Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA
KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Oleh
SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA
KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR TERHADAP GASTROENTERITIS DI
KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI
Nama Mahasiswa : Sri Bulan Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 097032115
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil) (Ir. Indra Chahaya, M.Si
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah diuji
pada Tanggal : 20 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si
2.
3. dr. TaufikAshar, M.K.M Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
(5)
PERNYATAAN
HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013
Sri Bulan Nasution 097032115/IKM
(6)
ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan
c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.
α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.
(7)
ABSTRACT
Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o
The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.
C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.
In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manejemen Kesehatan Lingkungan Industri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil dan Anggota Komisi Pembimbing Ir.Indra Chahaya, M. Si atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran, masukan dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
2. Tim Penguji Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
3. Ibu Direktur Poltekes Medan Serta Ibu Ketua Jurusan Hj.Nelma Hsb, Ssi, MKes yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
dan dr. Taufik Ashar, M.K.M yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.
(9)
4. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H. Nasrun Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan. 6. Teristimewa buat suami tercinta H. Syahrinal Azhar Lubis, S.Ag menjadi
motivator untuk menyelesaikan studi ini dan Ketiga Putri Fauza Bulqais Lubis, Rifqiya Farhah Lubis dan Wizra Mutuma Innaini Lubis sebagai motivator dan pemberi semangat bagi penulis menyelesaikan tesis ini.
7. Begitu juga buat saudara-saudara sekandung yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, September 2013 Penulis
Sri Bulan Nasution 097032115
(10)
RIWAYAT HIDUP
Sri Bulan Nasution, lahir pada tanggal 6 April 1971 di Medan, beragama Islam, anak pertama dari sembilan bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Nasrun Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe (Almh), bertempat tinggal di Jalan Kesehatan No.11 Medan.
Penulis mulai melaksanakan pendidikan SDN XIV Tanjung Balai tamat pada tahun 1984, melanjutkan pendidikan SMPN I Tanjung Balai tamat pada tahun 1987 dan melanjutkan pendidikan SMAK Dharma Analitika tamat pada tahun 1990. Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Teknik Kimia Dr. Rusdi, tamat pada tahun 2000. Kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah pada tanggal 19 Maret 2000 dengan Syahrinal Azhar Lubis, S.Ag. Penulis mulai bekerja sebagai PNS sebagai staf di Akademik di Analis Poltekes Medan dari tahun 1994, menjadi staf pengajar pada tahun 2004 sampai sekarang.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Permasalahan ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Hipotesis ... 7
1.5Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1Genangan Pasang dan Surut Pada Badan Air ... 9
2.1.1 Definisi Pasang Surut ... 9
2.1.2 Penyebab Terjadinya Pasang Surut ... 10
2.1.3 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut ... 10
2.1.4 Fenomena Pasang Surut ... 11
2.2Air ... 13
2.2.1 Definisi Air ... 13
2.2.2 Sumber Air ... 14
2.2.3 Penggolongan Air ... 15
2.2.4 Karakteristik Air ... 15
2.2.5 Kwalitas Air ... 16
2.2.6 Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan 2.2.7 Lingkungan ... 20
2.2.8 Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan .... 22
2.3Pencemaran Lingkungan ... 24
Penanggulangan Pencemaran Badan Air ... 22
2.3.1 Penyakit Menular dalam Air ... 26
2.4Lama Menetap di Bantaran Sungai ... 27
2.5Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai ... 29
2.5.1 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai 32 2.6Gastroenteritis ... 33
(12)
2.6.2 Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis ... 34
2.6.3 Cara Penularan Gastroenteritis ... 34
2.6.4 Faktor Lingkungan dan Perilaku ... 35
2.6.5 Faktor – Faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis ... 35
2.6.6 Pencegahan Gastroenteritis ... 37
2.6.7 Peran Serta Masyarakat ... 38
2.7Landasan Teori ... 39
2.8Kerangka Konsep ... 41
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 42
3.1Jenis Penelitian ... 42
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.3Populasi dan Sampel ... 42
3.3.1 Populasi ... 42
3.3.2 Sampel ... 43
3.4Metode Pengumpulan Data ... 45
3.4.1 Data Primer ... 45
3.4.2 Data Sekunder ... 45
3.4.3 Cara Kerja ... 45
3.5Variabel dan Definisi Operasional ... 47
3.6Metode Pengukuran ... 48
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variabel) 48 3.6.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel) ... 51
3.7Metode Analisis Data ... 51
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52
4.2 Karakteristik Responden ... 53
4.3 Analisis Univariat ... 54
4.3.1 Kualitas Air Pasang ... 54
4.3.2 Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam Rumah ... 55
4.3.3 Pengguna Air Sungai ... 56
4.3.4 Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 57
4.4 Analisis Bivariat ... 62
4.4.1 Hubungan Frekuensi Air yang Masuk Ke Rumah dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 58
BAB 5. PEMBAHASAN ... 63
5.1. Hubungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 64
(13)
5.2. Hubungan Lama Menetap dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau
Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 65
5.3. Hubungan Frekuensi Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 66
5.4. Hubungan Jenis Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 68
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 70
6.1Kesimpulan ... 70
6.2Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Definisi Operasional ... 46 4.1. Karakteristik Responden di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 53 4.2 Distribusi Kualitas Air Pasang di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 54 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam
Rumah di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung
Balai Tahun 2013 ... 55 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Mengenai Tempat
Tinggal, Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya
Tanjung Balai Tahun 2013 ... 56 4.5. Distribusi Frekuensi Keluhan Gastroenteritis pada Responden di
Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai Tahun
2013 ... 57 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden tentang
Keluhan Gastroenteritis di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 57 4.7. Hubungan Frekuensi Air Masuk ke Rumah, Tempat Tinggal,
Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kota Madya Tanjung
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Fenomena Air Pasang ... 9
2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi ... 12
2.3. Paradigma Kesehatan Lingkungan ... 39
2.4. Kerangka Konsep ... 41
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 74 2. Pengolahan Data ... 78 3. Master Data ... 87
4. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu
KesehatanMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 91 5. Surat Telah Selesai Meneliti dari Kantor Camat Tanjung Balai
(17)
ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan
c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.
α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.
(18)
ABSTRACT
Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o
The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.
C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.
In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Stategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan yang sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian kata dalam pembangunan kesehatan untukmewujudkan Indonesia sehat. (Depkes RI., 2008).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit umumnya gastroenteristis
Air permukaan yang berasal dari sungai sangat mudah tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora serta zat-zat lain. Air permukaan merupakan salah satu sumber penting sebagai bahan baku air bersih sehingga perlu memperhatikan kualitas baku mutu, serta jumlah kuantitasnya (Budiman 2008).
. Penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun, kuantitasnya di suatu daerah dapat ditekan seminimal mungkin agar penyebaran penyakit disebabkan oleh air yang tercemar dapat diatasi.Semakin maju tingkat hidup seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air bersih dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata rata 5 liter/hari secara keseluruhan kebutuhan air dalam rumah tangga masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari, (Totok, 2004).
Tingginya kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan lahan yang tersedia untuk pemukiman mengakibatkan ketidak teraturan dalam penataan tempat
(20)
tinggal, sehingga banyak masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai Silau.Kepadatan penduduknya yang sangat tinggi serta kondisi DAS semangkin menurun. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang kebijakan lingkungan sanitasi di daerah aliran sungai tertuang dalam PP. No. 35 tahun 1991. Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air muara serta hilir dengan dibatasi kanan dan kirinya serta pengalirannya oleh garis sempadan dan mengacu pada Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang klasifikasi dan keteria baku mutu air yang diperoleh berdasarkan kelas.
Di tinjau dari sudut kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebab persediaan air bersih yang terbatas berdampak pada timbulnya penyakit berbasis lingkungan penyebab gastroenteristis
Penggunaan air sungai yang tercemar dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit bawaan air atau Water Borne Diseases sumber penyakit tersebar bila Mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam badan air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari baik secara misalnya volume rata-rata kebutuhan air bersih setiap individu bervariasi tergantung pada standard kehidupan dan kebiasaan masyarakat sumber air bersih yang berasal dari air permukaan di peruntukan bagi kehidupan sehari hari dapat di konsumsi oleh individu harus berasal dari sumber yang bersih dan aman bebas dari kuman mikroba, bibit penyakit, bahan kimia bahaya dan beracun tidak berasa dan berbau serta memenuhi syarat terhadap kualitas air (Budiman, 2008).
(21)
langsung komsumsi air sungai, MCK atau aktivitas domestik lainnya mencuci baju, dan mencuci perangkat makan serta digunakan untuk memasak. Demikian halnya dengan air sungai Silau yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat di sepanjang bantaran sungai jarak rumah dari sungai, masuk tidaknya air sungai saat pasang surut terjadi dan ketinggian air pasang masuk kedalam rumah penduduk. Sedangkan jenis Mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya seperti Virus, Bakteri, Protozoa dan Metazoa. Penyakit tidak menular terjadi karena air terkontaminasi zat zat berbahaya dan beracun.misalnya kasus keracunan Kobalt, Mercury, Cadmium. (Effendi, 2003).
Keberadaan sungai Asahan dan sungai Silau merupakan urat nadi perekonomian Kota Tanjungbalai yang memfungsikan sungai sebagai sumber air baku serta industri angkutan barang dan jasa dengan keberadaan kapal-kapal besar baik dalam daerah maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Sungai Silau membelah Kota Tanjungbalai sepanjang 6000 meter, lebar 150 meter, dan kedalaman 6 meter. Merupakan daerah dataran rendah sehingga mengalami pasang surutnya air laut 2 kali dalam sehari semalam.pagi dan sore hari saat pasang pagi hari mulai jam 05.00 subuh titik optimal 08.00 WIB pagi air surut mulai jam 09.00 WIB pagi sampai jam 12.00 WIB siang. Sore hari pasang naik pada 15.00 WIB sore titik optimal 18.00 WIB sedangkan surut jam 19.00 sampai 21.00 WIB malam. Pada keadaan pasang optimal perumahan masyarakat terendam air pasang setinggi ± 15 cm. Di mana karakteristik rumah penduduk di Kecamatan Tanjung
(22)
Balai Selatan Kelurahan Indra Sakti terbuat dari kayu dan non permanen dengan tipe rumah panggung pada umumnya. (Propil Tanjung Balai 2011).
Sungai Silau terletak di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan kelurahan yaitu: Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Tanjung Balai Kota II. Pantai Burung, Karya, Indra Sakti dan Perwira. Kelurahan yang terletak di DAS Silau bagian hilir yaitu, Kelurahan Indra Sakti.
Setiap tahunnya lebih dari 3.500.000 anak-anak dibawah umur 3 tahun diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000 orang jumlah tersebut akan terus meningkat pada daerah yang keadaan sanitasi lingkungannya berada pada tingkat yang rendah (Achmadi, 2011).
Berdasarkan penelitian (Rayuana E, 2010), pada daerah aliran sungai tentang genangan air pasang terhadap keluhan penyakit gastroenteristis di Kabupaten Deli Serdang (2010), variabel ketinggian air pasang sampai > 10 cm responden mengalami keluhan penyakit gastroenteristis
Secara nasional penyakit
dan infeksi kulit.
gastroenteristis berdasarkan data dari USAID pada 2008 menyebutkan, masih rendahnya cakupan ketersediaan air bersih di Indonesia. Pada tahun 2007 baru mencapai 49%. Artinya, lebih dari setengah penduduk Indonesia masih mengandalkan sumber air minum dari air permukaan, air sumur gali, air sungai, dan air hujan yang tidak terlindungi. Adapun sebagian besar tercemar oleh bakteri Escherichia Coli tinja. Gastroenteristis menjadi penyebab kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 pada seluruh kalangan umur.
(23)
Gastroenteristis
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (2011), Kecamatan Tanjung Balai Selatan penyakit
yang umum terjadi disebabkan oleh air minum yang tercemar bakteri Escherichia Coli dari tinja manusia dan hewan (Seafast, 2011).
gastroenteristis, disentri, infeksi usus, kecacingan, scabies, campak, cacar air, kolera, darah tinggi dan ISPA termasuk dalam 10 penyakit terbesar di puskesmas tersebut. Dari 10 penyakit terbesar tersebut penyakit yang disebabkan melalui air yaitu: infeksi usus dengan jumlah kasus 750 (9.9%), scabies dengan jumlah kasus 737 (9.7%), gastroenteristis
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2012 di DAS sungai Silau tingkat kualitas air sungai Silau menurun. Data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2012. Hal ini dapat dilihat pada DAS tersebut banyak aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, industri, dengan menggunakan air sungai tersebut pada waktu air surut dan air pasang, seperti: limbah domestik di alirkan ke sungai Silau dan kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK).limbah industri juga terdapat pasar tradisional. Dari hasil observasi yang dilakukan di DAS tersebut berdasarkan indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7.07, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28
dengan jumlah kasus 461 atau (6.1%), disentri dengan jumlah kasus 430 atau (5.7%), kecacingan dengan jumlah kasus 162 (2.1%), kolera dengan jumlah kasus 38 (0.50%), cacar air dengan jumlah kasus 29 (0.38%), campak dengan jumlah kasus 16 (0.21%).
o
c, warna air keruh, berasa dan berbau. Pada saat air surut air menjadi sangat keruh dan pada saat air pasang penuh kekeruhan menjadi berkurang.
