PENELITIAN KUALITAS DAN POTENSI AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE WATER QUALITY INDEKS

ABSTRACT

RESEARCH OF RAIN WATER QUALITY AND POTENTIAL FOR DRINKING WATER IN
BANDAR LAMPUNG THROUGH WATER QUALITY INDEX METHOD

By
M. Hakiem SP

Lampung Province is one of the provinces in Indonesia with rainfall intensity is high enough. The larg
e potential rainwater, of course, can be used as a source of life and day-to-day needs, such as for drinki
ng and other needs. The potential use of rainwater for domestic water is good enough for humans and t
he environment. Utilization of rainwater as domestic water can overcome the shortage of water in the d
ry season, and flooded during the rainy season.
Research and data collection were conducted in the city of Bandar Lampung. Rainwater samples taken
randomly in one place in the city of Bandar Lampung, in the Village of Gunung Terang, District Lang
kapura.
Calculated result of Water Quality Index for rain water that has been filtered Pure It was 82.3, indicati
ng class II, which means that rain water can be made potable and drinking water supplies. The number
of samples taken of the 100 respondents to the questionnaire, consisting of 50 students and 50 traders.
The results of the questionnaire showed that 36 people or 72% for a group of students, and 21 or 52% f
or the group of traders were willing to replace drinking water with rain water that has been filtered wit

h Pure It. From the simulation results of the rainwater carrying capacity in the provision of water for dr
inking water, it is known that the precipitation that falls when stored in a bin with a volume of 1 m³ ca
n guarantee the availability of drinking water throughout the year for a small family, while the reservoi
r with a volume of 0.5 m³ not meet because water vacancy occurs in the end of year 2.
Keywords: Precipitation, Water Quality Index, drinking water

ABSTRAK
PENELITIAN KUALITAS DAN POTENSI AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM DI KOTA
BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE WATER QUALITY INDEKS
Oleh
M. Hakiem S.P.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan intensitas
hujan yang cukup tinggi. Potensi air hujan yang cukup besar, tentunya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan dan kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk
minum dan kebutuhan lainnya. Potensi pemanfaatan air hujan untuk air domestik
cukup baik untuk manusia dan lingkungan. Pemanfaatan air hujan sebagai air
domestik dapat menanggulangi kekurangan air di musim kemarau, dan kebanjiran
saat musim hujan.
penelitian dan pengumpulan data dilakukan di kota Bandar Lampung. Sampel air

hujan diambil secara acak di salah satu tempat di kota Bandar Lampung, di Kelurahan
Gunung Terang, Kecamatan Langkapura.
Hasil perhitungan Water Quality Indeks untuk air hujan yang telah disaring Pure It
sebesar 82,3, menunjukkan kelas II, yang artinya air hujan dapat diminum dan dapat
dijadikan cadangan air minum. Jumlah sampel yang diambil untuk kuisioner
berjumlah 100 responden, terdiri dari 50 orang mahasiswa dan 50 orang pedagang.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 36 orang atau 72% untuk kelompok mahasiswa,
dan 21 orang atau 52% untuk kelompok pedagang menyatakan mau untuk mengganti
air minumnya dengan air hujan yang telah disaring dengan Pure It. Dari hasil
simulasi daya dukung air hujan dalam penyediaan air untuk air minum, diketahui
bahwa curah hujan yang jatuh apabila ditampung dalam tampungan dengan volume 1
m³ dapat menjamin ketersediaan air minum sepanjang tahun untuk keluarga kecil,
sedangkan tampungan dengan volume 0,5 m³ tidak memenuhi karena terjadi
kekosongan air ditampungan di akhir tahun ke-2.
Kata Kunci : Air hujan, Water Quality Indeks, air minum

PENELITIAN KUALITAS DAN POTENSI AIR HUJAN
UNTUK AIR MINUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
DENGAN METODE WATER QUALITY INDEKS


Oleh

M. HAKIEM SEDO PUTRA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 16 februari 1992.
Merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak M. Faizal Zulkarnain dan Ibu Nur Dewi Anggraini.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak – Kanak Tut Wuri
Handayani Bandar Lampung pada tahun 1996, pada tahun 1997 memasuki
sekolah dasar di SD Negeri 2 Gunung Terang. Kemudian pada tahun 2003
melanjutkan jenjang pendidikan di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, dan SMA
Negeri 3 Palembang pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Lokal (UML) pada tahun 2009.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil Universitas Lampung (HIMATEKS UNILA) 2009.
Pada tahun 2012 penulis melakukan Kerja Praktik pada Proyek Pembangunan
Perkuatan Dermaga D3 dan Perbaikan Dermaga B Pelabuhan Panjang – Panjang Bandar Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di desa Taman Cari, Kecamatan Purbolinggo, di Kabupaten
Lampung Timur selama 40 hari pada periode Januari – Februari 2013.

MOTO

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan..”
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan..”
(QS. A l Insyirah : 5-6)


“Quiet People Have The Loudest Minds”
(Stephen Hawking)

“Kita bisa mendapatkan semuanya, hanya saja kita tidak bisa
mendapatkannya sekaligus..”

