PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ALLOLEPATHY FROM BLADY GRASS TO THREE SPECIES OF ACACIA SEEDLINGS GROWTH

By

MELDA YANTI

Allelopathy is the compound released by the plants (example: blady grass) to the environtment and where another plants is living and could obstruct or extinguish to another plants. The purpose of research were to figure out the effect of

allelopathy from the blady grass toward the species of acacia seedlings, to figure out the weakest affected seedling species by blady grass allelopathy, and to figure out interaction between concentration of extracted blady grass and seedling tree species. The research was designed based on factorial in a complete random design. Factor I was the seedlings, consisted of acacia, mangium, and acacia alba, while factor II was concentration of extracted blady grass allelopathy, consisted of non extracted allelopathy, extracted allelopathy 25%, extracted allelopathy 50%, extracted allelopathy 75%, and extracted allelopathy 100%. Every treatment was repeated 5 times. The number of the seedlings for each experimental unit was 2 seedings. The observed variables were height, diameter of the stem, number of leaves, and living percentage of the seedlings. This observation data was tested by Bartlett test to find the variance homogenity. Then it was analyzed by using variance analysis, and tested by least significant difference (LSD). The


(2)

calculation were done at 5% significant level. The result of this research showed that allelopathy of blady grass were significant to the growth of acacia, mangium and acacia alba seedlings. Based on the LSD at 5% was known that the

concentrate of blady grass allelopathy had strongest negative effect to the growth seedlings was 100%. Seedling that was the most resistant to the allelopathy of blady grass is mangium seedling. It was known from the analysis of variance test there was an interaction between the seedling and the concentration of blady grass allelopathy that effect the height, leaves number, living percentage of seedlings.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA

Oleh MELDA YANTI

Senyawa alelopati merupakan senyawa kimia yang dilepaskan tumbuhan (seperti: alang-alang) ke lingkungan tempat tumbuh dan dapat menghambat atau

mematikan tumbuhan lainnya. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai spesies akasia, mengetahui jenis semai yang terpengaruh paling lemah, serta mengetahui interaksi antara konsentrasi ekstrak alang-alang dengan jenis pohon fase semai. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor I yaitu jenis semai yang terdiri atas akasia, mangium, dan akasia putih, sedangkan faktor II yaitu konsentrasi ekstrak alelopati alang-alang yang terdiri atas tanpa pemberian ekstrak alelopati, pemberian ekstrak alelopati 25%, pemberian ekstrak alelopati 50%, pemberian ekstrak alelopati 75%, dan

pemberian ekstrak alelopati 100%. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Jumlah semai pada setiap satuan percobaan adalah 2 semai. Variabel yang diamati adalah tinggi, diameter batang, jumlah daun, dan persentase hidup semai. Data diuji menggunakan uji Bartlett untuk mengetahui homogenitas ragam. Kemudian dianalisis dengan analisis ragam, lalu diuji lanjut dengan uji beda nyata terkecil.


(4)

Taraf nyata yang digunakan dalam semua pengujian tersebut adalah 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat alelopati alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 5% diketahui bahwa konsentrasi alelopati alang-alang yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah konsentrasi 100%. Jenis pohon fase semai yang paling tahan terhadap alelopati dari alang-alang adalah semai mangium. Dari uji analisis ragam diketahui terdapat interaksi antara jenis pohon fase semai dengan konsentrasi zat alelopati alang-alang yang memengaruhi pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup semai.


(5)

PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA

Oleh MELDA YANTI

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA

(Skripsi)

Oleh MELDA YANTI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Desain percobaan secara faktorial (3x4) dalam Rancangan Acak

Lengkap (RAL) ... 22 2. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan tinggi semai ... 34 3. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan jumlah daun semai ... 35 4. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase hidup semai ... 35 5. Alang-alang yang telah dijemur dan dipotong kecil-kecil sebagai

bahan ekstrak alelopati. ... 78 6. Ekstraksi zat alelopati alang-alang dengan metode maserasi

Menggunakan pelarut etanol CH3CH2OH 96% ... 78 7. Penyaringan bahan alang-alang untuk diekstraksi menggunakan

mesin Rotary Evaporator ... 79 8. Hasil pengenceran ekstrak alelopati alang-alang sesuai konsentrasi

yang diinginkan . ... 79 9. Pengukuran variabel pertumbuhan semai sebelum pemberian ekstrak

alelopati alang-alang ... 80 10.Pemberian ekstrak alelopati alang-alang terhadap semai akasia,

mangium, dan akasia putih . ... 80 11.Semai akasia tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang pada

akhir penelitian ... 81 12.Semai akasia yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan

konsentrasi 75% pada akhir penelitian ... 81 13.Semai mangium tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang pada


(8)

iv 14.Semai mangium yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan

konsentrasi 25% pada akhir penelitian ... 82 15.Semai akasia putih tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang

pada akhir penelitian ... 83 16.Semai akasia putih yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 3

C. Manfaat penelitian ... 3

D. Kerangka pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A.Alang-alang ... 6

B. Zat alelopati ... 7

C.Akasia (Acacia auriculiformis) ... 9

D.Mangium (Acacia mangium) ... 13

E. Akasia putih (Acacia alba) ... 16

F. Pengaruh alelopati terhadap tanaman ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

A.Waktu dan tempat penelitian ... 20


(10)

C.Metode penelitian ... 21

D.Kegiatan penelitian ... 23

E. Pengamatan ... 25

F. Analisis data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Hasil penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 49

Tabel 6--54 ... 50


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil pengamatan rata-rata pertambahan seluruh variabel

pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih pada akhir

penelitian ... 29 2. Rekapitulasi analisis ragam untuk seluruh variabel penelitian tentang

pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap pertumbuhan semai

semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 30 3. Rekapitulasi hasil uji BNT tentang pengaruh jenis semai terhadap

rerata persentase pertambahan tinggi, diameter batang, dan berat

kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih ... ... 31 4. Rekapitulasi hasil uji BNT tentang pengaruh konsentrasi alelopati

alang-alang terhadap rerata persentase pertambahan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia

putih ... 32 5. Rekapitulasi analisis ragam lanjutan tentang pengaruh interaksi

jenis semai dengan konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup

semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 33 6. Data tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih pada awal

penelitian ... 50 7. Data tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih pada akhir

penelitian ... 51 8. Data pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan jati selama

2 bulan ... 52 9. Data persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan

akasia putih selama 2 bulan ... 53 10.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan tinggi semai akasia,


(12)