(24)
Adapun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan air sungai dimulai jam 5 pagi sampai dengan jam 6 sore setiap harinya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai tidak memenuhi syarat. Melihat keadaan badan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka dengan demikian peneliti ingin melihat sejauh mana hubungan kualitas air pasang surut serta karakteristik penggunaan air yaitu tempat tinggal, lama menetap, frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air sungai Silau terhadap gastroenteristis.
1.2 Permasalahan
Dengan penurunan kualitas air sungai Silau, di mana air sungai tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari baik untuk mandi, cuci dan kakus baik pada saat air surut maupun pasang, maka permasalahan dalam penelitian ini sejauh mana hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta karakteristik penggunaan airsungai sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
(25)
1.4. Hipotesis
Ada hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta
karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritisdi Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
1.5Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah Kota Madya Tanjung Balai Asahan penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam menyusun pelaksanaan program pengendalian pencemaran badan air serta pengaruh gangguan kesehatan terhadap masyarakat di sekitar pinggiran sungai.
2. Memberikan masukan kepada masyarakat pengguna air sungai untuk keperluan sehari-hari agar dapat mengantisipasi dan mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan pinggiran sungai sehingga kualitas air memenuhi syarat sesuai dengan peruntukannya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh kualitas pasang surut air dan penggunaan air sungai terhadap gastroenteritis
(26)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Genangan Pasang dan Surut Pada Badan Air 2.1.1. Definisi Pasang Surut
Merupakan fenomena penggerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari ,bumi,dan bulan. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Waktu periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit .
Gambar 2.1. Fenomena Air Pasang
(27)
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surutoceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide
of the solid earth).Pasang surut
sentrifugal.
karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode 24 jam.(Priyana,1994).
2.1.2. Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topografi dasar berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007).
2.1.4. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka
(28)
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasang surut adalah :
a. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
b. Sungai (aliran debit air).
c. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
d. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
e. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
f. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
g. Tanah dan dasar
h. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari
(Diposaptono, 2007).
2.1.6 Fenomena Pasang Surut
Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
(29)
Pada grafik tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25 menit, atau setengah hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi setelah 6 jam 12,5 menit dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). (Alben, 2009).
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi
Sumber : Alben, 2009, Teori Pasang Surut
Selain keadaan di atas, apabila bulan berada pada deklinasi 20º utara dan keterlambatan waktu antara tinggi air pada saatperhitungan hanya pada bumi bagian utara, ketika air tertinggi saat itu akan terjadi pada titik X dan Y serta air terendah akan terjadi di titikA. Dengan demikian, titik-titik yang berada pada garis sejajar 20º
(30)
lintang utara berturut-turut pada titik C, maka terjadinya air pasang maksimum, Titik D air surut dan titik E air pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi permukaan air di titik C. Sedangkan pada titik A dan A´ yang berada pada lintang 90º posisi air paling rendah. Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E.
2.2. Air
2.2.1. Definisi Air
Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah molekul air yang terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H. Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air yang lainnya bergabung dengan satu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain (Rukaesih, 2004).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia.yang berarti besar sekali peranannya bagi kesehatan manusia.Kekurangan cairan dalam tubuh akan menyebabkan kematian. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badannya terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80 % ( Notoatmodjo, 2007).
(31)
2.2.2. Sumber Air
Air yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi: (Budiman, 2006).
1. Air Angkasa ( Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung mengalaimi pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas , misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia.
2. Air Permukaan.
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah
Ait tanah ( ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.
2.2.3. Penggolongan Air
Air pada sumber air menurut kegunaan / peruntukannya digolongkan menjadi: (Rukaesih, 2004).
(32)
1. Kelas I
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelas II
Air yang dapat dipergunakaan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Kelas III
Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan 4. Kelas IV
Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaat untuk usaha industri dan listrik Negara. .
2.2.4. Karakteristik Air
Karakteristik air sungai perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air sungai ini digolongkan menjadi:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayuran, bagian-bagian tinja, dan sebagiannya.
(33)
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cendrung bau asam apabila sudah memulai membusuk. 3. Karakteristik bakteriologi
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Notoatmodjo,2007).
2.2.5. Kualitas Air
Kelayakan air dapat di ukur secara kualitas dan kuantititas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencangkup kualitas fisik, kimia dan biologis (Arya, 2005).
1. Kualitas fisik
Syarat-syarat sumberair yang bisa digunakan sebagai berikut adalah sebagai berikut:
a. Kekeruhan
Kekeruhan dapat di timbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri, Air jernih tidak keruh, tidak mengandung butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat.
(34)
b. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang bewarna dan senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan .air yang kwalitasnya baik, bersifat Jernih, tembus pandang, tidak bewarna.
c. Bau
Bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta adanya gas seperti H2
d. Temperatur normal
S yang terbantuk dalam kondisi anaerobik dan akibatnya senyawa-senyawa organik tertentu. Air yang kwalitasnya baik tidak berbau dan berasa.
Kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen yang rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Air yang baik memiliki temparatur sama dengan temperatur udara (20 -26 0C)
e. Zat padat terlarut
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Bahan padatan adalah bahan yang tertinggal sebagai resedu pada penguapan air.
2. Kualitas kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Haryadi, 2004).
(35)
a. BOD (Biological Oxygen Demand)
(BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah tersebut.
b. COD
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable ) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan (Haryadi, 2004).
(Chemical Oxygen Demand)
COD ( Chemical Oxygen Demand)adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Haryadi, 2004).
(36)
c. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi, beberapa senyawa asam dan basah lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut di pengaruhi oleh pH yang diukur dengan pH meter atau lakmus, air murni mempunyai pH 7.
d. Tidak mengandung bahan kimia beracun
unsur senyawa kimia beracun yang rendah bersifat toksik bagi manusia, sehingga perlu pembatasan yang dampak negative lain yang timbul adalah timbulnya rasa dan bau akibat oksidasi oleh oksigen terarut. Air yang berkualitas tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik dll.
e. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Cl, Cr, dan lain-lain.
f. Kesadahan rendah
kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya kation logam yang berhubungan dengan garam-garam terlarut dalam air terutama garam Ca dan Mg, kualitas bakteriologi. Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya kesadahan dalam air dimana pemakaian air untuk industri tidaklah di kehendaki lagi.Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air (Arya, 2001).
