Analisis Higiene Sanitasi Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (Amiu) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Di Kota Medan

(1)

ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS AIR MINUM

ISI ULANG (AMIU) BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU

PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

SRI MALEM INDIRAWATI

077004020/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS AIR MINUM

ISI ULANG (AMIU) BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU

PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI MALEM INDIRAWATI

077004020/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS

AIR MINUM ISI ULANG (AMIU)

BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sri Malem Indirawati

Nomor Pokok : 077004020

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

(PSL)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH) Ketua

(Dr. Surya Dharma, MPH) (Drs. Chairuddin, M.Sc) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Nopember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH

Anggota : 1. Dr. Surya Darma, MPH

2. Drs. Drs. Chairuddin, M.Sc

3. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D 4. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc


(5)

ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan KEPMENKES RI/No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Air tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi oleh rembesan septik tank, maupun air permukaan buangan limbah industri dan rumah tangga. Hal ini yang menjadi alasan mengapa air minum isi ulang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonsumsi dengan harga yang murah.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di Kota Medan walaupun air tesebut telah banyak tercemar bakteri seperti dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum di depot AMIU di Kota Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode survey, rancangan cross sectional. Populasi adalah semua depot air minum yang menggunakan sumber air baku mata air pegunungan sejumlah 90 depot (data Disperindag), sampel air diambil sejumlah 30 depot dari tiga lokasi pengambilan air baku dengan parameter fisik, kimia dan biologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air dengan parameter fisik (warna, bau, kekeruhan, suhu, TDS) dan kimia (pH dan kadar besi) dari sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon memiliki kualitas yang masih memenuhi syarat kualitas air minum, namun untuk parameter mikrobiologi ditemukan cemaran pada air dari sumber air baku, dan air dari mobil tanki. Ada 5 depot yang tercemar bakteri koli pada sampel air dari galon. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara parameter kualitas air pada sampel air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon dari semua parameter kualitas air. Ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologi

Disarankan pada pengelola depot agar menerapkan higiene sanitasi sesuai dengan pedoman penyelenggaran depot serta memeriksakan kualitas air secara rutin Pihak instansi yang terkait agar memberikan pengawasan pada depot sehingga kualitas air minum di depot dapat terjaga.


(6)

ABSTRACT

Drinking water is the most important need for human being. In order to remain healthy, drinking water must meet the physical, chemical, and biological requirements set in the Regulation of Minister of Health, the Republic of Indonesia No. 907/MENKES/2002. Clean plain water for drinking is increasingly rare in urban area. Ground water is not safe for drinking because it has been contaminated by the leak of septic tanks or the industrial and household liquid waste. Therefore the inexpensive refilled drinking water is chosen by the community to be consumed.

This study is initiated by the great amount of refilled drinking water consumed by the communities of Medan although the water has been much contaminated by the bacteria as revealed in the previous studies. The purpose of this analytical descriptive survey study with cross-sectional design is to analyze the hygiene of sanitation and quality of drinking water in the AMIU depot in Medan. The population of this study were all of the 90 drinking water depots whose sources of raw materials (water) are the springs in the mountainous area, and 30 depots from different water resource locations were selected to be the samples for this study.

The result of study shows that the quality of water tested with physical parameters (color, smell, muddiness, temprature, TDS) and chemical parameters (pH and level of iron), from the water resources, the tank trucks, the processor, and from the containers still meets the requirements set for the drinking water quality, but based on the microbiological parameters, pollution is still found in the water from the raw water resourcers and from the tank trucks. There were 5 (five) depots whose water sample from the conainers were polluted by Coli-bacteria. The result of statistic test shows that there was no significant difference between the parameter of water quality for the sample water taken either from the tank trucks, from the processors, or from the containers. There was a significant relationship between the hygiene of sanitation and microbiological quality.

The depot managers are suggested to apply the hygiene of sanitation in accordance with the guidance of depot management and to routinely examine the quality of water and the related agencies are expected to control and supervise the depots to maintain the drinking water quality.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Prof. Dr. Alvi Syahrin, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs USU Medan.

3. Prof. Dr. Erman Munir, MSc, selaku Sekretaris Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs USU Medan.

4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Komisi Pembimbing. 5. Dr. Surya Dharma, MPH dan Drs. Chairuddin, MSc selaku Pembimbing II

dan Pembimbing III.

6. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembanding.

7. Koordinator Kopertis Wilayah I NAD-Sumut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S-2.

8. Bang Ponci, Johan, Mbak Maya dan Pak Min yang banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di PSL SPs USU Medan.