11.Hasil analisis ragam persentase pertambahan tinggi semai akasia,

mangium, dan akasia putih ... 54 12.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia

putih ... 54 13.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap persentase pertambahan

tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 55 14.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia

putih ... 55 15.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan

konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan

tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 56 16.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati alang-

alang terhadap persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 56 17.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia

putih ... 56 18.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia putih pada

awal penelitian ... 57 19.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia putih pada

akhir penelitian ... 58 20.Data pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan

akasia putih selama 2 bulan ... 59 21.Data persentase pertambahan diameter batang semai akasia,

mangium, dan akasia putih selama 2 bulan ... 60 22.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan diameter batang semai

akasia, mangium, dan akasia putih ... 61 23.Hasil analisis ragam persentase pertambahan diameter batang semai

akasia, mangium, dan akasia putih ... 61 24.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan diameter semai akasia, mangium, dan


(13)

25.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap rerata persentase pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia

putih ... 62 26.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati

alang-alang terhadap persentase pertambahan diameter batang

semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 62 27.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan diameter semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 62 28.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih pada

awal penelitian ... 63 29.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih pada

akhir penelitian ... 64 30.Data pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia

putih selama 2 bulan ... 65 31.Data persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,

dan akasia putih selama 2 bulan ... 66 32.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan jumlah daun semai akasia,

mangium, dan akasia putih ... 67 33.Hasil analisis ragam persentase pertambahan jumlah daun semai

akasia, mangium, dan akasia putih ... 67 34.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 68 35.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap

rerata persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,

dan akasia putih ... 68 36.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan

konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan

jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 68 37.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati

alang-alang terhadap persentase pertambahan jumlah daun semai


(14)

38.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 69 39.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih

pada awal penelitian ... 70 40.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih

pada akhir penelitian ... 71 41.Hasil uji Bartlett persentase hidup semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 72 42.Hasil analisis ragam persentase hidup semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 72 43.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 72 44.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap

rerata persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 73 45.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan

konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase hidup semai

akasia, mangium, dan akasia putih ... 73 46.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati

alang-alang terhadap persentase hidup semai akasia, mangium, dan

dan akasia putih ... 74 47.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 74 48.Data berat kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih

pada akhir penelitian ... 75 49.Hasil uji Bartlett berat kering total semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 76 50.Hasil analisis ragam berat kering total semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 76 51.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap

berat kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 76 52.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap rerata berat kering


(15)

53.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap berat kering total semai akasia, mangium, dan

akasia putih ... 77 54.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap berat


(16)

(17)

(18)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua tersayang, Bapak Asmuin dan Ibu Hartini yang telah membesarkan, mendo’akan, serta memberikan dukungan moril dan materil. 2. Ketiga adikku Hendri Irawan, Diana Novita Sari, dan Andika Saputra yang

turut memberikan motivasi dan do’a.

3. Para guru dan dosen, yang telah mengajarkan banyak hal, baik ilmu

pengetahuan, ilmu hidup, maupun ilmu akhirat dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.

4. Keluarga besar Himasylva dan Angkatan 2011 yang telah membantu serta memberikan dukungan dan do’a.


(19)

RIWAYAT HIDUP

Melda Yanti dilahirkan di Bandar Lampung padatanggal 23 Mei 1991. Dia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dengan orangtua bernama Bapak Asmuin dan Ibu Hartini. Sekolah Dasar dilakukan di SD Negeri II Rajabasa selesai tahun 2003, SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2006, SMA Negeri 9 Bandar Lampung selesai tahun 2009. Kemudian melanjutkan kuliah dan terdaftar sebagai mahasiswa angkatan 2011 di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, dia pernah menjadi Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva), menjadiAnggota Bidang Komunikasi, Informasi, dan Pengabdian Masyarakat periode 2012/2013, sebagai Sekretaris Bidang Komunikasi, Informasi, dan Pengabdian Masyarakat periode 2013/2014, Bendahara Himasylva periode 2014/2015, Mentor Forum Ilmiah Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila 2013/2014, Anggota Forum

Komunikasi Kader Konservasi (FK3I) Korda lampung, serta Divisi Administrasi dan Keuangan Garuda Sylva (Garsy) Lampung.


(20)

Melda Yanti juga pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Silvika, Silvikultur, Ekologi Hutan, Agroforestri, Bioteknologi Kehutanan, Dendrologi, Struktur dan Sifat Kayu, dan Teknik Manajemen Bibit dan Persemaian. Dia telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Tri Tunggal Mulyo

Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu dan Praktik Umum (PU) Kehutanan di BKPH Ledok KPH CepuDivisi Regional Jawa Tengah pada tahun 2014.


(21)

SANWACANA

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Zat Alelopati dari Alang-alang terhadap Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia”. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku pembimbing utama skripsi sekaligus dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing ke dua skripsi atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku penguji utama skripsi atas saran dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(22)

6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam bidang kehutanan.

Bandar Lampung, November 2015 Saya,


(23)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman pionir yang menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga tanaman lain harus bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari Jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain di sekitarnya, hal ini dikarenakan alang-alang merupakan tumbuhan pengganggu yang mampu melepaskan senyawa alelopati.

Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya (Odum, 1971 terjemahan Samingan, 1993). Pertumbuhan alang-alang sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah. Sehingga alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis.

Lahan kritis merupakan sebidang lahan yang penggunaan atau pemanfaatannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Oleh sebab itu lahan kritis tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena mengalami proses kerusakan fisik, kimia, maupun biologi yang


(24)

2 pada akhirnya akan membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi lahan, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Djunaedi, 1997). Lahan kritis juga disebut sebagai lahan marginal yaitu lahan yang memiliki beberapa faktor pembatas. Faktor pembatas adalah faktor lingkungan, misalnya unsur hara, air, suhu, kelembapan dan sebagainya yang ketersediaannya dalam jumlah sangat kurang atau berlebihan. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, gersang, produktivitas rendah, dan umumnya lahan kritis didominasi vegetasi alang-alang. Oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan menanam jenis tanaman lain yang tumbuh lebih cepat (fast growing).

Akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba) merupakan spesies pohon anggota famili Mimosaceae yang memiliki sifat cepat tumbuh (fast growing), sistem perakaran yang padat, dan mampu

beradaptasi pada berbagai kondisi tempat tumbuh, sehingga cocok digunakan untuk rehabilitasi lahan kritis yang ditumbuhi alang-alang. Sedangkan alang-alang menghasilkan zat alelopati yang diduga akan memengaruhi pertumbuhan pohon akasia, mangium, dan akasia putih yang ditanam di sekitarnya. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruhzat allelopathyyang dikeluarkan alang-alang terhadap pertumbuhan akasia, mangium, dan akasia putih.


(25)

3 B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai tiga jenis pohon yaitu akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia

mangium), dan akasia putih (Acacia alba).

2. Mengetahui jenis semai yang terpengaruh paling lemah oleh ekstrak zat alelopati dari alang-alang.

3. Mengetahui interaksi antara konsentrasi ekstrak zat alelopati dari alang-alang dengan jenis pohon terhadap pertumbuhan pohon fase semai.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk dijadikan referensi dalam pemilihan jenis pohon hutan yang tidak terpengaruh zatallelopathydari alang-alang, sehingga sesuai untuk pembangunan hutan tanaman di lahan yang beralang-alang.

