PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI POHON AKASIA, MANGIUM, DAN JATI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA, MANGIUM, DAN JATI

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ALLELOPATHY FROM THE TREES OF EARPOD WATTLE, BLACK WATTLE, AND TEAK TO THE GROWTH OF THE SEEDLINGS OF EARPOD WATTLE, BLACK WATTLE, AND TEAK

By

NOVIA EKAYANTI

Allelopathy is the compound released by the plants to the environtment where actualy another plants is living in. The purpose of this research were to find out the effect of allelopathy which came from earpod wattle (Acacia auriculiformis), black wattle (Acacia mangium), and teak (Tectona grandis) to the seedlings plants of earpod wattle, black wattle, and teak, and also to find out the effect of

allelopathy above mentioned that had the weakest effect. This research was designed based on factorial in a complete random design. Factor I was the seedlings which consist of earpod wattle, black wattle, and teak, while factor II was the allelopathy which consists of non allelopathy was used, the use of

allelopathy from the extraction of earpod wattle leaves, the extraction of black wattle leaves, and the extraction of teak leaves. The variable that was observed were seedlings height increasing, seedlings stem diameter increasing, number of leaves increasing, and living percentage of the seedlings. This observation data was tested by Bartlett test to know the homogenity of variance. Then it was analyzed by analysis of variance, then it is continually tested by least significant


(2)

difference test. All the counting were done at 5% significant level. The result of this research showed that allelopathy which came from earpod wattle, black wattle, and teak were not different effect for seedlings from allelopathy source in the same species. The giving of black wattle allelopathy had significant different effect in height of earpod wattle seedlings. That also the giving of teak

allelopathy had significant different effect in height black wattle seedlings. The earpod wattle allelopathy had significant different effect in diameter of stem earpod wattle, black wattle, and teak seedlings.

Key words : allelopathy, extraction of earpod wattle, black wattle, and teak, seedlings growth


(3)

ABSTRAK

PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI POHON AKASIA, MANGIUM, DAN JATI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI

AKASIA, MANGIUM, DAN JATI Oleh

NOVIA EKAYANTI

Zat alelopati merupakan senyawa yang dilepaskan tumbuhan ke lingkungan tempat tumbuh tumbuhan lain. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat alelopati yang berasal dari akasia, mangium, dan jati terhadap semai akasia, mangium, dan jati, serta untuk mengetahui zat alelopati tersebut yang berpengaruh paling lemah. Penelitian ini disusun secara faktorial dalam rancangan acak

lengkap. Faktor I yaitu semai yang terdiri dari semai akasia, mangium, dan jati, sedangkan faktor II yaitu alelopati yang terdiri dari tanpa pemberian zat alelopati, pemberian zat alelopati dari ekstrak daun akasia, ekstrak daun mangium, dan ekstrak daun jati. Variabel pengamatan adalah pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter batang semai, pertambahan jumlah daun semai, dan persentase hidup semai. Untuk mengetahui homogenitas ragam dilakukan uji Bartlett. Kemudian dilanjutkan dengan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Untuk melihat perbedaan antara perlakuan dilakukan uji beda nyata terkecil. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alelopati yang berasal dari akasia, mangium, dan


(4)

jati tidak berbeda nyata terhadap semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati. Pemberian alelopati mangium berpengaruh nyata terhadap tinggi semai akasia. Demikian pula pemberian alelopati jati berpengaruh nyata terhadap tinggi semai mangium. Alelopati akasia berpengaruh nyata terhadap diameter batang semai akasia, mangium, dan jati.


(5)

(6)

PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI POHON AKASIA, MANGIUM, DAN JATI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI

AKASIA, MANGIUM, DAN JATI

(Skripsi)

Oleh

NOVIA EKAYANTI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak setiap satuan percobaan secara faktorial (3x4) dalam

rancangan acak lengkap ... 24

2. Daun akasia yang telah ditimbang dan disimpan dikantong plastik 25

3. Daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari ... 26

4. Daun mangium yang dipotong—potong kecil ... 26

5. Proses ekstraksi dengan metode maserasi dengan pemberian pelarut etanol 96% pada sampel daun akasia, mangium, dan jati ... 27

6. Proses penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati ... 28

7. Pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan Rotary Evaporator ... 28

8. Hasil ekstrak daun akasia pada labu ukur 100 ml ... 29

9. Pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades ... 30

10. Penyemaian mangium (Acacia mangium) di bak kecambah ... 31

11. Semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih ... 32

12. Semai jati (Tectona grandis) yang telah disapih ... 33

13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur (kiri) dan perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati (kanan) ... 34

14. Semai akasia yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium lapang terpadu ... 72

15. Semai mangium yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium lapang terpadu ... 72


(8)

16. Semai jati yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium lapang

terpadu ... 73

17. Penyaringan ekstrak akasia, mangium, dan jati dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi ... 73

18. Proses pemisahan antara ekstrak semai dengan pelarut etanol 96% menggunakan alat Rotary Evaporator ... 74

19.Hasil ekstrak dari akasia, mangium, dan jati ... 75

20.Hasil pengenceran ekstrak akasia, mangium, dan jati ... 75

21.Perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati ... 76

22.Semai akasia, mangium, dan jati yang diberi zat alelopati dari jati pada akhir penelitian ... 77

23.Semai akasia, mangium, dan jati yang diberi zat alelopati akasia pada akhir penelitian ... 77


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 3

C. Manfaat penelitian ... 3

D. Kerangka pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Akasia (Acacia auriculiformis) ... 7

B. Mangium (Acacia mangium) ... 10

C. Jati (Tectona grandis) ... 12

D. Zat alelopati ... 15

E. Pengaruh zat alelopati terhadap tanaman ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Waktu dan tempat penelitian ... 22

B. Bahan dan alat penelitian ... 22


(10)

D. Kegiatan penelitian ... 25

E. Pengamatan ... 34

F. Analisis data ... 36

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 50

Tabel 4--29 ... 71


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh zat alelopati dari akasia,

mangium, dan jati terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium,

dan jati ... 38 2. Rekapitulasi hasil uji BNT untuk rata-rata pertambahan tinggi

semai akasia, mangium, dan jati ... 40 3. Rekapitulasi hasil uji BNT untuk rata-rata pertambahan diameter

batang semai akasia, mangium, dan jati ... 40 4. Bentuk tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan

semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium),

dan jati (Tectona grandis) ... 51 5. Tabulasi analisis ragam pertumbuhan semai akasia, mangium,

dan jati ... 51 6. Data tinggi semai akasia, mangium, dan jati pada awal penelitian ... 52 7. Data tinggi semai akasia, mangium, dan jati pada akhir penelitian . 53 8. Data pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan jati selama

