Pengaruh alelopati larutan akar alang-alang (Imperata Cylindrica L.) terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L.).

(1)

ABSTRAK

PENGARUH ALELOPATI LARUTAN AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L.)

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Produktivitas cabai rawit di Indonesia rata-rata masih rendah. Rendahnya produktivitas cabai rawit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah persaingan dengan gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati larutan bubuk dan larutan segar akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Subyek penelitian ini adalah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang berumur 30 hari. Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi batang dan jumlah daun. Data yang diperoleh diolah dengan uji anova dua arah.

Hasil analisis dua arah menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan pada perlakuan larutan bubuk dan larutan segar terhadap tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Kesimpulan dari penelitian ini adalah alelopati larutan akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit. Larutan segar akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) memiliki daya hambat yang lebih besar dibandingkan larutan bubuk. Dan konsentrasi 35% pada perlakuan larutan segar merupakan konsentrasi yang paling efektif menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit.

Kata kunci: alelopati, pertumbuhan, cabai rawit, alang-alang, larutan bubuk, larutan segar.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT ALELOPATI OF GRASS ROOT LIQUID (Imperata cylindrica L.) TOWARDS THE GROWTH OF CAYANNE PEPPER (Capsicum frutescens

L.)

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is one of the horticultural plants that have high economic value in Indonesia. Productivity of cayenne pepper in Indonesia is still low. Low productivity of cayenne pepper can be caused by several factors. One of the caused is competition with the weeds. The purpose of this research is to get to know the effect of alelopati powder liquid and fresh liquid of grass root within 15%, 20%, 25%, 30% and 35% concentration toward the growth of cayenne pepper (Capsicum frutescens L.).

This research was a laboratory experimental research used Completely Randomized Design (CRD). The subject of this research is a plant cayenne papper from 30 days. This research was did in the field of research in Biology Education Program of Sanata Dharma University. Observed parameters in this research were height and number of leaves of the plant. Obtained data is processed with Two Way Anova test.

The Two Way Anova analysis showed that there a different growth between the treatment of powder liquid and fresh liquid toward of cayenne pepper plant. The conclusion of this research is alelopati of grass root liquid head of the growth of cayenne pepper plant. Fresh of grass root liquid have bigger growth inhibition than the powder of grass root liquid, and 35% concentration of fresh of grass root liquid is the most effective inhibition towards the growth of cayenne pepper.


(3)

PENGARUH ALELOPATI LARUTAN AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L.) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Maria Serviana Due NIM : 111434019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH ALELOPATI LARUTAN AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L.) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Maria Serviana Due NIM : 111434019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Orang Tua

Opa dan Oma

Kakak dan adik tercinta

Keluarga dan sanak saudara

Para sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

Sebuah Mimpi Akan Membuat Kita Memiliki Tujuan Dan Sebuah Langkah Akan Membuat Kita Memiliki Harapan


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

PENGARUH ALELOPATI LARUTAN AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L.)

Maria Serviana Due

Universitas Sanata Dharma

2015

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Produktivitas cabai rawit di Indonesia rata-rata masih rendah. Rendahnya produktivitas cabai rawit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah persaingan dengan gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati larutan bubuk dan larutan segar akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Subyek penelitian ini adalah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang berumur 30 hari. Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi batang dan jumlah daun. Data yang diperoleh diolah dengan uji anova dua arah.

Hasil analisis dua arah menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan pada perlakuan larutan bubuk dan larutan segar terhadap tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Kesimpulan dari penelitian ini adalah alelopati larutan akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit. Larutan segar akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) memiliki daya hambat yang lebih besar dibandingkan larutan bubuk. Dan konsentrasi 35% pada perlakuan larutan segar merupakan konsentrasi yang paling efektif menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit.

Kata kunci: alelopati, pertumbuhan, cabai rawit, alang-alang, larutan bubuk, larutan segar.


(12)

ix ABSTRACT

THE EFFECT ALELOPATI OF GRASS ROOT LIQUID (Imperata cylindrica L.) TOWARDS THE GROWTH OF CAYANNE PEPPER (Capsicum

frutescens L.)

Maria Serviana Due

Sanata Dharma University 2015

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is one of the horticultural plants that have high economic value in Indonesia. Productivity of cayenne pepper in Indonesia is still low. Low productivity of cayenne pepper can be caused by several factors. One of the caused is competition with the weeds. The purpose of this research is to get to know the effect of alelopati powder liquid and fresh liquid of grass root within 15%, 20%, 25%, 30% and 35% concentration toward the growth of cayenne pepper (Capsicum frutescens L.).

This research was a laboratory experimental research used Completely Randomized Design (CRD). The subject of this research is a plant cayenne papper from 30 days. This research was did in the field of research in Biology Education Program of Sanata Dharma University. Observed parameters in this research were height and number of leaves of the plant. Obtained data is processed with Two Way Anova test.

The Two Way Anova analysis showed that there a different growth between the treatment of powder liquid and fresh liquid toward of cayenne pepper plant. The conclusion of this research is alelopati of grass root liquid head of the growth of cayenne pepper plant. Fresh of grass root liquid have bigger growth inhibition than the powder of grass root liquid, and 35% concentration of fresh of grass root liquid is the most effective inhibition towards the growth of cayenne pepper.

Keywords: alelopati, growth, cayenne pepper, grass root, powder liquid, fresh liquid.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus

dan Bunda Maria yang telah memberkati dan melimpahkan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Alelopati Larutan Akar Alang-Alang (Imperata cylindrica L.) terhadap Pertumbuhan

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).

Penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dengan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph,D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

menyetujui dan mengesahkan skripsi ini.

2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Chatarina Retno H, S.Si. M. Biotech. Selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan semangat dalam membimbing penulis,

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta memberikan

saran yang membangun bagi penyusunan skripsi ini.

4. Dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan kepada

penulis dan bersediaa membimbing penulis dalam


(14)

xi

5. Segenap Dosen dan Staf Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah banyak

membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

6. Mas Agus, selaku Laboran di Laboratorium Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma yang selalu meberikan waktu dan

tenaga selama penelitian berlangsung.

7. Bapak Slamet dan Mas Ari yang selalu membantu dan memberi

bimbingan selama penelitian ini berlangsung.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi

dukungan, serta kakak dan adikku Valeriano dan Sillo yang selalu

memberikan semangat.

9. Sahabat-sahabatku Chelsy, Tessa, Berlyn, Jen, Reth, Ensy, Lia,

Rysa, Oppy, Anny dan kakak Yana yang selalu siap untuk berbagi,

berkeluh, dan menemani perjuanganku menyelesaikan tugas ini.

10.Teman-teman yang melakukan penelitian di kebun Eka, Ricca, Lia

W, Claudya, Mega dan Reny yang selalu memberikan dukungan

bantuan selama penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dan menemani

selama penelitian , terima kasih atas segala dukungannya.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

kekurangan. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan


(15)

xii

setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan penulis sungguh mengharapkan kritik

maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca.


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Alelopati ... 8

B. Mekanisme Alelopati ... 10


(17)

xiv

D. Tanaman Cabai Rawit ... 14

E. Penelitian yang Relevan ... 24

F. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Desain Penelitian ... 29

E. Variabel Penelitian ... 29

F. Prosedur Kerja ... 30

G. Analisa Data ... 39

H. Instrumen Penelitian ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil ... 40

B. Pembahasan ... 42

C. Keterbatasan dalam Penelitian ... 54

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN ... 55

BAB VI PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variasi Konsentrasi Larutan pada Setiap Perlakuan ... 33

Tabel 3.2 Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 36

Tabel 3.3 Jumlah Daun Tanaman Cabai rawit ... 37

Tabel 4.1 Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 40

Tabel 4.2 Rata-rata Pertumbuhan Kumulatif Tinggi Batang Tanaman ... 40

Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 41

Tabel 4.4 Rata-rata Pertumbuhan Kumulatif Jumlah Daun Tanaman ... 41

Tabel 7.1 Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 61

Tabel 7.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 62

Tabel 7.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 63

Tabel 7.4 Hasil Uji Homogenitas Larutan Bubuk dan Larutan Segar terhadap Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 63

Tabel 7.5 Hasil Uji Two Way Annova (Varian Dua Faktor) terhadap Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 64

Tabel 7.6 Hasil Uji Tukey Post Hoc terhadap Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 64

Tabel 7.7Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 66

Tabel 7.8 Hasil Uji Homogenitas Larutan Bubuk dan Larutan Segar terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 66

Tabel 7.9 Hasil Uji Two Way Annova (Varian Dua Faktor) terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 67