9. Pengelola depot AMIU di Kota Medan yang telah membantu dalam memberikan informasi dalam pengumpulan data.

10.Teman-teman seangkatan PSL-2007 yang telah memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.


(8)

11.Orangtua Mahmud Sembiring (+) dan Hj. S. br Barus yang menjadi sumber semangat dan inspirasi serta atas dorongannya yang tiada habis, serta mertuaku Ng. Sinulingga/M br Sembiring.

12.Suamiku Sumarlin Sinulingga, yang telah banyak berkorban dan tetap memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penelitian ini dan anak-anakku tercinta Salman dan Adam.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalarn penelitian ini, karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut.

Medan, Nopember 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

Sri Malem Indirawati, lahir di Medan pada tanggal 7 Agustus 1971 dari pasangan Mahmud Sembiring (+) dan S br Barus yang saat ini berdomisili di Pancur batu Kabupaten Deliserdang SUMUT. Merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara.

Pendidikan dasar dilalui di SD INPRES NO. 101832 Pancur Batu pada tahun 1978, kemudian pada tahun 1984 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri I Pancur Batu. Tahun 1987 melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Pancur Batu. Pendidikan tinggi dilanjutkan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta program Diploma III Hyperkes dan Keselamatan Kerja pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1993. Pada tahun 1996 melanjutkan studi ke jenjang S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Jakarta sampai tahun 1998.

Menikah dengan Sumarlin Sinulingga pada 19 Juni 1999 dan telah dikarunia 1 orang putri dan 2 orang putra, yaitu Nabila (+) (23 Maret 2000), Salman raihan (2 Oktober 2002), serta Adam Helmi (20 Oktober 2005).

Pada tahun 2004 mengikuti ujian masuk PNS di Kopertis Wilayah I NAD-Sumut dan diterima sebagai staff pengajar. Ditempatkan sebagai dosen dipekerjakan di STIKes Medistra Lubuk Pakam. Kemudian pindah dpk ke STIKes Sumut Medan pada tanggal 01 Juni 2008.

Pada tahun 2007 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana USU Medan melalui beasiswa BPPS Dikti.

Medan, Nopember 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT ……….... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

RIWAYAT HIDUP ………... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ………..….... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 5

1.3. Kerangka Teoritis……….. 6

1.4. Tujuan Penelitian……… 6

1.4.1.Tujuan Umum ………. 6

1.4.2.Tujuan Khusus ………. 6

1.5. Hipotesis ……… 7

1.6. Manfaat Penelitian……….. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.………..… 9

2.1. Air ………..……… 9

2.2. Sumber Air ……… 10

2.2.1.Air Angkasa (Hujan) ……… 10

2.2.2.Air Permukaan ……… 10

2.2.3.Air Tanah ………. 10

2.3. Air Baku ……… 11

2.4. Kualitas Air ……… 12

2.4.1.Parameter Fisika ……….. 12

2.4.2.Parameter Kimia ……….. 13

2.4.3.Parameter Mikrobiologi………... 13

2.4.4.Parameter Radioaktivitas……….. 13

2.5. Air Minum ………. 14

2.5.1.Parameter Fisika ……….. 14

2.5.2.Parameter Kimia ……….. 14

2.5.3.Parameter Mikrobiologi……… 15

2.6. Air Minum dan Manfaatnya ……….. 15


(11)

2.8. Higiene Sanitasi Depot AMIU ……….. 16

2.8.1.Desain dan Kontruksi Depot ……… 17

2.8.2.Bahan Baku, Mesin dan Peralatan Produksi ……… 19

2.8.3.Proses Produksi ….……….. 21

2.8.4.Produk Air Minum ……….. 24

2.8.5.Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi. … 24 2.8.6.Karyawan………. 25

2.8.7.Penyimpanan Air Baku dan Penjualan ……… 26

2.9. Pencemaran Air ………. 26

2.10.Pengaruh Air terhadap Kesehatan ………. 27

2.11.Jenis Pengolahan Air ……….... 28

2.11.1.Proses Sanitasi………... 28

2.11.2.Sistem Filtrasi ……….. 29

2.12.Kerangka Konsep Penelitian………... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian... 32

3.2.2. Wakt u Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Data Primer ... 34

3.4.2. Data Sekunder ... 34

3.5. Definisi Operasioal... 35

3.6. Metode Pengukuran ... 36

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.8. Teknik Pengolahan Data ... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 40

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 40

4.2. Kualitas Sumber Air Baku ... 41

4.3. Kualitas Air dari Mobil Tanki pada Depot AMIU ... 46

4.4. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran) pada Depot AMIU 48 4.5. Kualitas Air dari Galon pada Depot AMIU ... 50