2 bulan ... 54 9. Hasil uji Bartlett pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan

jati ... 55 10.Hasil analisis ragam pertambahan tinggi semai akasia,

mangium, dan jati ... 55 11.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan tinggi semai akasia, mangium,

dan jati ... 56 12.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan jati pada awal


(12)

13.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan jati pada akhir

penelitian ... 58 14.Data pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan jati

selama 2 bulan ... 59 15.Hasil uji Bartlett pertambahan diameter batang semai akasia,

mangium, dan jati ... 60 16.Hasil analisis ragam pertambahan diameter batang semai

akasia, mangium, dan jati ... 60 17.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan diameter batang semai akasia,

mangium, dan jati ... 61 18.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati pada awal

penelitian ... 62 19.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati pada akhir

Penelitian ... 63 20.Data pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati

selama 2 bulan ... 64 21.Hasil uji Bartlett pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,

dan jati ... 65 22.Hasil analisis ragam pertambahan jumlah daun semai akasia,

mangium, dan jati ... 65 23.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan jumlah daun semai akasia,

mangium, dan jati ... 66 24.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada awal

penelitian ... 67 25.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada akhir

penelitian ... 68 26.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada akhir

penelitian √ ... 69 27.Hasil uji Bartlett dengan transformasi √ pada persentase hidup

semai akasia, mangium, dan jati ... 70 28.Hasil analisis ragam persentase hidup semai akasia, mangium,


(13)

29.Hasil uji BNT rata-rata persentase hidup semai akasia, mangium,


(14)

(15)

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 September 1992 di

Kotabumi, Lampung Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Nasoha, S.Pd. dan Ibu

Sunani, S.Pd.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1997 yaitu di Taman Kanak-Kanak

Muslimin Kotabumi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 03 Sindang Sari pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Kotabumi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Kotabumi pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur

Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis juga menjadi Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva).

Kedudukan penulis dalam organisasi Himasylva adalah sebagai anggota Bidang 3 Penelitian dan Pengembangan Organisasi periode 2011-2012 serta Sekretaris Bidang 1 Rumah Tangga periode 2012-2013. Penulis menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Silvika, Silvikultur, Manajemen Hutan Mangrove, Ekologi


(17)

Hutan, Dendrologi dan Agroforestri. Penulis telah melaksanakan praktik umum (PU) kehutanan di BKPH Malingping KPH Banten Unit III Jawa Barat dan Banten.


(18)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Zat Alelopati dari Pohon Akasia, Mangium, dan Jati terhadap Pertumbuhan Semai

Akasia, Mangium, dan Jati”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mem-peroleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga ke akhir zaman.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku pembimbing utama sekaligus dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, kritik, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(19)

5. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku penguji utama skripsi atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi khazanah IPTEKS bidang kehutanan.

Bandar Lampung, 2014 Penulis,


(20)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah sa-tu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh yaisa-tu tidak rugi dan tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang ( -, 0). Pada kebanyakan kasus, organisme yang dirugikan disebabkan oleh bahan kimia yang dikenal sebagai alelopati (Indriyanto, 2006). Dikemukakan oleh Djufri (2012) bahwa rendahnya jumlah spesies yang hidup di bawah tegakan

Acacia nilotica dibandingkan dengan daerah terbuka kemungkinan disebabkan adanya pengaruh zat alelopati yang dikeluarkan oleh Acacia nilotica yang menye-babkan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan dan bersifat racun bagi tum-buhan lainnya.

Amensalisme ini terdapat kerugian yang ditimbulkan oleh interaksi antara tetum-buhan. Kerugian dengan adanya amensalisme ini yaitu dapat menghambat penye-rapan hara, menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, memengaruhi perbe-saran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, me-nurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan serta menghambat akti-vitas enzim (Djafaruddin, 2004).


(21)

2 Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat alelopati dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai berikut (Indriyanto, 2006).

1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat alelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya. Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia, dan sengon buto.

2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat alelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda je-nisnya. Contoh tumbuhan yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis, mangga, mimba, dan jati.

Salah satu faktor penting dalam pembangunan hutan tanaman ialah pemilihan je-nis pohon yang akan dikembangkan, sehingga kegiatan pembangunan hutan tana-man menjadi tepat guna baik dalam hal pengelolaan tegakan maupun pemasaran hasilnya. Pembangunan hutan tanaman campuran ini dapat mengkombinasikan pohon kehutanan yang memiliki zat alelopati yang dilepaskan dan dikombinasi-kan dengan pohon kehutanan yang tidak terpengaruh terhadap zat alelopati dari tumbuhan lain. Menurut Junaedi dkk. (2006) bahwa tanaman berkayu yang bersi-fat alelopati antara lain Acacia spp., Albizzia lebbeck, Eucalyptus spp., Grewia optiva, Glyricidia sepium, Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Populus delfoides, Abies balsamea, Picea mariana, Pinus divaricata, dan Thuja


(22)

3 Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui toleransi yang paling tinggi atau pengaruh zat alelopati yang paling rendah sebagai respon dari semai pohon yang sejenis ataupun yang lain jenisnya. Dengan demikian, dapat diketa-hui pengaruh alelopati pohon induk terhadap pohon fase semai dari spesies yang sama maupun dari spesies berbeda yang dilakukan pada semai pohon mangium (Acacia mangium), akasia (Acacia auriculiformis), dan jati (Tectona grandis).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh zat alelopati yang berasal dari akasia, mangium, dan jati terhadap semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati. 2. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati terhadap

se-mai dari spesies yang berbeda dengan tanaman sumber alelopati.

3. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati yang ber-pengaruh paling lemah terhadap semai akasia, mangium, dan jati.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk dijadikan referensi dalam pemilihan komposi-si jenis pohon hutan dalam upaya membangun hutan tanaman murni maupun cam-puran.


(23)

4

D. Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui pengaruh alelopati pohon induk terhadap tanaman fase semai dari spesies yang sama maupun spesies yang berbeda, perlu dilakukan kajian me-ngenai pengaruh zat alelopati dari spesies pohon tertentu. Pendekatan yang dila-kukan yaitu dengan perlakuan pemberian zat alelopati dari pohon akasia, ma-ngium, dan jati kepada semai akasia, mama-ngium, dan jati. Diperoleh dari pendeka-tan tersebut pengaruh pendeka-tanaman yang diracuni oleh zat alelopati dari ketiga sumber alelopati tersebut. Melalui pendekatan ini akan diketahui respon dari semai ketiga spesies pohon tersebut terhadap pemberian zatalelopati serta zat alelopati dari sumber tanaman yang mana yang lemah dalam meracuni semai spesies tertentu.