Tabel 7.10 Hasil Uji Tukey Post Hoc terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 67


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alur Mekanisme Senyawa Polar . ... 11

Gambar 2.2 Diagram Alur Mekanisme Senyawa Non Polar. ... 12

Gambar 2.3 Tanaman Alang-alang ... 14

Gambar 2.4 Cabai Rawit Varietas Sky Hot ... 16

Gambar 2.5 Cabai Rawit Varietas Cakra Putih ... 17

Gambar 2.6 Cabai Rawit Varietas Cakra Putih ... 17

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran ... 27

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penelitian ... 38

Gambar 4.1 Rata-rata Kumulatif Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 44

Gambar 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 49

Gambar 19.1 Bibit cabai rawit umur 10 hari... 105

Gambar 19.1 Bibit cabai rawit umur 30 hari... 105

Gambar 19.3 Tanaman Perlakuan ... 105

Gambar 19.4 Akar Alang-alang Kering ... 106

Gambar 19.5 Proses Blender Alang-alang Segar ... 106

Gambar 19.6 Bubuk Akar Alang-alang ... 106

Gambar 19.7 Akar Alang-alang Segar ... 106

Gambar 19.8 Stok Larutan Segar ... 107

Gambar 19.9 Stok Larutan Bubuk ... 107

Gambar 19.10 Perlakuan pada Tanaman ... 107


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 61

Lampiran 2 Hasil Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 62

Lampiran 3 Hasil Analisis SPSS Pengaruh Larutan Bubuk dan Larutan Segar Akar Alang-alang terhadap Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit ... 63

Lampiran 4 Hasil Analisis SPSS Pengaruh Larutan Bubuk dan Larutan Segar Akar Alang-alang terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 66

Lampiran 5 Silabus ... 69

Lampiran 6 RPP (Rencana Pelaksnaan Pembelajaran) ... 75

Lampiran 7 LKS 1 ... 84

Lampiran 8 LKS 2 ... 85

Lampiran 9 LKS 3 ... 86

Lampiran 10 LKS 4 ... 87

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Penilaian Sikap ... 88

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi ... 90

Lampiran 13 Lembar Observasi Praktikum ... 92

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Presentasi ... 93

Lampiran 15 Lembar Penilaian Laporan Kelompok ... 95

Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Evaluasi Pembelajaran ... 98

Lampiran 17 Soal Evaluasi Pembelajaran... 99

Lampiran 18 Kunci Jawaban dan Panduan Skoring ... 103


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki

keanekaragaman flora dan fauna yang sangat melimpah. Keanekaragaman

flora yang dimiliki sangat beragam, salah satunya adalah keranekaragaman

jenis sayuran. Menurut Agustin (2014), sayuran adalah tumbuh-tumbuhan

yang dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia karena memiliki banyak

kandungan nutrisi bagi kesehatan tubuh manusia. Sebagai bahan pangan,

sayuran bukanlah makanan pokok tetapi sebagai makanan pelengkap.

Meskipun sayuran hanya dijadikan sebagai bahan makanan pelengkap, namun

keberadaan sayuran tidak dapat diabaikan. Sayuran sangat dibutuhkan

manusia karena kandungan-kandungan yang terkandung di dalamnya, seperti

vitamin, karbohidrat, dan mineral. Salah satu sayuran buah pelengkap yang

paling diminati di Indonesia adalah cabai.

Tanaman cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu tanaman

holtikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Hal ini

merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat Indonesia menyukai cabai.

Banyak sekali macam-macam cabai yang tumbuh di wilayah Indonesia, salah

satunya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai rawit merupakan

tanaman sayuran buah yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran


(22)

dan gembur , cukup mengandung banyak bahan organik, humus dan tersedia

saluran air yang baik (Nazaruddin, 1994).

Cabai rawit adalah tanaman yang termasuk ke dalam famili Solanaceae.

Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan digunakan secara luas sebagai

bumbu masakan di seluruh belahan dunia. Cabai rawit mengandung senyawa

kimia yang dinamakan capsaicin atau kapsaisin. Kapsaisin tersimpan dalam

funikulus yang membuat cabai terasa pedas. Senyawa kapsaisin merupakan

fitokimia yang tidak berbau dan tidak berasa (manis, asin, asam, pahit

maupun gurih). Kapsaisin bersifat stomakik, yaitu dapat meningkatkan nafsu

makan. Selain itu berfungsi untuk mengencerkan lendir sehingga

melonggarkan penyumbatan pada tenggorokan dan hidung serta mampu

menjaga darah agar tetap encer. Banyak orang yang belum mengetahui

manfaat dari cabai. Sebenarnya cabai merupakan makanan yang yang kaya

akan nilai gizi. Cabai banyak mengandung vitamin C dan betakaroten

(provitamin A), lebih daripada buah-buahan seperti mangga, nanas, papaya

dan semangka. Bahkan kadar mineral pada cabai terutama kalsium dan fosfor,

mengungguli ikan segar (Alex, 2012).

Produktivitas cabai rawit di Indonesia rata-rata rendah. Pada tahun 2009

produksi cabai rawit 5,07 ton/ha, pada tahun 2010 turun menjadi 4,56 ton/ha,

pada tahun 2011 produksi menjadi 5,01 ton/ha, kemudian pada tahun 2012

meningkat lagi menjadi 5,75 ton/ha dan pada tahun 2013 turun menjadi 5,70

ton/ha (Badan Pusat Statistik 2014). Rendahnya produktivitas cabai rawit ini


(23)

dengan gulma. Kehadiran gulma sangat merugikan karena dapat berkompetisi

dengan cabai rawit dalam hal penyerapan air, hara, dan cahaya matahari.

Selain itu, kehadiran gulma juga dapat menyebabkan berkembangnya hama

dan penyakit sehingga kehadirannya pada tanaman budidaya sangat

merugikan dan memerlukan pengendalian yang intensif.

Alang-alang merupakan salah satu gulma yang sering ditemukan

tumbuh di antara tanaman cabai rawit. Tanaman alang-alang telah diteliti

mengandung senyawa yang bersifat toksik. Pelepasan senyawa toksik yang

dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitar disebut alelopati,

sedangkan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia. Senyawa

alelokimia dapat menstimulus ataupun menghambat pertumbuhan tanaman,

tergantung konsentrasi dan tipe senyawa. Pengaruh alelopati terhadap jenis

tumbuhan lain adalah dalam hal pengambilan nutrisi, proses fotosintesis,

respirasi, pembelahan sel atau kegiatan enzim (Robinson, 1991).

Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati

lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.

Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa

alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.

Alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih

hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika

sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah

tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Senyawa ini dapat


(24)

eksudat akar, pencucian dan pembusukan bagian-bagian organ mati

(Sastroutomo, 1990).

Adanya senyawa alelokimia yang terkandung dalam tumbuhan

alang-alang diduga dapat menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit, oleh

karena itu diperlukan penelitian untuk membuktikan adanya alelopati yang

terkandung pada tanaman alang-alang khususnya pada bagian akar tanaman

terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dengan beberapa variasi


(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran pada latar belakang maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah alelopati larutan akar alang-alang yang berupa

larutan segar dan larutan bubuk dapat menghambat

pertumbuhan tanaman cabai rawit ?

2. Apakah ada perbedaan pertumbuhan antara larutan segar

dan larutan bubuk terhadap tanaman cabai rawit?

3. Berapakah konsentrasi larutan akar alang-alang yang paling

efektif menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit?

C. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka dibatasi pada

permasalahan sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah tanaman cabai rawit hibrida

varietas cakra hijau yang berumur 30 hari.

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah alelopati larutan akar

alang-alang (dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0 % (kontrol),


(26)

3. Jenis larutan

Ada dua jenis larutan yang digunakan dalam penelitian yaitu

larutan segar dan larutan bubuk.

4. Parameter pertumbuhan

Parameter pertumbuhan yang diamati dan dianalisis adalah tinggi

batang dan jumlah daun.

D. Hipotesis

1. Alelopati larutan akar alang-alang yang berupa larutan segar dan

larutan bubuk dapat menghambat pertumbuhan tanaman cabai

rawit.

2. Terdapat perbedaan pertumbuhan dari kedua jenis larutan.

3. Ada pengaruh konsentrasi alelopati larutan akar alang-alang yang

paling efektif dalam menghambat pertumbuhan cabai rawit.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh alelopati larutan akar alang-alang

yang berupa larutan segar dan larutan bubuk dalam menghambat

pertumbuhan tanaman cabai rawit.

