PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4 SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh

Renshi Marchelina

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Renshi Marchelina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : Renshi Marchelina

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa dan nilai rata-rata kelasnya rendah yaitu 51,5.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunakan modelcooperative learning typeTSTS.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif dengan rata-rata persentase 59,66 %, siklus II kualifikasi aktif dengan rata-rata persentase 72,02 %, dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata persentase 81,39 %. Pada hasil belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 62,5 % dengan nilai rata-rata 57,2, siklus II menjadi 71,88 % dengan nilai rata-rata 63,4, dan pada siklus III meningkat menjadi 84,38 % dengan nilai rata-rata 76,5.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan.


(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray(TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Renshi Marchelina

NPM : 0813053054

Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 131760216000000000 NIP 195205111972071001

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd.

Sekertaris : Drs. Mugiadi, M. Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M. Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama mahasiswa : Renshi Marchelina

NPM : 0813053054

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, 01 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Renshi Marchelina NPM 0813053054


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumiharjo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 04 Juli 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.

Pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri 2 Sumberrejo, Batanghari Lampung Timur hingga selesai yaitu tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.

Setelah menyelesaikan studi SMA, penulis mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan lulus dalam tes tersebut. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(8)

MOTTO

Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita

mau berusaha dan berdoa

Impossible is nothing. Because imposibble = i m possible

Sesulit apapun suatu pekerjaan pasti akan terselesaikan asalkan

ada niat dan usaha yang maksimal untuk menyelesaikannya


(9)

111


(10)

112

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2011.Cooperative Learning.http://siti--amminah.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.

Andayani, dkk.. 2009.Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Apriyah, Nur. 2006.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat Peraga Benda Konkret (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Arikunto, Suharsimi, dkk.. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk.. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta.

Eko. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.

Furahasekai. 2011.Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.

http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray/. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB. Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Bandung. Herrhyanto, Nar, dkk.. 2009.Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007.Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta.


(11)

113

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan Strategi Penanaman Nilai.Ganesindo. Bandung.

Mursell dan Nasution. 2008.Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta. Poerwadarminta. 2011. Pengertian Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com

/social-sciences/education/2241185-pengertian-aktivitas-belajar/22 Desember, 2011. Diakses tanggal 27 Desember 2011 pukul 10.00 WIB. Poerwanti, Endang, dkk.. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. DEPDIKNAS.

Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Sanjaya, Ade. 2011.Pengertian Hasil Belajar.http://aadesanjaya. blogspot.com /2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sunyono. 2008. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Supriatna, Nana, dkk.. 2007.Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006.Model Pembelajaran Matematika.Upi Press. Bandung.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wardhani, Igak, dkk.. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


(12)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : Renshi Marchelina

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa dan nilai rata-rata kelasnya rendah yaitu 51,5.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunakan modelcooperative learning typeTSTS.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif dengan rata-rata persentase 59,66 %, siklus II kualifikasi aktif dengan rata-rata persentase 72,02 %, dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata persentase 81,39 %. Pada hasil belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 62,5 % dengan nilai rata-rata 57,2, siklus II menjadi 71,88 % dengan nilai rata-rata 63,4, dan pada siklus III meningkat menjadi 84,38 % dengan nilai rata-rata 76,5.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan.


(13)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Supriatna, 2007: 3).

Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat (Kusumah, 2009: 133).

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal atau sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak


(15)

dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Dalam model ini, guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2004: 11-12).

Di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran matematika masih saja dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan tidak menarik. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dianggap masih kurang dan perlu adanya perbaikan sesuai dengan yang diharapkan dalam KTSP (Apriyah, 2006: 2).

Pembelajaran matematika kadang-kadang terasa sulit, banyak hambatan, banyak kegagalan, baik bagi siswa maupun guru. Karena itu diperlukan model pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa untuk belajar matematika lebih baik. Salah satunya adalah model cooperative learning type TSTS. Model cooperative learning type TSTS ini dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan antar siswa di kelas dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran cepat tercapai, siswa menjadi lebih memahami materi pembelajaran, dan membuat suasana menyenangkan dalam


(16)

pembelajaran matematika yang biasanya dianggap membosankan dan menakutkan oleh siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi pada tanggal 12 Desember 2011 tentang data hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran matematika, siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa. Ini berarti jumlah siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 dengan standar ketuntasan 75% dari jumlah siswa tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas dan memiliki nilai rata-rata rendah yaitu 51,5.