4.6. Higiene Sanitasi Depot ... 52

4.7. Jenis Filtrasi dan Desinfektan ... 53

4.8. Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kualitas Mikrobiologi AMIU... 54


(12)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 56

5.1. Kualitas Sumber Air Baku ... 56

5.2. Kualitas Air dari Mobil Tanki pada Depot AMIU ... 59

5.3. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran) pada Depot AMIU 63 5.4. Kualitas Air dari Galon pada Depot AMIU... 66

5.5. Penerapan Higiene Sanitasi Depot AMIU ... 70

5.6. Jenis Filtrasi dan Desinfektan ... 71

5.7. Hubungan Higiene Sanitasi Depot dengan Kualitas Mikrobiologi... 71

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 73

6.1. Kesimpulan... 73

6.2. Saran... 74


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Definisi

Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur

Variabel... 35 4.1. Kualitas Sumber Air Baku Depot AMIU di Kota Medan

Tahun 2009 ... 44 4.2. Kualitas Air dari Mobil Tanki (Titik 1) Depot AMIU di Kota

Medan Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean Parameter Kualitas Air... 46 4.3. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran, Titik 2) Depot AMIU

di Kota Medan Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean.... 48 4.4. Kualitas Air dari Galon (Titik 3) Depot AMIU di Kota Medan

Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean... 50 4.5. Distribusi Frekuensi Depot AMIU Berdasarkan Penerapan

Higiene Sanitasi Depot di Kota Medan... 52 4.6. Distribusi Hasil Observasi Higiene Sanitasi Depot pada

Karyawan dan Pencucian Botol……….. 53 4.7. Distribusi Frekuensi Jenis Desinfectan pada Depot AMIU

di Kota Medan………. 54 4.8. Hasil Analisis Hubungan Antara Higiene Sanitasi dengan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Produksi AMIU di Depot... 21

2.2. Kerangka Konsep Penelitian... 31

4.1. Lokasi Sumber Air Baku A dan B... 42

4.2. Lokasi Sumber Air Baku C... 43

5.1. Parameter TDS pada Tiga Sumber Air Baku... 57

5.2. Parameter TDS Sampel Air dari Mobil Tanki... 60

5.3. Parameter Suhu Sampel Air dari Mobil Tanki ... 60

5.4. Parameter pH Sampel Air dari Mobil Tanki ... 61

5.5. Parameter Besi Sampel Air dari Mobil Tanki ... 62

5.6. Parameter TDS Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 63

5.7. Parameter Suhu Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 64

5.8. Parameter pH Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 65

5.9. Parameter TDS Sampel Air dari Galon ... 66

5.10. Parameter Suhu Sampel Air dari Galon ... 67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Distribusi Frekuensi Kualitas Air pada 3 Titik Sampel... 79 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 88 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/

2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum 93

4. Kuesioner Pemeriksaan Fisik... 94 5. Hasil Analisa Statistik ... 96


(16)

ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan KEPMENKES RI/No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Air tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi oleh rembesan septik tank, maupun air permukaan buangan limbah industri dan rumah tangga. Hal ini yang menjadi alasan mengapa air minum isi ulang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonsumsi dengan harga yang murah.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di Kota Medan walaupun air tesebut telah banyak tercemar bakteri seperti dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum di depot AMIU di Kota Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode survey, rancangan cross sectional. Populasi adalah semua depot air minum yang menggunakan sumber air baku mata air pegunungan sejumlah 90 depot (data Disperindag), sampel air diambil sejumlah 30 depot dari tiga lokasi pengambilan air baku dengan parameter fisik, kimia dan biologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air dengan parameter fisik (warna, bau, kekeruhan, suhu, TDS) dan kimia (pH dan kadar besi) dari sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon memiliki kualitas yang masih memenuhi syarat kualitas air minum, namun untuk parameter mikrobiologi ditemukan cemaran pada air dari sumber air baku, dan air dari mobil tanki. Ada 5 depot yang tercemar bakteri koli pada sampel air dari galon. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara parameter kualitas air pada sampel air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon dari semua parameter kualitas air. Ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologi

Disarankan pada pengelola depot agar menerapkan higiene sanitasi sesuai dengan pedoman penyelenggaran depot serta memeriksakan kualitas air secara rutin Pihak instansi yang terkait agar memberikan pengawasan pada depot sehingga kualitas air minum di depot dapat terjaga.