2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan antara larutan segar

dan larutan bubuk terhadap tanaman cabai rawit

3. Untuk mengetahui konsentrasi alelopati larutan akar alang-alang


(27)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah menambah ilmu dan

wawasan tentang pengujian pengaruh alelopati larutan akar

alang-alang terhadap produktivitas tanaman.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pembelajaran Biologi di jenjang pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA) kelas XII, khusunya pada materi Pertumbuhan dan

Perkembangan.

3. Bagi Siswa

Melalui kegiatan praktikum siswa dapat langsung mempraktekan

penelitian yang sudah dirancang oleh guru mata pelajaran

sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi tentang

pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena telah

mengalaminya secara langsung / melalui pengalaman.

4. Bagi masyarakat

Dapat memperoleh informasi tentang kandungan kimia pada

tanaman alang-alang yang dapat menghambat pertumbuhan


(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Alelopati

Istilah alelopati pertama kali digunakan oleh Molisch pada tahun 1937.

Istilah ini secara umum diartikan sebagai pengaruh negatif suatu jenis

tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan atau

pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainnya (Sastroutomo, 1990). Menurut

Robinson (1991), alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik

yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman disekitarnya. Fenomena

alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar

mikroorganisme, atau antar tumbuhan dan mikroorganisme. Interaksi

tersebut meliputi penghambatan oleh suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh

suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan

perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam

mekanisme itu disebut alelokimia.

Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, di akar, batang,

daun, bunga dan biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik

pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder

yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air,

lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, tannin, asam sianamat

dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam


(29)

alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ

pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rahayu, 2003).

Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat

ditemukan di setiap organ tumbuhan antara lain daun, batang, akar, rizoma,

umbi, bunga, buah dan biji serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk.

Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan

tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui:

a) Penguapan

Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.

Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati

melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.

Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa

ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap,

bentuk embun, dan masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.

b) Eksudat akar

Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh

akar tumbuhan (eksudat akar) yang kebanyakan berasal dari

asam-asam benzoat, sinamat dan fenolat.

c) Pencucian

Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian

tumbuhan yang berada diatas permukaan tanah oleh air hujan atau


(30)

beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di

bawah naungan tumbuhan ini.

d) Pembusukan organ tumbuhan

Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,

senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel

pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas

membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada

didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni

tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada

musim berikutnya (Sastroutomo, 1990).

Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati

lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.

Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa

alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang dibawah tanah.

Alang-alang dan Teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan

senyawa alelopati lewat organ di bawah ini, jika sudah mati baik organ yang

berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat

melepaskan senyawa alelopati. Alang-alang mengeluarkan senyawa

alelopati yang berupa fenol, yang diduga dapat menghambat perumbuhan

tanaman lain (Rahayu, 2003).

B. Mekanisme Alelopati

Mekanisme pengaruh alelokimia terhadap pertumbuhan dan


(31)

penghambatan Alelokimia :

polar (tannin) Organ tumbuhan

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.

Terganggunya pembelahan dan

pembesaran sel Hilangnya

fungsi enzim ATP - ase Penyerapan dan

konsentrasi ion dan air Terhidrolisis oleh senyawa

Kekacauan struktur membran

Membran plasma

kompleks. Namun menurut Rijal (2009) proses tersebut diawali di

membran plasma dengan terjadianya kekacauan struktur, modifikasi saluran

membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh

terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian

mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan

berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan

senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau

seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya

pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan

dan perkembangan tumbuhan sasaran seperti pada gambar 2.1 dan gambar

2.2.


(32)

Penghambatan Alelokimia :

non polar (fenol) Organ tumbuhan

Membran plasma Kekacauan

struktur membran Vigor (kekuatan

tumbuh)

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran

Terganggunya pembelahan

dan pembesaran sel

Proses sintesis protein dan

hormon Pereduksi akar

Pereduksi hipokotil

Gambar 2.2 Diagram alur mekanisme senyawa non polar (Rijal, 2009).

C. Tanaman Alang-Alang

1) Klasifikasi

Klasifikasi alang-alang menurut Moenandir (1993), adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta


(33)

Sub Divisio : Spermatophyta

Classis : Liliopsida

Sub Classis : Commelinidae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica L.

2) Morfologi

Alang-alang merupakan tumbuhan dari famili Poaceae.

Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga

mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang

merugikan para petani. Gulma alang-alang dapat bereproduksi

secara vegetatif dan generatif atau tumbuh pada jenis tanah yang

beragam (Moenandir, 1988).

Alang-alang termasuk tanaman herba, rumput, merayap di

bawah tanah, batang tegak membentuk satu perbungaan, padat,

pada bukunya berambut jarang. Alang-alang adalah gulma

perennial, dengan sistem rhizoid yang meluas serta tinggi batang

mencapai 60 – 100 cm. Daunnya agak tegak, pelepah daun lembut, daun bagian atas lebih pendek dari pada daun pada bagian bawah,

rhizoma bersifat regeneratif yang kuat sehingga dapat berpenetrasi

15 – 40 cm, sedangkan akar dapat vertical ke dalam sekitar 60 – 150 cm. Rhizoma berwarna putih, beruas pendek dengan cabang


(34)

lateral membentuk jaring-jaring yang kompak dalam tanah.

Alang-alang tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang

belum maupun yang sudah diolah (Moenandir, 1988).

kompak dalam tanah. Alang-alang tersebar luas dan dapat tumbuh

pada tanah terbuka yang belum maupun yang sudah diolah

(Moenandir, 1988).

Gambar 2.3 Tanaman alang-alang (Moenandir, 1988)

D. Tanaman Cabai Rawit

1. Sejarah

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu yang sudah berabad-abad

ditanam di Indonesia. Tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, genus

Capsicum. Tanaman cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis benua

Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan. Selanjutnya tanaman


(35)

oleh masyarakat Indian sejak dahulu kala. Hal ini diketahui setelah

Christhoper Columbus mendapati Benua Amerika sekitar tahun 1492.

Pada saat berlabuh di Pantai Salvador dan menemukan banyak

rempah-rempah, termasuk cabai. Ia kemudian membawa biji cabai ke Negara

asalnya Italia. Ternyata tanaman ini menjadi favorit dan perkembangannya

begita pesat. Dalam waktu 50 tahun, cabai sudah sampai ke pantai Afrika,

India, Timur Tengah, Balkan, Asia dan China Selatan. Sejak itulah cabai

tersebar ke berbagai penjuru dunia termasuk negara-negara di Asia,

seperti Indonesia (Alex, 2013).

2. Klasifikasi

Menurut Setiadi (2006), kedudukan tanaman cabai rawit dalam botani

tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Magnoliphyta

Sub Divisio : Spermatophyta

Classis : Magnoliopsida

Sub Classis : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum


(36)

3. Varietas Cabai Rawit

Varietas cabai rawit yang beredar di Indonesia terdiri dari beberapa

macam yaitu sky hot, cakra putih dan cakra hijau (Anonim, 2011).

o Sky Hot

Cabai rawit varietas ini memiliki buah berwarna hijau segar

pada saat muda dan merah cerah pada saat masak.

Pertumbuhannya seragam, buahnya banyak dan sangat bagus

untuk dijual segar.

Gambar 2.4 Cabai rawit varietas sky hot (Anonim, 2011)

o Cakra Putih (cengkek)

Buah varietas ini berwarna putih kekuningan yang berubah

merah cerah pada saat masak. Pertumbuhannya sangat kuat

dengan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke

atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Varietas

ini mampu menghasilkan 12 ton/ha dengan rata-rata 300 buah

per tanaman. Cabai rawit varietas ini dapat dipanen pada umur


(37)

Gambar 2.5 Cabai rawit varietas cakra putih (Anonim, 2011)

o Cakra Hijau (ceplik)

Varietas ini mampu beradaptasi baik di dataran rendah maupun

tinggi. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dan setelah

masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 gram per tanaman

atau 12 ton per ha. Rasa buahnya pedas. Varietas ini tahan

terhadap serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang

cabai. Panen berlangsung pada umur 80 HST.


(38)

4. Morfologi

Cahyono (2003) mendeskripsikan bagian-bagian atau organ-organ

penting tanaman cabai rawit sebagai berikut:

a. Daun

Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan

tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Ukuran daun lebih kecil

dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun

tungal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun

menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang.

Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.

b. Batang

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur keras dan berkayu,

berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak.