Data yang akan didapatkan dalam penelitian ini yaitu tinggi semai, diameter ba-tang semai, jumlah daun, dan persentase hidup semai. Pada penelitian ini diketa-hui data tinggi semai, diameter batang semai, dan persentase hidup semai maka akan diketahui pengaruh pertumbuhan semai dari penyerapan ion-ion oleh tana-man serta memengaruhi perbesaran sel tanatana-man. Sedangkan data jumlah daun yang diperoleh dapat diketahui dampak pengaruh penghambatan sistesis protein yang ditimbulkan dari alelopati tersebut. Berdasarkan data yang akan diperoleh maka akan dilakukan pemilihan komposisi jenis pohon kehutanan dan jenis pohon yang dapat ditanam bersama dalam hutan campuran maupun hutan murni.

Menurut Hafsah dkk. (2012) berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman sawi akibat pemberian cairan perasan Ageratum conyzoides menunjuk-kan terjadi penemenunjuk-kanan pertumbuhan tana-man sawi. Alelopati yang berasal dari


(24)

5 ekstrak teki dapat menyebabkan klorosis pada daun gulma Mimosa invisa dan

Melochia corchorifolia (Setyowati dan Suprijono, 2012).

Menurut Napisah (2013) dari hasil percobaan yang dilakukan dengan ekstrak daun ilalang, sengon buto, dan akasia berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan batang, daun, dan akar kecambah biji kacang hijau. Ekstrak daun akasia menimbulkan pertumbuhan batang menjadi terhambat, daun menguning, dan akar menjadi tumbuh tebal dan pendek. Menurut Susilowati (2013) dari hasil

percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak Acacia mangium

yang diberikan kepada perkecambahan jagung diperoleh hasil ekstrak Acacia mangium bekerja mengganggu proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Serta dilaporkan pula oleh Rahmani (2012) alelopati Acacia mangium Wild memberikan pengaruh berupa hambatan yang besar terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays).

Menurut Syatiriah (2009) tanaman yang mempunyai potensial alelopati antara lain trembesi (Samanea saman), akasia (Acacia auriculiformis), ketepeng kecil

(Cassia tora), lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), temblekan (Lantana camara), krokot (Portulaca oleracea), cemara ekor kuda (Casuarina equisetifolia), kemangi (Ocimum sanctum), dan jati (Tectona grandis). Menurut Sulandjari (2013) senyawa alelopati pada media akasia (Acacia auriculiformis) menekan jumlah dan diameter akar pule pandak. Hasil-hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ekstrak dari zat alelopati akasia dan ma-ngium memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh zat alelopati


(25)

6 yang berasal dari akasia, mangium, dan jati terhadap pertumbuhan semai ana-kannya maupun semai spesies yang lain.

E. Hipotesis

1. Zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati berpengaruh terhadap pertum-buhan semai pohon yang sama jenisnya dengan pohon sumber alelopati. 2. Zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati berpengaruh terhadap

pertum-buhan semai pohon yang berbeda dengan pohon sumber alelopati.

3. Zat alelopati yang berasal dari daun jati berpengaruh paling lemah terhadap penghambatan pertumbuhan anakannya sendiri serta semai spesies lain di-bandingkan dengan zat alelopati dari akasia dan mangium.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Akasia (Acacia auriculiformis)

1. Taksonomi akasia menurut Riswanto (2011), pohon akasia diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut.

Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Mimosaceae

Genus : Acacia

Spesies : Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.

2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Tegakan-tegakan alami akasia dapat dijumpai di Australia (Semenanjung Cape York, Queensland, sebelah utara Northern Territory), bagian tenggara Papua New Guinea dan Indonesia (Irian Jaya, Kepulauan Kai). Akasia telah didomestikasi se-jak 50 tahun yang lalu, dan telah tersebar luas di kawasan Asia tropis. Akasia tumbuh pada daerah-daerah dataran rendah tropis beriklim lembab sampai sub-lembab, pada tanah-tanah di sepanjang tepi sungai, pada daerah berpasir di tepi


(27)

8 pantai, dataran yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di dekat pantai, dan dataran yang tergenang air (Attamimi, 2003).

Daerah penyebarannya memiliki rata-rata suhu maksimum 32--38 °C dan rata-rata suhu minimum 12--20°C. Curah hujan bervariasi antara 760 mm/tahun di kawas-an Northern Territory (Australia) dkawas-an 2000 mm/tahun di Papua New Guinea, pe-nyebarannya dipengaruhi oleh iklim monson yang musim keringnya dapat terjadi selama 6 bulan. Tanah-tanah pada daerah alami penyebarannya di Australia ada-lah pada daerah berpasir, tanah liat hitam, tanah alluvial yang merupakan turunan dari batupasir atau laterit (Attamimi, 2003).

Keasaman (pH) tanah biasanya berkisar antara 4,5 dan 6,5, tapi di kawasan Northern Territory tumbuhan akasia tumbuh pada tanah pasir yang memiliki pH 8--9, juga pada tanah-tanah bekas pertambangan yang memiliki pH 3. Tumbuh-an ini sTumbuh-angat tolerTumbuh-an terhadap tTumbuh-anah yTumbuh-ang mengTumbuh-andung garam (soil salinity) (Attamimi, 2003).

3. Kegunaan Pohon Akasia

Menurut Attamimi (2003) beberapa kegunaan dari akasia antara lain bahwa akasia merupakan tanaman yang mampu tumbuh pada tanah berbatu serta kayunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tanaman jati dan akasia biasanya dibanyak secara generatif dengan menggunakan biji, atau diperdibanyak melalui per-banyakan secara vegetatif dengan mencangkok dan stek. Namun untuk menang-gapi permintaan pasar yang semakin meningkat, perbanyakan dengan cara kon-vensional tidaklah efektif untuk mendapatkan bibit yang unggul dan seragam


(28)

9 dalam waktu yang relatif singkat. Akasia merupakan salah satu jenis pohon yang kayunya memenuhi syarat untuk kayu energi.