D. Kerangka Pemikiran

Organisme hidup di alam tidak sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu kumpulan individu yang menempati suatu tempat tertentu sehingga menghasilkan suatu

interaksi antar individu. Amensalisme adalah suatu interaksi negatif antara dua atau lebih spesies yang mengakibatkan salah satu spesies yang berinteraksi terpengaruh negatif dan yang lain tidak terpengaruh. Amensalisme terjadi karena senyawa alelopati yang dilepaskan tumbuhan ke lingkungan tempat tumbuh, sehingga


(26)

4 berpengaruh negatif terhadap individu tumbuhan yang sama jenisnya maupun yang berlainan jenis. Salah satu jenis tumbuhan yang mengeluarkan senyawaallelopathy dan menjadi pesaing bagi tumbuhan lain akibat pertumbuhannya yang cepat adalah alang-alang.

Pengaruh senyawaallelopathyyang dikeluarkan oleh alang-alang terhadap tumbuhan fase semai dapat diketahui melalui perlakuan pemberian zatallelopathydari alang-alang kepada semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba). Berdasarkan perlakuan tersebut diperoleh respon dari ketiga jenis semai tersebut terhadap pemberian zat alelopati alang-alang, meliputi tinggi semai, diameter batang semai, jumlah daun, dan persentasi hidup semai.

Hasil penelitian Suji (2006) menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak alang-alang dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkecambahan biji akasia. Pemberian konsentrasi ekstrak alang-alang adalah AA 100%, AA 80%, AA 60%, AA 40%, dan AA 20%, biji yang masih mampu

berkecambah berturut-turut 80%, 80%, 82%, 78%, dan 82%. Dengan demikian konsentrasi ekstrak alang-alang tidak memberikan pengaruh efektif terhadap

perkecambahan akasia, dalam hal ini akasia dapat mentolerir zat alelopati dari alang-alang.

Pengaruh zat alelopati terhadap tumbuhan dapat terjadi melalui proses pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lain. Jenis bahan kimia yang terkandung pada alelopati pada umumnya berasal dari


(27)

5 golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid yang bersifat toksis atau penghambat karena menghasilkan substansi alelokemik yang merugikan tanaman lain (Bima, 2010). Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih.

E. Hipotesis

1. Zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai tiga jenis pohon yaitu akasia, mangium, dan akasia putih.

2. Semai akasia terpengaruh paling lemah oleh ekstrak zat alelopati dari alang-alang. 3. Terdapat interaksi antara konsentrasi ekstrak zat alelopati alang-alang dengan


(28)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alang-alang

1) Deskripsi Alang-alang

Alang-alang tumbuh berumpun, tunas batang (yang membawa bunga) tidak akan tumbuh memanjang hingga menjelang berbunga. Bagian pangkal tunas batang alang-alang terdiri atas beberapa ruas pendek, sedangkan tunas yang membawa bunga beruas panjang terdiri atas satu sampai tiga ruas, tumbuh vertikal dan terbungkus di dalam daun. Batang alang-alang yang membawa bunga memiliki tinggi 20--30cm. Bagian batang alang-alang di atas tanah berwarna keunguan (Damaru, 2011).

Rimpang (rizoma) alang-alang tumbuh memanjang dan bercabang-cabang di tanah pada kedalaman 0--20cm, namun dapat juga ditemukan hingga

kedalaman 40cm. Rimpang alang-alang berwarna keputihan dengan panjang mencapai 1 meter atau lebih dan beruas-ruas. Alang-alang berakar serabut yang tumbuh dari pangkal batang dan ruas-ruas pada rimpang (Damaru, 2011).

Helai daun alang-alang tumbuh tegak berbentuk garis-garis (lanset) yang menyempit ke bagian pangkal. Daun alang-alang memiliki panjang 12--80cm


(29)

7 dan lebar 5--18mm. Tulang daun alang-alang berbentuk lebar dan berwarna agak pucat. Tepi daun alang-alang bergerigi halus dan terasa kasar bila diraba. Pembungaan alang-alang berbentuk malai dengan bulir bunga yang tersusun rapat, berbentuk ellips meruncing, sangat ringan dan mempunyai rambut-rambut halus sehingga mudah terbawa angin. Bunga alang-alang memiliki benang sari berwarna kekuningan dan putik tunggal berwarna keunguan (Damaru, 2011).

2) Tempat Tumbuh

Alang-alang (Imperata cylindrica)merupakan gulma berdaun sempit yang tumbuh tegak dan berumpun. Alang-alang merupakan jenis tumbuhan pionir yang banyak tumbuh pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur hara yang miskin, namun tidak toleran terhadap genangan dan naungan. Alang-alang dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik hingga ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut (Damaru, 2011).

B. Zat alelopati

Amensalisme disebut sebagai suatu interaksi yang bersifat negatif, dimana salah satu anggotanya terhambat oleh adanya zatallelopathyyang dilepaskan dan yang lain tidak terpengaruh. Alelopati merupakan bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Sastroutomo, 1990).


(30)

8 Allelopathydiartikan sebagai pengaruh yang merugikan atau menghambat secara langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan tersebut (Indriyanto, 2008).

Alelopat kebanyakan berada pada jaringan tanaman, seperti daun, batang, akar, rizhoma, bunga buah maupun biji yang dikeluarkan dengan cara, seperti penguapan, eksudasi dari akar, pencucian dan pelapukan residu tanaman. Akar dari tumbuhan dapat mengeluarkan eksudat. Namun eksudat dari akar kurang potensial dibanding dari daun. Batang juga mengeluarkan alelopat meskipun tidak sebanyak daun. Daun merupakan tempat terbesar bagi

substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan disekitarnya. Substansi tersebut pada umumnya tercuci oleh air hujan atau embun yang terbawa ke bawah (Bima, 2010).

Jenis substansi beracun tersebut meliputi gugusan asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat. Buah juga sebagai penghasil substansi beracun penghambat pertumbuhan. Buah yang terlalu masak dan jatuh ke tanah kemudian terjadi pembusukan akan dapat mengeluarkan substansi beracun dan dapat menghambat pertumbuhan di sekitar tempat tersebut. Dalam bunga juga terdapat sejumlah substansi yang dapat menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil tanaman. Bahkan dalam biji pun dikenal sejumlah substansi penghambat pada perkecambahan biji dan mikroorganisme (Bima, 2010).


(31)

9 Jenis bahan kimia yang terkandung dalam alelopati berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bahan kimia tersebut merugikan tanaman lain karena bersifat racun sehingga menghambat petumbuhan tumbuhan lain. Hambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa alelopati, misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lain (Bima, 2010).