Batang utama tubuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah

batang tanaman mencapai ketinggian berkisar 30 cm - 45 cm. Cabang

tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas.

c. Akar

Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang

tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke

samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman

hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang


(39)

d. Bunga

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang

berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan

mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk

penyerbukan sendiri, namun dapat juga terjadi secara silang dengan

keberhasilan sekitar 56 %.

e. Buah

Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah

memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa

buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung

runcing atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut

jenisnya. Cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2

cm - 2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit yang agak besar

memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12

cm. Warna buah cabai rawit bervariasi, buah muda berwarna hijau atau

putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala atau

merah jingga (merah agak kuning). Pada waktu masih muda, rasa

buah cabai rawit kurang pedas tetapi setelah masak menjadi pedas.

f. Biji

Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk

bulat pipih, tersusun berkelompok, dan s aling melekat pada empulur.


(40)

dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan

dalam memperbanyak tanaman (perkembangbiakan).

5. Habitat

Daerah tumbuh cabai rawit yang paling cocok, yaitu pada dataran

dengan ketinggian antara 0 – 500 m di atas permukaan laut. Tanah tempat tumbuh cabai rawit secara umum harus subur (kaya bahan

organik). Derajat keasaman atau pH tanah berkisar 6,0 – 7,0. Tanah ini berstruktur remah atau gembur agar peresapan air dan sirkulasi

udara dalam tanah berjalan lancar. Cabai rawit mengehendaki curah

hujan yang cukup antara 100–200 mm/bulan dengan temperature udara antara 180C–270C (Setiadi, 2006).

6. Kandungan dan Manfaat

Cabai rawit digunakan secara luas sebagai bumbu masakan di

seluruh dunia. Cabai rawit (mengandung senyawa kimia yang

dinamakan capcaisin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide) selain itu

terkandung juga capsaicinoids. Pada cabai rawit banyak mengandung

vitamin C yang cukup banyak, betakaroten (pro vitamin A), alkalauid

atsiri, resin dan minyak penguap. Selain memiliki banyak kandungan,

cabai rawit juga memiliki banyak sekali manfaat yaitu:

- Sebagai bumbu masakan

- Mampu menurunkan berat badan pada orang yang menderita


(41)

- Menurunkan kadar kolesterol

- Membunuh sel kanker pada tikus percobaan di laboratorium

- Mampu mengendalikan pencemaran mikroba pada makanan

- Melindungi lambung dari bakteri H. pylori

- Mengencerkan lendir sehingga melonggarkan penyumbatan

pada tenggorokan dan hidung.

- Bersifat koagulan dengan menjaga darah supaya tetap encer

- Memperkecil kemungkinan stroke, jantung koroner dan

impotensi

- Meningkatkan nafsu makan

- Sebagai antibiotik alami

- Memperlambat proses penuaan

(Alex S, 2013).

7. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Cabai Rawit

1) Faktor genetik

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor

penyebab keragaman penampilan tanaman. Penampilan cabai

dapat dilihat dari cirri-ciri fisik. Ciri-ciri fisik cabai rawit sebagai

berikut:

 Tinggi tanaman ± 55-70 cm dan warna batang hijau

 Daun berbentuk oval, rata tidak bergerigi dan ujung runcing. Permukaan daun tidak bergelombang (rata) dan


(42)

 berwarna hijau. Daun berukuran sedang dengan panjang sekitar 4,7 cm dan lebar 2,3 cm (Suriana, 2012).

2) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman cabai rawit meliputi tanah, nutrisi, air,

dan iklim. Adanya senyawa alelokimia dapat memberikan

dampak buruk untuk faktor lingkungan tersebut. Dapat

diketahui bahwa dalam pengaruhnya, senyawa alelokimia

dapat menurunkan kadar nutrisi dalam tanah yang sangat

berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang meliputi pembelahan sel-sel akar tumbuhan,

respirasi sel, sintesis protein, daya permeabilitas membran dan

aktivitas enzim.

Menurut Alex (2013) pada umumnya tanaman cabai dapat

ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter

diatas permukaan laut. Cabai dapat beradaptasi dengan baik

pada temperatur 240C – 270C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Kisaran pH tanah yang ideal adalah 6,5 – 6,8. Pada pH di bawah 6,5 atau di atas 6,8 pertumbuhan cabai akan

terhambat Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk

budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi tanaman cabai.

Tanaman cabai dapat pula ditanam pada tanah sawah maupun


(43)

tanaman cabai menghendaki tanah yang subur dan gembur,

kaya akan nutrisi, kebutuhan air memadai, dan bebas dari

penyakit menular.

Nutrisi yang dibutuhkan tanaman cabai rawit terdiri atas

unsur-unsur atau senyawa kimia sebagai sumber energi dan

sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang

diperlukan selama pertumbuhan. Nutrisi umumnya diambil

dari dalam tanah dalam bentuk ion dan kation, sebagian lagi

diambil dari udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan berupa unsur

mikro dan unsur makro. Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur

tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan

unsur yang disebut defisiensi. Defisiensi mengakibatkan

pertumbuhan menjadi terhambat (Anggorowati, 2004).

Faktor lingkungan yang lain adalah air. Air berperan di

dalam melarutkan unsur hara dalam proses penyerapan. Air

dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi

dalam tubuh tumbuhan dan dan sebagai medium reaksi

enzimatis. Sebagai pelarut, air juga memengaruhi kadar enzim

dan substrat sehingga secara tidak langsung memengaruhi laju

metabolisme. Kekurangan air pada tanah menyebabkan

terhambatnya proses osmosis. Proses osmosis akan terhenti


(44)

protoplasma sel-sel tumbuhan, sehingga tanaman kering dan

mati (Anggorowati, 2004).

Pada umumnya cabai ditanam di dataran rendah sampai

pegunungan (dataran tinggi) + 2000 m diatas permukaan laut

yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu

lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 24 – 27 0C. Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya

selama 10 – 12 jam untuk proses fotosintesis, pembentukkan bunga dan buah serta pemasakan buah (Alex S, 2013).

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Izah, Lailatul (2009) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Ekstrak beberapa jenis gulma terhadap

Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

gulma terhadap perkecambahan biji jagung dan mengetahui

jenis ekstrak gulma yang paling menekan perkecambahan biji

jagung. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

ekstrak terhadap perkecambahan biji jagung. Ekstrak

alang-alang memberikan nilai rata-rata pengaruh yang besar berupa


(45)

perkecambahan, panjang hipokotil, panjang akar, dan berat

kering kecambah.

2. Kamsurya, Yani (2014) melakukan penelitian dengan judul

Dampak Alelopati Ekstrak Daun Alang-Alang (Imperata

Cylindrica L.) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) . Penelitian ini

bertujuan untuk mempelajari dampak alelopati dari ekstrak

daun alang-alang terhadap pertumbuhan awal tanaman kacang

tanah, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

daun alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan benih

tanaman kacang tanah. Konsentrasi esktrak daun alang-alang

semakin tinggi bersifat menghambat terhadap pertumbuhan

tanaman kacang tanah.

3. Supryadi, Markus (2000) melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh Pemberian Perasan Rizoma Alang - alang

(Imperata cylindrica L.) terhadap Daya Kecambah Tanaman

Budidaya. Penelitian ini bertujuan melihat tingkat pengaruh

yang ditimbulkan zat alelopati yang diproduksi alang alang

terhadap daya kecambah tanaman budidaya dengan konsentrasi

25%, 50%, 75%, 100% dan satu perlakuan 0% sebagai kontrol.

Dari basil pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini

didapatkan data bahwa perasan rizoma alang-alang pada


(46)

budidaya, yaitu dengan daya kecambah yang hanya mencapai

rata rata 60%. Selain itu juga didapatkan data bahwa semakin

tinggi konsentrasi perasan rhizomaalang-alang yang diberikan,

daya kecambah biji semakin menurun.

F. Kerangka Berpikir

Tanaman cabai rawit merupakan salah satu tanaman holtikultura

yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Kebutuhan akan cabai

rawit sangat tinggi sedangkan produktivitas cabai rawit di Indonesia tidak

mampu memenuhi permintaan yang selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Rata-rata produksi cabai rawit nasional saat ini masih rendah. Salah satu

faktor penyebabnya adalah karena persaingan dengan gulma (Biro Pusat

Statistik, 2014). Alang-alang merupakan salah satu gulma yang sering

ditemukan tumbuh di antara tanaman cabai rawit. Alang-alang diteliti

mengandung senyawa yang bersifat toksik yang disebut alelokimia.

Senyawa alelokimia dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan


(47)

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran

Produksi Cabai Rawit di Indonesia Rendah

Persaingan dengan Gulma

Alang-Alang (Imperata cylindrica L.)