(17)

ABSTRACT

Drinking water is the most important need for human being. In order to remain healthy, drinking water must meet the physical, chemical, and biological requirements set in the Regulation of Minister of Health, the Republic of Indonesia No. 907/MENKES/2002. Clean plain water for drinking is increasingly rare in urban area. Ground water is not safe for drinking because it has been contaminated by the leak of septic tanks or the industrial and household liquid waste. Therefore the inexpensive refilled drinking water is chosen by the community to be consumed.

This study is initiated by the great amount of refilled drinking water consumed by the communities of Medan although the water has been much contaminated by the bacteria as revealed in the previous studies. The purpose of this analytical descriptive survey study with cross-sectional design is to analyze the hygiene of sanitation and quality of drinking water in the AMIU depot in Medan. The population of this study were all of the 90 drinking water depots whose sources of raw materials (water) are the springs in the mountainous area, and 30 depots from different water resource locations were selected to be the samples for this study.

The result of study shows that the quality of water tested with physical parameters (color, smell, muddiness, temprature, TDS) and chemical parameters (pH and level of iron), from the water resources, the tank trucks, the processor, and from the containers still meets the requirements set for the drinking water quality, but based on the microbiological parameters, pollution is still found in the water from the raw water resourcers and from the tank trucks. There were 5 (five) depots whose water sample from the conainers were polluted by Coli-bacteria. The result of statistic test shows that there was no significant difference between the parameter of water quality for the sample water taken either from the tank trucks, from the processors, or from the containers. There was a significant relationship between the hygiene of sanitation and microbiological quality.

The depot managers are suggested to apply the hygiene of sanitation in accordance with the guidance of depot management and to routinely examine the quality of water and the related agencies are expected to control and supervise the depots to maintain the drinking water quality.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55 – 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.

Kebutuhan sehari-hari terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air. Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun mikrobiologi.

Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200 – 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari.


(19)

Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan Internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Kepmenkes RI No. 907/Men.Kes/SK/VII/2002 di mana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.

Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.

Air minum isi ulang (AMIU) menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan


(20)

masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keadaan produknya.

Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis (Suprihatin, 2002). Ada indikasi bahwa ada perbedaan dalam karakteristik air baku, teknologi produksi, atau proses operasi dan pemeliharaan yang diterapkan di depot air minum isi ulang. Keadaan higiene sanitasi tempat bangunan dan proses pengolahan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi sumber keberadaan bakteriologis dan kontaminasi bahan kimia pada depot air minum isi ulang.

Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 2 juta jiwa ditambah ± 566 ribu jiwa penduduk yang tidak tetap,

dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata 2,1 – 2,8 liter per orang per hari, maka dibutuhkan sebanyak 5,5 – 7,2 juta liter per hari. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum juga semakin meningkat. Sebagaimana diketahui, kualitas air sumur dan air sungai di Medan juga sudah tercemar. Air tanah di Kota Medan sudah tercemar, sementara pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi belum menjangkau semua warga (Johana, 2009). Keberadaan depot air minum merupakan suatu fenomena yang tidak


(21)

dapat dihindari. Perkembangan bisnis depot air minum isi ulang (AMIU) berkembang pesat namun sejauhmana keamanan AMIU bagi kesehatan masyarakat sebagai konsumen belum diketahui baik dari segi kualitas air maupun pengelolaan di depot AMIU.

Dinas Kesehatan Medan telah memeriksa sejumlah 170 depot AMIU dan ditemukan 25 depot (14,7%) diantaranya positif terkontaminasi bakteri coli. Dinas kesehatan kesulitan untuk melaksanakan pengawasan depot AMIU disebabkan instansi ini bukan sebagai pemberi izin. Perizinan dikeluarkan oleh Disperindag, sementara Dinas Kesehatan hanya sebagai pemberi rekomendasi Data jumlah depot AMIU berdasarkan Disperindag adalah 90 depot yang hanya menggunakan sumber air baku mata air pegunungan (Johana, 2009).

Masalah yang muncul akibat rendahnya mutu pengawasan adalah banyaknya depot AMIU yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti yang diatur dalam Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002. Berdasarkan SK Menkes tersebut definisi air minum adalah air yang bisa langsung diminum, sedangkan AMIU lebih tepat disebut air bersih atau air baku untuk minum yang harus diolah (dimasak) kembali hingga layak dikonsumsi. Ada beberapa penyebab AMIU terkontaminasi diantaranya bersumber dari air baku, wadah tempat distribusi tidak memenuhi standard higiene dan sanitasi depot AMIU, juga proses filtrasi dan desinfektan dengan teknologi yang rendah (Pitoyo, 2005).

Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan disenfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk


(22)

memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan disenfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan oleh proses ini, diantaranya adalah kualitas sumber air baku, pengangkutan jenis peralatan yang digunakan, pemeliharaan peralatan, penanganan air hasil pengolahan dan lain-lain. Seluruh proses pengolahan air di industri besar mulai dari penyediaan air baku sampai pengisian galon dilakukan secara otomatis dan terkontrol dan apabila ada peralatan yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan segera. Berbeda dengan produksi AMDK, proses pengolahan air di depot AMIU tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis. Hal ini diduga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan (Pitoyo, 2005). Di samping itu banyak depot yang mengklaim bahwa sumber air baku berasal dari mata air pegunungan dengan anggapan bahwa air permukaan tersebut sudah terjamin kualitasnya dan sudah memenuhi persyaratan air minum.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang analisis higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang pada depot AMIU di Kota Medan berdasarkan sumber air baku.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang (AMIU) pada depot air minum di Kota Medan berdasarkan sumber air baku?


(23)

1.3. Kerangka Teoritis

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan kualitas AMIU pada beberapa depot AMIU di Kota Medan berdasarkan sumber air baku yang digunakan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi AMIU pada sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan (kran) dan air dari galon. Pertumbuhan

penduduk

- Peningkatan aktivitas industri - Limbah Rumah Tangga

- Pertanian

Peningkatan kebutuhan air bersih

Ketersediaan air bersih terbatas untuk air minum

Konsumsi AMIU sebagai pilihan masyarakat

Pencemaran air

KESEHATAN MASYARAKAT

- Kualitas Air Baku

- Hygiene Sanitasi AMIU


(24)

2. Mengetahui penerapan higiene sanitasi depot AMIU di Kota Medan berdasarkan format pemeriksaan fisik pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum.

3. Mengetahui jenis filtrasi dan desinfektan AMIU pada depot AMIU di Kota Medan.

4. Mengetahui hubungan higiene sanitasi depot AMIU dengan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air minum di depot AMIU di Kota Medan.

1.5. Hipotesis

1. Ada perbedaan kualitas air (fisik, kimia dan mikrobiologi) pada mobil tanki di masing-masing depot berdasarkan sumber air baku.

2. Ada perbedaan kualitas air dari mesin pengolahan di masing-masing depot berdasarkan sumber air baku.

3. Ada perbedaan kualitas air dari galon di masing-masing depot berdasarkan sumber air baku.

4. Ada hubungan higiene sanitasi depot air minum dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang di depot AMIU. Semakin baik higiene sanitasi depot AMIU maka kualitas air minum isi ulang di depot AMIU semakin baik.


(25)

1.6. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang (AMIU) agar lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran bagi pengelola depot akan pentingnya menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala kualitas air minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Kep. Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002.

3. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah terkait (Dinas Kesehatan dan Disperindag) agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan kualitas air pada depot air minum isi ulang di Kota Medan secara kontiniu dan berkala.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua unsur yaitu oksigen dengan dua ‘lengan’ menggandeng hidrogen

membentuk satu kesatuan disebut molekul. Setiap tetes air yang kita lihat terkandung di dalamnya bermilyar-milyar molekul tadi yang saling tumpang-tindih, yang tidak dapat kita lihat dengan mata kita. Indera kita hanya mampu untuk melihat wujudnya sebagai zat cair, kita rasakan dengan tangan dan lidah seperti layaknya air, kita baui dengan hidung sebagai salah satu tanda bahwa di dalam tubuh kita terdapat trilyunan molekul-molekul air tersisip dihampir semua organ tubuh terutama otak, darah, paru-paru, jantung, ginjal, otot dan hati. Yang secara total bisa dikatakan lebih dari tujuh puluh persen bagian tubuh kita sebenarnya adalah air (Chandra, 2007).

Air adalah zat yang sangat dibutuhkan manusia, dengan terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap kualitas air minum. Hal tersebut dikarenakan air minum merupakan salah satu


(27)

komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan. Air dari sumber air baku harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan (Mulia, 2005).

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagi sumber, berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi sebagai berikut:

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir.

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi.

2.2.3. Air Tanah

Air tanah berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami filtrasi secara


(28)

alamiah. Proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Air tanah juga mengandung zat-zat mineral yang cukup tinggi. Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik bagi dari segi kuantitas dan kualitas. Mata air adalah air tanah yang banyak digunakan sebagai sumber baku bagi depot AMIU.

Air tanah merupakan sumberdaya alam yang ketersediaannya secara kuantitas maupun kualitas sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan pertanian menjadi penyebab peningkatan beban pencemaran sumber-sumber air. Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan harusnya menjadi pedoman bagi masyarakat khususnya pengguna sumberdaya alam agar lingkungan hidup tetap terjaga keberlangsungannya (Slamet, 2007).