Pembentukan senyawa alelopat dalam tumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya ultraviolet yang dapat meningkatkan produksi alelopat. Demikian pula jika terjadi defisiensi nutrisi mineral dan air, maka asam klorogenik dari sebagian besar tumbuhan akan meningkat. Selain itu cuaca panas dan dingin juga dapat mempengaruhi pembentukan alelopat (Bima, 2010).

Beberapa jenis tanaman yang diduga mempunyai efek alelopati adalahPinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp., Acacia mangium,Azadirachta indica,Mangifera indica,Agathis spp.,Cassia siamea, danEnterolobium cyclocarpum(Soekisman, 1994).

C. Akasia (Acacia auriculiformis) 1) Klasifikasi dan Deskripsi Pohon

Klasifikasi taksonomis pohon akasia adalah sebagai berikut (Riswanto, 2011). Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida


(32)

10 Ordo : Fabales

Famili : Mimosaceae Genus : Acacia

Spesies :Acacia auriculiformisA. Cunn.exBenth.

Pohon akasia bisa mencapai tinggi tajuk 30 m dan berdiameter batang 50 cm. Kulit batang pohon berwarna abu-abu atau coklat. Bentuk daun seperti bulat sabit dengan panjang 10--16 cm dan lebar 1--3 cm, permukaan daun halus berwarna hijau keabuan dengan 3--4 tulang daun longitudinal yang jelas. Perbungan aksiler berbentuk bulir dengan panjang 7-10 cm yang selalu berpasangan; panjang tangkai bunga 5--8 mm; bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota yang berukuran 1,7--2 mm, biseksual, kecil, berwarna kuning emas, dan wangi; daun kelopak bunga berbentuk bulat berukuran 0,7--1 mm; benang sari banyak dengan ukuran 3 mm; ruang bakal buah diselaputi banyak rambut-rambut pendek dan halus. Buah kering dengan panjang 6,5 cm dan lebar 1—2,5 cm, berkayu, berwarna coklat, tepinya bergelombang, awalnya lurus namun ketika buahnya semakin tua akan terpuntir berbentuk spiral yang tidak teratur. Biji berbentuk bulat telur hingga elips, berukuran panjang 4--6 mm dan lebar 3--4 mm, berwarna hitam mengkilap, keras, tangkai biji panjang berwarna kuning atau merah (Taylor dan Awang, 1993).

2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Tegakan-tegakan alami akasia dapat dijumpai di Australia (Semenanjung Cape York, Queensland, sebelah utara Northern Territory), bagian tenggara Papua New Guinea dan Indonesia (Irian Jaya, Kepulauan Kai). Akasia telah


(33)

11 didomestikasi sejak 50 tahun yang lalu dan telah tersebar luas di kawasan Asia tropis (Taylor dan Awang, 1993).

Akasia tumbuh pada daerah-daerah dataran rendah tropis beriklim lembab sampai sub-lembab, pada tanah-tanah di sepanjang tepi sungai, pada daerah berpasir di tepi pantai, dataran yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di dekat pantai, dan dataran yang tergenang air (Attamimi, 2003).

Daerah penyebaran akasia memiliki rata-rata suhu maksimum 32--38°C dan rata-rata suhu minimum 12--20°C. Akasia tumbuh pada daerah dengan curah hujan bervariasi antara 760 mm/tahun di kawasan Northern Territory

(Australia) dan 2000 mm/tahun di Papua New Guinea. Penyebaran akasia dipengaruhi oleh iklim monson yang musim keringnya dapat terjadi selama 6 bulan. Daerah penyebaran akasia di Australia adalah pada daerah berpasir, tanah liat hitam, tanah Alluvial yang merupakan turunan dari batupasir atau laterit (Attamimi, 2003).

Pohon akasia mampu tumbuh pada keasaman (pH) tanah antara 4,5 dan 6,5, tetapi di kawasan Northern Territory tumbuhan ini tumbuh pada tanah pasir yang memiliki pH 8--9, juga terdapat pada tanah-tanah bekas pertambangan yang memiliki pH 3. Pohon akasia sangat toleran terhadap tanah yang mengandung garam (soil salinity) (Attamimi, 2003).


(34)

12 3) Perbanyakan

Perbanyakan akasia dapatdilakukan dengan menggunakan biji yang secara fisiologis telah masak, namun perlu perlakuan tertentu pada biji yang telah dewasa untuk mematahkan dormanasi, yaitu pencelupan biji ke dalam air panas selama 1--2 menit lalu direndam dalam air dingin selama semalam atau di-rendam dalam air hangat selama 24 jam. Setelah perlakuan, biji-biji tersebut akan berkecambah setelah 6 hari kemudian dengan tingkat keberhasilan biasa-nya mencapai 75%. Inokulasi rhizobium atau mikorhiza biasabiasa-nya dilakukan bila semai-semai dipersiapkan untuk ditanam di areal-areal terdegradasi atau bekas pertambangan. Perbanyakan akasia juga dapat dilakukan dengan stek (Taylor dan Awang, 1993).

4) Kegunaan Pohon

Pohon akasia cocok ditanam untuk menstabilkan lahan-lahan terkikis karena memiliki sistem perakaran yang padat dan mencuat ke permukaan (superficial and densely matted root system). Jenis ini dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan-lahan terdegradasi di Indonesia dan reforestasi kawasan-kawasan bekas pertambangan timah dan bauksit (Attamimi, 2011).

Kayu akasia dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia, misalnya sumber kayu bakar yang menghasilkan kalori 4.800--4.900 kkal/kg, bahan konstruksi dan bangunan, perabot rumah tangga, dan lain sebagainya (Indriyanto, 2012).


(35)

13 D. Mangium (Acacia mangium)

1) Klasifikasi dan Deskripsi

Pohon mangium diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Rusyana, 2011).

Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Mimosaceae Genus : Acacia

Spesies :Acacia mangiumWilld.

Pohon mangium bersifat selalu hijau dan memiliki tinggi hingga 30 m. Batang bebas cabang pohon mangium dapat lebih dari setengah tinggi pohon,

berbentuk silindris pada batang bawah dan berdiameter lebih dari 50 cm. Pohon mangium berkulit batang kasar dan beralur, berwarna abu-abu atau coklat. Pohon mangium memiliki ranting kecil seperti sayap, berdaun besar dengan panjang mencapai 25 cm, lebar 3--10 cm, berwarna hijau gelap dengan empat urat longitudinal. Bunga mangium berganda dengan warna putih atau kekuningan dalam rangkaian yang panjang hingga 10 cm, tunggal atau berpasangan di sudut daun pucuk. Buah mangium berbentuk polong kering merekah yang melingkar ketika masak, agak keras, panjang 7--8 cm, dan lebar 3--5 mm. Biji mangium berwarna hitam mengkilat, bentuk lonjong dengan


(36)

14 ukuran panjang 3--5 mm dan lebar 2--3 mm, memilikifunicleberwarna

kuning cerah atauorangeyang terkait pada biji.

