pada materi pembelajaran Muncul dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.


(40)

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengukur suatu penelitian. “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2012:148). Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah varibel yang diberikan definisi operasionalnya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur Kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu tes hasil belajar pada pelajaran sejarah.

Instrumen penelitian tes hasil belajar siswa berupa perangkat tes formatif tipe soal objektif yang diberikan kepada siswa pada akhir materi yang telah ditentukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran sejarah.

Kompetensi Dasar : 1.2 Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Tabel.4 Kisi- Kisi Instrumen

No Dimensi Indikator Soal

1 Interpretasi a. Mengenali kerajaan-

kerajaan hindu budha di

Indonesia.

b. Mengklasifikasi bukti-bukti

peninggalan dari kerajaan

Hindu dan kerajaan Budha.

c. Menjelaskan muncul dan

berkembangnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.

7

2 Analisis a. Membedakan kerajaan-

kerajaan yang bercorak hindu dan bercorak Budha.

b. Adakah hubungan disetiap


(41)

kerajaan Hindu-Budha tersebut.

3 Evaluasi

a. Menilai kerajaan-kerajaan

Hindu-Budha yang mengalami puncak kejayaanya atau

keemasannya yaitu kerajaan majapahit, alasannya.

3

4 Inferensi

b. Mengambil keputusan

tentang bukti arkeologi pengaruh tradisi Hindu- Budha dan fungsi bangunan- bangunannya.

c. Penalaran bahwa kerajaan

Majapahit pernah mengalami masa kejayaannya, bagaimana dalam struktur birokrasi kerajaan tersebut.

5

5 Penjelasan a. Menjelaskan sistem dan

struktur sosial masyarakat pada masa kerajaan- kerajaan Hindu.

b. Mengidentifikasi faktor-

faktor penyebab runtuhnya

kerajaan Hindu-Budha di

Indonesia.

2

Jumlah soal 20

Sumber: Buku Sejarah SMA kelas XI IPS penerbit Erlangga dan LKS sejarah untuk SMA/MA kelas XI program IPS Semester 1 penerbitPratama Mitra Aksara serta Internet sebagai bahan penunjang materi.

G.Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketetapan atau kejegaannya atau reabilitasnya.


(42)

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Menurut S. Margono „„Di dalam mengukur validitas, perhatian ditujukan pada isi dan kegunaan instrumen„„(S. Margono, 2010 : 186). Sedangkan menurut Sugiyono „„Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti“ (Sugiyono, 2012 : 172).

Dapat disimpulkan bahwa instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, untuk menguji validitas instumen digunakan rumus koefisien korelasi biseral.

Keterangan:

pbi =koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

t = standar deviasi dari skor total P = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah (Arikunto , 2010: 79).


(43)

Dengan kriteria pengujian jika harga rhitung rtabel dengan =0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas menggunakan bantuan program computer yaitu Excel yang terdapat pada lampiran B.1

2. Reabilitas

Reabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Menurut Arikunto menegaskan “Apa yang dimaksud ajeg tidak berarti harus selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg/sama dalam kedudukan siswa diantara anggota kelompok yang lain“ (Suharsimi Arikunto, 2000: 89). Tentu saja tidak dituntut semuanya tetap karena besarnya ketetapan itulah yang menunjukkan tingginya reabilitas instrumen.

Untuk mengetahui koefisien reabilitas seluruh item perhitungan taraf keajegan tes ini digunakan rumus K-R 21 sebagai berikut :

=

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan M = mean atau rerata skor total

N = banyaknya item

= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) (Arikunto, 2008: 103)


(44)

Setelah tingkat keajegan soal, selanjutnya soal tes tersebut digunakan untuk

mengambil data penelitian. Kriteria pengujian, apabila rhitung> rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 maka pengukuran tersebut reliabel, dan sebaliknya jika

rhitung< rtabel maka pengukuran tersebut tidak reliabel.