Pada saat pembelajaran, guru belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi sehingga menyebabkan kurangnya minat siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai terhadap pelajaran matematika. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Ini terjadi karena pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan. Selain siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan, kerjasama positif antar siswa dalam kelompok juga sangat kurang. Saat mengerjakan LKS secara berkelompok hanya siswa yang pintar saja yang aktif mengerjakannya. Siswa juga sering mengobrol sendiri-sendiri selama proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai masih rendah. Karena itu diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalisasikan pembelajaran matematika dengan


(17)

menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan melatih berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan perbaikan Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan.

2. Kurangnya minat siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai terhadap mata pelajaran matematika.

3. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan jika belum memahami materi yang disampaikan guru.

4. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok.

5. Saat mengerjakan LKS secara berkelompok hanya siswa pintar saja yang aktif.

6. Siswa sering mengobrol sendiri-sendiri selama proses pembelajaran. 7. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada

proses pembelajaran.

8. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai, dari 32 siswa, hanya 10 siswa (31,2%) yang sudah mencapai mencapai KKM.


(18)

9. Rendahnya nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 51,5.

10. Guru belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai?

2. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunaan model cooperative learning typeTSTS.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunaan model cooperative learning typeTSTS.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Siswa


(19)

Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya di kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai sehingga hasil belajarnya pun meningkat.

2. Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru khususnya dalam penggunaan model cooperative learning type TSTS sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru matematika SD Negeri 4 Sukadamai.

3. Bagi SD Negeri 4 Sukadamai

Sebagai bahan masukan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan penggunaan modelcooperative learning typeTSTS.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan penggunaan modelcooperative learning typeTSTS sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ModelCooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Mills (dalam Suprijono, 2009: 45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Sedangkan menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya, model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009: 45-46).


(21)

Menurut Arends (dalam Trianto, 2010: 22) model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran, melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Cooperative Learning

a. PengertianCooperative Learning

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya dilakukan secara berkelompok. Menurut Isjoni (2007: 11) cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan


(22)

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan Artz dan Newman (dalam Trianto, 2010: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama, jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Sedangkan Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 62) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Roger, dkk. (dalam Huda, 2011: 29) cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono, 2009: 58).


(23)

Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2004: 31) tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan pembelajaran.

b. KarakteristikCooperative Learning

Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dapat dikatakan cooperative learning. Bennet (dalam Isjoni, 2007: 41-43) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learningdengan kerja kelompok, yaitu:

a) Positive Interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lainnya juga.

b) Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.

c) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.

d) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

e) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).


(24)

Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning dapat melatih siswa untuk berinteraksi, bekerjasama, dan bertanggung jawab dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

c. Tujuan Cooperative Learning

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2007: 21).

Menurut Martati (2010: 15) model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Tujuan ketiga kooperatif adalah mengajarkan katerampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada siswa.

Sedangkan menurut Sharan (dalam Isjoni, 2007: 23-24), siswa yang belajar menggunakan metode cooperative learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative learning juga bertujuan menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.


(25)

Pembelajaran cooperative learning bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto, 2010: 59).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative learning bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa, dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.

d. Peranan Guru Dalam Cooperative Learning

Dalam pembelajaran, guru berperan menyediakan sarana pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan.

Menurut Isjoni (2007: 62) peran guru dalam pelaksanaan cooperative learningadalah sebagai:

a) Fasilitator

Sebagai fasilitator guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu siswa mengungkapkan keinginan dan pembicaraan secara individual maupun kelompok, membantu menyediakan sumber dan media pembelajaran, membina siswa agar menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, serta menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.

b)Mediator

Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata yang ditemukan di lapangan.

c) Director-Motivator

Sebagai director guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi dan sebagai motivator guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.


(26)

d) Evaluator

Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran koperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator dalam proses pembelajaran dan mendorong serta memotivasi siswa untuk memperoleh kemajuan yang baik.

3. Two Stay Two Stray(TSTS) a. Pengertian TSTS

TSTS adalah salah satu tipe dari cooperative learning. TSTS merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Menurut Lie (2004: 61) TSTS ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur TSTS ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

TSTS ini bisa dijadikan sebagai alternatif pembelajaran matematika di sekolah. Terutama untuk bahasan yang terdiri dari beberapa sub pokok bahasan. Sehingga tujuan pembelajaran cepat tercapai, siswa menjadi lebih mengerti dan membuat suasana menyenangkan dalam


(27)

pembelajaran matematika yang biasanya dianggap membosankan oleh siswa. TSTS cocok untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan antar siswa di kelas (Furahasekai.wordpress.com, 2011).