2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Pohon mangium menyebar alami di Queensland Utara Australia, Papua New Guinea hingga Provinsi Papua dan Maluku. Pohon mangium bersifat cepat tumbuh dengan umur pohon 30--50 tahun dan mampu beradaptasi dengan tanam asam pada pH 4,5--6,5 di dataran rendah tropis yang lembab, namun tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan. Pohon mangium tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya tetapi juga tahan terhadap tanah yang tidak subur dengan drainase kurang baik (Mulyana dan Asmarahman, 2010).

3) Perbanyakan

Pohon mangium dapat diperbanyak menggunakan biji melalui pengeringan dan ekstraksi benih. Benih mangium diekstraksi dengan pengirikan atau penampian seperti yang dijelaskan oleh Doranet al. (1983) yang cocok untuk jenis ini. Benih mangium memilikifunicleberwarna kuning cerah atau orangeyang biasa disebut ari. Ari yang terdapat pada benih dapat dibuang dengan menggosok benih di atas ayakan. Selanjutnya benih masak dicelup dalam air panas selama 30 detik, kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam. Benih mangium memiliki daya kecambah tinggi yaitu antara 75--90% setelah mendapat perlakuan yang tepat (Taylor, 1994). Pohon mangium juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan stek dan kultur jaringan.


(37)

15 4) Kegunaan Pohon Mangium

Pohon mangium banyak dimanfaatkan untuk bahan kayu bakar, kayu konstruksi atau mebel, kayu tiang, pengendali erosi, naungan atau perlindungan. Pohon mangium merupakan jenis pohon golongan kayu konstruksi karena memiliki sifat-sifat kayu yang kuat, kaku, keras, berukuran besar dan memiliki keawetan yang tinggi. Kayu mangium mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil.

Kayu mangium tergolong kelas awet II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun ke atas bila diolah dengan baik. Kayu mangium tergolong kelas kuat II, yang berarti mampu menahan lentur di atas 1100 kg/cm2 dan

meng-antisipasi kuat desak di atas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan mebel furnitur (Atmadilaga, 2010).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati (2013) menyatakan bahwa ekstrak daunAcacia mangiumyang diberikan kepada perkecambahan jagung dapat mengganggu proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Hal ini dilihat pada penekanan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung yang ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun dari hijau normal


(38)

16 menjadi kekuning-kuningan, bengkaknya akar serta pertumbuhan rambut akar juga terganggu.

E. Akasia Putih

1) Klasifikasi dan Deskripsi Pohon

Klasifikasi pohon akasia putih secara taksonomi adalah sebagai berikut (Riswanto, 2011).

Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Mimosaceae Genus : Acacia Spesies :Acacia alba

Akasia putih termasuk kedalam kelompok pohon yang hijau sepanjang tahun (evergreen). Tinggi pohon akasia putih dapat mencapai 30 meter dengan tinggi bebas cabang mencapai setengah dari tinggi total. Pohon akasia putih memiliki kulit pohon berwarna abu-abu atau coklat dengan tekstur yang kasar dan berkerut. Bentuk daun akasia putih berbentuk bulat sabit dengan panjang, permukaan daun halus berwarna hijau keabuan dengan tulang daun yang jelas (Danida Forest Seed Centre, 2000).


(39)

17 2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Penyebaran pohon akasia putih mencakup Australia Timur Laut, Papua Nugini, Maluku dan Irian Jaya (Gunawan, 1999 yang dikutip oleh Azizah, 2005). Jenis pohon tersebut merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan berumur pendek (30--50 tahun). Pohon akasia putih dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan tahunan antara 1.000 mm/th dan 4.500 mm/th dan mempunyai rata-rata suhu udara 12--16 ºC (Hendrik, 2005).

3) Kegunaan Pohon

Kayu akasia putih memiliki ciri umum antara lain kayu teras berwarna coklat muda sampai coklat tua, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Sifat fisik kayu akasia putih memiliki berat jenis rata-rata 0,63 (0,43--0,66) dan termasuk ke dalam kelas awet III dan kelas kuat II--III. Kegunaan kayu akasia putih antara lain sebagai bahan baku konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga, lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, selain itu juga digunakan sebagai bahan kayu bakar dan arang (Mandang dan Pandit, 2002).

F. Pengaruh alelopati terhadap tanaman

Alelopati merupakan pengaruh yang merugikan tumbuhan disebabkan senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan dan dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Senyawa-senyawa kimia alelopat dapat memengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan


(40)

18 pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman diuraikan sebagai berikut (Djafaruddin, 2004).

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.

2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. 3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan

mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.

4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.

5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein. 6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas

membran pada sel tumbuhan.

7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

Senyawa alelokemis memberikan efek yang bersifat mencegah jenis tanaman yang akan bertunas dan tanaman yang baru tumbuh. Contoh senyawa

alelokemis yang dihasilkan olehAcacia ariculiformismisalnya senyawa yang mengandung samak, lilin, flavonoid, dan asam fenolik. Asam fenolik

menunjukkan efek beracun pada proses bertunasnya suatu tanaman dan pertumbuhan tanaman. Senyawa alelopati akasia (Acacia auricuriformis) menghambat perkecambahan biji jagung dan kacang tanah. Pemberian toksisitas berupa zat alelopati dari akasia adalah 80% untuk biji jagung dan 60% untuk biji kacang tanah, menghasilkan persentase perkecambahan biji


(41)

19 jagung sebesar 20 % dan perkecambahan biji kacang tanah sebesar 30%. Sedangkan persentase perkecambahan pada biji yang tidak diberikan

perlakuan zat alelopati masing-masing adalah 90% untuk biji jagung dan 92% untuk biji kacang tanah (Ewusie, 1990).

Alelokemis merupakan suatu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan alelopati. Senyawa tersebut merupakan senyawa beracun yang biasanya berupafenol, flavonoiddanterpeten. Pemberian senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan perkecambahan (pada perlakuan daun). Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian memengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis (Gardner, 1991).


(42)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian adalah bulan Januari sampai dengan Juli 2015.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan adalah jangka sorong (vernier calliper) ketelitian hingga 0,1 mm, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, penggaris ukuran 30 cm dengan ketelitian 0,00333 mm, kertas label, kamera digital Canon 16,0 megapixel 5x optical zoom, gunting kecil ukuran 10 cm, mortal inersia, gelas piala, batang pengaduk lingkar, kertas saring, corong buchener, labu ukur 100 ml dan mesin Rotary Evaporator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba), alang-alang sebagai sumber zat alelopati, aquades, serta etanol


(43)

21 C. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial (3x5). Faktor I adalah jenis semai (A) yang terdiri atas akasia (A1), mangium (A2), dan akasia putih (A3). Faktor II adalah konsentrasi ekstrak alelopati alang-alang (B) yang terdiri atas kontrol atau tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang (B0), pemberian ekstrak alelopati alang-alang 25% (B1), pemberian ekstrak alelopati alang-alang-alang-alang 50% (B2), pemberian ekstrak alelopati alang 75% (B3), dan pemberian ekstrak alelopati alang-alang 100% (B4). Setiap perlakuan diulang 5 kali. Jumlah semai pada setiap satuan percobaan adalah 2 semai. Dengan demikian kombinasi yang dicobakan sebanyak 3 x 5 x 5 = 75 unit. Desain percobaan dapat dilihat pada Gambar 1.