Tabel 5. Kriteria besarnya Realibilitas Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,80 sampai 1,00

Antara 0,60 sampai 0,799 Antara 0,40 sampai 0,599 Antara 0,20 sampai 0,399 Antara 0,00 sampai 0,199

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2011 :93)

Hasil perhitungan uji reliabilitas soal tes hasil belajar menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu Excel dan didapat reliabilitas soal bentuk pilihan ganda adalah sebesar 0, berarti soal tersebut tergolong soal yang memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan uji reliabilitas terdapat pada lampiran B.2

3. Tingkat Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reabilitas adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah menentukan prorposi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Soal yang baik adalah


(45)

soal yang tidak terlalu mudah dan idak terlalu sukar, bilangan yang menunjukan skar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Kriteria besarnya indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

Soal dengan P 0,0 sampai 0,30 dikategori sukar

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 dikategori sedang

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 dikategori mudah

Sudjono (2008: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut :

Keterangan:

P : Angka indeks kesukaran item

Np : Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul N : Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar

Hasil perhitungan tingkat kesukaran menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu Excel. Hasil perhitungan Tingkat Kesukaran terdapat pada lampiran B.3

4. Daya Pembeda

Daya pembeda mengkaji butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dan siswa yang tergolang kurang prestasinya. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa


(46)

yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 33% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 33% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Rumus daya pembeda adalah:

D = PA– PB

Keterangan :

D : daya pembeda item soal;

BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar butir item yang bersangkutan.

BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar butir item yang bersangkutan;

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah

Sudjono (2008: 389) menyatakan bahwa hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk 0,20 – 0,40 Sedang

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik Bertanda Negatif Bruk Sekali

Hasil perhitungan daya beda soal menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu Excel . Hasil perhitungan daya beda terdapat pada lampiran B.4


(47)

H.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini ialah: 1. Jenis data

Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif.

a. Data kuantitatif adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian nilai gain dirata-rata.

2.Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tes awal dan tes akhir

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai tes awal diambil pada Pertemuan pertama. Nilai tes awal diambil sebelum pembelajaran pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai tes akhir diambil setelah pembelajaran pada pertemuan keempat setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 butir soal. Soal disusun sedemikian rupa sehingga tiap poin soalnya dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa

b. Observasi

Data observasi menggunakan teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung kepada


(48)

objek-objek penelitian. Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian di sekolah SMA Negari 2 Kotabumi Lampung Utara. c. Dokumentasi

Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data dengan mencatat data yang sudah ada pada sekolah. Dokumentasi merupakan cara pengambilan data yang sudah ada, seperti data siswa XI SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara.

d. Kepustakaan

Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, seperti teori dan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam penelitian, serta data-data lainnya yang diambil dari beberapa referensi.

I. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

1.1 Menghitung Skor Gain

Data penelitian ini yang berupa nilai pretes, posttes, dan N-gain baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Penghitungan skor gain bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah memperoleh data penelitian ini yang berupa nilai pretes dan postes, dan perhitungan N-gain

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk mendapatkan N -gain menggunakan rumus formula Hake (dalam Loranz, 2008:3).


(49)

Y Z

Y X Gain N

   

Keterangan : X = nilai rata-rata postes, Y = nilai rata-rata pretes, Z = skor maksimum

1.2Kemampuan berpikir kritis

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritissiswa dalam pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa

2) Menentukan persentase tiap indikator Kemampuan berpikir kritis dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P=

N

f 100%

Keterangan : P = angka Persentase, f = frekuensi keterampilan proses/Jumlah point kemampuan berpikir kritissiswa yang diperoleh, N = Jumlah total point kemampuan berpikir kritistiap indikator (Sudijono, 2004: 40)

3) Menghitung skor rata-rata tiap item

4) Setelah data diolah dan diperoleh, maka kecakapan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka kemampuan berpikir kritissiswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : Tabel 7. Persentase Kemampuan berpikir kritis

Nilai (%) Katagori kemampuan 81 – 100%

61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %

tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali (Arikunto, 2007:214)


(50)

2. Uji normalitas

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Chi Kuadrat. Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Chi-Kuadrat. Tahap-tahapnya seperti berikut

a. Hipotesis

Ho= Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1= Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b.Taraf signifikan : α =0,05

c. Statistik uji menggunakan Chi kuadrat

Keterangan :

oi : frekuensi harapan

Ei : frekuensi yang diharapkan k : banyaknya pengamatan

d.Keputusan Uji data

Diterima H0 jika , dengan .