Per sem ba h a n

Ku per sem b a h k a n k a r ya k eci l sed er h a n a i n i u n t u k
m ew a k i l i pen g a b d i a n k u k epa d a k ed u a o r a n g t u a k u M .
Fa i z a l Zu l k a r n a i n d a n Nu r D ew i A n g g r a i n i
At a s ja sa m er ek a ya n g t el a h m em b esa r k a n , m em b er i k a n
k a si h sa ya n g , per h a t i a n d a n sem a n g a t ser t a m en d o a k a n
a k u d i set i a p l a n g k a h per ja l a n a n h i d u pk u
M esk i pu n k a r ya i n i t a k seb a n d i n g d en g a n a pa ya n g
t el a h m er ek a l a k u k a n u n t u k k u

Ayu k , k a k a k , ser t a a d i k k u t er ci n t a H en d i Wa r l i k a S.T.,
M .Sc., Wh i t a Ayu M a r d i a S.Pd ., M .Pd ., M . H i k m a h Sed o

Pu t r a , ser t a k el u a r g a b esa ya n g sel a l u m em b er i
d u k u n g a n d a n b er h a r a p d em i k eb er h a si l a n k u
dan
Al m a m a t er k u t er ci n t a Tek n i k Si pi l a n g k a t a n 2 0 0 9 ,
U n i ver si t a s La m pu n g

Per sem ba h a n

Ku per sem b a h k a n k a r ya k eci l sed er h a n a i n i u n t u k
m ew a k i l i pen g a b d i a n k u k epa d a k ed u a o r a n g t u a k u M .
Fa i z a l Zu l k a r n a i n d a n Nu r D ew i A n g g r a i n i
At a s ja sa m er ek a ya n g t el a h m em b esa r k a n , m em b er i k a n
k a si h sa ya n g , per h a t i a n d a n sem a n g a t ser t a m en d o a k a n
a k u d i set i a p l a n g k a h per ja l a n a n h i d u pk u
M esk i pu n k a r ya i n i t a k seb a n d i n g d en g a n a pa ya n g
t el a h m er ek a l a k u k a n u n t u k k u

Ayu k , k a k a k , ser t a a d i k k u t er ci n t a H en d i Wa r l i k a S.T.,
M .Sc., Wh i t a Ayu M a r d i a S.Pd ., M .Pd ., M . H i k m a h Sed o
Pu t r a , ser t a k el u a r g a b esa ya n g sel a l u m em b er i

d u k u n g a n d a n b er h a r a p d em i k eb er h a si l a n k u
dan
Al m a m a t er k u t er ci n t a Tek n i k Si pi l a n g k a t a n 2 0 0 9 ,
U n i ver si t a s La m pu n g

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Subhana Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga skripsi dengan judul “PENELITIAN KUALITAS DAN POTENSI
AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
DENGAN METODE WATER QUALITY INDEKS”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat akademis untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Fakultas
Teknik Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang
baik dari dalam ataupun luar diri penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
pada penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu
penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.


Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta arahan dari
berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung
2. Bapak Ir. Idharmahadi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.

3. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., MSc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Utama
terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran

dan

kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir. Mariyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas bimbingan
dan pengarahannya yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Dyah Indriana K., S.T., M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritikan dan masukan yang luar biasa untuk menyempurnakan
skripsi ini.

6. Bapak Ir. Priyo Pratomo, M.T., selaku Pembimbing Akademik (PA).
7.

Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah mengajar dan memberikan
ilmu yang bermanfaat.

8.

Papaku tercinta M.Faizal Zulkarnain, mamaku tesayang Nur Dewi Anggraini
yang selalu memberikan dukungan moril maupun materiil, serta tak hentihentinya berdoa demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9.

Ayuk dan Kakakku tercinta dan yang selalu ku banggakan, dan adikku, Whita
Ayu Mardia dan Hendi Warlika Sedo Putra, M. Hikmah S.P., yang selalu
memberikan

dukungan

serta


semangatnya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Teman - teman seperjuangan, Mutiara Ayu, M.Ichsan, Arlina Phelia, Dwi
Meyta Sari, Ade Achmad Al-Fath CA., Yesti F., Andra K., M.Rizky ismail,
Budi Raharjo, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Serta kakak - adik dan rekan – rekan teknik sipil, yang telah banyak
memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini serta yang paling utama

angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu untuk bantuan
moril, tempat, waktu, doa dan dukungannya selama ini saya ucapkan terima
kasih banyak semoga kita semua tetap kompak dan sukses selalu.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yan telah banyak

membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan .
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dan semoga laporan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung,

Agustus 2014

Penulis

M. Hakiem Sedo Putra

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ..................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
E. Batasan Masalah .......................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Air ................................................................................ 5
B. Standar Kualitas Air Minum ....................................................... 6
1. Standar Baku Air Minum ....................................................... 4
a. Persyaratan Fisik ................................................................ 4

b. Persyaratan Kimia .............................................................. 7
c. Persyaratan Mikrobiologis .................................................. 7
2. Pengolahan Air Minum .......................................................... 9
a. Pengertian dan Prinsip Pengolahan Air ............................... 9
b. Pengolahan Air Secara Fisika ............................................. 10
c. Pengolahan Air Secara Kimia ............................................. 12
d. Pengolahan Air Secara Mikrobiologi.................................. 13
C. Standar Kualitas Air Hujan ......................................................... 13
D. Hujan ......................................................................................... 14
E. Data Curah Hujan Harian ............................................................ 16
F. Pureit .......................................................................................... 17
G. Kualitas dan Kuantitas Air Hujan untuk Air Minum .................... 19
1. Kualitas Air Hujan Setelah Penyaringan .................................. 19
2. Indeks Kualitas Air (Water Quality Index) ............................... 19
a. Indeks kualitas air minum global ......................................... 19
b. Malaysian Water Quality Indeks ......................................... 20
3. Kuantitas Air Hujan ................................................................. 26
a. Perhitungan debit tampungan air hujan ................................ 26
b. Perhitungan kapasitas tampungan efektif ............................. 26
c. Inflow (masukan) ................................................................. 27
d. Outflow (pengeluran) ........................................................... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum ...................................................................................... 29
B. Studi Literatur .......................................................................... 30
C. Pengumpulan Data Curah Hujan ............................................... 30
D. Penampungan Sampel Air Hujan .............................................. 30
E. Uji Laboratorium ...................................................................... 31
F. Perhitungan Water Quality Indeks ............................................. 31
G. Simulasi Air Hujan Untuk Air Minum ...................................... 32
H. Data Kuisioner ......................................................................... 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Umum ...................................................................................... 35
B. Analisa Kualitas Air Hujan dengan Metode Water Quality
Indeks ....................................................................................... 35
C. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Air Hujan Untuk Air
Minum ...................................................................................... 43
1. Jumlah Kebutuhan Air Minum Rumah Tangga ..................... 43
2. Simulasi Daya Dukung Pemanenan Air Hujan Terhadap
Penyediaan Air Minum......................................................... 43
a. Data Curah Hujan ............................................................. 44
b. Hasil Simulasi Daya Dukung Pemanenan Air Hujan
Terhadap Penyediaan Air Domestik ................................. 44
D. Hasil dan Kuisioner .................................................................. 47
E. Hubungan Antara Kualitas, Kuantitas dan Kepuasan