(37)
3. Kualitas biologi
Air tidak boleh mengandung Coliform.Air yang mengandung golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia atau kotoran hewan.Kuman E.coli dijadikan indikator pada sampel air karena lebih tahan lama berada dalam air dibandingkan dengan kuman bakteri lainnya (Sutrisno, 2004).Kepmenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari Colifrom per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperolehkan adalah 0.
2.2.6. Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan Lingkungan
1. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawah penyakit menular bermacam-macam antara lain air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sebagai sarang insekta penyebar penyakit, sebagai media untuk vektor penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk dalam kategori water borne diseases atau penyakit-penyakit yang di bawah oleh air antara lain gatroenteristis, disentry, cholera, hepatitis A, polio melitis, typhus abdominalis, aschariasis, taeniasis, schistosomiasis, penyakit kulit.
Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian salah satu usahanya meningkatkan penggunaan air yang memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolesme mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, jangan sampai tubuh kekurangan cairan yang mengakibatkan kematian contoh penderita gastroenteristis dan kolera. (Totok, 2004).
(38)
2. Dampak terhadap lingkungan
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai, pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air sungai nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali di sebut eutrofikasi.Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen tersebut di gunakan bersama oleh seluruh hewan dan tumbuhan air menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen akibatnya ikan akan mati dan aktifitas bakteri akan menurun (Achmadi, 2010)
2.2.7. Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan
.
Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat dikalsifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia terjadi akibat mengkonsumsi air sungai yang tercemar dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, serta akibat penggunaan air yang tercemar untuk kegiatan sehari-hari memasak, mencuci, serta MCK. Kualitas air baik secara fisik kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan menggunakan air sungai.
2.2.7.1 Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat
Kualitas fisik air sungai dapat dilihat dari indikator bau, kekeruhan, suhu, warna, dan jumlah zat padat yang terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam
(39)
anorganik dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan air akan naik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri dan limbah domestik rumah tangga. Hal ini berdampak buruk terhadap badan air dan dapat menyebabkan kekeruhan air sungai. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan (Soemirat, 2001).
Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air.
Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).
Deterjen merupakan limbah permukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuaraikan oleh bakteri.Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali mennyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup, sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintetis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
(40)
Kriteria menentukan baik buruknya kualitas air ditentukan oleh banyaknya bakteri coliform dalam air. Bakteri ini terdapat dalam limbah manusia dan binatang. Walaupun bakteri coliform tidak menimbulkan penyakit tetapi kehadiran bakteri-bakteri ini dalam air sebagai indikator adanya bakteri-bakteri-bakteri-bakteri dan virus penyebab penyakit dalam air. Seperti bibit penyakit tipus, kolera, disentri dan penyakit-penyakit lainnya penularannya bersumber dari air.
2.2.8Penyakit Menular dalam Air
Banyak penyakit ditularkan kepada manusia melalui air yang terkontaminasi, tetapi dengan adanya peningkatan dan pengembangan atas air limbah, perlindungan dan penyehatan air, keberadaan penyakit-penyakit infeksi bersumber dari air telah berkurang di Negara-Negara maju.
Achmadi (2011), mengklasifikasikan penyakit-penyakit bersumber dari air atas dasar pertimbangan epidemik yang ditimbulkan, yaitu:
1) Waterborne disease: bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang terkontaminasi seperti kolera, tipus dan lain-lain
2) Water-Washed disease : penularan bibit penyakit erat hubungannya dengan sanitasi buruk dan kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak cukupnya air untuk kebersihan dan untuk mandi. Timbul penyakit pada mata dan jaringan kulit seperti trachoma, dermatitis, infeksi konjuctivitas, scabies dan penyakit-penyakit disendtri (diarrchea)
(41)
3) Water-Based diseases: kuman pathogen berada dalam air atau tergantung pada orgaisme aquatic untuk kelangsungan hidupnya. Contoh, schistosomiasis, ditularkan melalui kontak dengan air tercemar schistosomiasis.
4) Water-Vectored : penyakit-penyakit demam kuning, dengue, filariasis, malaria dan penyakit tidur ditularkan oleh serangga yang bertelur dalam air seperti nyamuk atau serangga yang menggigit dekat seperti cacing filariasis, lalat dan sebagainya
Penduduk yang baru memasuki lingkungannya akan beradaptasi sehingga menjadi biasa terhadap lingkungannya. Rangsangan-rangsangan berlangsung secara konstan sehingga reaksi terhadap rangsangan akan semakin kecil, lama kedalaman akan menjadi terbiasa terhadap lingkungannya.
2.3. Lama Menetap di Pinggir Sungai
Seseorang yang disuatu tempat mempunyai rasa memiliki di daerah yang ditempatinya. Ada asumsi bahwa semakin lama tinggal seseorang disuatu daerah maka semakin peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya apa yang ada di daerahnya tersebut. Seseorang yang telah lama tinggal disuatu tempat dan mereka telah memiliki rumah atau tempat tinggal sendiri, maka rasa memiliki apa yang ada di sekitarnya akan lebih besar dari pada mereka yang menyewa. Pada saat sekarang pelaksanaan peran serta masyarakat masih sering dihubungkan dengan hanya memberi sumbangan atau turut bekerja dalam suatu kegiatan (Sastropoetro, 1988).
(42)
Menurut penelitian Sri Sutiyanti (2009) pola hubungan yang dapat diprediksikan adalah semakin lama tinggal di DAS maka semakin tinggi peran sertanya dalam memelihara kebersihan lingkungan dan kelestarian sungai.
Menurut analisis hakim, (2010) menyebutkan :
1. Sekitar 49% atau sebagian besar masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh antara 100-1000 m dan waktu tempuh antara 5-30 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air kemasan isi ulang yang dibeli di depot air isi ulang dan dari air kali dengan cara mengambil dan mengangkut sendiri ke rumah atau langsung di kali.
2. Sekitar 28% masyarakat di permukiman mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh kurang dari 100 m dan waktu tempuh 5 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air hujan yang berada di halaman/ belakang rumah dan dari air kali yang di peroleh dari pedagang air keliling atau di ambil dan di angkut sendiri ke rumah.
3. Sisanya sekitar 23% masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh waktu tempuh di rumah lebih dari 1 kran, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air PDAM dan air Tanah (sumur dangkal/sumur dalam).
4. Dan 0% atau tidak ada masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh lebih dari 1 km dan dalam waktu tempuh lebih dari 30 menit.
(43)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jarak dan waktu tempuh masyarakat mendapatkan air bersih berada dalam jarak tempuh terjauh yaitu 3 – 5 m atau waktu tempuh mencapai 2 - 5 menit.
