1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, menuntut adanya perubahan yang lebih baik
dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena maju mundurnya suatu bangsa atau negara sebagian besar dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan di negara itu,
khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.
Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika. Peran matematika dalam memacu
perkembangan ilmu pengetahuan itu terlihat dengan adanya penemuan-penemuan baru dibidang kedokteran, biologi, kimia,
fisika, teknik, ekonomi, dan telekomunikasi yang syarat dengan perhitungan matematis. Mengingat matematika mempunyai andil
yang cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah Indonesia memasukkan matematika sebagai
salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Atas SMA.
1
Dalam kegiatan belajar mengajar, tentunya semua guru menginginkan siswanya berhasil, baik dari segi kemampuan
pemahaman materi matematika maupun hasil belajar matematika. Kualitas hasil belajar siswa, dalam pelajaran matematika sangat
diharapkan oleh
semua pihak,
tetapi kenyataan
belum menggembirakan.
Kualitas hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil observasi pada saat
peneliti melaksanaan PPL II di sekolah, bahwa dari 27 siswa dalam kelas, hampir semua siswa mengikuti remidi dalam ulangan
matematika. Di sisi lain, terdapat keluhan siswa bahwa cara guru mengajar guru cenderung mengejar target capaian materi, tanpa
mengecek apakah siswa telah memahami materi yang disajikan.
Tetapi seseorang tidak boleh mengambil kesimpulan sendiri, bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya guru pengajar yang
1
Herman Paneo, “Pengaruh Umpan balik Evaluasi Formatif terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13: 67, Juli, 2007, 720.
tidak mampu
menyampaikan materi
pelajaran, tanpa
memperhatikan faktor lainnya. Karena ada banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil
belajar siswa
dalam proses
pembelajaran. Rendahnya kualitas hasil belajar matematika ini memberikan
indikasi bahwa pelaksanaan proses pembelajaran matematika di sekolah masih belum optimal. Kekurang optimalan proses
pembelajaran tersebut juga ditunjukkan pada saat PPL II di sekolah,
bahwa sebagian
siswa kurang
disiplin dalam
menyelesaikan soal-soal latihan dan tugas pekerjaan rumah PR, siswa
juga kurang
memahami konsep-konsep
prasyarat dikarenakan mereka kurang merespon terhadap materi pelajaran
yang diajarkan, sehingga informasi materi yang disampaikan oleh guru belum diterima dengan jelas. Ketidakjelasan informasi yang
diterima siswa ini mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan.
Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, diperlukan informasi yang memadai tentang siswa, seperti penguasaan mereka terhadap materi, sikap,
dan perilaku. Sehingga dalam hal ini evaluasi memegang peranan yang cukup penting.
2
Untuk mengetahui keadaan siswa terhadap materi yang belum dikuasai dan dipahami, kesulitan dan kelemahan apa yang
dirasakan siswa, maka evaluasi formatiflah yang tepat untuk diberikan secara berkelanjutan, serta untuk mengantisipasi
terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan tersebut maka dalam evaluasi formatif perlu diberikan umpan balik. Menurut
Dick, evaluasi formatif dipandang sebagai proses pengumpulan data tentang suatu produk selama pelaksanaan pengembangan,
yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan produk sebelum menghasilkan produk akhir.
3
Evaluasi formatif dalam penelitian ini diberikan setelah satu pokok bahasan selesai diajarkan akhir pokok bahasan atau
ulangan harian, dengan maksud ketidakpahaman siswa terhadap
2
Kusaeri, Supranato, Pengantar Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, 3-4.
3
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2013, 270.
satu pokok bahasan materi pelajaran dapat diketahui oleh guru, sehingga tidak terlanjur diketahui setelah evaluasi sumatif
dilaksanakan. Melalui evaluasi formatif, guru akan memperoleh informasi
bagian mana materi yang belum dipahami siswa, dan aspek-aspek mana dari program pembelajaran yang kurang efektif. Evaluasi
diharapkan dapat memberikan umpan balik yang objektif tentang apa yang telah dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan
bagaimana pula efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, bila guru dapat melakukan evaluasi secara baik maka dapat dipastikan
ia memiliki kemampuan mengajar yang baik.