Alelokimia

Larutan Bubuk Larutan Segar

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Jumlah Daun Tinggi Tanaman


(48)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan

penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis

penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu

membandingkan efek variasi variabel bebas terhadap variabel tergantung

melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja

dan Mustafidah, 2011).

B. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Pengertian populasi menurut Margono (2004) merupakan keseluruhan

objek penelitian yang tidak terbatas berupa benda atau peristiwa sebagai

sumber data dalam suatu penelitian. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 44 buah tanaman cabai rawit

(Capsicum frutescens L.) dengan pembagian 4 tanaman sebagai kontrol,

20 tanaman dengan perlakuan Larutan segar dan 20 tanaman diberi


(49)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2015- Juli 2015 di Kebun

Anggur dan Laboratorium Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

D. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan Completely Randomized Design (CDR) dengan

perlakuan variasi sampel, variasi populasi dan konsentrasi Larutan, dengan

empat kali ulangan pada setiap perlakuan. Ciri khas dari rancangan ini yang

membedakan dengan rancangan lain adalah bahwa percobaan yang digunakan

harus bersifat homogen.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel. Tiga variabel tersebut,

meliputi:

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dibuat bebas dan bervariasi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi Larutan akar

tanaman alang-alang (Imperata cylindrical L.).

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang muncul akibat adanya variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman

cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang meliputi: tinggi tanaman dan


(50)

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel lain yang ikut berpengaruh yang

dibuat sama pada setiap media percobaan dan terkendali. Pada penelitian

ini yang digunakan sebagai variabel kontrol meliputi:

 Media tanam yang digunakan adalah media tanah yang dicampur pupuk kompos, dengan perbandingan 2 : 1 (2 tanah

dan 1 kompos)

 Volume air untuk penyiraman sebanyak 1000 ml per pot.

 Umur tanaman cabai rawit pada usia 4 minggu.

F. Prosedur Kerja

Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahapan yaitu persiapan

lahan, penyiapan media tanam serta polybag, kemudian tahap persemaian,

penanaman, pembuatan larutan alang-alang (Imperata cylindrica L.), tahap

perlakuan, pengamatan dan tahap pengambilan data. Berikut ini adalah

tahapan yang dilakukan dalam penelitian:

1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dan pemasangan rumh

kayu beratap paranet yang berfungsi untuk melindungi bibit tanaman

cabai rawit dari serangan hama dan penyakit.

2. Penyiapan Media Tanam dan Polybag

Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 1 kg dan 3

kg. polybag harus memiliki lubang drainase untuk mengurangi kadar


(51)

sebelum biji cabai rawit ditanam. Hal ini dilakukan agar media di

dalam polibag padat. Media yang digunakan di dalam penelitian ini

adalah media tanah yang dicampur dengan pupuk kompos, dengan

perbandingan 2 : 1 (2 tanah dan 1 kompos). Media tanah dimasukkan

ke dalam polybag yang sudah disediakan.

3. Persemaian

Setelah media tanam sudah siap, penanaman benih cabai rawit

dilakukan dengan memperhatikan penyiraman. Namun sebelum

ditanam, benih cabai rawit disortasi terlebih dahulu dengan cara

direndam pada sebuah wadah berisi air. Benih yang mengapung

dibuang, sementara yang tenggelam diambil dan direndam dengan air

hangat selama satu malam untuk merangsang perkecambahan.

Langkah-langkah penanaman benih tanaman cabai rawit sebagai

berikut:

1. Media tanam dalam polybag yang berukuran 1 kg disiram

terlebih dahulu sampai basah.

2. Benih cabai rawit ditanam ditengah-tengah polybag.

3. Siram kembali benih yang sudah tertanam dengan air

hingga cukup basah.

4. Tempatkan benih cabai rawit ditempat teduh selama 30


(52)

5. Bibit yang sudah tumbuh dirawat dan disiram. Selama 30

hari bibit diseleksi untuk dipindahkan ke dalam media

tanam (polybag ukuran 3 kg)

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit semai yang

berumur 30 hari ke polybag ukuran 3 kg yang sudah diisi dengan

tanah. Setiap polybag ditanam 1 tanaman cabai rawit.

5. Pembuatan larutan alang-alang

Akar tanaman alang-alang dicuci bersih menggunakan air mengalir

dan disortir (dipisahkan antara akar tanaman yang baik dan yang

rusak). Larutan diperoleh dengan melakukan dua metode sederhana

terhadap akar tanaman alang-alang. Perlakuan pertama 1000 gram

akar tanaman dipotong kecil-kecil menggunakan gunting kemudian

diblender dengan 1000 ml air lalu disaring menggunakan saringan

sehingga diperoleh stok larutan segar akar tanaman alang-alang 100

%. Perlakuan kedua, akar tanaman alang-alang dijemur di bawah sinar

matahari hingga benar-benar kering, kemudian diblender hingga

halus. 1000 gram bubuk akar alang-alang dilarutkan ke dalam 1000 ml

air kemudian diperoleh stok larutan bubuk akar alang-alang 100%.

Waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan akar alang-alang bubuk

adalah 15 hingga 20 menit.

Setelah diperoleh stok larutan dengan konsentrasi 100 %, larutan


(53)

masing-masing larutan sebesar 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% dengan

menambahkan air. Variasi konsentrasi larutan pada tiap perlakuan

dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Variasi Konsentrasi Larutan pada Setiap Perlakuan

Perlakuan Variasi

Konsentrasi (%)

Jumlah Sampel (ml)

Pelarut Air (ml)

LS-A 15 150 850

LS-B 20 200 800

LS-C 25 250 750

LS-D 30 300 700

LS-E 35 350 650

LB-A 15 150 850

LB-B 20 200 800

LB-C 25 250 750

LB-D 30 300 700

LB-E 35 350 650

Keterangan:

LS : larutan segar

LB : larutan bubuk

A : konsentrasi 1

B : konsentrasi 2

C : konsentrasi 3

D : konsentrasi 4

E : konsentrasi 5

6. Tahap Perlakuan

Satu minggu setelah bibit cabai rawit dipindahkan ke dalam

polybag ukuran 3 kg, tanaman cabai rawit disiram dengan larutan akar

alang-alang sehari sekali yaitu pada pagi hari selama 7 minggu.


(54)

a. Kontrol (0%)

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini hanya disiram

dengan air saja sebanyak 1000 ml tanpa ada pemberian larutan

akar alang-alang sama sekali. Pada setiap tanaman dalam

polybag mendaptkan air sebanyak 250 ml.

b. Larutan akar alang-alang dengan konsentrasi 15%

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini mendapatkan

masing-masing 1000 ml larutan hasil campuran 150 ml larutan

segar maupun larutan bubuk dengan 850 ml air. Setiap

tanaman dalam polybag mendaptkan larutan sebanyak 250 ml.

c. Larutan akar alang-alang dengan konsentrasi 20%

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini mendapatkan

masing-masing 1000 ml larutan hasil campuran 200 ml larutan

segar maupun larutan bubuk dengan 800 ml air. Setiap

tanaman dalam polybag mendaptkan larutan sebanyak 250 ml.

d. Larutan akar alang-alang dengan konsentrasi 25%

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini mendapatkan

masing-masing 1000 ml larutan hasil campuran 250 ml larutan

segar maupun larutan bubuk dengan 750 ml air. Setiap

tanaman dalam polybag mendaptkan larutan sebanyak 250 ml.

e. Larutan akar alang-alang dengan konsentrasi 30%

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini mendapatkan


(55)

Larutan segar maupun Larutan bubuk dengan 700 ml air.

Setiap tanaman dalam polybag mendaptkan larutan sebanyak

250 ml.

f. Larutan akar alang-alang dengan konsentrasi 35%

Setiap tanaman cabai rawit dengan perlakuan ini mendapatkan

masing-masing 1000 ml Larutan hasil campuran 350 ml

Larutan segar maupun Larutan bubuk dengan 650 ml air.

Setiap tanaman dalam polybag mendaptkan larutan sebanyak

250 ml.

7. Pengamatan dan pengambilan data

Pengamatan dan pengambilan data dari pertumbuhan tanaman

cabai rawit dilakukan sesudah diberi perlakuan. Parameter

pertumbuhan yang diamati adalah tinggi batang dan jumlah daun.

Pengukuran tinggi batang dimulai dari atas permukaan tanah sampai

pada ujung tunas. Perhitungan jumlah daun dimulai dari pangkal

tanaman hingga pucuk yang baru membuka.