(Sudjana, 2005:273).

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan uji levene untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang homogen atau tidak.


(51)

H0 : Varians sampel homogen H1 : Varian sampel tidak homogen

a. Taraf signifikasi yang di gunakan : =0,1. b. statistik uji untuk mengetahui menggunakan:

c. Kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak Ho jika

didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ α, derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan pembilang dan penyebut.

( Sudjana, 2005:250).

4. Uji Hipotesis

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan menggunakan statistik uji thitung bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh penggunaan model Two

Stay Two Stray (TSTS) dengan metode diskusi. Analisis data yang digunakan

adalah dengan uji statistik parametrik atau uji statistik non parametrik. Parametrik.

Pada Penelitian ini setelah data berdistribusikan normal dan homogen, maka peneliti melakukan uji anova yang menggunakan “one way anova (analisis ragam satu arah) untuk menguji rata-rata atau pengaruh perlakuan suatu percobaan yang menggunakan 1 faktor, dimana 1 faktor tersebut memiliki 3 atau lebih kelompok” Syofian siregar, 2013:269). Dalam perkembangannya Uji


(52)

Anova sering digunakan dalam rancangan penelitian yang menggunakan percobaan atau eksperimen. Uji Anova selain dapat menganalis perbedaan kelompok juga dapat menganalisis bagaimana pengaruh perlakuan terhadap kelompok-kelompok tersebut. Peneliti menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh dan Kaidah pengujian atau kriteria uji anova sebagai berikut :

Jika, Terima Ho jika Fhitung<Ftabel, dan jika Fhitung > Ftabelmaka Ho ditolak

Jika probabilitas.sig. >α (0,05).maka Ho diterima dan Jika probabilitas sig.<α (0,05).maka Ho ditolak.

Untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa, akan dilihat menggunakan tabel signifikan antara hubungan kedua variabel menggunakan korelasi ( r ) menurut Syofian Siregar, M.M sebagai berikut :

No Nilai Korelasi ( r) Tingkat Hubungan 1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah 2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,40 – 0,599 Cukup 4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,80 – 0,100 Sangat Kuat (Syofian Siregar, M.M, 2013: 337)

Apabila r = -1 korelasi negatif sempurna, artinya menjadi hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y turun.

Apabila r = 1 korelasi positif sempurna, artinya menjadi hubungan searah antara variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y naik.


(53)

REFERENSI

Sugiono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,cv. 107 hlm.

S. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 110

Arikunto Suharsimi.2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 108.

Hadari Nawawi.1991. Metodologi penelitian bidang sosial. Jakarta:Indayu Press Hal 141.

Arikunto suharsimi. O p. Cit. hlm 107 S. Margono, Op. Cit. Hlm 121

S. Margono Ib.Bid. Hlm 127 Sugiyono. Op.Cit. Hlm 112

Data Sekolah SMA Negeri 2 Kotabumi.

Sutrisno Hadi.2001. Metodologi Research. Yogjakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 224.

Sugiyono. Op. Cit. Hlm 148, 175 S.Margono. Op. Cit. Hlm 186.

Anas Sudijono.2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.Raja Grafindo Persada. Hal 372.


(54)

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

Sudjana.2005. Metode Statistik.Bandung: Tarsito. Hal 250. Sudjana. Ib. Bid. Hal 273.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara. 269 halaman.


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai penggunaan model

Two Stay Two Stray (TSTS) dalam pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI

IPS SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan Model Two Stay Two Stray

(TSTS) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Tahun Ajaran 2013-2014.. Diketahui pada hasil uji Anova F hitung =24,158> F tabel = 3,99.

2. Tingkat signifikan dari pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stray

(TSTS) cukup atau sama dengan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa diiketahui r = 0,512. Peningkatan hanya mencapai 26,2 %.


(56)

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Guru maupun peneliti lain yang akan menggunakan model Two Stay Two

Stray (TSTS), hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan

model Two Stay Two Stray (TSTS) sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan.