2.4. Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai
Salah satu fungsi utama Daerah Aliran Sungai sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah bagian hilir sungai. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, koversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada Daerah Aliran Sungai (Noordwijh, 2004).
Menurut Suwardji (2007), daerah aliran sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungnya perbukitan atau pengunungan di hulu sungai kearah lembah hilir. DAS merupakan satu kesatuan sumber daya darat tempat manusia beraktifitas untuk mendapatkan manfaat dari aliran sungai secara optimal dan berkelanjutan.
Batasan mengenai daerah aliran sungai berdasarkan fungsi konserpasi di kelolah untuk memptahankan kondisi lingkungan agar sungai tidak terdekradasi yang dapat di indikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemanpuan menyimpan air dari curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan funsi tata air degan kata lain ekosistem daerah aliran sungai bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
(44)
keseluruhan daerah aliran sungai dan keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Bagian tengah DAS di fungsikan pada pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk kepentingan sosial dan ekonomi di indikasikan pada kemampuan penyaluran air, dan ketinggian permukaan air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai akan air bersih serta pengelolaan air limbah. Bahkan keterkaitan kawasan sungai satu dengan sungai yang lainnya menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan (SEA-UEMA, 2010).
Menurut Manan (1978) seperti yang di kutip Ritongga (2001), ada 5 butir perkembangan DAS yaitu:
1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi serta peranannya
2. Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan tekanan terhadap kebutuhan air bersih
3. Meningkatnya kebutuhan air bersih disebabkan kemajuan teknologi dan tarap hidup masyarakat
4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir dan erosit
5. Perencanaan DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan sumber daya alam
Untuk mewujudkan DAS yang baik dan sehat diperlukan pengelolaan terpadu, salah satu konsep pengelolaan terpadu di DAS yang penting adalah kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pelestarian DAS.
Permukiman berdasarkan No 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
(45)
berupa kawasan perkotaan maupu pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan bantara sungai adalah contoh tipe lahan dengan karakteristik, dimana mayoritas penduduknya miskin dan bermukim disana, fasilitas fisik utama dan pelayanan dasar di kawasan tersebut sangatlah tidak memadai layanan pemerintah terhadap penangganan sampah, penyedian air bersih dan sanitasi lingkungan belum dapat dikatakan baik (SEA-UEMA, 2010.
Menurut Fardiaz (1992), faktor yang memengaruhi terjadinya keluhan kesehatan akibat penggunaan air sungai pada masyarakat yang berada pada daerah aliran sungai adalah : lamanya tinggal di bantaran sungai, frekuensi kontak dengan air sungai serta lamanya waktu setiap kali kontak dengan air sungai.
Menurut Achmadi, (2010) system komunitas dengan kejadian penyakit terdapat aspek yang di sebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu, Semakin sering masyarakat menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia yang mencemari air sungai terhadap kulit. Misalnya perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mandi, cuci dan kakus.
Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman penyebab penyakit (mikroorganisme) misalnya: virus atau bakteri mengambarkan bahwa system kekebalan tubuh manusia di antaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik untuk menangkal segala masuknya zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan penyakit, seperti masyarakat yang sering menggunakan air sungai
(46)
maka akan menyebabkan masuknya bakteri,virus serta zat-zat yang berbahaya kedalam tubuh mereka melalui air. Kelompok risiko tinggi terkena suatu penyakit adalah suatu kelompok yang mempunyai resiko lebih besar serta dampaknya yang lebih berat apabila terpajan penyebab penyakit (Achmadi, 2010).
Perubahan tatanan ekosistem akan memberikan dampak terhadap gangguan kesehatan pada manusia. Seperti pada badan air atau aliran sungai, dosis zat pencemar menunjukan tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia pencemaran akan meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai. Budaya atau kebiasaan yang di manifestasikan dalam perilaku komunitas tertentu, sangat berperan dalam kejadian penyakit. Misalnya masyarakat yang tinggal di DAS memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk masak, mandi dan cuci untuk kebutuhan hari hari.
2.5. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin mengkhawatirkan.
Budiharso (2008) mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan.
(47)
dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehngga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir. Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan pariwisata.
2.6. Gastroenteritis
2.6.1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada usus besar, usus halus yang disertai gastritis yang banyak disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus dengan gejala-gejala: berak-berak dengan konsistensi encer dan kadang kadang disertai dengan muntah muntah. Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.
2.6.2. Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis
Biasanya ditemukan buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang berkepanjangan,dehedrasi,mual dan muntah.Gejala lain yang timbul pegal pada
(48)
punggung dan perut. berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, gastroenteristis dapat dibagi menjadi:
a. Gastroenteristis tanpa dehidrasi
Pada tingkat gastroenteristis ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi gastroenteristis masih dapat ditolerir dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Gastroenteristis dengan dehidrasi ringan/sedang
Pada tingkat gastroenteristis ini penderita mengalami gastroenteristis 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang nafsu makan menurun, aktivitas sudah mulai menurun.
2.6.3. Cara Penularan Gastroenteritis
Pada umum penularan Gastroenteritisdisebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan, makanan dan minuman yang terkontaminsasi e coli.
1. Makanan dan minuman
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.
2. Infeksi atau investasi parasit
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
(49)
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.
3. Jamur (Candida Albicans)
Biardia Lambia, Cryptosporidium 4. Infeksi
Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut/radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).
5. Perubahan udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, gastroenteristis dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6. Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
(50)
2.6.4. Faktor–faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis
Kejadian gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan seperti jamban, sumber air dan juga perilaku seseorang dalam hygiene (kebersihan diri dan lingkungan).
1. Faktor jamban
Rayuana (2010), menemukan bahwa risiko kejadian gastroenteristis lebih besar dari pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya gastroenteristis. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat.
2. Faktor sumber air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air hujan, air tanah (sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam), air permukaan (sungai, kolam, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengeolahan air terlebih dahulu.
(51)
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara sedang berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama.Pertama aspek fisik, seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan.
Menurut Notoatmojo, S (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon
baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.
2. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah bagaimana respon terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional.
3. Perilaku terhadap makanan sebagai kebutuhan vital.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan.
2.6.5 Pencegahan Gastroenteritis
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah gastroenteritisantara lain:
1. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksi usus penyebab gastroenteristis ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci air tercemar. Masyarakat yang
(52)
terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan gastroenteristis yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
2. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman gastroenteristis adalah mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air bersih, sebelum menyiapkan makanan mempunyai dampak dalam kejadian gastroenteristis.