4
Hasil yang diperoleh dari evaluasi tersebut memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar tiap siswa berikut
letak kesulitan belajar yang dialami oleh mereka. Berdasarkan petunjuk ini guru dapat mengupayakan perbaikan atau pengayaan
belajar siswa. Oleh karena itu evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan
para siswa yang dievaluasi.
Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang sistematis dan terencana. Hal ini dapat dilakukan oleh
seorang guru dengan menempatkan secara integral evaluasi dalam perencanaan
dan implementasi
satuan pelajaran
materi pembelajaran. Bagian penting lain yang perlu diperhatikan bagi
seorang guru adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali perkembangan
pencapaian hasil belajar mereka.
5
Salah satu bentuk evaluasi yang diselenggarakan di sekolah adalah dengan mengadakan tes. Tes hasil belajar atau achievment
adalah alat evaluasi yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil belajar tentang materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada
murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar learning
outcoms
yang telah
ditetapkan sesuai
dengan tujuan
pembelajaran.
6
Evaluasi dapat dikelompokkan menjadi: 1
4
Kusaeri, Supranato.,Op.Cit.
5
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011, 2.
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2013, 33.
evaluasi penempatan, 2 evaluasi formatif, 3 evaluasi diagnostik, 4 evaluasi sumatif.
7
Supaya guru tidak hanya tahu materi apa yang kurang dipahami siswa, maka dalam evaluasi formatif perlu dilakukan
suatu solusi yakni dengan memberikan “umpan balik” feedback terhadap hasil evaluasi formatif agar siswa mengetahui sampai
seberapa kemampuan mereka terhadap suatu materi. Melalui umpan balik pula dapat diidentifikasi kesalahan siswa secara
umum, serta melibatkan siswa secara bersama-sama untuk memperbaikinya. Umpan balik dapat pula dilakukan dengan cara
membagikan hasil koreksi yang disertai petunjuk untuk dibahas dan dikaji secara kelompok atau individual.
8
Sehingga umpan balik atau koreksi yang diberikan guru lebih bersifat informatif, dan
komunikatif, serta dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk memperbaikinya.
Adanya umpan balik evaluasi formatif bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan,
karena secara
tidak langsung
siswa akan
memperbaiki pemahamannya tentang suatu konsep materi sedikit demi sedikit,
sehingga siswa lebih siap dalam menghadapi evaluasi sumatif dan dapat memperbaiki hasil belajar matematika mereka. Jadi umpan
balik merupakan hal yang perlu diberikan terhadap evaluasi formatif.
Tatapi menurut Silverius, hanya menyajikan tes dan memperbaiki serta menyampaikan skor kepada siswa tidak terlalu
mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes, baik yang
dijawab benar maupun yang dijawab salah oleh siswa, dan siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang salah itu.
9
Jadi setelah peneliti memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi formatif atau tes 1, peneliti juga mengarahkan supaya
siswa menelaah kembali hasil jawaban tes 1 mereka secara berkelompok agar siswa dapat memperbaiki hasil jawaban mereka
yang salah. Sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi perbaikan atau pengayaan belajar bagi siswa. Setelah siswa diberi tes kedua,
7
Kusaeri, Suprananto, Pengukuran dan Penilaian..., 17.
8
Herman Paneo, “Pengaruh Umpan balik...., 722.
9
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta: Grasindo, 1991, 149.
maka peneliti juga harus memperhatikan apakah umpan balik evaluasi formatif yang diberikan oleh peneliti dilakukan ditindak
lanjuti oleh siswa atau tidak. Maksudnya apakah setelah diberi koreksi serta petunjuk pengerjaan terhadap hasil pekerjaan yang
salah umpan balik pada tes pertama, siswa akan mengerjakan tes kedua seperti yang dimaksud dalam petunjuk yang diberikan pada
hasil tes pertama evaluasi formatif. Hal tersebut sangat penting diperhatikan oleh seorang guru, karena tanpa siswa menelaah
kembali hasil dari jawaban tes 1 yang salah, maka pemberian umpan balik evaluasi formatif tidaklah berguna. Artinya hasil
belajar mereka akan sama saja meskipun sudah diberi umpan balik.
Umpan balik evaluasi formatif ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang kurang maksimal,
sehingga dapat diketahui ada pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa. Berawal dari fenomena di atas, penulis mencoba
mengadakan penelitian deng an judul “PENGARUH UMPAN
BALIK EVALUASI FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MAN SURABAYA”.
B. Rumusan Masalah