Sedangkan menurut Suprijono (2009: 93-94) TSTS diawali dengan pembagian kelompok lalu guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah itu dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain, dan dua anggota lainnya menerima tamu dari kelompok lain untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Jika telah selesai, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk membahas hasil kerja mereka.

TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (wordpress.com, 2011).

Sedangkan menurut Herdian (dalam Amminah.blogspot.com, 2011) model pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Tahap-tahap pelaksanaannya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima tamu (dua orang dari kelompok lain), kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, kemudian laporan kelompok-kelompok.

Menurut Eko (blogspot.com, 2011), ciri-ciri TSTS yaitu: (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (c) Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,


(28)

jenis kelamin yang berbeda, dan (d) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa TSTS adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang, lalu dua anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, sedangkan dua lainnya menerima tamu dari kelompok lain untuk berdiskusi.

b. Langkah-langkah Pembelajaran TSTS

Menurut Lie (dalam Aminah.blogspot.com, 2011) langkah-langkah pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. b) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang

akan dipelajari melalui tanya jawab.

c) Guru mempresentasikan tata cara pembelajaran kooperatifTwo Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu).

d) Guru memberikan pengarahan tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif seperti: semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajar anggota kelompoknya, menghargai pendapat teman, saling membantu selama proses pembelajaran, membagi tugas individu sehingga semua anggota mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mempelajari materi.

e) Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

f) Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok.

g) Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut, yang disebut dengan kelompok awal. Dalam kelompok awal ini siswa berdiskusi tentang semua permasalahan yang diberikan oleh guru.

h) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain. Dalam kelompok ini, siswa berbagi informasi tentang berbagai permasalahan yang telah dipecahkan dalam kelompok awal. Kelompok ini disebut dengan kelompok bertamu dan menerima tamu.


(29)

i) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut.

j) Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain.

k) Siswa yang bertamu ke kelompok lain dan siswa yang bertugas menerima tamu dari kelompok lain saling mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja siswa.

c. Kelebihan dan Kelemahan TSTS

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Susanti (dalam Amminah.blogspot.com, 2011) kelebihan dari TSTS adalah: a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. c) Lebih berorientasi pada keaktifan.

d)Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya. e) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

f) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. g) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

Sedangkan kelemahan dari model TSTS adalah: a) Membutuhkan waktu yang lama.

b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang yang berkemampuan akademis sedang, dan satu siswa berkemampuan kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberi kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu


(30)

orang berkemampuan akademis tinggi, diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.

B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Aktivitas

Dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Sardiman (2011: 100) aktivitas yaitu kegiatan yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Sedangkan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus berkaitan.

Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sedangkan menurut Rosseau dalam Sardiman (2011: 100) aktivitas adalah kegiatan interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang melibatkan fisik dan pikiran. Kaitan keduanya akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan fisik ataupun kegiatan pikiran yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku.


(31)

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut teori behavioristik, belajar adalah bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2005: 20).

Sedangkan Gagne (dalam Suprijono, 2009: 2) mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Menurut Robbins (dalam Trianto, 2010: 15) belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah dipahami dan pengetahuan yang baru. Dari definisi ini belajar memuat beberapa unsur, yaitu penciptaan hubungan, suatu pengetahuan yang sudah dipahami, dan pengetahuan yang baru. Jadi dalam makna belajar bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Sementara itu Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.

Sedangkan menurut Mursell dan Nasution (2008: 22) belajar adalah suatu usaha mencari dan memahami pengertian, makna, pemahaman. Bila usaha itu gagal, anak itu gagal pula dalam pembelajarannya. Sedangkan belajar


(32)

menurut Sardiman (2011: 20) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seorang siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwadarminta (dalam shvoong.com: 2011) aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

Ada berbagai macam aktivitas belajar, Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) membagi aktivitas belajar menjadi 8 kelompok, yaitu:

1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.


(33)

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.

7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik maupun mental dalam hal kegiatan belajar mengajar yang diperoleh melalui pengalaman sendiri untuk memeperoleh informasi dan pengetahuan yang baru sehingga dapat menunjang keberhasilan belajar siswa.

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

Sedangkan menurut Hamalik (2001: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah rohaniah, sedangkan motoris adalah jasmaniah. Hasil belajar akan tampak pada pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.


(34)

Selain itu Suprijono (2009: 7) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif.