2. Dalam penggunaan model Two Stay Two Stray (TSTS), sebaiknya guru maupun peneliti lebih mengarahkan atau memfokuskan siswa pada materi yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing, agar hasil pembelajaran yang didapat tidak meluas dari materi yang telah ditentukan, sehingga waktu yang tersedia akan lebih efektif.

3. Dalam pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS), guru maupun peneliti sebaiknya turut mempersiapkan bahan pembelajaran untuk kelompok siswa agar dapat mengantisipasi kelompok siswa yang tidak membawa bahan pembelajaran dari sumber lain, sehingga siswa memiliki berbagai literatur untuk dapat mengerjakan tugas kelompoknya. Serta mempersiapkan instrument-instrumen yang dibutuhkan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi.2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 108.

. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. 370 hlm.

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. 128 hlm.

Facione, P.A. 1990. The Delphi Report of Chritical Thinking, CA: The California Academic Press. Dalam

http://assessment.aas.duke.edu/documents/DelphiReport.pdf . ( 29 Maret 2013, 10:50 WIB).

Hamalik, Oemar. 2008 . Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. 242 hlm.

Kochhar.S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History.Terjemahan purwanto dan yovita Hardiah. Jakarta PT.Grasindo. Dalam

http:// Siswodwimartanto. Blogspot.com. (4 April 2013, 13 : 50 WIB).

Lianasari, Anggi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (Gi) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Materi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Natar T.P 2011/2012). Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Mipa Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 57 hlm. Lie, A. 2002. Cooperatif Learning. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Jakarta. 104 hlm.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 260 hlm.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 264 halaman.


(58)

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 16. Gramedia. Jakarta. 279 hlm.

Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogjakarta.Pustaka Belajar. 282 hlm.

Rasyad, Aminuddin. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Andira. 208 hlm. Robert E, Slavin. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Erlangga.322 hlm

Roestiyah.2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.169 hlm. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakara. Prenada Media Kencana. 298 hlm.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara. 538 halaman.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 488 hlm.

Sudjana. 2002. Metode Statistika.bandung.Tarsito. 508 hlm. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Pendekatan

Kuantitatif,kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta,cv. 456 hlm.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. 234 hlm.

Suprijono, A. 2010. Cooperative learning teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 109 hlm.

Sutrisno Hadi.2001. Metodologi Research. Yogjakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 224.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara. 289 hlm. Widja, I Gde. 1989. Dasar - Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode


(59)

(60)

Sekolah : SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara Mata Pelajaran : Sejarah

Materi Pokok : Perkembangan kehidupan negara negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Kelas/Semester : XI/Ganjil

Pertemuan : 1 (satu)

Standar Kompetensi : Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia Pada Masa Negara-Negara Tradisional.

Kompetensi Dasar : Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Indikator :

1) Mendeskripsikan muncul-nya negara-negara kerajaan Hindhu-Buddha di Indonesia.

2) Membandingkan perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

3) Mendeskripsikan sistem dan struktur sosial, ekonomi (perdagangan, tenaga kerja, penguasaan tanah, pajak, dan transportasi) masyarakat pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.

4) Membandingkan struktur birokrasi antara kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah.

5) Menganalisis faktor-faktor penyebab runtuhnya kera-jaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

6) Menjelaskan keberlanjutan tradisi Hindu-Buddha di dalam masyarakat di daerah-daerah tertentu setelah runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha.

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu :

1. Siswa dapat mengetahui berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.

2. Mendeskripsikan muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah.

3. Siswa dapat memahami perkembangan kehidupan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.

4. Siswa dapat mengetahui sistem dan struktur sosial, ekonomi masyarakat pada kerajaan Hindu Buddha.

5. Siswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.


(61)

C. Strategi Pembelajaran

Metode : Model Pembelajaran Two Stay Two Stay (TSTS) D. Langkah-Langkah Pembelajaran :

No. Skenario Pembelajaran Nuansa TSTS Nuansa Berpikir Kritis Waktu

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran

dengan salam

b. Guru membacakan

tujuan pembelajaran.

c.Guru memberikan

motivasi dengan

bertanya” Coba kalian sebutkan kerajaan-kerajaan Hindu Budha

di Indonesia ?”