Menurut Napisah (2013) dari hasil percobaan yang dilakukan dengan ekstrak daun ilalang, sengon buto, dan akasia berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan batang, daun, dan akar kecambah biji kacang hijau. Ekstrak daun akasia yang diberikan kepada perkecambahan biji kacang hijau diperoleh hasil pengukuran tinggi batang pada semai biji kacang hijau hanya dapat mencapai rata-rata tinggi 13,9 cm bila dibandingkan dengan kontrolnya (biji kacang hijau yang tidak diberi ekstrak akasia) dapat mencapai rata-rata tinggi batang 20,2 cm.

Pertumbuhan daun pada kecambah biji kacang hijaupun mengalami penghamba-tan yaitu daun-daunnya kecil-kecil dan ruas daunnya pendek berbeda bila diban-dingkan dengan kontrolnya yaitu berdaun besar-besar dan beruas normal serta berwarna hijau. Sedangkan untuk pertumbuhan akar pada perkecambahan kacang hijau yang diberi ekstrak akasia juga mengalami perubahan yaitu akarnya hanya dapat tumbuh pendek dan tebal berbeda dengan tanaman kontrolnya yang akarnya panjang dan berkembang secara baik (Napisah, 2013).

B. Mangium (Acacia mangium)

1. Taknonomi mangium menurut Rusyana (2011), pohon mangium


(29)

10 Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Mimosaceae

Genus : Acacia

Spesies : Acacia mangium Willd.

2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Akasia menyebar alami di Queensland Utara Australia, Papua New Guinea hingga Provinsi Papua dan Maluku. Sifat pohon akasia yaitu cepat tumbuh, pohon ber-umur pendek (30--50 tahun), beradaptasi terhadap tanam asam (pH 4,5--6,5) di dataran rendah tropis yang lembab. Pohon akasia tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan. Akasia tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya tetapi tahan terhadap tanah yang tidak subur dan jelek drainasenya. Pohon muda mudah terbakar serta dapat menjadi gulma pada kondisi tertentu (Mulyana dan Asmarahman, 2010).

3. Kegunaan Pohon Mangium

Penanaman pohon mangium di Asia terutama untuk menyediakan bahan baku pulp dan kertas. Pemanfaatan lain pohon akasia meliputi kayu bakar, kayu kon-struksi dan mebel, kayu tiang, pengendali erosi, naungan dan perlindungan. Nilai lebih lain yang dimiliki pohon mangium adalah kemampuan untuk bersaing de-ngan alang-alang (Imperata cylindrica) (Mulyana dan Asmarahman, 2010).


(30)

11 Mangium merupakan salah satu jenis pohon yang tergolong pada kayu konstruksi dengan sifat-sifat kayunya yang kuat, kaku, keras, berukuran besar dan memiliki keawetan yang tinggi sehingga akan sangat cocok untuk ditanam pada hutan tana-man. Mangium mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan serat-nya cukup rapat sehingga daya serap airserat-nya kecil.

Kayu mangium tergolong kelas awet II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun ke atas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II--I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1.100 kg/cm2 dan mengantisi-pasi kuat desak di atas 650

kg/cm2. Kayu mangium berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya

retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lu-rus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan mebel furnitur (Atmadilaga, 2010).

Menurut Susilowati (2013) dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun mangium yang diberikan kepada perkecambahan ja-gung diperoleh hasil ekstrak daun mangium bekerja mengganggu proses fotosin-tesis atau proses pembelahan sel. Hal ini dilihat pada penekanan pertumbuhan dan perkembangan, ekstrak mangium yang diberikan berpengaruh dengan ditan-dai penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun (dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan), bengkaknya akar serta pertumbu-han rambut akar juga terganggu. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan ale-lopat, macam tumbuhan aleale-lopat, saat kemunculan tumbuhan aleale-lopat, lama


(31)

kebe-12 radaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh

tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).

C. Jati (Tectona grandis)

1. Taksonomi jati menurut Mulyana dan Asmarahman (2010), pohon jati

di-klasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut. Rhegnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis Linn. f.

2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Penyebaran jati yaitu seluruh Jawa, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Lampung dan Maluku. Iklim yang cocok bagi pohon jati adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan cu-rah hujan antara 1.200--3.000 mm/tahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0--700 m dpl, meski jati bisa tumbuh hingga 1.300 meter dpl (Mulyana dan Asmarahman, 2010).

Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai kondisi lahan dan lingkungan, seperti hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, hutan tanaman


(32)

in-13 dustri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif, dan lahan perke-bunan. Syarat lokasi untuk budidaya jati di antaranya ketinggian lahan maksi-mum 700 meter dpl, suhu udara 13--430C, pH tanah 6, dan kelembapan

lingkung-an 60--80 %. Tlingkung-anah ylingkung-ang cocok untuk pertumbuhlingkung-an jati adalah tlingkung-anah lempung, lempung berpasir, dan liat berpasir. Unsur kimia pokok (macro element) yang diperlukan untuk pertumbuhan jati yakni kalsium, fosfor, kalium, dan nitrogen (Mulyana dan Asmarahman, 2010).

3. Kegunaan Pohon Jati

Jati dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture. Kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. Dalam industri kayu, jati diolah menjadi vinir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke man-canegara dalam bentuk furniture luar rumah (Mulyana dan Asmarahman, 2010).

Kayu jati merupakan kayu dari tanaman kehutanan yang tergolong pada kayu konstruksi dan kayu indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati (Atmadilaga, 2010).


(33)

14 Menurut Syatiriah (2009) tanaman yang mempunyai potensial alelopati terdapat di mana-mana, termasuk di suatu wilayah yang memiliki ruang terbuka hijau yang luas seperti kampus ITS Sukolilo. Penelitiannya tersebut bertujuan untuk menge-tahui dan menginventarisasi jenis-jenis tanaman berpotensi alelopati di zona este-tika kampus ITS Sukolilo. Hasil penelitiannya diperoleh 10 spesies tanaman ber-potensi alelopati yang terdapat di zona estetika kampus ITS, antara lain trembesi (Samanea saman), akasia (Acacia auriculiformis), ketepeng kecil (Cassia tora), lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), temblekan (Lantana camara), krokot (Portulaca oleracea), cemara ekor kuda (Casuarina equisetifolia), kemangi (Ocimum sanctum), dan jati (Tectona grandis).

Jati menjadi salah satu pohon yang diduga dalam melepaskan zat alelopati ke ling-kungan, maka dari itu penelitian terhadap ekstrak dari pohon jati akan sangat pen-ting untuk dapat diketahui apakah ada zat alelopati di dalamnya serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kehutanan di sekitarnya maupun semai-semai dari anakan pohon jati itu sendiri.