3. Menggunakan Jamban
Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit gastroenteristis. Keluarga yang tidak mempunyai jamban membuang air besar di sembarang tempat. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dengan jarak lebih 10 meter dari sumber air.
2.6.6 Peran Serta Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain :
1. Memberikan oralit untuk dibawa pulang, menunjukkan cara pencampuran oralit dan meminumkannya.
2. Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita dan jenis pertolongan yang diberikan serta melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas.
(53)
3. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk berpola hidup bersih dan sehat. 4. Menganjurkan penderita dan keluarganya menjaga lingkungan tempat tinggal
agar selalu bersih.
2.7Landasan Teori
Landasan toeri dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori simpul bahwa dengan menurunnya kualitas air akan berdampak kepada ganguan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan
Sumber: Achmadi, 2010
1. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit
titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit yang di sebabkan oleh komponen lingkungan sehingga dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
Sumber penyakit Udara
Air Pangan Serangga Lingkungan/ manusia
Masyarakat Sehat
Sakit Manajemen
(54)
kontak secara langsung atau media perantara. Dalam penelitian ini sumber penyakitnya adalah bakteri yang terdapat dalam air dan bahan dan senyawa kimia toksik.
2. Simpul dua, yaitu media transmisi penyakit
komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam penelitian ini media tramisinya adalah air sungai.
3. Simpul tiga, yaitu perilaku pemajanan.
Hubugan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk yang diukur dari jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam penelitian ini penduduk yang di maksud adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Datuk Bandar dan selalu kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.
4. Simpul empat yaitu kejadian penyakit
Hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di DAS Silau di Kecamatan Datuk yang menderita sakit atau gangguan kesehatan akibat kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.
Kelompok variabel lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit tersebut yaitu: iklim (suhu, kelembaban), topografi, kebijakan yang bisa mempengaruhi semua simpul di atas.
(55)
2.8. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Air Sungai
1. Air Pasang
- Fisik (warna, rasa bau)
- Kimia (pH, suhu, BOD, COD) - Biologi (E.Coli)
2. Air Surut
- Fisik (warna, rasa bau)
- Kimia (pH, suhu, BOD, COD)
- Biologi (E.Coli) Gastroenteritis
Karakteristik Penggunaan Air
1. Tempat tinggal 2. Lama menetap
3. Frekuensi pemakaian air 4. Jenis pemanfaatan
(56)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat analitik dengan desain explanotary researchyang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta karakteristik penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi penggunaan air dan pemamfaatan air)terhadap keluhan penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara.Kota Tanjung Balai.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah aliran Sungai Silau bagian Hilir di Kelurahan Indra Sakti Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Juli tahun 2013 mulai dari survey ke lapangan, pengumpulan, pengolahan, analisa data sampai pembuatan laporan penulisan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Sungai Silau dan masyarakat di Kelurahan Indra Sakti dengan jumlah populasi sebanyak 2204 jiwa dan jumlah KK sebanyak 509 KK, Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.
(57)
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu: Air sungai Silau dengan jumlah sampel sebanyak 2 sampel per 1 liter dan KK di Kelurahan Indra Sakti.Pengambilan sampel responden dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Sampel yang dipilih yaitu air sungai Silau yang terletak dibagian Hilir di Kelurahan Indra Sakti Kecamatan Tanjung Balai Utara
2. Sampel air yang diambil berada pada jarak ± 200 meter dari bibir sungai, batas akhir aktivitas masyarakat mengambil air, dilakukan pada 3 titik (A, B, C), pinggir kiri , tengah dan pinggir kanan dengan volume keseluruhan 1000 ml. Setiap titik diambil volume 350 ml dengan teknik pengambil sampel penelitian di lakukan pada dasar, tengah dan permukaan sungai.
3. Jumlah sampel penelitian berjumlah 121 KK berada di sebelah kiri sungai. Sampel terdiri dari kepala keluarga yang berdomisili atau memiliki rumah dengan jarak 0-25 m dipinggir sungai Silau.
Lokasi pengambilan sampel diambil pada 3 titik (A,B,C) yaitu tepi kiri sungai, tepi kanan sungai dan tengah sungai. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random sampling sehingga setiap desa memiliki wakil yang dipilih secara random dengan simple random sampling. Besar sampel diambil menggunakan rumus uji hipotesis proporsi populasi tunggal (Lemeshow, 1997); sebagai berikut:
(58)
(
)
2 2 1 0 2 / 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a a o P P P P z P P z n − − + −= −α −β
Keterangan:
n = Besar sampel minimal z1-α/2
z
= Deviat baku alpha untuk α = 0.05 adalah 1.96
1-β
Po =Proporsi keluhan penyakit gastroenteristis(10,03%=0,10) (Badiamurti, 2010)
= Deviat baku mutu betha untuk (β=0,10 adalah 1,282. Po- Pa = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan 10%.
Pa = Perkiraan proporsi sebesar 20.03% = 0,20.
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut:
(
)
2 2 1 0 2 / 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a a o P P P P z P P z n − − + −= −α −β
(
)
2 2 ) 20 , 0 10 , 0 ( ) 20 , 0 1 ( 20 , 0 282 , 1 ) 10 , 0 1 ( 10 , 0 96 , 1 − − + − = n(
)
2 2 ) 1 , 0 ( ) 16 , 0 282 , 1 ) 09 , 0 96 , 1 + = nn =
01 . 0 ) 4 , 0 3 , 0
( − .2
= 01 . 0 1008 , 1 = 121,2
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 121 orang. Cara pengambilan sampel terlebih dahulu menentukan identitas sampel yang lengkap dan sesuai dengan kriteria penelitian berjumlah 121 orang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dengan melakukan undian.
(59)
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk menjelaskan permasalahan penelitian ini di perlukan data primer dan sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini air sungai Silau di bagian hilir yang di ambil langsung untuk di lakukan pemeriksaan sampel kualitas air di Kelurahan Indra Sakti Kecamatan Tanjung Balai Utara pada saat pasang dan surut dan data hasil pengisian kuesioner melalui wawancara responden. Pengambilan sampel air sungai Silau di lakukan di beberapa titik. Adapun titik pengambilan sampel tersebut seperti tertera pada gambar di bawah ini :
(60)
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dihimpun melalui pencatatan dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian yang ada di lokasi penelitian yang bersumber dari instansi terkait.
3.4.3. Cara Kerja
1. Persiapan alat dan bahan
a. Tide Staff (papan Pasang surut) yang telah di beri angka dan di cat. b. Botol sampel
c. Alkohol 96% d. Termos sample 2. Tahap pelaksanaan
a. Pada saat air pasang optimum dengan ketinggian air ± 6 m diambil sampel air sebanyak 1 liter.
b. Pada saat air surut optimum dengan ketinggian air ± 100 cm diambil sampel air sebanyak 1 liter.