2.3. Air Baku

Air baku adalah air yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Standar air baku air minum yang berlaku meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut (Lampiran 2) (Depkes, 2006).


(29)

Pada umumnya air baku depot AMIU bersumber dari air tanah seperti mata air pegunungan dan PDAM. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 dalam Pasal 3 menetapkan bahwa depot air minum dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga. Penelitian ini mengambil sumber air baku dari mata air pegunungan.

2.4. Kualitas Air

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga, untuk air minum, air mandi dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut (Mulia, 2005).

2.4.1. Parameter Fisika

Parameter fisika menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer.

Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu untuk air minum idealnya ± 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan


(30)

bahan terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10 -6 - 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).

2.4.2. Parameter Kimia

Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an organik dan kimia organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (PH). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air (Mulia, 2005).

2.4.3. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri coliform sebagai organisme petunjuk. Dalam laboratorium, istilah total koliform menunjukkan bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba pathogen di dalam air minum (Mulia, 2005).

2.4.4. Parameter Radioaktivitas

Efek radioaktivitas adalah menimbulkan kerusakan pada sel, kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh (Mulia, 2005).


(31)

2.5. Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 (Lampiran 2). Dalam penelitian ini sampel AMIU yang diperiksa dibatasi pada parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan sebagai berikut:

2.5.1. Parameter Fisik

Parameter fisik meliputi suhu, jumlah zat padat terlarut (TDS). Jumlah kekeruhan warna, rasa dan bau.

2.5.2. Parameter Kimia a. Kimia an-organik:

1) Air raksa 2) Fluorida

3) Kromium-val.6 4) Kadmium 5) Nitrit, sbg-N 6) Nitrat, sbg-N 7) Mangan 8) Klorida 9) Besi


(32)

2.5.3. Parameter Mikrobiologi a. E. Coli

b. Total Koliform

2.6. Air Minum dan Manfaatnya

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55 – 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.

Manfaat air di dalam tubuh manusia antara lain untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh, mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan keringat, untuk transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memegang peranan penting dalam aktivitas manusia (Slamet, 2007).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum isi ulang dikelola oleh depot air minum yaitu badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.


(33)

2.7. Depot Air Minum Isi Ulang

Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004). Prinsip pengolahan air pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Proses pengolahan air pada depot AMIU terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi. Pertama, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan saringan berukuran 10 mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri.

Air yang keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan bakteri yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar ultra violet, ozonisasi dan Reversed Osmosi (Pitoyo, 2005).

2.8. Higiene Sanitasi Depot AMIU

Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Depkes, 2006).

Penilaian higiene sanitasi depot air minum didasarkan pada nilai persyaratan pemeriksaan fisik higiene sanitasi depot air minum, lokasi bangunan dan sarana


(34)

sanitasi. Pedoman cara produksi yang baik depot air minum memberikan penjelasan mengenai cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen. Dalam lampiran Kep Men Perindustrian dan Perdagangan RI tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya No. 651/MPP/Kep/10/2004 dimuat pedoman cara produksi yang baik depot air minum. Pedoman ini terinci dalam bagian-bagian sebagai berikut:

1. Desain dan konstruksi depot.

2. Bahan baku, mesin dan peralatan produksi. 3. Proses produksi.

4. Produk air minum.

5. Pemeliharaan sarana produksi dan program sanitasi. 6. Karyawan.

7. Penyimpanan air baku dan penjualan. 2.8.1. Desain dan Konstruksi Depot

Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu di sekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik sistem saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran.


(35)

Ruang proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk penempatan peralatan proses produksi. Area produksi harus dapat dicapai untuk inspeksi dan pembersihan di setiap waktu.

Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan.

Tempat pengisian harus didisain hanya untuk maksud pengisian produk jadi dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Desain tempat pengisian harus sedemikian rupa sehingga semua permukaan dan semua peralatan yang ada di dalamnya dapat dibersihkan serta disanitasi setiap hari.

Penerangan di area proses produksi, tempat pencucian/pembilasan/sterilisasi/ pengisian galon harus cukup terang untuk mengetahui adanya kontaminasi fisik, sehingga karyawan/personil mempunyai pandangan yang terang untuk dapat melihat setiap kontaminasi produk. Dianjurkan penggunaan lampu yang anti hancur dan atau lampu yang memakai pelindung sehingga jika pecah, pecahan gelas lampu tidak mengkontaminasi produksi.

Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya dan kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/pembilasan/sterilisasi dan pengisian galon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu dilakukan secara rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih.