Data yang diperoleh dituliskan dalam tabel untuk mempermudah


(56)

Tabel 3.2 Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit

No Tanggal Jenis Larutan Konsentrasi Ulangan (cm)

R1 R2 R3 R4

1 Larutan Bubuk 15%

20% 25% 30% 35% Larutan Segar 15% 20% 25% 30% 35% Kontrol (-)

2 Larutan Bubuk 15%

20% 25% 30% 35% Larutan Segar 15% 20% 25% 30% 35% Kontrol (-)


(57)

Tabel 3.3 Jumlah Daun Tanaman Cabai rawit

No Tanggal Jenis Larutan Konsentrasi Ulangan (cm)

R1 R2 R3 R4

1 Larutan Bubuk 15%

20% 25% 30% 35% Larutan Segar 15% 20% 25% 30% 35% Kontrol (-)

2 Larutan Bubuk 15%

20% 25% 30% 35% Larutan Segar 15% 20% 25% 30% 35% Dst..


(58)

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penelitian

Persiapan lahan

Pembuatan larutan

Tinggi dan jumlah daun Pemberian larutan pada

tanaman Persemaian Persiapan polybag

Penyiapan media tanam

Tahap Pelaksanaan

Pengamatan dan pengambilan data pertumbuhan tanaman Penanaman


(59)

G. Analisa Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh alelopati larutan

akar alang-alang terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dilakukan uji

statistik Two Way Anova. Penghitungan dilakukan dengan program SPSS

VERSI 17.

H. Instrumen Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu, paku,

cangkul, paranet, polybag, ember, penggaris, kertas label, paranet, blender,

pipet volume, pengaduk, gelas ukur, timbangan, beker glass, buku, bolpoint

dan saringan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini


(60)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata tinggi batang dan jumlah daun

tanaman cabai rawit:

a. Tinggi batang tanaman

Tabel 4.1 Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit

No Jenis Larutan

Konsentr asi

Minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 1 Larutan

Bubuk

15% 6,00 16,77 21,8 26,02 31,77 36,8 41,77 46,8 20% 6,00 15,85 19,82 23,85 27,85 31,85 35,85 39,85 25% 6,00 14,62 17,6 20,62 23,65 26,6 29,6 32,57 30% 6,00 13,55 16,05 18,05 20,05 22,05 24,05 26,05 35% 6,00 12,15 13,17 14,15 15,17 16,17 17,17 18,17 2 Larutan

Segar

15% 4,65 10,62 13,12 15,62 18,12 20,62 23,12 25,62 20% 4,65 9,95 11,92 13,92 15,92 17,92 19,92 21,92 25% 4,65 9,25 10,75 12,25 13,75 15,25 16,75 18,25 30% 4,65 8,45 9,42 10,42 11,42 12,42 13,42 14,42 35% 4,65 6,97 7,47 7,97 8,47 8,97 9,47 9,97 3 Kontrol (-) 6,00 19,25 25,07 28,87 34,27 38,5 45,12 51,2

Tabel 4.2 Rata-rata Pertumbuhan Kumulatif Tinggi Batang Tanaman

Larutan Bubuk Larutan Segar Kontrol

15% 40,8 15% 20,97 45,2

20% 33,85 20% 17,27

25% 26,57 25% 13,6

30% 20,05 30% 9,77


(61)

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kontrol memiliki

rata-rata tertinggi yaitu sebesar 45,2 cm. Sedangkan rata-rata terendah yaitu

pada perlakuan larutan segar konsentrasi 35% sebesar 5,32 cm.

b. Jumlah daun tanaman

Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

No Jenis Ekstrak

Konsentr asi

Minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 1 Ekstrak

Bubuk

15% 5,5 11,5 18 24 30 36 42 48 20% 5 10,5 15,5 20,5 25,5 30,5 35,5 40,5 25% 5 9,5 13,5 17,5 21,5 25,5 29,5 33,5 30% 5 8,75 11,75 14,75 17,75 20,75 23,75 26,75 35% 5 8 10 12 14 16 18 20 2 Ekstrak

Segar

15% 3,5 5,5 10,5 15,5 20,5 25,5 30,5 35,5 20% 3,5 4,75 8,75 12,75 16,75 20,75 24,75 28,75 25% 3,5 4,25 7,25 10,25 13,25 16,25 19,25 22,25 30% 3,5 3,75 5,75 7,75 9,75 11,75 13,75 15,75 35% 3,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5 3 Kontrol (-) 5,5 13,25 20,25 26 32,75 38,5 44,25 51

Tabel 4.4 Rata-rata Pertumbuhan Kumulatif Jumlah Daun Tanaman

Larutan Bubuk Larutan Segar Kontrol

15% 42,5 15% 32 45,5

20% 35,5 20% 25,25

25% 28,5 25% 18,75

30% 21,75 30% 12,25

35% 15 35% 6

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kontrol memiliki

memiliki rata-rata tertinggi yaitu 45,5 helai. Sedangkan rata-rata terendah yaitu


(62)

B. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian tentang pengaruh alelopati larutan akar alang-

terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dilakukan dalam beberapa tahapan

kerja mulai dari persiapan lahan, persiapan media tanam dan polybag,

persemaian, penanaman, pembuatan larutan alang-alang, perlakuan,

pengamatan dan pengambilan data. Dalam penelitian ini menggunakan

tanaman cabai rawit yang berumur 30 hari. Sedangkan untuk pembuatan

larutan alang-alang yang digunakan adalah akar dari tanaman alang-alang. Hal

ini disebabkan karena tanaman alang-alang yang akan digunakan diambil dari

tanaman alang-alang yang masih hidup. Tanaman alang-alang yang masih

hidup mengeluarakan senyawa alelokimia lewat organ di bawah tanah, jika

sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah

sama-sama dapat melepaskan senyawa alelokimia (Sastroutomo, 1990).

Pemberian larutan akar alang-alang baik itu larutan bubuk dan larutan

segar untuk tanaman cabai rawit dalam penelitian ini sangat mempengaruhi

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan dan

perkembangan tanaman cabai rawit menjadi terhambat. Dapat diketahui bahwa

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit menjadi

terhambat bukan karena adanya kompetisi perebutan hara dengan gulma tetapi

karena pemberian larutan akar alang-alang dengan berbagai konsentrasi

tersebut. Hal ini terjadi karena selama proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman cabai rawit yang ditanam dalam polybag tidak ditemukan adanya


(63)

pertumbuhan gulma disekitar tanaman cabai rawit pertama adalah pemberian

larutan akar alang-alang pada tanaman yang dapat menekan pertumbuhannya,

kedua adalah media tanam yang digunakan benar-benar dibersihkan dari

bibit-bibit gulma, dan yang terakhir yaitu tanaman yang digunakan dalam penelitian

ini ditempatkan pada rumah yang dilindungi dengan plastik dan paranet

sehingga angin yang membawa benih-benih gulma tidak bisa masuk.

Pertumbuhan tanaman cabai rawit yang terhambat akibat pemberian ekstrak

segar akar alang-alang dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

a. Tinggi Batang

Tinggi batang tanaman dalam penelitian ini merupakan bagian batang

yang diukur dari batang yang terlihat mulai dari atas permukaan tanah

sampai pada ujung tunas. Pengukuran tinggi batang tanaman dilakukan

selama 7 minggu. Pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

ekstrak akar alang-alang memiliki daya hambat yang cukup kuat terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit. Data hasil

pengamatan rata-rata hasil pengukuran pengaruh pemberian larutan akar

alang-alng terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit dapat


(64)

Gambar 4.1 Rata-rata Kumulatif Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit

Pada gambar 4.1 di atas menunjukan bahwa terdapat pengaruh

pemberian jenis larutan akar alang-alang terhadap rata-rata pertumbuhan

tinggi batang tanaman cabai rawit. Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi

batang tanaman cabai rawit yang paling tinggi yaitu pada perlakuan

kontrol sebesar 45,2 cm. Perlakuan larutan bubuk pada konsentrasi 15%

rata-rata tinggi batang yang dihasilkan sebesar 40,8 cm, sedangkan pada

konsentrasi yang sama untuk perlakuan larutan segar rata-rata tinggi

batang sebesar 20,97 cm. Pemberian larutan bubuk akar alang-alang pada

`konsentrasi 15 % tidak berbeda nyata dengan kontrol, hal ini menunjukan

bahwa larutan bubuk akar alang-alang pada konsentrasi 15% tidak

memberikan pengaruh menghambat terhadap pertumbuhan tinggi batang

tanaman cabai rawit. Pemberian larutan segar pada konsentrasi 15% sangat

berbeda nyata dengan kontrol maupun perlakuan larutan bubuk pada

konsentrasi 15%. Untuk rata-rata pengukuran tinggi batang tanaman

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0% 15% 20% 25% 30% 35%

T ing g i B atang (c m) Konsentrasi Kontrol Larutan Bubuk Larutan Segar


(65)

cabai rawit yang paling rendah yaitu perlakuan larutan segar pada

konsentrasi 35 % yaitu sebesar 5,32 cm. Sedangkan konsentrasi 35% untuk

perlakuan larutan bubuk rata-rata tinggi batang yaitu sebesar 12,17 cm.