(61)
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur 1 Kualitas Air Pasang
Terjadinya dua kali pasang pada saat pagi dan sore hari di sungai silau hilir di kelurahan Indra Sakti.
Pengambilan sampel dilakukan pada saat pasang optimum pada jam 8.00 wib pagi hari sebanyak 1 sampel
Kualitas air sungai Silau yang dilihat pada saat pasang eliputi sifat fisik (warna, rasa dan bau), kimia (pH, suhu, BOD, COD), Biologi (E. Coli)
-Tide Staff - Uji
laboratoriu m
Ordinal 1. Memenuhi syarat 0 Tidak memenuh i syarat 2 Kualitas Air Surut
Terjadinya dua kali surut pada saat pagi dan sore hari di sungai silau hilir di kelurahan Indra Sakti. Pengambilan sampel dilakukan pada saat surut optimum pada jam 13.00 wib siang hari
sebanyak 1 sampel
Kualitas air sungai Silau yang dilihat pada saat surutmeliputi sifat fisik (warna, rasa dan bau),kimia(pH,suhu,BO D,COD),BiologiE.Coli) -Tide Staff - Uji laborator ium
Ordinal 1. Memenuhi syarat
0Tidak Memenuhi syarat
(62)
Tabel 3.1 (Lanjutan)
3 Karakteristik Penggunaan Air a.Tempat tinggal Tempat tinggal responden pada saat dilakukannya penelitian
Kuesioner Nominal 1.Tidak di pinggiran sungai 0.Di pinggiran sungai b.Lama menetap Lamanya responden bermukim pada daerah sekitar sungai
Kuesioner Ordinal 1. <1 tahun 0.≥1 tahun
c.Frekuensi Pemakaian air
Pemakaian air sungai untuk masak/ air minum dalam satu hari oleh responden
Kuesioner Nominal 1.Jarang mengguna kan
0 Sering mengguna kan d.Jenis pemanfaa tan air Jenis penggunaan air sungai untuk mandi, cuci, kakus dalam satu hari oleh responden
Kuesioner Nominal 1.Tidak mengguna kan
0 Mengguna kan Dependen Keluhan Penyakit Gastroenteri tis Ada tidaknya gastroenteritis yang diderita oleh responden/keluargr esponden di DAS dengan melihat gejala-gejala gastroenteristis dalam 3 bulan terakhir
Kuesioner Ordinal 1 Tidak ada keluhan 0 Ada
keluhan
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan.
(63)
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variabel)
Aspek pengukuran variabel bebas dan variabel terikat akan peneliti uraikan di bawah ini:
1. Kualitas air pasang
Untuk mengetahui kualitas pengaruh air pasang dilakukan pengukuran air pasang pada pasang optimum lalu diambil sampel sebanyak 1 sampel.Hasil pengukuran uji laboratorium dikategorikan dengan skala ordinal dan membandingkannya dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan parameter Fisik (warna dan bau), Kimia (BOD,COD) dan Biologi (E.Coli). Kemudian dilakukan uji laboratorium, di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
0. Memenuhi syarat adalah bila salah satu parameter tidak memenuhi persyaratan baku mutu.
1. Tidak memenuhi syarat adalah bila semua parameter memenuhi persyaratan baku mutu.
2. Kualitas air surut
Untuk mengetahui pengaruh air surut dilakukan pengukuran air surut optimum lalu diambil sampel sebanyak 1 sampel. Hasil pengukuran uji laboratorium dikategorikan dengan skala ordinal dan membandingkannya dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan parameter Fisik (Warna dan bau), Kimia (BOD,COD) dan Biologi (E.Coli). Kemudian dilakukan uji laboratorium, di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
(64)
0. Memenuhi syarat 1. Tidak memenuhi syarat
4. Karakteristik Penggunaan Air
a. Tempat tinggal adalah tempat tinggal responden pada saat dilakukannya penelitian. Pengkategorian tempat tinggal terbagi atas :
0. Tidak di pinggiran sungai 1. Di pinggiran sungai
b. Lama menetap adalah lamanya responden bermukim pada daerah sekitar sungai. Pengkategorian lama menetap terbagi atas :
0. < 1 tahun 1.> 1 tahun
c. Penggunaan air adalah frekuensi pemakaian air sungai dalam satu hari oleh responden. Pengkategorian frekuensi pemakaian air sungai terbagi atas :
0. Tidak pernah 1. Jarang 2. Sering
d. Jenis pemanfaatan air sungai adalah jenis penggunaan air sungai oleh responden dalam satu hari. Pengkategorian jenis pemanfaatan air sungai terbagi atas :
0. Tidak menggunakan 1. MCK (Mandi,Cuci,Kakus) 2. Mandi dan cuci
(65)
3.6.2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Aspek pengukuran keluhan gastroenteristis dilakukan wawancara dengan responden. Dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner sebanyak (9). Jika menjawab “Ya” diberi skor 1. Dan jika “Tidak” diberi skor 0. Skala ukur ordinal. Hasil dari jawaban dikategorikan menjadi 2 yaitu :
0. Tidak ada keluhan jika menjawab “Tidak” 1. Ada keluhan jika menjawab “Ya”
Jika salah satu opsi saja dari pertanyaan menjawab “ Ya “, berarti ada keluhan
3.7.Metode Analisis Data
Analisa dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
a. Analisis univariat yaitu: untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen
b. Analisis bivariat yaitu: untuk melihat hubungan antara variabel bebas (air pasang dan surut, karakteristik penggunaan air) terhadap variabel terikat (kualitas air) sungai Silau. Uji yang dilakukan yaitu dengan uji Chi-square pada taraf kepercayaan α =0,05.