Masyarakat ............................................................................... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 52
B. Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A (Data Curah Hujan 2002-2006)
LAMPIRAN B (Hasil Simulasi Tampungan)
LAMPIRAN C (Surat-Surat)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1.

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas ............................................8

Tabel 2.

Rumus Untuk Setiap Kondisi Pada Parameter ..............................21

Tabel 3.

DOE Water Quality Classification Based On Water Quality
Index ............................................................................................22

Tabel 4....... DOE Water Quality Index Classification ......................................25
Tabel 5.

Water Classes And Uses ...............................................................25

Tabel 6.

Hasil analisis laboratorium untuk kualitas sampel air hujan ..........36

Tabel 7.

Klasifikasi Parameter Air Sesudah Disaring dengan Pure It ..........37

Tabel 8.

Nilai Sub Indeks Aksen Setiap Parameter .....................................41

Tabel 9.

Klasifikasi Air Hujan Setelah Perhitungan WQI ...........................42

Tabel 10. Klasifikasi Air Hujan Sesuai SNI...................................................42
Tabel 11. Hasil Kuisioner Oleh Responden Mahasiswa .................................49
Tabel 12. Hasil Kuisioner Oleh Responden Pedagang ...................................50

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Pure It ................................................................................................. 22
2. Grafik nilai SIDO’ ................................................................................ 22
3. Grafik Nilai SIBOD’ ............................................................................ 23
4. Grafik Nilai SICOD’ ............................................................................. 23
5. Grafik Nilai SIAN’................................................................................ 23
6. Grafik Nilai SISS’ ................................................................................. 24
7. Grafik Nilai SIpH’ ................................................................................ 24
8. Diagram Alir Penelitian......................................................................... 28
9. Grafik Sub Indeks Aksen DO (SIDO’) .................................................. 38
10. Grafik Sub Indeks Aksen BOD (SIBOD’) ............................................. 38
11. Grafik Sub Indeks Aksen COD (SICOD’) ............................................. 39
12. Grafik Sub Indeks Aksen AN (SIAN’) .................................................. 39
13. Grafik Sub Indeks Aksen SS (SISS’) ..................................................... 40
14. Grafik Sub Indeks Aksen pH (SIpH’) .................................................... 40
15. Grafik curah hujan harian (2002-2006) Stasiun Pencatat Curah
Hujan di Bandar Lampung ………………………………………….

44

16. Grafik Perilaku Volume Air di Tampungan untuk Tampungan
Maksimum 0,5 m³ Pada Tahun 2002-2006 ........................................... 45

vi

17. Grafik Perilaku Air yang Melimpas untuk Tampungan
Maksimum 0,5 m³ Pada Tahun 2002-2006 ........................................... 46
18. Grafik Perilaku Volume Air di Tampungan untuk Tampungan
Maksimum 1 m³ Pada Tahun 2002-2006 .............................................. 46
19. Grafik Perilaku Air yang Melimpas untuk Tampungan Maksimum
1 m³ Pada Tahun 2002-2006 ................................................................. 47
20. Grafik Tanggapan Responden Mahasiswa Mengenai Air yang
telah Disaring ....................................................................................... 48
21. Grafik Tanggapan Responden Pedagang Mengenai Air yang
Telah Disaring ...................................................................................... 49

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa, atau biasa disebut
zamrud khatulistiwa. Dengan letak geografisnya yang tepat berada di garis
equator, dan memiliki hutan yang cukup luas, Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia. Secara
hidrologis, Indonesia memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan.
Pola curah hujan di Indonesia secara astronomis terletak diantara 6̊ LU dan
11̊ LS, dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah
hujan yang cukup besar, terutama di Indonesia bagian Barat, dengan rata-rata
curah hujannya 2000-3000 mm/tahun. Semakin ke Timur curah hujannya
semakin kecil, terkecuali Maluku dan Papua.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
intensitas hujan yang cukup tinggi. Potensi air hujan yang cukup besar,
tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan dan kebutuhan
sehari-hari, misalnya untuk minum dan kebutuhan lainnya. Kenyataan di

2

lapangan menunjukkan bahwa di beberapa tempat air sangat sulit didapatkan
saat musim kemarau, namun di sisi lain air begitu berlimpah saat musim
penghujan, bahkan sampai menyebabkan banjir.