D. Zat alelopati

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu meng-hasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Senyawa alelopati berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu penyerapan hara,


(34)

15 menghambat pembelahan sel, menghambat pertumbuhan, menghambat aktivitas fotosintesis, memengaruhi respirasi, memengaruhi sintesis protein, memengaruhi ketegangan membran, menghambat aktivitas enzim, memengaruhi suksesi tumbu-han, menghambat fiksasi nitrogen dan nitrifikasi, menghambat pola penyebaran tumbuhan, menghambat pembusukan biji dan perkecambahan (Sastroutomo, 1990).

Alelopati adalah suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan zat kimia yang dapat memengaruhi pertumbuhan individu lain. Pengertian ten-tang allelopati pada dasarnya dapat diuraikan sebagai berikut (Sastroutomo, 1990).

1. Pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan, dan dalam kondisi

tertentu kemungkinan menguntungkan.

2. Pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan, maupun selama

pro-ses metabolisme tanaman.

3. Pengaruh ini disebabkan karena adanya senyawa kimia yang dilepaskan oleh suatu tanaman ke lingkungan tempat tumbuh tanaman lainnya.

Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tum-buhan lain. Sehingga pertumtum-buhan tumtum-buhan lain menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan


(35)

16 pada pembelahan sel, pangambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dike-luarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid

(Fitter, 1994).

Menurut Soekisman (1994) alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, melalui pencucian, penguapan atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek alelopati adalah Pinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp., Acacia mangium, Azadirachta indica, Mangifera indica, Agathis spp., Cassia siamea, dan

Enterolobium cyclocarpum.

Menurut Adriani (2010) bahwa berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan jenis ekstrak Acacia mangium dan Imperata cylindrica

dapat diketahui pengaruh alelopati terhadap perkecambahan dan pertumbuhan biji sengon (Paraserianthes falcataria) dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,475

dan biji jagung (Zea mays) nilai Fhitung 12,43. Besarnya Ftabel yang di-tentukan

yaitu sebesar 4,07 sehingga dari nilai yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa sifat alelopati berpengaruh terhadap perkecambahan sehingga kita dapat menyimpul-kan bahwa memang senyawa allelopati memang bersifat menghambat, menggang-gu dan merugikan dalam suatu proses perkecambahan atau pertumbuhan suatu tanaman.


(36)

17 Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Bepa contoh zat kimia yang daBepat bertindak sebagai alleloBepati adalah gas-gas bera-cun. Gas-gas beracun tersebut yaitu sianogenesis merupakan suatu reaksi hidroli-sis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Allylisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari famili Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh sederhana, fumarin, kinon, flavanioda, tanin, alkaloida, terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati

(Moenandir,1998).

E. Pengaruh Zat Alelopati terhadap Tanaman

Amensalisme adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil. Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif, di-mana salah satu anggotanya terhambat oleh adanya alelopati yang dilepaskan dan yang lain tidak terpengaruh. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pele-pasan produk metabolit ke lingkungan. Interaksi alelokemis yang hanya melibat-kan tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempu-nyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan termasuk daun, batang, akar rizoma, bunga, buah dan biji. Senyawa alalopati dilepaskan melalui organ tanaman dengan berbagai cara melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan bagian organ yang mati (Sastroutomo, 1990).


(37)

18 Djafaruddin (2004) menyatakan bahwa senyawa-senyawa kimia alelopati dapat memengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis prote-in, dan proses-proses metabolisme yang lain. Pengaruh alelopati terhadap pertum-buhan tanaman sebagai berikut.

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan

menu-runkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.

2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.

3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan

mempenga-ruhi pembesaran sel tumbuhan.

4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi

akar.

5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.

6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran

pada sel tumbuhan.

7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

Senyawa alelokemis memberikan efek yang bersifat mencegah jenis tanaman yang akan bertunas dan tanaman yang baru tumbuh. Contoh senyawa alelokemis yang dihasilkan oleh akasia misalnya senyawa yang mengandung samak, lilin, fla-vonoid, dan asam fenolik. Asam fenolik telah menunjukkan efek beracun pada proses bertunasnya suatu tanaman dan pertumbuhan tanaman. Selanjutnya toksi-sitas bisa berkaitan dengan efek sinergistis dari pada tunggal. Kemudian setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa senyawa alelopati akasia meng-hambat perkecambahan biji jagung dan kacang tanah. Persentase toksisitas pada


(38)

19 kontrol perlakuan adalah 80% untuk biji jagung dan 60% untuk biji kacang tanah (Kristianto, 2006).

Menurut Gardner dkk. (1991) dengan adanya alelokemis akan menyebabkan per-tumbuhan tanaman terhambat sehingga grafik menurun. Alelokemis merupakan suatu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan alelopati. Senyawa tersebut meru-pakan senyawa beracun yang biasanya berupa fenol, flavonoid dan terpenten.

Pemberian senyawaalelopatidapat menghambat pertumbuhan perkecambahan

(pada perlakuan daun). Hal ini dapat dilihat pada perlakuan akar dan daun yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dan semakin terhambat seiring bertambahnya pemberian konsentrasi senyawa alelopati, yaitu pada pertumbuhan biji dengan pemberian konsentrasi ekstrak 1:7 mengalami pertumbuhan yang pa-ling lambat dibandingkan dengan biji yang diberi ekstrak dengan konsentrasi 1:14 dan 1:21. Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terha-dap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks. Namun menurut Gardner dkk. (1991) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya keka-cauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase.

Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.


(39)

20 Menurut Khalwani (2012) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemba-ngunan hutan tanaman khususnya dalam hal pemilihan jenis yaitu kesesuaian jenis dan tapak (site) adalah sebagai berikut.

1. Ketinggian tempat di atas permukaan laut atau disebut altitude.

2. Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanami harus se-suai dengan persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam.

3. Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun hutan tanaman. Sebagai contoh je-nis pohon jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam pada tanah berkapur dengan musim kemarau dan musim hujan yang jelas seperti di daerah Cepu (Jawa Tengah).

4. Kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri atas jenis yang perlu cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, je-nis yang perlu naungan pada umur muda misalnya jeje-nis-jeje-nis meranti merah. 5. Suhu dan kelembapan udara di lokasi penanaman.

Maka dari itu pemilihan jenis pohon hutan pada hutan tanaman haruslah memper-hatikan kesesuaian jenis terhadap persyaratan tempat tumbuhnya.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai de-ngan Maret 2014.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan yaitu semai akasia (Acacia auricuriformis), mangium (Acacia mangium), dan jati (Tectona grandis), daun akasia, daun mangium, daun jati sebagai sumber zat alelopati, aquades, serta CH3CH2OH (etanol) 96%.