(1)
Analisis Bivariat
Crosstabs
Frek_Air_Masuk * Keluhan diare
Crosstab
Keluhan diare
Total Ada
keluhan
Tidak ada keluhan Frek_Air_Masu
k
Tidak memenuhi syarat
Count 42 37 79
% within Frek_Air_Masuk
53,2% 46,8% 100,0% % within Keluhan diare 76,4% 56,1% 65,3%
% of Total 34,7% 30,6% 65,3%
Memenuhi syarat Count 13 29 42
% within Frek_Air_Masuk
31,0% 69,0% 100,0% % within Keluhan diare 23,6% 43,9% 34,7%
% of Total 10,7% 24,0% 34,7%
Total Count 55 66 121
% within Frek_Air_Masuk
45,5% 54,5% 100,0% % within Keluhan diare 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp, Sig, (2-sided)
Exact Sig, (2-sided)
Exact Sig, (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,457a 1 ,019
Continuity Correctionb 4,598 1 ,032
Likelihood Ratio 5,567 1 ,018
Fisher's Exact Test ,022 ,015
Linear-by-Linear Association
5,412 1 ,020
N of Valid Cases 121
a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 19,09, b, Computed only for a 2x2 table
(2)
Value Lower Upper Odds Ratio for
Frek_Air_Masuk (Tidak memenuhi syarat / Memenuhi syarat)
2,532 1,150 5,576
For cohort Keluhan diare = Ada keluhan
1,718 1,045 2,823
For cohort Keluhan diare = Tidak ada keluhan
,678 ,497 ,925
N of Valid Cases 121
Tempat_tinggal * Keluhan diare
Crosstab
Keluhan diare
Total Ada keluhan
Tidak ada keluhan
Tempat_tinggal Di pinggir sungai Count 44 41 85
% within Tempat_tinggal
51,8% 48,2% 100,0% % within Keluhan diare 80,0% 62,1% 70,2%
% of Total 36,4% 33,9% 70,2%
Tidak dipinggir sungai Count 11 25 36
% within Tempat_tinggal
30,6% 69,4% 100,0% % within Keluhan diare 20,0% 37,9% 29,8%
% of Total 9,1% 20,7% 29,8%
Total Count 55 66 121
% within Tempat_tinggal
45,5% 54,5% 100,0% % within Keluhan diare 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp, Sig, (2-sided)
Exact Sig, (2-sided)
Exact Sig, (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,588a 1 ,032
Continuity Correctionb 3,773 1 ,052
Likelihood Ratio 4,695 1 ,030
Fisher's Exact Test ,045 ,025
Linear-by-Linear Association
4,550 1 ,033
N of Valid Cases 121
a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 16,36, b, Computed only for a 2x2 table
(3)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for
Tempat_tinggal (Di pinggir sungai / Tidak dipinggir sungai)
2,439 1,067 5,577
For cohort Keluhan diare = Ada keluhan
1,694 ,994 2,888
For cohort Keluhan diare = Tidak ada keluhan
,695 ,510 ,946
N of Valid Cases 121
Lama_menetap * Keluhan diare
Crosstab
Keluhan diare
Total Ada keluhan
Tidak ada keluhan
Lama_menetap >= 1 tahun Count 36 56 92
% within Lama_menetap 39,1% 60,9% 100,0% % within Keluhan diare 65,5% 84,8% 76,0%
% of Total 29,8% 46,3% 76,0%
< 1 tahun Count 19 10 29
% within Lama_menetap 65,5% 34,5% 100,0% % within Keluhan diare 34,5% 15,2% 24,0%
% of Total 15,7% 8,3% 24,0%
Total Count 55 66 121
% within Lama_menetap 45,5% 54,5% 100,0% % within Keluhan diare 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp, Sig, (2-sided)
Exact Sig, (2-sided)
Exact Sig, (1-sided)
Pearson Chi-Square 6,192a 1 ,013
Continuity Correctionb 5,174 1 ,023
Likelihood Ratio 6,221 1 ,013
Fisher's Exact Test ,018 ,011
Linear-by-Linear Association
6,141 1 ,013
N of Valid Cases 121
a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 13,18, b, Computed only for a 2x2 table
(4)
Value Lower Upper Odds Ratio for
Lama_menetap (>= 1 tahun / < 1 tahun)
,338 ,141 ,810
For cohort Keluhan diare = Ada keluhan
,597 ,414 ,862
For cohort Keluhan diare = Tidak ada keluhan
1,765 1,041 2,992
N of Valid Cases 121
Frekuensi pemakaian air * Keluhan diare
Crosstab
Keluhan diare
Total Ada
keluhan
Tidak ada keluhan Frekuensi pemakaian
air
Menggunakan Count 43 38 81
% within Frekuensi pemakaian air
53,1% 46,9% 100,0% % within Keluhan diare 78,2% 57,6% 66,9%
% of Total 35,5% 31,4% 66,9%
Tidak
menggunakan
Count 12 28 40
% within Frekuensi pemakaian air
30,0% 70,0% 100,0% % within Keluhan diare 21,8% 42,4% 33,1%
% of Total 9,9% 23,1% 33,1%
Total Count 55 66 121
% within Frekuensi pemakaian air
45,5% 54,5% 100,0% % within Keluhan diare 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp, Sig, (2-sided)
Exact Sig, (2-sided)
Exact Sig, (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,756a 1 ,016
Continuity Correctionb 4,863 1 ,027
Likelihood Ratio 5,890 1 ,015
Fisher's Exact Test ,020 ,013
Linear-by-Linear Association
5,709 1 ,017
N of Valid Cases 121
a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 18,18, b, Computed only for a 2x2 table
(5)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Frekuensi
pemakaian air (Menggunakan / Tidak menggunakan)
2,640 1,181 5,905
For cohort Keluhan diare = Ada keluhan
1,770 1,057 2,964
For cohort Keluhan diare = Tidak ada keluhan
,670 ,493 ,912
N of Valid Cases 121
Jenis pemanfaatan air * Keluhan diare
Crosstab
Keluhan diare
Total Ada
keluhan
Tidak ada keluhan Jenis pemanfaatan
air
Menggunakan Count 52 49 101
% within Jenis pemanfaatan air
51,5% 48,5% 100,0% % within Keluhan diare 94,5% 74,2% 83,5%
% of Total 43,0% 40,5% 83,5%
Tidak
menggunakan
Count 3 17 20
% within Jenis pemanfaatan air
15,0% 85,0% 100,0% % within Keluhan diare 5,5% 25,8% 16,5%
% of Total 2,5% 14,0% 16,5%
Total Count 55 66 121
% within Jenis pemanfaatan air
45,5% 54,5% 100,0% % within Keluhan diare 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp, Sig, (2-sided)
Exact Sig, (2-sided)
Exact Sig, (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,963a 1 ,003
Continuity Correctionb 7,552 1 ,006
Likelihood Ratio 9,905 1 ,002
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear Association
8,889 1 ,003
N of Valid Cases 121
a, 0 cells (,0%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 9,09, b, Computed only for a 2x2 table
(6)
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Jenis
pemanfaatan air (Menggunakan / Tidak menggunakan)
6,014 1,659 21,801
For cohort Keluhan diare = Ada keluhan
3,432 1,189 9,910
For cohort Keluhan diare = Tidak ada keluhan
,571 ,435 ,750