Hasil perhitungan rata-rata tinggi batang menunjukan bahwa

penghambatan pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai terjadi pada

larutan 15% semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi

20%, 25%, 30%dan 35%. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang

diberikan mengakibatkan pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit

semakin terhambat. Penghambatan pertumbuhan yang terjadi ini

disebabkan oleh adanya senyawa alelokimia di dalam larutan akar

alang-alang. Penghambatan pertumbuhan tinggi batang tanaman dapat terjadi

melalui penghambatan aktivitas pembelahan dan pemanjangan sel.

Pebriani (2013) mengungkapkan bahwa beberapa senyawa alelokimia

yang bersifat menghambat pembelahan sel, sehingga tinggi tanaman

menjadi terhambat adalah treponoid, flavonoid dan senyawa fenol.

Senyawa-senyawa tersebut mengakibatkan penghambatan sintesis asam

ketoglutarat yang merupakan perkusor asam-asam amino, protein dan

ATP pada tanaman sehingga mengakibatkan terganggunya pembelahan

dan pembesaran sel. Selain itu senyawa alelokimia dapat pula menghambat

pembelahan sel melalui gangguan aktivitas hormon tumbuhan seperti

hormon sitokinin. Hormon sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang

mendorong pembelahan (sitokinesis). Sitokinin dapat meningkatkan


(66)

tanaman. Adanya senyawa fenol akan menghambat aktivitas sitokinin.

Hambatan ini menyebabkan pembelahan sel pada bagian meristem pucuk

terganggu sehingga menghambat pertumbuhan tinggi batang tanaman

cabai rawit menjadi lebih pendek dan kerdil. Gardner (1991) menyatakan

bahwa pemanjangan batang tanaman dipengaruhi oleh aktivitas hormon

giberelin. Senyawa alelokimia pada larutan bubuk dan larutan segar akar

alang-alang menghambat aktivitas giberelin, yang menyebabkan

pembelahan sel pada bagian meristem interkalar terganggu sehingga

menyebabkan pemanjangan batang tanaman menjadi terhambat.

Hasil pengukuran tinggi batang tanaman cabai rawit menunjukan

bahwa larutan bubuk dan larutan segar memiliki perbedaan yang nyata

terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. Larutan segar akar

alang-alang memiliki daya penghambatan yang lebih besar dibandingkan

dengan larutan bubuk. Larutan segar merupakan larutan yang diambil

langsung dari akar-akar alang-alang, sehingga senyawa kimia yang

terkandung didalamnya akan tersari seluruhnya. Sedangkan larutan bubuk,

diambil dari akar alang-alang hidup yang dikeringkan terlebih dahulu,

kemudian diblender hingga halus, kemudian dilarutkan lagi dengan air.

Karena lebih banyak mengalami banyak proses sehingga dapat

menyebabkan berkurangnya senyawa alelokimia yang terkandung di

dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan larutan segar akar alang-alang


(67)

Berdasarkan pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi larutan akar alang-alang baik itu larutan segar maupun larutan

bubuk menyebabkan pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit

semakin terhambat. Ini diakibatkan oleh adanya peningkatan senyawa

alelokimia yang terkandung didalamnya seiring dengan peningkatan

konsentrasi larutan. Semakin tinggi kandungan senyawa alelokimia yang

terakumulasi di dalam tanah maka dapat menyebabkan konsentrasi air

dalam tanah menjadi menurun, sehingga ini dapat mengakibatkan

terjadinya perbedaan potensial air antara larutan dalam tanah dengan

jaringan pada tanaman cabai rawit. Air dalam jaringan tanaman cabai rawit

akan keluar sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi

terhambat.

Dalam uji statistik didapatkan hasil bahwa data rata-rata tinggi

batang tanaman memiliki distribusi yang normal karena memiliki nilai

signifikan 0,088(>0,05). Dari hasil uji homogenitas menunjukan bahwa p

value tinggi batang tanaman (sig) = 0,000 <0,005 sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok data tidak mempunyai varian yang

sama (homogen). Pada uji homogenitas, dikatakan mempunyai varian yang

sama (homogen) apabila p value (sig) > 0,05. Setelah memenuhi

persyaratan, maka dilakukan Analisis Varian Dua Arah (Two Ways

Annova) yang hasilnya adalah pengaruh semua variabel independen (jenis

larutan, konsentrasi, dan interaksi jenis larutan dengan konsentrasi) secara


(68)

rawit) memiliki nilai signifikasi 0,000 (< 0,05) yang berarti model valid.

Pengaruh jenis ekstrak terhadap tinggi batang tanaman cabai rawit

berpengaruh signifikan karena memiliki nilai 0,000 (< 0,05). Pengaruh

konsentrasi terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit

memiliki nilai 0,000 sehingga dikatakan signifikan (< 0,05). Sedangkan

untuk pengaruh interaksi jenis larutan dan konsentrasi terhadap

pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit memiliki nilai 0,627

sehingga interaksi jenis larutan dan konsentrasi tidak berpengaruh

signifikan. R kuadrat menunjukan nilai 0,649 dimana mendekati 1 maka

dikatakan korelasi kuat. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menilai

kategori dari variabel konsentrasi yang memiliki perbedaan signifikan

dengan Tukey Post Hoc. Hasil variabel konsentrasi menunjukan perbedaan

yang berarti. Output data uji hasil statistik tinggi batang tanaman cabai

rawit dilakukan menggunakan SPPS versi 17 dapat dilihat pada lampiran.

b. Jumlah Daun

Pemberian ekstrak akar alang-alang terhadap jumlah daun cabai rawit

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak akar alang-alang sangat

berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman cabai rawit.

Data hasil pengamatan rata-rata hasil pengukuran pengaruh pemberian

ekstrak akar-alang-alang terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman


(69)

Gambar 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

Hasil perhitungan pada gambar 4.2 menunjukan bahwa larutan akar

alang-alang, baik larutan bubuk maupun larutan segar mempengaruhi

rata-rata jumlah daun tanaman cabai rawit. Rata-rata-rata jumlah daun paling tinggi

terdapat pada konsentrasi 0% (kontrol) yaitu sebesar 45,5 helai. Pada

perlakuan larutan bubuk konsentrasi 15% rata-rata jumlah daun yang

dihasilkan adalah sebesar 42,5 helai, sedangkan pada konsentrasi 15%

perlakuan larutan segar rata-rata jumlah daun sebesar 32 helai. Dapat

dilihat bahwa pemberian larutan bubuk akar alang-alang pada konsentrasi

15 % tidak berbeda nyata dengan kontrol, hal ini menunjukan bahwa

larutan bubuk akar alang-alang konsentrasi 15% tidak memberikan

pengaruh menghambat terhadap penambahan jumlah daun tanaman cabai

rawit. Pemberian larutan segar pada konsentrasi 15% menunjukkan hasil

yang sangat berbeda nyata dengan kontrol maupun perlakuan larutan

bubuk pada konsentrasi 15%. Ini menunjukan bahwa larutan segar akar

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0% 15% 20% 25% 30% 35%

Juml ah Da un (H elai) Konsentrasi Kontrol Larutan Bubuk Larutan Segar


(70)

alang-alang menghambat terhadap penambahan jumlah daun tanaman

cabai rawit. Untuk rata-rata jumlah daun tanaman cabai rawit yang paling

rendah terdapat pada perlakuan larutan segar yaitu konsentrasi 35 %

sebesar 6 helai. Sedangkan konsentrasi 35% untuk perlakuan larutan

bubuk rata-rata jumlah daun yaitu sebesar 15 helai.

Berdasarkan padagambar 4.2 menunjukan bahwa terjadi

penghambatan jumlah daun tanaman cabai rawit setelah pemberian

larutan segar dan larutan bubuk akar alang-alang. Dapat dilihat bahwa

penghambatan yang terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi

larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan mengakibatkan

jumlah daun semakin terhambat. Penghambatan tertinggi terjadi pada

pada konsentrasi 35% sedangkan penghambatan terendah terjadi pada

konsentrasi 15%.

Terjadinya penghambatan jumlah daun tanamaan cabai rawit

disebabkan oleh kandungan alelokimia dalam larutan bubuk dan larutan

segar akar alang-alang yang mengganggu pertambahan jumlah daun.