B. Identifikasi Masalah
Curah hujan di Indonesia merupakan peringkat ke-7 yang terbesar di dunia
sebesar 2702 mm/tahun. Walaupun mempunyai curah hujan yang cukup besar
namun pada saat musim kemarau Indonesia tetap dilanda kekeringan. Melihat
fakta tersebut bisa dikatakan pada dasarnya air hujan dapat dimanfaatkan pada
musism kemarau. Dengan melimpahnya curah hujan di Indonesia sangat
mungkin jika air hujan dimanfaatkan sebagai air domestik di rumah tangga.
Potensi pemanfaatan air hujan untuk air domestik cukup baik untuk manusia
dan lingkungan. Pemanfaatan air hujan sebagai air domestik dapat
menanggulangi kekurangan air di musim kemarau, dan kebanjiran saat musim
hujan.
Selain pemanfaatan untuk air domestik, bukan tidak mungkin jika air hujan
juga dapat dimanfaatkan sebagai air minum. Namun sebelum dimanfaatkan
sebagai air minum tentunya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana
kualitas air hujan tersebut. Di berbagai negara maju pengolahan air hujan ini
dikenal sebagai sistem pengolahan air hujan (SPAH). Di Indonesia riset
mengenai analisa pemanfaatan air hujan sebagai air minum belum
berkembang dengan baik karena kita belum menyadari pentingnya air hujan.
Oleh karena itu dengan menyadari potensi air hujan sebagai air domestik dan
air minum, penelitian mengenai kualitas air hujan sangat penting dilakukan.

3

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualitas air hujan secara umum di kota Bandar Lampung?
2. Apakah air hujan berpotensi untuk dipakai sebagai air minum?
3. Bagaimanakah ketersediaan air hujan apabila dipakai sebagai sumber
alternatif air minum?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antar lain:
1. Mengetahui kualitas air hujan di kota Bandar Lampung.
2. Menghitung kapasitas daya dukung air hujan dalam menyediakan air
minum.

E. Batasan Masalah
Berikut adalah batasan masalah pada penelitian ini:
1. Sampel yang diambil dari 1 tempat, yaitu daerah kelurahan Gunung
Terang, Bandar Lampung.
2. Untuk menilai kualitas air hujan digunakan metode Water Quality Indeks
dari Malaysia.
3. Alat yang digunakan untuk penyaringan air hujan menjadi air minum
adalah Pure It.

4

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui kualitas air hujan dan potensi pemanfaatannya di
kehidupan sehari-hari di Bandar Lampung.
2. Dapat mengetahui daya dukung air hujan untuk menggantikan air minum.
3. Mengetahui respon masyarakat mengenai air hujan sebagai air minum.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Air
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air
akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air
untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum.
Begitu pula dengan air bersih, air minum dan air hujan, tentunya memiliki
kesamaan, namun sangat jauh berbeda diantara ketiganya. Mulai dari
kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga sumber dari air itu sendiri.
Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yang membedakan
antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas setiap
parameter

fisik,

diperbolehkan.

kimia,

biologis

dan

radiologis

maksimum

yang

6

B. Standar Kualitas Air Minum
Pengertian standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria
kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi
sosial-ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang
ada, dan teknologi yang tersedia. Pengertian air minum sendiri adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum.
1. Standar Baku Air Minum
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan
standar internasional yang ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air
tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau
kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk
masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat dinilai
kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologis.
a.

Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau tidak keruh.
2. Tidak berwarna.
3. Rasanya tawar.

7

4. Tidak berbau.
5. Temperaturnya normal.
6.

b.

Tidak mengandung zat padatan.

Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik.

c.

Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan
coli, salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman
ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,
phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.

8

Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
PARAMETER

SATUAN

KE
I

II

KETERANGAN
III

IV

FISIKA
Tempelatur

Residu Terlarut
Residu
Tersuspensi

o
C

mg/ L
mg/L

Deviasi
deviasi deviasi deviasi deviasi 5
temperatur
dari
3
3
3
keadaan
alamiahnya
1000
50

1000
50

1000

2000
Bagi pengolahan
air minum secara
konvesional,
residu
tersuspensi ≤
5000 mg/ L

400 400

KIMIA ANORGANIK

pH

BOD
COD
DO
Total Fosfat sbg P
NO 3 sebagai N

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6-9

6-9

2
10
6
0,2
10

3
25
4
0,2
10

NH3-N

mg/L

0,5

Kobalt
Barium
Boron
Selenium
Kadmium
Khrom (VI)

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,2
1
1
0,01
0,01
0,05

Tembaga

mg/L

0,02

6-9 5-9

6
50
3
1
20

(-)

(-)

0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05

0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05

0,02

Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah

12
100
0
5
20

Angka batas

Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3

(-)

0
(-)
1
0,05
0,01
0,01

0,02 0,2

Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional, Cu
≤ 1 mg/L

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

9

2. Pengolahan Air Minum
a. Pengertian dan Prinsip Pengolahan Air
Pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat, fisik,
kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat agar digunakan
sebagai air minum. Tujuan dan kegiatan pengolahan air minum antara
lain:
1. menurunkan kekeruhan.
2. mengurangi bau, rasa, dan warna.
3. menurunkan dan mematikan mikroorganisme.
4. melindungi kadar-kadar bahan yang terlarut dalam air.
5. menurunkan kesadahan.
6. memperbaiki derajat keasaman (pH).

Dengan perkembangan penduduk yang cepat dan teknologi di
perkotaan, pengolahan air khusus dilakukan oleh perusahaan air
minum (PAM). Selain mengolah air, PAM juga mendistribusikannya
ke rumah-rumah penduduk. Jika terdapat air yang kualitasnya kurang
baik perlu dilakukan pengolahan dengan teknik sederhana dan tepat
guna sesuai bahan yang ada di lokasi. Pengolahan air secara biologi
untuk mematikan potagen dapat berlangsung bersama-sama dengan
reaksi kimia dan fisika atau secara khusus dengan memberikan
desinfektan pada sampel air. Cara yang paling sederhana untuk

10

mematikan mikroorganisme yaitu dengan cara memanaskan air
sampai 100° C.

b. Pengolahan Air Secara Fisika
Pengolahan air secara fisika yang mudah dilakukan di pedesaan
adalah penyaringan (filtrasi), pengendapan (sedimentasi), dan absorpsi.