d.Guru menggali

pengetahuan awal siswa

”dari kerajaan-kerajaan

tersebut, mana yang bercorak Hindu dan

Buddha? “

a. Siswa membalas

salam dari guru.

b. Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru.

c. Siswa menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru

d. Siswa menjawab pertanyaan dengan merinci perbedaan agama kerajaan tersebut. (10menit) 1 menit 1 menit 3 menit 5 menit

2 Kegiatan Inti

a) Guru meminta siswa

duduk dalam kelompoknya masing-masing (setiap kelompok berjumlah 4 orang dan pembagian kelompok telah dilakukan pada hari sebelumnya.

b) Guru menjelaskan

materi yang akan di diskusikan.

a. Siswa membentuk

kelompok masing-masing.

b. Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

(75menit) 5 menit


(62)

mengenai muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu Budha.

d) Guru membantu

menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang mengerti.

e) Guru memberikan

mengarahan, untuk mencari informasi di kelompok lain

f) Guru membimbing

dari jarak jauh.

g) Guru meminta

perwakilan kelompok

mempresentasikan tugasnya.

h) Guru memberi

penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa dan bersama siswa menyimpulkan kegiatan

pembelajaran pada pertemuan tersebut.

anggota kelompoknya.

d. Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru dan tiap kelompok berdiskusi untuk menuliskan hipotesis mereka.

e. Siswa memastikan

bahwa kelompoknya telah siap untuk melakukan

penyelidikan untuk mengumpulkan data.

f. Siswa mencari

informasi ke kelompok lain dan Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menganalisis data yang diperoleh .

g. Siswa mendengarkan

penjelasan guru dan Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

h. Siswa mendengarkan

dan mencatat penjelasan mengenai materi yang kurang dipahami. Merumuskan Masalah Mengembangkan hipotesis, Mengumpulkan data. Menguji hipotesis dengan data/ menganalisis data. Menyimpulkan Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi 1 menit 3 menit 15 menit 15 menit 4 menit


(63)

i) Guru meminta siswa mengumpulkan Lembar Kerja Siswa.

j) Guru memberikan

Penghargaan dan evaluasi.

i. Setiap kelompok

mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan pada guru.

j. Siswa memperhatikan

dan menjawab soal evaluasi yang diberikan pada guru.

20 menit

8 menit

3 Kegiatan Penutup

a) Guru bersama siswa

menyimpulkan materi yang telah berlangsung dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.

b) Guru menutup

kegiatan

pembelajaran dengan mengucapkan salam

a. Siswa memperhatikan

dan memberikan kesimpulan materi.

b. Siswa menjawab salam dari guru

(5menit) 4menit


(64)

Kerajaan- kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.

 Sumber : Buku sejarah SMA kelas XI penerbit Erlangga.

F. Penilaian

1) Teknik : Tes tertulis. 2) Bentuk instrumen : Soal uraian


(65)

Sekolah : SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara Mata Pelajaran : Sejarah

Materi Pokok : Perkembangan kehidupan negara negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Kelas/Semester : XI/Ganjil

Pertemuan : 1I (dua)

Standar Kompetensi : Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia Pada Masa Negara-Negara Tradisional.

Kompetensi Dasar : Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Indikator :

1) Mendeskripsikan muncul-nya negara-negara kerajaan Hindhu-Buddha di Indonesia.

2) Membandingkan perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

3) Mendeskripsikan sistem dan struktur sosial, ekonomi (perdagangan, tenaga kerja, penguasaan tanah, pajak, dan transportasi) masyarakat pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.

4) Membandingkan struktur birokrasi antara kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah.

5) Menganalisis faktor-faktor penyebab runtuhnya kera-jaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

6) Menjelaskan keberlanjutan tradisi Hindu-Buddha di dalam masyarakat di daerah-daerah tertentu setelah runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha.