Se-dangkan alat yang digunakan yaitu jangka sorong (vernier calliper) ketelitian hingga 0,1 mm, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, penggaris ukuran 30 cm dengan ketelitian 0,00333 mm, kertas label, kamera digital Canon 16,0 megapixel 5x optical zoom, gunting kecil ukuran 10 cm, mortal inersia, gelas piala, batang pengaduk lingkar, kertas saring, corong buchener, labu ukur 100 ml dan mesin Rotary Evaporator.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini disusun secara faktorial (3x4) dalam rancangan acak lengkap (RAL). Faktor I yaitu spesies pohon fase semai (S) yang terdiri dari; S1 yaitu


(41)

22 semai akasia, S2 yaitu semai mangium, S3 yaitu semai jati. Faktor II yaitu alelopati

(P), P0 yaitu tanpa pemberian zat alelopati (kontrol), P1 yaitu pemberian zat

alelo-pati dari ekstrak akasia, P2 yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak mangium, P3

yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak jati.

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perla-kuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga satuan percobaan yang digunakan seba-nyak 3 x 4 x 5 = 60 unit.

Model linear rancangan acak lengkap pola faktorial :

Yijk = µ + αi + βi + (αβ)ij + ijk Keterangan :

Yijk = hasil pengamatan terhadap jenis tanaman semai tertentu taraf

ke-i, jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman kehutanan tertentu taraf ke-j, dan ulangan ke-k,

µ = nilai tengah umum,

βi = pengaruh jenis tanaman semai tertentu pada taraf ke-i, Kj = pengaruh jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun

tanaman kehutanan tertentu pada taraf ke-j,

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara jenis tanaman semai tertentu pada taraf

ke-i dan jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman kehutanan tertentu taraf ke-j,

ij = efek galat percobaan.

Tata letak setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan tata letak dilakukan menggunakan tabel acak sehingga setiap satuan percobaan mem-punyai peluang letak yang sama.


(42)

23

Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan secara faktorial (3x4) dalam rancangan acak lengkap.

Keterangan :

SiPj.k = faktor I perlakuan ke-i, faktor II perlakuan ke-j dan ulangan ke-k

S1P0 = semai akasia yang tanpa pemberian zat alelopati

S1P1 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia

S1P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium

S1P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati

S2P0 = semai mangium yang tanpa pemberian zat alelopati

S2P1 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia

S2P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium

S2P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati

S3P0 = semai jati yang tanpa pemberian zat alelopati

S3P1 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia

S3P2 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium

S3P3 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati

S1P0.1 S2P2.1 S2P0.3 S3P0.1 S3P3.1

S3P2.1 S3P3.3 S3P1.5 S2P2.2 S1P0.5

S2P0.4 S3P0.3 S1P0.2 S3P3.2 S3P2.4

S3P1.4 S1P3.5 S3P0.2 S1P3.4 S2P0.5

S2P1.2 S1P1.2 S3P1.3 S2P0.2 S3P1.2

S2P3.2 S3P2..2 S2P1.1 S1P0.3 S2P1.3

S3P3.4 S1P0.4 S2P3.3 S3P2.3 S1P1.5

S1P3.2 S3P1.1 S1P2.4 S2P3.4 S1P2.5

S3P0.5

S3P0.4

S1P1.1

S2P1.5

S1P2.1

S2P2.3

S1P1.4

S3P3.5

S2P2.4

S1P1.3

S2P3.1

S2P0.1

S1P2.2

S3P2.5

S2P3.5

S1P2.3

S2P1.4

S1P3.1

S2P2.5


(43)

24

D. Kegiatan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan ekstraksi zat alelopati dari daun akasia, mangium, dan jati sebagai sumber zat alelopati, penyemaian akasia dan mangium, penyapihan semai akasia dan mangium, dan penyiapan semai jati.

1. Ekstraksi

Ekstraksi dari akasia, mangium dan jati ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

a. Daun muda akasia, mangium, dan jati diambil untuk diekstraksi. Daun ter-sebut diambil dengan cara dipangkas atau digunting, kemudian ditimbang berat awalnya dan disimpan di kantong plastik. Berikut foto daun akasia yang telah ditimbang dan disimpan di kantong plastik pada Gambar 2.

Gambar 2. Daun akasia yang telah ditimbang dan disimpan di kantong plastik.


(44)

25 b. Daun akasia, daun mangium, dan daun jati dijemur sinar matahari selama 9

jam. Kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan lalu disimpan pada wa-dah yang aman. Berikut foto daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari dan dipotong kecil-kecil pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari.


(45)

26 c. Ekstraksi dengan metode maserasi. Hasil yang telah dihaluskan diletakkan di

wadah kemudian diberi pelarut etanol CH3CH2OH 96% sebanyak 0,5 l,

di-aduk dan ditutup rapat selama 24 jam. Hal ini dilakukan pada masing-masing daun akasia, mangium dan jati. Berikut foto proses ekstraksi dengan metode maserasi pada sampel daun akasia, mangium, dan jati pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses ekstraksi dengan metode maserasi dengan pemberian pelarut etanol 96% pada sampel daun akasia, mangium, dan jati.


(46)

27 d. Setelah 24 jam kemudian ekstrak daun potongan daun tersebut disaring dan

diekstraksi melalui mesin Rotary Evaporator. Berikut foto proses

penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati serta pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6. Proses penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati.

Gambar 7. Pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan Rotary Evaporator.


(47)

28 e. Suhu pada Rotary Evaporator diatur hingga 500 C kemudian lakukan

ekstraksi sampai mendapat hasil ekstrak yang maksimal. Setelah selesai pengekstraksian dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades hingga konsentrasi yang diinginkan. Berikut foto hasil ekstrak daun akasia setelah diekstraksi serta pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades pada Gambar 8 dan Gambar 9.


(48)

29

Gambar 9. Pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades.

2. Penyemaian benih akasia dan mangium

Benih akasia dan mangium disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik dan berukuran 40 cm x 30 cm dengan media semai berupa pasir. Semai akasia dan mangium ini dipilih yang memiliki sifat fisik yang sama baik dari keseraga-man pertumbuhannya, ukuran, besar batang dan umurnya. Hal ini dikarenakan untuk lebih memfokuskan dalam penelitian pertumbuhan semai akasia dan

mangium yang akan diberi perlakuan. Berikut foto penyemaian mangium (Acacia mangium) di bak kecambah pada Gambar 10.


(49)

30

Gambar 10. Penyemaian mangium (Acacia mangium) di bak kecambah.