1. Penyaringan (filtrasi)

Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan / koloid
dengan cairan. Proses penyaringan bisa merupakan proses awal
(primary treatment) atau penyaringan atau proses sebelumnya,
misalnya penyaringan dan hasil koagulasi.

2. Sedimentasi (pengendapan)

Sedimentasi merupakan proses bahan padat dari air olahan. Proses
sedimentasi dapat terjadi bila air limbah mempunyai berat jenis
lebih besar daripada air sehingga mudah tenggelam. Proses
pengendapan ada yang bisa terjadi langsung, tetapi ada pula yang
memerlukan proses pendahuluan seperti koagulasi / reaksi kimia.
Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan
memanfaatkan gaya garavitasi sehingga bagian yang padat berada
di dasar kolam pengendapan sedangkan air murni berada di atas
pengendapan.

11

3. Absorpsi dan Adsorpsi

Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu.
Dengan penyerapan air tersebut air menjadi jernih karena zat-zat
didalamnya

diikat

oleh

absorben.

Absorpsi

umumnya

menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya
dengan cara membubuhkan karbon aktif bubuk ke dalam air
olahan atau dengan cara menyalurkan air melalui saringan yang
medianya terbuat dari karbon aktif kasar. Adsorpsi merupakan
penangkapan atau pengikatan ion-ion bebas di dalam air oleh
adsorben. Adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif
karena absorpsi oleh karbon aktif untuk mengolah air olahan yang
mengadung venol dan bahan yang memiliki berat molekul tinggi.
Aplikasi absorpsi yaitu dengan cara mencampurkan absorben
dengan serbuk karbon aktif atau dengan cara menjadikan karbon
aktif sebagai media filtrasi (filtration bed).

4. Elektrodialisis

Elektrodialisis merupakan proses pemisahan ion-ion yang larut di
dalam air limbah dengan memberikan 2 kutub listrik yang
berlawanan dari arus searah (direct current, DC). Ion positif akan
bergerak ke kutub negatif (katoda) sedangkan ion negatif akan
bergerak ke kutub positif (anoda). Pada kutub positif (anoda), ion
negatif akan melepaskan elektronnya sehingga menjadi molekul

12

yang berbentuk gas ataupun padat dan tidak larut di dalam air. Hal
ini memungkinkan terjadinya pengendapan.

c. Pengolahan Air Secara Kimia
1. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses pengumpulan melalui reaksi kimia.
Reaksi ini dapat berjalan dengan membubuhkan zat pereaksi
(koagulan) sesuai dengan zat yang terlarut. Koagulan yang banyak
digunakan adalah kapur, tawas, atau kaporit. Pertimbangannya
karena garam-garam Ca, Fe, dan Al bersifat tidak larut dalam air
sehingga mampu mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa baja.

2. Aerasi

Merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapan O2 dari
udara pada air olahan yang akan diproses. Pemasukan oksigen ini
bertujuan agar O2 di udara dapat bereaksi dengan kation yang ada
di dalam air olahan. Reaksi kation dan oksigen menghasilkan
oksidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat
mengendap. Proses aerasi harus diikuti oleh proses filtrasi /
pengendapan.

d. Pengolahan Air Secara Mikrobiologi

Upaya

memperbaiki

mikrobiologi

air

minum

yang

paling

konvensional adalah dengan cara mematikan mikroorganismenya.

13

Proses ini bisa dilakukan sekaligus dengan proses koagulasi ataupun
melalui praktek sederhana dengan cara mendidihkan air hingga
mencapai suhu 100° C.
C. Standar Kualitas Air Hujan

Sifat kualitas air hujan adalah bersifat lunak karena tidak mengandung
larutan garam dan zat-zat mineral. Air hujan pada umumnya bersifat lebih
bersih. Air hujan dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang
terdapat di udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi
SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan
menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain).
Air hujan pada dasarnya ialah air murni atau H2O tanpa tambahan mineral,
garam, dan lainnya. Air hujan menjadi ‘terkontaminasi’ ketika tercampur
dengan zat-zat di udara dan material yang menampungnya, sehingga
pengolahannya cenderung lebih sederhana daripada air sungai. Pengolahan
air hujan bervariasi bergantung jenis/karakteristik airnya. Pengolahan yang
biasa dilakukan ialah secara fisik (dengan filtrasi) dan kimia (desinfeksi,
penambahan kaporit, tawas) (World Health Organization, 2006). Jika
diperkirakan hujan bersifat asam (acid rain), maka bisa dilakukan
pengendalian pH (derajat keasaman) dengan penambahan material basa
sehingga menjadi netral (sesuai standar).
Air hujan yang sudah diolah dan ditampung di dalam tangki dapat digunakan
untuk keperluan MCK (mandi cuci kakus), perawatan tanaman, dan kegiatan
rumah tangga lainnya. Air hasil olahan ini bisa juga digunakan untuk

14

keperluan air minum. Untuk lebih memastikan kualitas air yang baik dan
sehat, pengolahan dapat dilanjutkan ke ‘level’ berikutnya atau yang lebih
dikenal dengan water purifier.
Pengolahan tersebut dilakukan dengan membran berpori kecil, karbon aktif
untuk menghilangkan pestisida dan bau, pemanasan dengan ultraviolet atau
boiling (dimasak) agar bakteri dan virus mati. Water purifier ini bisa dibuat
sendiri dengan menggabungkan unit-unit instalasi pengolah dengan volume
dan kadar tertentu (sesuai arahan ahli/professional). Atau bisa juga
menggunakan water purifier set lengkap yang dirancang khusus untuk
mengolah air layak minum.

D. Hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi
non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan
atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di
atas permukaan bumi. Di bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di
atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di
daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara
semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan
uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke bumi namun
menguap sebelum mencapai daratan,

inilah satu cara penjenuhan udara.

Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es
dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat,
mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).

15

Kelembaban yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan
kelembaban tiga dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama
dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada kelembaban dan gerakan ke
atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan gerakan
kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul
menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa
terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada
ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan
di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun
dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang
mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf
monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim
sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di
dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air
untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan
dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara
aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.
Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam
jumlah dan intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga
mengakibatkan perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana
hujan di timur Amerika Utara dan suasana kering di wilayah tropis. Hujan
adalah

komponen

tawar di planet ini.
990 millimeter

utama
Curah
(39 inchi).

dalam siklus
hujan

air dan

rata-rata

Sistem

penyedia

tahunan

global

utama air
adalah

pengelompokan iklim seperti

16

sistem pengelompokan iklim Köppen menggunakan curah hujan rata-rata
tahunan untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim. Antarktika
adalah benua terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun
dengan kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.
E. Data Curah Hujan Harian

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar, tidak
menguap dan tidak mengalir selama periode tertentu yang diukur dengan
satuan (mm) pada luasan 1 m2. Sebagai contoh, apabila di suatu daerah data
curah hujannya 2000 mm/tahun berarti daerah tersebut selama setahun dalam
1 m2 jumlah air yang turun sebesar 2000 mm x 1 m2 yaitu sebesar 2 m3 atau
2000 liter (1 dm3 = 1 liter).

Curah hujan harian adalah jumlah curah hujan yang terjadi dalam satu hari
tertentu. Curah hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu
bulan tertentu. Curah hujan tahunan adalah jumlah curah hujan bulanan
dalam satu tahun tertentu. Curah hujan harian rata-rata adalah jumlah curah
hujan bulanan di bagi jumlah hari dalam bulan tersebut. Curah hujan bulanan
rata-rata adalah jumlah curah hujan tahunan dibagi 12 (jumlah bulan).

Sementara untuk beberapa pengertian lainnya seperti dijelaskan berikut :

1. Rata-rata curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. Normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan selama periode 30 tahun.

17

3. Standar normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masingmasing bulan selama periode tertentu.

Kriteria intensitas curah hujan :
Hujan sangat ringan : Intensitas < 5 mm dalam 24 jam
Hujan ringan

: Intensitas 5 – 20 mm dalam 24 jam

Hujan sedang

: Intensitas 20 – 50 mm dalam 24 jam

Hujan lebat

: Intensitas 50 – 100 mm dalam 24 jam

Hujan sangat lebat

: Intensitas > 100 mm dalam 24 jam

Kriteria distribusi curah hujan bulanan :
Rendah

: 0

– 100 mm

Menengah

: 101 – 300 mm

Tinggi

: 301 – 400 mm

Sangat Tinggi : > 400 mm

F.

Pure It

Gambar 1. Pure It

18

Pure It adalah alat yang digunakan untuk memurnikan air dengan sistem
penyaringan. Air yang di hasilkan Pure It dapat diminum langsung tanpa
harus dimasak. Kelebihan dari Pure It ialah sebagai berikut :
1. Tidak memerlukan sambungan ke keran.
2. Sangat mudah digunakan, tinggal tuangkan air mentah ke dalam Pure It.
3. Kapasitas wadah atas 9 liter dan wadah transparan 9 liter.
Rata-rata kecepatan aliran yang bekerja bergantung pada kualitas air yang
dimasukkan ke dalam Pure It, dan juga tergantung pada kinerja perangkat
pembunuh kuman Pure it. Dalam sekali penyaringan, 9 liter air murni
yang dihasilkan dalam waktu satu jam. Air yang disimpan dalam wadah
Pure It dapat digunakan dalam jangka waktu 2-3 hari. Jika tidak
digunakan dalam kurun waktu tersebut, air yang tersimpan di dalam Pure
It harus dibuang.
Empat tahap pemurnian dari Pure It, yaitu :
1. Saringan serat mikro yang berfungsi membersihkan kotoran.
2. Filter karbon aktif yang berfungsi menghilangkan parasit dan pestisida
berbahaya.
3. Processor

pembunuh

kuman,

dengan

“programmed

disinfection

technology” menghilangkan bakteri dan virus berbahaya yang tidak
terlihat.
4. Penjernih, yang membuat air tidak berbau dan berasa alami.

19

G. Kualitas dan Kuantitas Air Hujan untuk Air Minum

1. Kualitas Air Hujan Setelah Penyaringan
Untuk mengetahui kualitas air hujan sebagai air minum digunakan alat
penyaring air Pure It. Tujuan penyaringan ialah untuk mengetahui
bagaimana kualitas air untuk digunakan sebagai air minum setelah disaring
menggunakan Pure It.
Setelah air disaring dengan menggunakan Pure It, akan didapatkan air
jernih yang kemudian akan dilakukan uji Laboratorium. Uji laboratorium
dimaksudkan untuk mendapatkan parameter air yang akan digunakan
dalam perhitungan Water Quality Indeks. 6 parameter tersebut adalah:
1. Amoniacal Nitrogen (AN).
2. Biochemical Oxygen Demand (BOD).
3. Chemical Oxygen Demand (COD).
4. Dissolved Oxygen (DO).
5. Total Suspended Solid (TSS).
6. pH.