Poerwanti, dkk. (2008: 7.5) mengklasifikasikan hasil belajar siswa dalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika), (2) domain afektif(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Menurut Sanjaya dalam (blogspot.com, 2011) hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran, dengan indikator domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

C. Pembelajaran Matematika SD 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru dalam rangka membuat siswa belajar. Menurut Komalasari, (2010: 3) pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau


(35)

didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Isjoni (2007: 11) tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010: 17).

Pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran, guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik (Suprijono, 2009: 13).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.


(36)

2. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2008: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Sejalan dengan Johnson dan Rising (dalam Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) yang mendefinisikan matematika sebagai pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Menurut Reys (dalam Subarinah, 2006: 1) matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline (dalam Karso, 2000: 40) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Sedangkan menurut Suwangsih (2006: 9) kegunaan matematika adalah sebagai pelayan ilmu yang lainnya seperti pada biologi dan fisika, serta


(37)

matematika dapat digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti pada perdagangan dan pengukuran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.

3. Matematika SD

Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki, dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Karena adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap berpikir anak SD. Seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika adalah adanya keanekaragaman intelegensi siswa SD serta jumlah siswa SD yang cukup banyak dibandingkan guru yang mengajar matematika (Suwangsih, 2006: 15-16).

Sedangkan menurut Heruman (2008: 4) dalam pembelajaran matematika di SD diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali), yaitu menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.

Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih (2006: 25-26) yaitu:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.


(38)

Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif, namun sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika SD digunakan pendekatan induktif.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten, artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan.

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Konsep-konsep dalam pembelajaran matematika SD dapat dibagi menjadi tiga yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan (Heruman, 2008: 2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertahap dari yang sederhana menuju yang lebih sulit, pembelajaran yang konsisten, dan pembelajaran yang bermakna.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas model cooperative learning typeTSTS dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD


(39)

(40)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada pembelajaran matematika dengan penerapan model cooperative learning typeTSTS dapat disimpulkan:

1. Penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas siswa mencapai 59,66 %

2. Penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Hal ini dapat dilihat pada persentase hasil belajar siswa setiap siklusnya. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 57,2, pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 63,4, dan pada siklus III lebih baik lagi yaitu mencapai 76,5. Ketuntasan hasil belajar juga meningkat, pada siklus I hanya 20 siswa (62,5 %), pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa (71,88 %), dan meningkat lagi menjadi 27 siswa (84,38 %) pada siklus III.


(41)

2

Dengan demikian, penerapan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Saran

1. Kepada siswa, agar lebih giat belajar dan lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru serta lebih tanggap terhadap instruksi yang diberikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Kepada guru, agar selalu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pembelajaran, serta lebih berinovasi dalam menggunakan model pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan fasilitas dan dukungan moril kepada guru untuk melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran, serta menambah wawasan kepada guru tentang berbagai model pembelajaran, khususnyacooperative learning typeTSTS sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Kepada peneliti selanjutnya, agar lebih memperhatikan dan menerapkan langkah-langkah model cooperative learning type TSTS dalam pembelajaran secara tepat sehingga hasil penelitian berikutnya menjadi lebih baik lagi.


(42)

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh

Renshi Marchelina

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(43)

PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4

SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Renshi Marchelina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(44)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 28 2. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa...

102

3. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru... 105

4. Diagram Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa... 107 5. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa... 108


(45)

(46)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ModelCooperative Learning TypeTSTS... 7

B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar... 17

C. Pembelajaran Matematika SD... 22

D. Hipotesis Tindakan... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Setting Penelitian... 29

C. Subjek Penelitian... 29

D. Teknik Pengumpulan Data... 29

E. Sumber Data... 30

F. Alat Pengumpulan Data... 30

G. Teknik Analisis Data... 30

H. Prosedur Penelitian... 34

I. Indikator Keberhasilan Penelitian... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 4 Sukadamai... 47

B. Prosedur Penelitian... 48

C. Hasil Penelitian... 51

1. Siklus I... 51

2. Siklus II... 69

3. Siklus III... 87

D. Pembahasan... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 110


(47)

B. Saran... 111 DAFTAR PUSTAKA


(48)

(49)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kualifikasi Hasil Observasi Siswa... 32

2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru... 32

3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa... 34

4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas... 49

5. Aktivitas Siswa Siklus I... 60

6. Kinerja Guru Siklus I... 62

7. Hasil Belajar Siswa Siklus I... 63

8. Aktivitas Siswa Siklus II... 78

9. Kinerja Guru Siklus II...80

10. Hasil Belajar Siswa Siklus II...81

11. Aktivitas Siswa Siklus III... 96

12. Kinerja Guru Siklus III... 97

13. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 98

14. Rekapitulasi Aktivitas Siswa... 102

15. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru... 104

16. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa... 106


(50)

(51)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama mahasiswa : Renshi Marchelina

NPM : 0813053054

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, 01 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Renshi Marchelina NPM 0813053054


(52)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray(TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Renshi Marchelina

NPM : 0813053054

Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 131760216000000000 NIP 195205111972071001

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(53)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd.