(44)

22

Gambar 1. Desain percobaan secara faktorial (3x5) dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Keterangan :

A1B0 = semai akasia tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A1B1 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A1B2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50% A1B3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A1B4 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 100% A2B0 = semai mangium tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A2B1 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A2B2 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50% A2B3 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A2B4 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 100% A3B0 = semai akasia putih tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A3B1 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A3B2 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50%

A1B0.1

A2B2.1

A2B0.3

A3B0.1 A3B3.1

A3B2.1

A3B3.3 A3B1.5

A2B2.2

A1B0.5

A2B0.4

A3B0.3

A1B0.2 A3B3.2

A3B2.4

A3B1.4

A1B3.5

A3B0.2 A1B3.4

A2B0.5 A2B1.2

A1B1.2 A3B1.3

A2B0.2 A3B1.2

A2B3.2

A3B2..2

A2B1.1

A1B0.3

A2B1.3 A3B3.4

A1B0.4 A2B3.3

A3B2.3 A1B1.5

A1B3.2

A3B1.1 A1B2.4

A2B3.4

A1B2.5 A3B0.5

A3B0.4

A1B1.1

A2B1.5

A1B2.1

A2B2.3 A1B1.4

A3B3.5

A2B2.4 A1B1.3

A2B3.1 A2B0.1

A1B2.2 A3B2.5

A2B3.5

A1B2.3 A2B1.4

A1B3.1

A2B2.5 A1B3.3 A1B4.1

A1B4.4 A2B4.2

A1B4.2

A1B4.3 A1B4.5

A3B4.4

A3B4.1

A2B4.3 A2B4.1

A3B4.3 A2B4.5

A3B4.2 A2B4.4


(45)

23 A3B3 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A3B4 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari alang-alang 100%

Bentuk umum dari model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial adalah sebagai berikut.

Yijk =µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ ijk

Keterangan :

Yijk = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i, konsentrasi alelopati ke-j dari alang-alang, dan ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh jenis semai tertentu pada taraf ke-i

βj = pengaruh konsentrasi alelopati dari ekstrak alang-alang pada taraf ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara semai pohon jenis ke-i dan

konsentrasi alelopati dari ekstrak alang-alang pada taraf ke-j

ijk = galat baku

D. Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: penyemaian benih akasia, mangium, dan akasia putih; lalu penyapihan semai akasia, mangium, akasia putih; kemudian ekstraksi zat alelopati dari alang-alang sebagai sumber zat alelopati; dan setelah itu pemberian perlakuan ekstrak zat alelopati alang-alang terhadap semai.

1. Penyemaian benih akasia, mangium, dan akasia putih

Benih akasia, mangium, dan akasia putih diambil dari pohon induk di Arboretum Universitas Lampung yang dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2015, kemudian diseleksi berdasarkan keseragaman ukuran benih sebelum dikecambahkan. Sebelum dikecambahkan, benih-benih tersebut


(46)

24 diberi perlakuan skarifikasi untuk mematahkan dormansi pada benih. Cara skarifikasi yang dilakukan pada ketiga jenis benih akasia tersebut adalah dengan merendam benih ke dalam air panas bersuhu awal 650C, lalu

dibiarkan hingga 24 jam. Kemudian benih disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik dengan ukuran 40 cm x 30 cm menggunakan media semai berupa pasir. Perkecambahan benih dimulai pada bulan Februari 2015. Setelah itu, benih diberikan perlakuan pemeliharaan seperti: penyiraman dan pembersihan gulma agar menghasilkan pertumbuhan kecambah yang optimal.

2. Penyapihan semai akasia, mangium, dan akasia putih

Penyapihan dilakukan dengan cara semai akasia, mangium, dan akasia putih dipindahkan ke dalam polibag dengan media tanah. Sebelum dipindahkan, semai diseleksi untuk memilih semai yang baik dengan keseragaman tinggi dan jumlah daun yang cukup banyak. Penyapihan semai dilakukan pada bulan April 2015, yaitu saat semai berumur 2 bulan.

3. Ekstraksi Zat Alelopati

Ekstraksi zat alelopati dari alang-alang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

a. Pengambilan alang-alang dari daun hingga akar tanaman untuk diekstraksi. Alang-alang diambil dengan cara mencabut dari tanah menggunakan tangan ataupun sekop, lalu ditimbang berat awalnya dan disimpan di kantong plastik.


(47)

25 b. Penjemuran alang-alang di bawah sinar matahari selama 1-2 hari

(tergantung kondisi cuaca). Kemudian dipotong kecil–kecil dan dihaluskan lalu disimpan pada wadah yang aman.

c. Ekstraksi zat alelopati alang-alang dengan Metode Maserasi. Alang-alang yang telah dihaluskan ditaruh di wadah kemudian diberi pelarut etanol CH3CH2OH 96% sebanyak 5 l, diaduk dan ditutup rapat selama 24 jam. d. Penyaringan bahan alang-alang untuk diekstraksi menggunakan mesin

Rotary Evaporator.

e. Pengaturan suhu dan tekanan pada tombol mesin Rotary Evaporator untuk mendapatkan hasil ekstrak yang maksimal. Kemudian dilakukan

pengenceran dengan konsentrasi yang diinginkan.

4. Pemberian perlakuan zat alelopati

Zat alelopati yang dihasilkan dari ekstrak alang-alang diberikan pada semai akasia, mangium, dan akasia putih yang telah disapih ke dalam polibag. Pemberian zat alelopati dilakukan setiap satu minggu selama 2 bulan dengan dosis zat alelopati yang berbeda, yaitu 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.

E. Pengamatan

Variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Tinggi semai

Tinggi semai diukur mulai dari kolet sampai dengan buku–buku batang teratas. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian.