3. Penyapihan semai akasia dan mangium

Penyapihan dilakukan dengan menyeleksi semai untuk memilih semai yang baik dan seragam tinggi dan jumlah daunnya yang cukup banyak. Kemudian semai dipindah ke polybag yang telah berisi media tumbuh bibit dan disiram dengan air. Berikut foto semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih pada Gambar 11.


(50)

31

Gambar 11. Semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih.

4. Penyiapan semai jati

Semai jati dipersiapkan untuk penelitian ini dengan memiliki keseragaman yang baik. Semai jati ini haruslah seragam baik dalam tinggi semai, dan diameter batangnya serta keseragaman tumbuh yang sama. Berikut foto semai jati (Tectona grandis) yang telah disapih pada Gambar 12.


(51)

32

Gambar 12. Semai jati (Tectona grandis) yang telah disapih.

5. Pemberian perlakuan zat alelopati

Pemberian perlakuan zat alelopati ini dilakukan pada semai akasia, mangium dan jati. Zat alelopati yang digunakan berasal dari daun pohon akasia, mangium, dan jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan pada saat setelah dilakukan penyemaian, serta sudah diletakkan pada polybag yang digunakan untuk semai akasia,

mangium dan jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan selama seminggu pada tiap semai dengan dosis ekstrak zat alelopati yang sama. Berikut foto persiapan ekstrak salah satu alelopati serta perlakuan pemberian alelopati terhadap semai pada Gambar 13.


(52)

33

Gambar 13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur (kiri) dan perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati (kanan).

E. Pengamatan

Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

a. Pertambahan tinggi semai

Tinggi semai diukur mulai dari kolet sampai dengan buku–buku batang (nodus) teratas. Pengukuran tinggi semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian, kemudian dihitung pertambahan tingginya.

b. Pertambahan diameter batang semai

Diameter batang semai diukur pada jarak 1 cm dari kolet menggunakan kaliper. Pengukuran diameter batang semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian, kemudian dihitung pertambahan diameter batangnya.


(53)

34

c. Pertambahan jumlah daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal dan akhir penelitian, lalu dihitung pertambahan jumlah daunnya.

d. Persentase hidup semai

Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Persentase hidup ∑

Tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan semai mengikuti bentuk tabulasi Tabel 4 pada lampiran.

F. Analisis Data

1. Homogenitas Ragam

Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).

a.) Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)

Si2P1 = JKP1

n – 1 S2 = ∑

∑ b.) Harga Satuan (B)

B = ∑

χ2

= { (∑ )} Faktor Koreksi (K)

K =

1 +

{∑

[

]}

χ2

hitung terkoreksi =


(54)

35 Keterangan:

S2 = ragam gabungan

Si2 = ragam masing – masing perlakuan χ2

= khi kuadrat ln 10 = 2,3026

t = banyaknya perlakuan

n = banyaknya ulangan

Jika X2hitung > X2tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu

dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim digunakan yaitu transformasi akar. Nilai ragam data pada hasil penelitian variabel persentase hidup semai ini lebih kecil, maka digunakan transformasi √ . Pada peneliti-an ini X2hitung < X2tabel, maka ragam homogen dan dapat dilanjutkan dengan

ana-lisis ragam.

2. Analisis ragam

Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan terha-dap keragaman data hasil percobaan atau untuk menyelidiki ada tidaknya penga-ruh perlakuan (Sastrosupadi, 2000).

FK = C = Y...2/r. a.b

Jumlah Kuadrat Total = ∑ – FK Jumlah Kuadrat Total A = ∑

– FK

Jumlah Kuadrat Total B = ∑

– FK

Jumlah Kuadrat Perlakuan = ∑ – FK

JKAB = JKP – JKA – JKB

Jumlah Kuadrat Galat = JK (total) – JK (perlakuan) Keterangan:

FK = faktor koreksi

JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat JKT = jumlah kuadrat total

Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan


(55)

36 Yij = nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan

Jika Fhitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan,

sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil analisis ragam ditabulasi seperti Tabel 5 pada lampiran.

3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Untuk mengetahui jenis semai yang terpengaruhi pertumbuhannya diakibatkan pemberian zat alelopati terhadap variabel penelitian semai akasia, mangium, dan jati dilakukan uji perbandingan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Semua perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

BNT = α

Sd (SxP) = √

Sd (S) = √ Sd (P) = √ Keterangan :

α


(56)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Alelopati dari akasia, mangium, dan jati tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati. 2. Alelopati mangium berpengaruh nyata terhadap tinggi semai akasia dan

alelopati jati berpengaruh nyata terhadap tinggi semai mangium. Serta alelopati akasia berpengaruh nyata terhadap diameter batang ketiga spesies semai.

3. Tidak ada alelopati yang berpengaruh paling lemah dari ketiga jenis spesies semai. Alelopati jati berpengaruh lemah terhadap pertumbuhan anakannya serta semai spesies akasia. Alelopati mangium juga berpengaruh lemah ter-hadap pertumbuhan anakannya serta semai jati.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Diperkenankan untuk membudidayakan jenis akasia, mangium, dan jati pada

lahan bekas budidaya jenisnya masing-masing. Hal ini dikarenakan residu alelopati dari jenis akasia, mangium, maupun jati tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan semai anakan jenis sendiri.


(57)

44

2. Diperkenankan untuk membudidayakan hutan campuran mangium dan jati

serta hutan campuran jati dan akasia. Hal ini dikarenakan zat alelopati dari masing-masing pohon tersebut tidak saling mempengaruhi.


(58)

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, U. 2010. Zat allelopati. Blog. Uli Adriani. April. 2010. Blog Uli Adriani. 3 November 2013 http://zat-allelopati.html.

Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz sipil. Chandra Haekal. November. 2011. Atmadilaga Zone. 24 September 2013

http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu-yang.html. 3 p.

Attamimi. 2003. Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.

Buhani dan S. Hadi. 2013. Penuntun Praktikum Kimia II (Bidang Organik).

Buku. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 35 p.

Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 87 p.

Djufri. 2012. Pengaruh tegakan akasia (Acacia nilotica) terhadap komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah di savana Balanan Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2):38--50. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Buku.

Universitas Gadjah Mada. Semarang. 421 p.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Buku. Armico. Bandung. 472 p.

Hafsah, S., M.A. Ulim., dan C.M. Nofayanti. 2012. Efek alelopati Ageratum conyzoides terhadap pertumbuhan sawi. Jurnal Floratek. 8:18--24. Hanafiah, K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Buku. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 p.