Sekertaris : Drs. Mugiadi, M. Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M. Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(54)

(55)

MOTTO

Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita

mau berusaha dan berdoa

Impossible is nothing. Because imposibble = i m possible

Sesulit apapun suatu pekerjaan pasti akan terselesaikan asalkan

ada niat dan usaha yang maksimal untuk menyelesaikanny


(56)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku kepada:

Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil demi keberhasilanku. Terimakasih atas untaian doa dan motivasi yang telah diberikan kepadaku sehingga aku masih bisa melanjutkan studi ku sampai saat ini.

Adikku Nikhel Dirmelo, terima kasih atas motivasi, dukungan, dan doanya hingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabatku atas segala kebersamaan, motivasi, dukungan, bantuan, doa, serta nasihat yang selalu diberikan kepadaku..

Temanku dalam satu bimbingan skripsi (Rina) dan temanku dalam melaksanakan penelitian (Yuli), terimakasih atas kebersamaannya dan diskusinya selama ini, semoga bermanfaat.

Teman-teman satu angkatan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(57)

(58)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumiharjo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 04 Juli 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.

Pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri 2 Sumberrejo, Batanghari Lampung Timur hingga selesai yaitu tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.

Setelah menyelesaikan studi SMA, penulis mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan lulus dalam tes tersebut. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(59)

(60)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung;

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro;

6. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya meluangkan waktu bagi peneliti guna memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penuh dengan


(61)

kesabaran dan ketelitian dalam pengoreksian isi skripsi peneliti sehingga menjadikan karya ini menjadi lebih baik dan mudah dipahami;

7. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaaannya meluangkan waktu bagi peneliti guna memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta ilmu pengetahuannya guna masukan penting terhadap skripsi ini; 8. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, dan

motivasi yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini;

9. Ibu Dra. Sulistiasih, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik;

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang penuh rasa kekeluargaan, baik ketika berada di kampus maupun di luar kampus;

11. Ibu Suryati, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Sukadamai yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD tersebut;

12. Ibu Armala, S. Pd., guru matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai selaku teman sejawat yang telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar;

13. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai atas partisipasi aktifnya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

14. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini;

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu peneliti, memberikan motivasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(62)

Semoga segala bantuan, bimbingan, dan saran Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf jika dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa peneliti butuhkan dari semua pihak.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, Juni 2012 Penulis


(63)

(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumiharjo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 04 Juli 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.

Pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri 2 Sumberrejo, Batanghari Lampung Timur hingga selesai yaitu tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.

Setelah menyelesaikan studi SMA, penulis mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan lulus dalam tes tersebut. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(2)

(3)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung;

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro;

6. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya meluangkan waktu bagi peneliti guna memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penuh dengan


(4)

kesabaran dan ketelitian dalam pengoreksian isi skripsi peneliti sehingga menjadikan karya ini menjadi lebih baik dan mudah dipahami;

7. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaaannya meluangkan waktu bagi peneliti guna memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta ilmu pengetahuannya guna masukan penting terhadap skripsi ini; 8. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, dan

motivasi yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini;

9. Ibu Dra. Sulistiasih, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik;

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang penuh rasa kekeluargaan, baik ketika berada di kampus maupun di luar kampus;

11. Ibu Suryati, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Sukadamai yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD tersebut;

12. Ibu Armala, S. Pd., guru matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai selaku teman sejawat yang telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar;

13. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai atas partisipasi aktifnya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

14. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini;

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu peneliti, memberikan motivasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Semoga segala bantuan, bimbingan, dan saran Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf jika dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa peneliti butuhkan dari semua pihak.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, Juni 2012 Penulis


(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4 SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 63

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 04 METRO TIMUR T.P. 2013/2014

1 6 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV A SDN 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 24 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 4 77

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY – TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IPA 8 SMA NEGERI 2 CIREBON TAHUN PELAJARAN 2016-2017

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS VIID SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSARI

0 0 6