(36)

Semua bagian luar yang terbuka atau lubang harus dilindungi dengan layar/screen, pelindung lain atau pintu yang menutup sendiri untuk mencegah serangga, burung dan binatang kecil masuk ke dalam Depot (Depkes, 2006).

2.8.2. Bahan Baku, Mesin dan Peralatan Produksi 1. Bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjamin mutu air baku meliputi:

a. Sumber air baku harus terlindungi dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan.

b. Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik (bau, rasa, warna), fisika, kimia dan mikrobiologi.

Bahan wadah yang dapat digunakan/disediakan Depot Air Minum harus memenuhi syarat bahan tara pangan (food grade), tidak bereaksi terhadap bahan pencuci, desinfektan maupun terhadap produknya.

2. Mesin dan peralatan produksi

Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam Depot Air Minum terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Bahan mesin dan peralatan

Seluruh mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan air harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan tidak bereaksi dengan bahan kimia.


(37)

b. Jenis mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan dalam proses produksi di Depot Air Minum sekurang-kurangnya terdiri dari:

1) Bak atau tangki penampungan air bak.

2) Unit pengolahan air (water treatment) terdiri dari: a) Prefilter (saringan pasir = sand filter)

Fungsi prefilter adalah menyaring partikel-partikel yang kasar, dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama. b) Karbon filter

Fungsi karbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

c) Filter lain

Fungsi filter ini adalah sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron, dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan tertentu.

d) Alat desinfektan (ozonisasi dan atau UV dengan panjang gelombang 254 nm 2537 A). Fungsi desinfektan adalah untuk membunuh kuman patogen.

3) Alat pengisian.

Mesin dan alat untuk memasukkan air minum kedalam wadah (Depkes, 2006).


(38)

2.8.3. Proses Produksi

Urutan proses produksi air minum di Depot Air Minum adalah sebagai berikut:

1. Penampungan Air Baku dan Syarat Bak Penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan- bahan yang dapat mencemari air.

Gambar 2.1. Proses Produksi AMIU di Depot

1000 lt

3000 lt

3000 lt

Penampungan Air Baku

Pompa Air

Pre Filter

Silica Mg Resin Carbon

Micro Filter Penampungan Air

Pompa Air Micro Filter

Pengisian Pembilasan

U V & Ozon Air Pegunungan


(39)

Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas: a. Khusus digunakan untuk air minum.

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman. c. Harus mempunyai manhole.

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali. Dokumen pengadaan air baku harus tersedia dalam Depot Air Minum yang isinya antara lain adalah nama pemasok/pemilik sumber air, jumlah air dan tanggal pengadaan.

2. Penyaringan Bertahap

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%. Ukuran butir-butir yang dipakai ditentukan dari mutu kejernihan air yang dinyatakan dalam NTU.


(40)

b.Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai sebagai penyerap, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron (Pitoyo, 2005).

3. Desinfeksi

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 253 nm atau kekuatan 2537 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

a. Pembilasan, Pancucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bersih. Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 600 – 850 C,


(41)

kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

Catatan: Air bekas pencucian maupun bekas pembilasan tidak boleh digunakan kembali sebagai bahan baku produksi (harus dibuang).

1). Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

2) Penutupan

Penutupan wadah dapat dilakukan dengan menutup yang dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum (Depkes, 2006).

2.8.4. Produk Air Minum

Sebelum dijual, untuk pertama kali produk air harus dilakukan pengujian mutu yang dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang terakreditasi.

Pengujian mutu air minum wajib memenuhi persyaratan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002. Pengendalian dan pengujian mutu untuk menjamin tercapainya mutu sesuai keputusan Menteri Kesehatan yang berlaku dengan cara mengambil sampel dari titik keluarnya air minum (pengisian).

2.8.5. Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi a. Pemeliharaan Sarana Produksi

Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dikenakan tindak sanitasi secara teratur dan berkala. Harus dilakukan usaha pencegahan masuknya


(42)

binatang pengerat (tikus), serangga dan binatang kecil lainnya ke dalam bangunan proses produksi maupun tempat pengisian.

Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan baku atau pun produk akhir harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi teratur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir. Mesin dan peralatan yang digunakan oleh Depot AMIU harus dirawat secara berkala dan apabila sudah habis umur pakainya harus diganti sesuai ketentuan teknis.

b. Program Sanitasi

Permukaan peralatan yang kontak dengan bahan baku dan air minum harus bersih dan disanitasi setiap hari. Permukaan yang kontak dengan air minum harus bebas dari kerak, oksidasi dan residu lainnya.