(60)

Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap

Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang. 88 p.

Junaedi, A., M.A. Chozin., dan Kwanghokim. 2006. Ulasan perkembangan terkini kajian alelopati. Jurnal Hayati. 13(2):79--84.

Khalwani, K. 2012. Kriteria pemilihan jenis pohon dalam pembangunan hutan tanaman industri di Indonesia. Word Press. Khulfi Khalwani. Oktober. 2012. Word Press. 3 November 2013

http://khulfi.wordpress.com/2012/10/11/kriteria-pemilihan-jenis-pohon-pembangunan-hutan-tanaman-industri-di-indonesia/html. 4 p.

Kristianto, B.A. 2006. Pengaruh senyawa allelopathy akasia (Acacia

auricuriformis) yang menghambat perkecambahan biji jagung dan kacang tanah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31(3) : 1--6.

Moenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Buku. Rajawali Pers. Jakarta. 454 p.

Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.

Napisah, S. 2013. Pengaruh alelopati ilalang (Imperata cylindrica), sengon buto (Enterolobium cyclocarfum), dan akasia (Acacia auriculiformis) terhadap perkecambahan kacang hijau. Jurnal penelitian. 2(1) : 11--28.

Rahmani, R. 2012. Pengaruh allelopathy akasia (Acacia mangium) terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays). Makalah Seminar Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 17 p.

Riswanto, I. 2011. Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.

Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 3 November 2013 http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.

Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Buku. Kanisius. Malang. 276 p.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p.


(61)

Senjaya, Y.A., dan W. Surakusumah. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa colonum dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1):1--5.

Setyowati, N., dan E. Suprijono. 2012. Efikasi alelopati teki formulasi cairan terhadap gulma Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):16--24.

Sulandjari. 2013. Hasil akar dan reserpina pule pandak (Raufolvia serpentina) pada media bawah tegakan berpotensi alelopati dengan asupan hara. Jurnal Biodiversitas. 9(3):180--183.

Soekisman. 1994. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p.

Steel, R. G.D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Buku. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 748 p.

Susilowati, A. 2013. Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p. Syatiriah, H. 2009. Inventarisasi Tanaman Berpotensi Alelopati di Kampus ITS

Sukolilo Surabaya. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 44 p.


(1)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Alelopati dari akasia, mangium, dan jati tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati. 2. Alelopati mangium berpengaruh nyata terhadap tinggi semai akasia dan

alelopati jati berpengaruh nyata terhadap tinggi semai mangium. Serta alelopati akasia berpengaruh nyata terhadap diameter batang ketiga spesies semai.

3. Tidak ada alelopati yang berpengaruh paling lemah dari ketiga jenis spesies semai. Alelopati jati berpengaruh lemah terhadap pertumbuhan anakannya serta semai spesies akasia. Alelopati mangium juga berpengaruh lemah ter-hadap pertumbuhan anakannya serta semai jati.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Diperkenankan untuk membudidayakan jenis akasia, mangium, dan jati pada lahan bekas budidaya jenisnya masing-masing. Hal ini dikarenakan residu alelopati dari jenis akasia, mangium, maupun jati tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan semai anakan jenis sendiri.


(2)

44 2. Diperkenankan untuk membudidayakan hutan campuran mangium dan jati

serta hutan campuran jati dan akasia. Hal ini dikarenakan zat alelopati dari masing-masing pohon tersebut tidak saling mempengaruhi.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, U. 2010. Zat allelopati. Blog. Uli Adriani. April. 2010. Blog Uli Adriani. 3 November 2013 http://zat-allelopati.html.

Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz sipil. Chandra Haekal. November. 2011. Atmadilaga Zone. 24 September 2013

http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu-yang.html. 3 p.

Attamimi. 2003. Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.

Buhani dan S. Hadi. 2013. Penuntun Praktikum Kimia II (Bidang Organik). Buku. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 35 p.

Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 87 p.

Djufri. 2012. Pengaruh tegakan akasia (Acacia nilotica) terhadap komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah di savana Balanan Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2):38--50. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Buku.

Universitas Gadjah Mada. Semarang. 421 p.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Buku. Armico. Bandung. 472 p.

Hafsah, S., M.A. Ulim., dan C.M. Nofayanti. 2012. Efek alelopati Ageratum conyzoides terhadap pertumbuhan sawi. Jurnal Floratek. 8:18--24. Hanafiah, K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Buku. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 p.


(5)

Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap

Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang. 88 p.

Junaedi, A., M.A. Chozin., dan Kwanghokim. 2006. Ulasan perkembangan terkini kajian alelopati. Jurnal Hayati. 13(2):79--84.

Khalwani, K. 2012. Kriteria pemilihan jenis pohon dalam pembangunan hutan tanaman industri di Indonesia. Word Press. Khulfi Khalwani. Oktober. 2012. Word Press. 3 November 2013

http://khulfi.wordpress.com/2012/10/11/kriteria-pemilihan-jenis-pohon-pembangunan-hutan-tanaman-industri-di-indonesia/html. 4 p.

Kristianto, B.A. 2006. Pengaruh senyawa allelopathy akasia (Acacia

auricuriformis) yang menghambat perkecambahan biji jagung dan kacang tanah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31(3) : 1--6.

Moenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Buku. Rajawali Pers. Jakarta. 454 p.

Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.

Napisah, S. 2013. Pengaruh alelopati ilalang (Imperata cylindrica), sengon buto (Enterolobium cyclocarfum), dan akasia (Acacia auriculiformis) terhadap perkecambahan kacang hijau. Jurnal penelitian. 2(1) : 11--28.

Rahmani, R. 2012. Pengaruh allelopathy akasia (Acacia mangium) terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays). Makalah Seminar Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 17 p.

Riswanto, I. 2011. Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.

Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 3 November 2013 http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.

Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Buku. Kanisius. Malang. 276 p.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p.


(6)

Senjaya, Y.A., dan W. Surakusumah. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa colonum dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1):1--5.

Setyowati, N., dan E. Suprijono. 2012. Efikasi alelopati teki formulasi cairan terhadap gulma Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):16--24.

Sulandjari. 2013. Hasil akar dan reserpina pule pandak (Raufolvia serpentina) pada media bawah tegakan berpotensi alelopati dengan asupan hara. Jurnal Biodiversitas. 9(3):180--183.

Soekisman. 1994. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p.

Steel, R. G.D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Buku. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 748 p.

Susilowati, A. 2013. Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p. Syatiriah, H. 2009. Inventarisasi Tanaman Berpotensi Alelopati di Kampus ITS

Sukolilo Surabaya. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 44 p.