Pertambahan jumlah daun pada tanaman menunjukan bahwa tanaman

tersebut mengalami proses pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman

merupakan akibat dari pemanjangan sel-sel penyusunnya. Proses

pemanjangan tersebut di pengaruhi oleh aktivitas hormon pertumbuhan

tanaman yaitu auksin, giberelin dan sitokinin. Rice (1984) menyatakan

bahwa hambatan yang disebabkan adanya senyawa fenolik seperti tanin


(71)

menguraikan IAA sehingga menyebabkan pemanjangan sel menjadi

terganggu. Hal inilah yang menyebabkan pertambahan jumlah daun pada

tanaman cabai rawit menjadi terhambat.

Alelopati yang terkandung dalam larutan bubuk dan larutan segar akar

alang-alang dapat juga menghambat proses mitosis pada sel. Gangguan

mitosis oleh senyawa fenol disebabkan karena fenol merusak

benang-benang spindel pada saat proses metafese sehingga perbanyakan sel pada

organ tumbuhan akan menjadi terhambat yang dapat menyebabkan

pertambahan jumlah daun pada tanaman akan berjalan lambat bahkan

terhenti (Wattimena, 1987). Menurut Ince (2008), senyawa fenol dan

derivatnya seperti tanin dan flavonoid mempengaruhi beberapa proses

penting seperti penyerapan mineral, keseimbangan air, respirasi,

fotosintesi, sintesis protein, klorofil dan fitohormon.

Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa jumlah daun tanaman

cabai rawit pada perlakuan larutan bubuk untuk semua konsentrasi sangat

berbeda nyata dengan perlakuan larutan segar. Perlakuan larutan bubuk

memiliki daya hambat lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan larutan

segar. Hal ini disebabkan karena pembuatan larutan bubuk mengalami

banyak proses sebelum dilarutkan ke dalam air dibandingkan dengan

larutan segar. Proses pembuatan larutan bubuk meliputi pengeringan pada

sinar matahari, diblender hinggga menjadi bubuk kemudian dilarutkan

dalam air untuk mendapatkan stok. Karena mengalami banyak proses


(72)

berkurang. Berbeda dengan larutan bubuk, pembuatan larutan segar tidak

terlalu mengalami banyak proses sebelum dilarutkan ke dalam air,

sehingga senyawa kimia yang terkandung di dalamnya masih tetap utuh.

Hasil rata-rata jumlah daun tanaman cabai rawit pada perlakuan

larutan bubuk dan larutan segar dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%,

30%, dan 35% menunjukan hasil yang berbeda nyata. Semakin tinggi

konsentrasi larutan bubuk dan larutan segar akar alang-alang maka

pertambahan jumlah daun semakin terhambat. Hal ini terjadi karena

adanya peningkatan kandungan alelokimia pada konsentrasi larutan yang

lebih tinggi. Semakin tinggi kandungan senyawa alelokimia yang

terakumulasi dalam tanah menyebabkan konsentrasi air dalam tanah

menurun. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan potensial air antara

larutan dalam tanah dan jaringan pada tanaman cabai rawit. Air yang

terdapat dalam jaringan tanaman cabai rawit akan keluar sehingga

mengakibatkan proses pertumbuhan menjadi tidak maksimal, yang

langsung mempengaruhi proses pertambahan jumlah daun pada tanaman

cabai rawit.

Analisis statistik untuk pertambahan jumlah daun tanaman cabai

rawit, diawali dengan uji normalitas dan didapatkan hasil bahwa rata-rata

jumlah daun cabai rawit memiliki distribusi yang normal karena memiliki

nilai signifikasi sebesar 0,393 (>0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk memperlihatkan data


(73)

homogenitas menunjukkan bahwa variansi pada tiap kelompok data

adalah tidak sama (tidak homogen) karena p value (sig) yang dihasilkan

yaitu 0,004 (<0,05). Pada uji homogenitas, dikatakan sama (homogen)

apabila p value (sig) >0,05. Setelah memenuhi persyaratan, maka

dilakukan Analisis Varian Dua Arah (Two Ways Annova) yang hasilnya

adalah pengaruh semua variabel independen (jenis larutan, konsentrasi,

dan interaksi larutan dengan konsentrasi) secara bersama-sama terhadap

variabel dependent (jumlah daun tanaman) memiliki nilai signifikasi 0,000

(<0,05) yang berarti model valid. Pengaruh jenis larutan terhadap jumlah

daun tanaman cabai rawit berpengaruh signifikan karena memiliki nilai

0,000 (<0,05). Pengaruh konsentrasi terhadap jumlah daun cabai rawit

memiliki nilai 0,000 sehingga dapat dikatakan signifikan (<0,05).

Sedangkan pengaruh interaksi jenis larutan dan konsentrasi terhadap

jumlah daun cabai rawit memiliki nilai 0,999 sehingga dapat dikatakan

bahwa interaksi jenis larutan dan konsentrasi tidak berpengaruh signifikan.

R kuadrat menunjukan nilai 0,596 dimana mendekati 1 maka korelasi kuat.

Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menilai kategori dari variabel

konsentrasi yang memiliki perbedaan signifikan dengan Tukey Post Hoc.

Hasilnya menunjukan variabel konsentrasi menunjukan perbedaan yang

berarti. Output data uji statistik pengaruh larutan akar alang-alang rata-rata

jumlah daun dilakukan menggunakan SPSS versi 17 dapat dilihat pada


(74)

C. Keterbatasan dalam Penelitian

Keterbatasan dalam proses penelitian ini yaitu terkait pembuatan

larutan akar alang-alang yang masih sederhana dengan menggunakan air

sebagai pelarut. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

hasil dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian senyawa yang diteliti

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman cabai rawit masih

bersifat umum, sehingga peneliti tidak bisa mengetahui secara pasti

senyawa yang paling besar mempengaruhi proses penghambatan


(1)

diberi larutan akar alang-alang (larutan bubuk dan larutan segar)

dengan beberapa varian konsentrasi? Mengapa demikian? Apakah

terdapat perbedaan pertumbuhan antara perlakuan larutan segar dan

larutan bubuk? Pada konsentrasi berapakah, larutan akar

alang-alang optimal menghambat pertumbuhan tanaman cabai rawit?


(2)

Lampiran 18

KUNCI JAWABAN DAN PANDUAN SKORING

Mata pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : XII / 2

A. Pilihan Ganda 1. C 2. D 3. D 4. A 5. C 6. B

Setiap soal masing-masing diberikan skor 2 dengan ketentuan:

Skor 0 jika salah dan tidak menjawab

Skor 2 jika jawaban benar

B. Uraian

No Jawaban Skoring

1 Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume

yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya

pembelahan sel.

Perkembangan adalah diferensiasi sel makhluk hidup

menjadi struktur tertentu dengan fungsi tertentu.

0 – 20


(3)

tanaman kecil (platula) dari dalam biji.

3 Pertumbuhan tanaman cabai rawit menjadi

terhambat. Hal ini disebabkan oleh senyawa

alelokimia yang terdapat pada akar alang-alang

menghambat proses pembelahan sel pada tanaman

cabai rawit.

Terdapat perbedaan pertumbuhan, dimana pada

perlakuan larutan segar lebih menghambat

pertumbuhan tanaman cabai rawit dibandingkan

dengan perlakuan larutan bubuk.

Konsentrasi 35% pada perlakuan ekstrak segar

merupakan konsentrasi yang paling efektif

pertumbuhan tanaman cabai rawit.

0 – 20

4 Alelopati merupkan pelepasan senyawa yang bersifat

toksik yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman

disekitarnya.

Alelokimia merupakan senyawa kimia yang

dihasilkan oleh suatu spesies yang dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan tumbuhan.


(4)

Lampiran 19

DOKUMENTASI

Gambar 19.1 Bibit cabai rawit

umur 10 hari

Gambar 19.2 Bibit cabai rawit umur 30 hari


(5)

Gambar 19.4 Akar alang-alang kering

Gambar 19.5 Proses Blender Alang-alang Segar

Gambar 19.6 Bubuk akar alang-alang

Gambar 19.7 Akar Alang-alang Segar


(6)

Gambar 19.11 Tempat Penelitian

Gambar 19.8 Stok Larutan Segar

Gambar 19.9 Stok Larutan Bubuk

Gambar 19.10 Perlakuan pada Tanaman


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin

0 43 144

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang-Alang(Imperata cylindrica (L.) Beauv) terhadap Mimosa pudica(Allelopathic potential of rhizome of alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) on Mimosa pudica).

0 0 3