(48)

26 2. Diameter batang semai

Diameter batang semai diukur menggunakan kaliper dan dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

3. Jumlah daun

4. Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh jumlah daun yang hidup pada semai. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

5. Persentase hidup semai

Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Persentase hidup

=

100%

6. Berat kering total semai

Berat kering total dihitung dengan cara menimbang sampel semai yang telah dioven hingga bobot konstan. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

F. Analisis Data 1. Homogenitas Ragam

Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett dan disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).

a) Varians gabungan dari seluruh sampel (S2) Si2P1 = JKP1

n–1

S2 = {( ) }

( )

b) Harga Satuan (B)

B =(log ) ( 1)


(49)

27 c) Faktor Koreksi (K)

K =

1 +

( ) ( )

χ2 hitung terkoreksi =

χ2tabel = χ2(1 )( 1) Keterangan:

S2 = ragam gabungan

Si2 = ragam masing–masing perlakuan χ2 = khi kuadrat (lihat tabel)

ln 10 = 2,3026

t = banyaknya perlakuan n = banyaknya ulangan

Jika X2hitung> X2tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Salah satu transformasi data yang lazim digunakan transformasi + 1. Jika X2hitung< X2tabel. Setelah didapatkan data dengan keragaman yang homogen, maka analisis data dapat

dilanjutkan dengan analisis ragam.

d) Analisis ragam

Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan terhadap keragaman data hasil percobaan atau untuk menyelidiki ada tidaknya pengaruh perlakuan (Sastrosupadi, 2000). FK = Y...2/r. a.b

JKT = –FK

JKA = .

. –FK

JKB = .. –FK


(50)

28 JK (AB) = JKP–JKA–JKB

JKG = JKT–JKP

Keterangan:

FK = faktor koreksi

JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat JKT = jumlah kuadrat total

JKA = jumlah kuadrat perlakuan pada faktor A JKB = jumlah kuadrat perlakuan pada faktor B Y... = hasil pengamatan pertumbuhan

Yi. = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i Y.j = hasil pengamatan pemberian alelopati ke-j dari alang-alang Yij = nilai pengamatan pertumbuhan pada semai pohon jenis ke-i dan

pemberian alelopati ke-j dari alang-alang

Yijk = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i, konsentrasi alelopati ke-j dari alang-alang, dan ulangan ke-k R = jumlah ulangan

Jika Fhitung> Ftabel, maka terdapat paling tidak satu perlakuan yang

berpengaruh nyata dari beberapa perlakuan yang diberikan, sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5%.

e) Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) digunakan untuk mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang yang paling lemah terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

BNT = tα/2(v).Sd

Sd =

Keterangan :


(51)

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai

akasia, mangium, dan akasia putih. Konsentrasi zat alelopati dari alang-alang yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah konsentrasi 100%.

2. Jenis semai yang paling tahan terhadap zat alelopati alang-alang adalah semai mangium. Zat alelopati alang-alang berpengaruh paling lemah pada berat kering total semai mangium dibandingkan dengan semai akasia dan akasia putih.

3. Interaksi antara jenis semai dengan konsentrasi zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Interaksi yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah interaksi antara jenis semai akasia putih pada konsentrasi alelopati alang-alang 100%.


(52)

44 B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Diperlukan pengendalian alang-alang secara intensif pada awal penanaman semai akasia, mangium, dan akasia putih agar pertumbuhan semai tidak terhambat oleh zat alelopati yang dikeluarkan oleh alang-alang.

2. Disarankan untuk menanam pohon dengan jarak yang rapat agar terjadi persaingan antara pohon dengan alang-alang yang tumbuh di sekitarnya terhadap faktor tempat tumbuh, seperti sinar matahari. Hal ini dikarenakan tajuk pohon yang rapat akan menutup celah untuk alang-alang mendapatkan sinar matahari sehingga dapat menekan pertumbuhan alang-alang.


(53)

45


(54)

46

DAFTAR PUSTAKA

Alfiatus. 2013.Pengaruh Alelopati daun alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan biji terong (Solanum melongena). Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 66 p.

Asriani. 2013.Pengaruh alelopati alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan centro (Centrosema pubescens).Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. 65 p.

Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz Sipil. November. 2010. Atmadilaga Zone. 15 Oktober. 2014. http://kampuzsipil.blogspot.com/2010/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu.html. 3 p.

Attamimi. 2003.Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.

Attamimi. 2011. Keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia. September 2011. Blog Prosea Kehati. 15 Oktober 2014.

http://proseakehati.blogspot.com/2011/09/keanekaragaman-hayati-tumbuhan-indonesia.html. 3p.

Azizah. 2005.Ekologi Tumbuhan.Buku. Raja Grafindo. Jakarta. 125 p. Bima. 2010.Alelopati. Buku. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 174 p. Damaru. 2011.Alang-alang. Makalah Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera

Utara. Medan. 29 p.

Danida Forest Seed Centre. 2000.Informasi Singkat Benih Akasia. CSIRO. Forestry and Forest Product. 2 p.

Djafaruddin. 2004.Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Buku.Bumi Aksara. Jakarta. 87 p.


(55)

47 Djunaedi, D. 1997.Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Buku.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 21 p.

Doran, J.C., Boland, D.J., Turnbull J.W. and Gunn, B.V. 1983.Handbook on Seeds of dry-zone Acacias. A guide for collection, extracting, cleaning and storing the seed and for treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO. 92 p. Ewusie, J. Y. 1990.Pengantar Ekologi. Buku. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja.

ITB Press. Bandung. 72 p.

Gardner, F.P. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p. Gaspersz, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Teknik

dan Biologi. Buku. CV Armico. Bandung. 472 p.

Hartini, S. 2006.Penghambatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan akasia dengan zat penghambat tumbuh dan naungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 119 p.

Hendrik. 2005.Fisiologi Lingkungan Tanaman.Buku. Penerbit Kanisius. Jakarta. 22 p.

Indriyanto. 2008.Ekologi Hutan. Buku. Penerbit Bumi Aksara. 210 p.

Indriyanto. 2012.Dendrologi: Teori dan Praktik Menyidik Pohon. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 232 p.

Krisnawati, H., M. Kallio, M. Kanninen. 2011.Acacia Mangium Willd. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Buku. CIFOR. Bogor. 26 p.

Mandang, Y.I. dan I. K. Pandit. 1997.Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Lapangan. Buku Seri Manual. Yayasan Porsea. Bogor. 195 p.

Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.

Naning, Y. 2013.Pengaruh metode ekstraksi dan ukuran benih terhadap mutu fisik fisiologis benih akasia.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 10 (3). 129--137 p.

Odum, E. P. 1971.Dasar-dasar Ekologi. Buku.(Terjemahan Tjahjono Samingan. 1993. Ed. B. Srigandono.Fundamentals of Ecology). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 p.


(56)

48 Purwitasari, Hania. 2011.Biomassa pohon akasia mangium (Acacia mangium).

Jurnal Penelitian.Vol. 26 (4). 50--66 p.

Rijal, N. 2009.Mekanisme dan penerapan serta peranan alelopati dalam bidang pertanian.Jurnal Penelitian. Vol. 40 (1). 80 p.

Ryan, A. K. 2014. Pengaruh alang-alang terhadap pertumbuhan semai Gmelina arborea. Jurnal Penelitian. Vol. 35 (1). 31--42 p.