2. Indeks Kualitas Air (Water Quality Index)
a. Indeks Kualitas Air Minum Global
Indeks kualitas air minum global terdiri dari Drink Water Quality Index
(DWQI), dan Source Water Quality Index (SWQI) yaitu hanya kriteria
kesehatan dan mikroba yang terdiri dari arsenik, boron, kadmium,
kromium, tembaga, fluorida, timah, mangan, merkuri, nitrat, nitrit, koli

20

tinja. Dan satu lagi Acceptability Water Quality Index (AWQI), hanya
kriteria penerimaan terdiri dari Amonia, klorida, besi, pH, natrium,
sulfat, seng.
Setiap parameter yang memberikan kontribusi untuk indeks harus diukur
setidaknya 4 kali per tahun pada stasiun yang telah mengukur minimal 4
parameter per tahun.

b. Malaysian Water Quality Indeks
Perhitungan Malaysian WQI melibatkan 6 parameter air yaitu (Omar et all.,
1992): Dissolved Oxygen (DO) in % of saturation, Biological Oxygen
Demand (BOD) in mg/L, Chemical Oxygen Demand (COD) in mg/L,
Ammoniacal Nitrogen (AN) in mg/L, Suspended Solid (SS) in mg/L, and
pH.
WQI = 0.22* SIDO + 0.19*SIBOD + 0.16*SICOD + 0.15*SIAN
+ 0.16*SISS+ 0.12*SipH

(1)

Dimana:
SIDO

=

Sub-Index DO

SIBOD

=

Sub-Index BOD

SICOD

=

Sub-Index COD

SIAN

=

Sub-Index NH3N

SISS

=

Sub-Index SS

SIpH

=

Sub-Index pH

21

Nilai untuk setiap Sub Indeks dari setiap parameter dipengaruhi dari
kondisi dari parameter itu sendiri. Kondisi dari setiap parameter
dimisalkan “x” untuk setiap nilai hasil pengujian. Rumus untuk setiap
kondisi tersebut ialah sebagai berikut:

Tabel 2. Rumus Untuk Setiap Kondisi Pada Parameter
Parameter

Kondisi

Rumus

SIDO

x≤8

0

x ≥ 92

100

8 < x < 92

-0.395 + 0.030x² - 0.00020x³

x≤5

100.4 - 4.23x

x>5

108 * exp (-0.055x) - 0.1x

x ≤ 20

-1.33x + 99.1

x > 20

103*exp (-0.0157x) - 0.04x

x ≤ 0.3

100.5 - 105x

0.3 < x < 4

94*exp (-0.573x) - 5 * ‫׀‬x - 2‫׀‬

x≥4

0

x ≤ 100

97.5*exp (-0.00676x) + 0.05x

100 < x < 1000

71*exp (-0.0061x) - 0.015x

x ≥ 1000

0

x < 5.5

17.2 - 17.2x + 5.02x²

5.5 ≤ x < 7

-242 + 95.5x - 6.67x²

7 ≤ x < 8.75

-181 + 82.4x -6.05x²

x ≥ 8.75.

536 - 77.0x + 2.76x²

SIBOD

SICOD

SIAN

SISS

SIpH

22

Tabel 3. DOE Water Quality Classification Based On Water Quality
Index

SUB INDEX &
WATER QUALITY INDEX CLEAN

INDEX RANGE
SLIGHTLY
POLLUTED

POLLUTED

Biochemical Oxygen
Demand (BOD)

91 – 100

80 - 90

0 – 79

Ammoniacal Nitrogen
(NH3-N)

92 – 100

71 - 91

0 – 70

Suspended Solids (SS)

76 – 100

70 - 75

0 – 69

Water Quality Index (WQI) 81 – 100

60 - 80

0 – 59

Perhitungan dengan menggunakan grafik ialah metode lain untuk
mengetahui nilai kualitas air. Berikut ialah grafik untuk setiap parameter.

Gambar 2. Grafik nilai SIDO’

23

Gambar 3. Grafik Nilai SIBOD’

Gambar 4. Grafik Nilai SICOD’

Gambar 5. Grafik Nilai SIAN’

24

Gambar 6. Grafik Nilai SISS’

Gambar 7. Grafik Nilai SIpH’

Setelah menggunakan grafik, didapatkan nilai sub-indeks aksen untuk
setiap parameter, dan didapatkanlah rumus sebagai berikut :

WQI = SIDO’ + SIBOD’ + SICOD’ + SIAN’ + SISS’ + SIpH’

(2)

25

Tabel 4. DOE Water Quality Index Classification

PARAMETER UNIT

CLASS
I

II

III

IV

V

< 0.1

0.1 0.3

0.3 0.9

0.9 2.7

> 2.7

Biochemical
mg/l
Oxygen Demand

12

Chemical
mg/l
Oxygen Demand

< 10

50 100

> 100

Dissolved
Oxygen

mg/l

>7

5–7

3-5

1-3

7

6–7

5-6

5

mg/l

< 25

25 – 50

50 150

150 300

> 300

-

< 92.7

76.5 92.7

51.9 76.5

31.0 51.9

> 31.0

Ammoniacal
Nitrogen

pH
Total Suspenbed
Solid
Water Quality
Index (WQI)

mg/l

10 – 25 25 - 50

Tabel 5. Water Classes And Uses
CLASS

USES

Class I

Conservation of natural environment.
Water Supply I - Practically no treatment
necessary.
Fishery I - Very sensitive aquatic species.

Class IIA

Water Supply II - Conventional treatment.
Fishery II - Sensitive aquatic species.