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A.Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu :

1. Siswa dapat mengetahui berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.

2. Mendeskripsikan muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah.

3. Siswa dapat memahami perkembangan kehidupan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.

4. Siswa dapat mengetahui sistem dan struktur sosial, ekonomi masyarakat pada kerajaan Hindu Buddha.

5. Siswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.


(66)

C. Strategi Pembelajaran

Model : Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

D. Langkah-langkah Pembelajaran

No Skenario Pembelajaran Nuansa TSTS Nuansa Berpikir

Kritis Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan a. Guru membuka

pelajaran dengan salam

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa c. Guru memberi

motivasi kepada siswa dengan mengajukan

pertanyaan “ Apakah kalian tahu kerajaan Majapahit?” d. Guru memberikan

apersepsi kepada siswa : “Siapakah raja yang pernah memimpin Kerajaan majapahit?”

a. Siswa membalas salam dari guru

b. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru

c.Siswa menjawab pertanyaan dari guru.

d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru.

10 menit 1 menit

1menit

4 menit

4 menit

2 Kegiatan Inti

a. Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. b. Guru menuliskan

masalah yang akan dibahas pada kegiatan pembelajaran c. Guru membagikan

LKS yang berisi permasalahan yang harus dikaji dan

a. Siswa membentuk kelompok masing-masing.

b. Siswa

memperhatikan penjelasan guru

c. Siswa menerima LKS dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Merumuskan Masalah Interpretasi 75 menit 1 menit 2 menit 1 menit


(67)

d. Guru mengarahkan agar tiap kelompok menuliskan hasil terhadap rumusan masalah yang diajukan oleh guru.

e. Guru membimbing setiap kelompok untuk menuliskan hasil diskusi mereka.

f. Guru berkeliling kelas membimbing setiap kelompok dan memerintahkan siswa dalam kelompoknya untuk mengumpulkan data.

g. Guru memerintahkan setiap kelompok untuk menuliskan data yang telah diperoleh.

h. Guru memerintahkan setiap kelompok membuat kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan.

i. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas secara

bergantian. j. Guru memberi

penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa dan bersama siswa menyimpulkan kegiatan

d. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru dan tiap kelompok berdiskusi untuk menuliskan hipotesis mereka. e. Siswa berdiskusi

dalam kelompoknya merencanakan cara kerja untuk membuktikan hasil kelompok.

f. Siswa memastikan bahwa

kelompoknya telah siap untuk

melakukan

mengumpulkan data dari kelompok lain.

g. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menganalisis data yang diperoleh .

h. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menuliskan kesimpulan pada LKS.

i. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas secara bergantian.

j.Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan mengenai materi yang kurang dipahami. Mengembangkan hipotesis, Mengumpulkan data Menguji hipotesis dengan data/ menganalisis data. Menyimpulkan Analisis Evaluasi Inferensi Penjelasan 3 menit 5 menit 15 menit 15 menit 5 menit 20 menit


(68)

E.Media/Sumber Belajar

 Media : Lembar Kerja Siswa (LKS) uraian materi pokok muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.

 Sumber : Buku Sejarah SMA kelas XI penerbit Erlangga. F. Penilaian

1. Teknik : Tes tertulis. 2. Bentuk instrumen : Soal objektif

k. Guru meminta siswa

mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan dan dipresentasikan.

k. Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan pada guru.

7 menit

3 Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

berlangsung. b. Guru menutup

kegiatan

pembelajaran dengan mengucapkan salam.

a. Siswa memberikan kesimpulan materi.

b. Siswa membalas salam guru.

(5 menit) 3 menit


(1)

Lampiran B. 19

Hasil Uji F

Anova

uji F Anova

Model Summaryb

Mod

el R

R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change 1 .512a .262 .251 9.784 .262 24.158 1 68 .000 a. Predictors: (Constant),

kontrol

b. Dependent Variable: eksperimen

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 2312.511 1 2312.511 24.158 .000a

Residual 6509.275 68 95 .725

Total 8821.786 69

a. Predictors: (Constant), kontrol b. Dependent Variable: eksperimen


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

3 20 49

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 18 59

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE “TWO STAY TWO STRAY” (TSTS) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode “Two Stay Two Stray” (Tsts) Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 TEMPEL TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 194

Pengaruh Model Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

1 0 9

Keyword: Cooperative Learning, Two Stay Two Stray (TSTS), question card,

0 5 14