Riswanto, I. 2011.Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.

Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 15 Oktober 2014.

http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.

Salasbury, F.B. dan Ross. 1995.Fisiologi Tumbuhan.Buku. ITB Press. Bandung. 212 p.

Sastroutomo. 1990.Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p. Sastrosupadi. 2000.Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Buku.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 30 p.

Soekisman. 1994.Pengolahan Gulma. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p. Susilowati. 2013.Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p.

Taylor, D. dan K. Awang. 1993.Acacia mangium: Growing and Utilisation. Book. Forestry Research Support Programme for Asia Pacific (FORSPA) and Forest Tree Improvement Project (FORTIP). 280 p.

Taylor, D. 1994.Treatments to Promote Seed Germination Acacias.

Proceedings of International Workshop in Australia 4-7 August 1986. ACIAR Proceedings No. 16:57. 63 p.

Windarti. 2004.Pertumbuhan dan akumulasi tanaman pada cekaman selama masa pembibitan. Jurnal Ilmiah Lingkungan Hidup. Vol. 4 (2). 68 p.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai

akasia, mangium, dan akasia putih. Konsentrasi zat alelopati dari alang-alang yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah konsentrasi 100%.

2. Jenis semai yang paling tahan terhadap zat alelopati alang-alang adalah semai mangium. Zat alelopati alang-alang berpengaruh paling lemah pada berat kering total semai mangium dibandingkan dengan semai akasia dan akasia putih.

3. Interaksi antara jenis semai dengan konsentrasi zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Interaksi yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah interaksi antara jenis semai akasia putih pada konsentrasi alelopati alang-alang 100%.


(2)

44

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Diperlukan pengendalian alang-alang secara intensif pada awal penanaman semai akasia, mangium, dan akasia putih agar pertumbuhan semai tidak terhambat oleh zat alelopati yang dikeluarkan oleh alang-alang.

2. Disarankan untuk menanam pohon dengan jarak yang rapat agar terjadi persaingan antara pohon dengan alang-alang yang tumbuh di sekitarnya terhadap faktor tempat tumbuh, seperti sinar matahari. Hal ini dikarenakan tajuk pohon yang rapat akan menutup celah untuk alang-alang mendapatkan sinar matahari sehingga dapat menekan pertumbuhan alang-alang.


(3)

(4)

46

DAFTAR PUSTAKA

Alfiatus. 2013.Pengaruh Alelopati daun alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan biji terong (Solanum melongena). Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 66 p.

Asriani. 2013.Pengaruh alelopati alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan centro (Centrosema pubescens).Skripsi.

Universitas Hasanuddin. Makassar. 65 p.

Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz Sipil. November. 2010. Atmadilaga Zone. 15 Oktober. 2014. http://kampuzsipil.blogspot.com/2010/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu.html. 3 p.

Attamimi. 2003.Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.

Attamimi. 2011. Keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia. September 2011. Blog Prosea Kehati. 15 Oktober 2014.

http://proseakehati.blogspot.com/2011/09/keanekaragaman-hayati-tumbuhan-indonesia.html. 3p.

Azizah. 2005.Ekologi Tumbuhan.Buku. Raja Grafindo. Jakarta. 125 p. Bima. 2010.Alelopati. Buku. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 174 p. Damaru. 2011.Alang-alang. Makalah Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera

Utara. Medan. 29 p.

Danida Forest Seed Centre. 2000.Informasi Singkat Benih Akasia. CSIRO. Forestry and Forest Product. 2 p.

Djafaruddin. 2004.Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Buku.Bumi Aksara. Jakarta. 87 p.


(5)

Pertanian. Bogor. 21 p.

Doran, J.C., Boland, D.J., Turnbull J.W. and Gunn, B.V. 1983.Handbook on Seeds of dry-zone Acacias. A guide for collection, extracting, cleaning and storing the seed and for treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO. 92 p. Ewusie, J. Y. 1990.Pengantar Ekologi. Buku. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja.

ITB Press. Bandung. 72 p.

Gardner, F.P. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p. Gaspersz, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Teknik

dan Biologi. Buku. CV Armico. Bandung. 472 p.

Hartini, S. 2006.Penghambatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan akasia dengan zat penghambat tumbuh dan naungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 119 p.

Hendrik. 2005.Fisiologi Lingkungan Tanaman.Buku. Penerbit Kanisius. Jakarta. 22 p.

Indriyanto. 2008.Ekologi Hutan. Buku. Penerbit Bumi Aksara. 210 p.

Indriyanto. 2012.Dendrologi: Teori dan Praktik Menyidik Pohon. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 232 p.

Krisnawati, H., M. Kallio, M. Kanninen. 2011.Acacia Mangium Willd. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Buku. CIFOR. Bogor. 26 p.

Mandang, Y.I. dan I. K. Pandit. 1997.Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Lapangan. Buku Seri Manual. Yayasan Porsea. Bogor. 195 p.

Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.

Naning, Y. 2013.Pengaruh metode ekstraksi dan ukuran benih terhadap mutu fisik fisiologis benih akasia.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 10 (3). 129--137 p.

Odum, E. P. 1971.Dasar-dasar Ekologi. Buku.(Terjemahan Tjahjono Samingan. 1993. Ed. B. Srigandono.Fundamentals of Ecology). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 p.


(6)

48 Purwitasari, Hania. 2011.Biomassa pohon akasia mangium (Acacia mangium).

Jurnal Penelitian.Vol. 26 (4). 50--66 p.

Rijal, N. 2009.Mekanisme dan penerapan serta peranan alelopati dalam bidang pertanian.Jurnal Penelitian. Vol. 40 (1). 80 p.

Ryan, A. K. 2014. Pengaruh alang-alang terhadap pertumbuhan semai Gmelina arborea. Jurnal Penelitian. Vol. 35 (1). 31--42 p.

Riswanto, I. 2011.Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.

Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 15 Oktober 2014.

http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.

Salasbury, F.B. dan Ross. 1995.Fisiologi Tumbuhan.Buku. ITB Press. Bandung. 212 p.

Sastroutomo. 1990.Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p. Sastrosupadi. 2000.Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Buku.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 30 p.

Soekisman. 1994.Pengolahan Gulma. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p. Susilowati. 2013.Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p.

Taylor, D. dan K. Awang. 1993.Acacia mangium: Growing and Utilisation. Book. Forestry Research Support Programme for Asia Pacific (FORSPA) and Forest Tree Improvement Project (FORTIP). 280 p.

Taylor, D. 1994.Treatments to Promote Seed Germination Acacias.

Proceedings of International Workshop in Australia 4-7 August 1986. ACIAR Proceedings No. 16:57. 63 p.

Windarti. 2004.Pertumbuhan dan akumulasi tanaman pada cekaman selama masa pembibitan. Jurnal Ilmiah Lingkungan Hidup. Vol. 4 (2). 68 p.