Class IIB

Recreational use body contact.

Class III

Water Supply III - Extensive treatment required.
Fishery III - Common,of economic value and
tolerant species;livestock drinking.

Class IV

Irrigation

Class V

None of the above.

26

3. Kuantitas Air Hujan
a. Perhitungan Debit Tampungan Air Hujan
Perhitungan debit air dilakukan untuk mengetahui besarnya debit air
yang diperoleh dari air hujan, sehingga dapat diketahui volume air
yang diperoleh untuk masing-masing tipe rumah atau luas areal
tangkapan.

Perhitungan debit juga dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar kapasitas daya dukung air hujan untuk menggantikan
air minum.
Debit air pada tampungan menggunakan rumus:
Q Tampungan = Q Inflow – Q Outflow

(3)

di mana:
Q Tampungan = Debit air hujan di dalam tampungan (m³/hari)
Q Inflow

= Debit air hujan yang masuk ke dalam tampungan
(m³/hari)

Q Outflow

= Debit air hujan yang digunakan (m³/hari)

b. Perhitungan Kapasitas Tampungan Efektif
Perhitungan

kapasitas

efektif

tampungan

dilakukan

untuk

mendapatkan dimensi yang sesuai sehingga tidak terjadi limpasan
akibat inflow dan tidak terjadi kekosongan akibat outflow. Bentuk
penampang tampungan bisa berbeda-beda sesuai lokasi dan
keberadaan tampungan. Apabila bentuk penampang yang digunakan
adalah penampang berbentuk kotak, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

27

V =PxLxT

(4)

di mana:
V = Volume tampungan (m³)
P = Panjang (m)
L = Lebar (m)
T = Tinggi (m)

c. Inflow (masukan)
Inflow (masukan) adalah volume air hujan yang ditampung dari
beberapa rumah di perumahan yang dipilih sebagai pengumpul air
hujan.

Rumus untuk memperoleh inflow tersebut adalah sebagai

berikut (Rahman and Yusuf, 2000)
Q Inflow = k x f x R x A

(5)

di mana:
Q Inflow = Debit air hujan yang masuk ke dalam tampungan
(m3/hari)
k

= Faktor konversi (k = 1.10ˉ³)

f

= Koefisien limpasan (f = 0,75 – 0,9)

R

= Curah hujan yang terjadi selama satu hari (mm)

A

= Luas atap rumah/luas tangkapan (m²)

d. Outflow (pengeluran)
Outflow (pengeluaran) adalah volume air yang terpakai oleh
pemanfaat air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

28

mandi, cuci dan sanitasi. Besarnya outflow yang direncanakan
ditentukan dengan rumus:
Q Outflow = J x K

(6)

di mana:
Q Outflow = Debit air hujan yang terpakai (m³)
J

= Jumlah pemanfaat (orang)

K

= Konsumsi air per hari (m³)

29

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Umum

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan
literatur baik berupa buku – buku, artikel, jurnal – jurnal dan penelitian
tentang hidrologi dan pemanenan air hujan yang dapat memberikan informasi
tentang pemanenan hujan dan potensinya untuk menjadi kebutuhan air
domestik dan air minum. Setelah itu baru dilakukan pengumpulan sampel air
hujan yang kemudian akan dibawa ke laboratorium. Data hasil dari uji
laboratorium kemudian akan digunakan untuk dilakukan perhitungan kualitas
air hujan yang diperlukan dalam penelitian.

Sesuai dengan batasan masalah, penelitian dan pengumpulan data dilakukan di
kota Bandar Lampung. Pada penelitian ini cukup diambil satu sampel air
hujan. Survei dilakukan pada musim hujan, dan tidak tergantung jam. Sampel
air hujan yang telah ditampung dan disaring kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk kemudian di uji laboratorium.

30

B. Studi Literatur
Studi literatur yaitu metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta
mengetahui sistem kerja yang dapat digunakan mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan pokok permasalahan. Metode ini dilakukan dengan
mempelajari literatur yang berkaitan dengan objek studi yang diperoleh dari
literatur-literatur seperti buku, bahan kuliah, media internet, jurnal dan media
lainnya sehingga hasil yang didapatkan bersifat ilmiah.

C. Pengumpulan Data Curah Hujan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data terhadap curah hujan, untuk
mengetahui seberapa besar intensitas curah hujan di daerah kota Bandar
Lampung. Data curah hujan didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum atau
Badan Metereologi dan geofisika (BMKG) Provinsi Lampung. Data curah
hujan ini kemudian digunakan untuk mendapatkan data curah hujan harian.

D. Penampungan Sampel Air Hujan
Sampel air hujan diambil secara acak di salah satu tempat di kota Bandar
Lampung. Pada penelitian ini, peneliti mengambil tempat di Kelurahan
Gunung Terang, Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Sampel
diambil dengan menadahkan air hujan langsung tanpa melewati talang atau
atap dengan menggunakan baskom atau ember. Sampel air diambil sebanyak
5 liter, kemudian dimasukkan dalam wadah derigen. Setelah sampel
didapatkan, barulah sampel akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji
laboratorium.

31

E. Uji Laboratorium
Uji laboratorium dilakukan setelah didapatkan sampel air hujan pada area
yang telah di tentukan. Laboratorium yang dipakai pada penelitian ini adalah
laboratorium

Politeknik

Kesehatan

Kementerian

Kesehatan

Bandar

Lampung. Sampel yang dibawa merupakan air hujan yang ditadah dan
disaring satu hari sebelumnya, dan diambil untuk pengujian yaitu sebanyak
600 ml. Uji laboratorium memakan waktu selama satu minggu, yang
dimak