Proses pengisian dan penutupan dilakukan secara saniter yakni dilakukan dalam ruang yang higienis. Wadah yang dibawa oleh konsumen harus disanitasi dan diperiksa sebelum pengisian, dan setelah pengisian, wadah ditutup dengan penutup tanpa disegel. Wadah cacat harus dinyatakan tidak dapat dipakai dan tidak boleh diisi. 2.8.6. Karyawan

Karyawan yang berhubungan dengan produksi harus dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum.

Karyawan bagian produksi (pengisian) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan terutama pada saat penanganan wadah dan pengisian.


(43)

Karyawan tidak diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum (Depkes, 2006).

2.8.7. Penyimpanan Air Baku dan Penjualan a. Penyimpanan Air baku

Bak penampung air baku harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Depot air minum tidak boleh melakukan penyimpanan air minum yang siap dijual dalam bentuk kemasan. Dengan demikian tidak ada stok air minum dalam wadah yang siap dijual. Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air baku dalam tangki penampung.

b. Penjualan

Depot air minum tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui toko/kios/warung dan hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung kepada konsumen yang membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh depot. Pelaksanaan penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses pengisian air minum yang dimulai dari pembilasan/pencucian/sterilisasi wadah, pengisian dan penutupan (Depkes, 2003).

2.9. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air minum bukan air murni, meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum


(44)

masih mengandung komponen-komponen terlarut. Air minum yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan air minum (Ferdiaz, 1992).

2.10. Pengaruh Air terhadap Kesehatan

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Mulia, 2005).

Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Menurut Slamet (2007) beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya:

a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri vibrio Cholera. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.

b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.

c. TypHus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang


(45)

terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu setelah infeksi.

d. Diare disebabkan oleh bakteri Coliform misalnya E. coli bersifat patogen dengan gejala kram perut, mual dan rasa tidak enak badan.

2.11. Jenis Pengolahan Air 2.11.1.Proses Sanitasi

Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih. 2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.

Konsentrasi sekitar 2 ppm cukup untuk membunuh bakteri. Penggunaan kaporit akan menimbulkan bau pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan dengan media karbon aktif.

3. Penggunaan senyawa perak.

Alternatif ini jarang digunakan. Biasanya yang digunakan adalah perak nitrat, dengan mencampurkannya ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan memaksa, misalnya tentara pada waktu perang atau petugas survei yang harus bekerja di tempat yang jauh dan tak ada air bersih.

4. Dengan ultraviolet.

Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang


(46)

efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan UV. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

5. Ozonisasi.

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif di samping sangat aman (Widiyanti, 2004).

2.11.2.Sistem Filtrasi

Desinfeksi air minum dapat dilakukan dengan filtrasi membran. Klorinasi tidak digunakan dalam proses pengolahan air minum, karena sisa klor dalam air dapat menimbulkan bau yang mengganggu pada saat dikonsumsi. Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) filtrasi dengan pasir dan 2) filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3 mikrometer), mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul dan ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg,Ca). Adapun


(47)

ion-ion dapat dipisahkan dengan membran “reverses osmosis”. Dengan demikian,

penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan ultrafiltrasi dapat memisahkan bakteri dan virus. Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan cara koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi). Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi (misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi dengan karbon aktif atau mebran filtrasi (reversed osmosis). Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis (Pitoyo, 2005). Munculnya usaha air minum isi ulang merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya usaha tersebut, yang diperlukan adalah pengaturan berupa standar produk dan prosesnya. Dengan begitu bukan hanya pihak konsumen yang terlindungi tetapi juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.


(48)

2.12. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Sumber Air Baku :

Parameter Fisik, Kimia dan Mikromikrobiologi

Air Baku :

Mata Air Pegunungan (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002)

Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU)

Kepmenkes RI

N0.907/MENKES/SK/VII/2002

Hygiene Sanitasi Depot AMIU :

- Sumber Air Baku - Pengangkutan - Proses Filtrasi dan


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang diukur dan diobservasi dilakukan sekaligus pada waktu yang sama (Arikunto, 2006). Penelitian ini dalam pembahasannya melihat hubungan satu keadaan dengan keadaan lainnya yang bersifat sesaat pada satu waktu dan tidak diikuti dalam satu kurun waktu tertentu. Higiene sanitasi depot merupakan variabel independen yang mempengaruhi kualitas air minum sebagai variabel dependen pada penelitian ini.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan sebagai lokasi depot AMIU dan daerah Sibolangit sebagai lokasi sumber air baku untuk depot AMIU. Kota Medan dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa di Kota Medan telah banyak berdiri depot air minum isi ulang. Tahap observasi dan analisa kualitas AMIU dilakukan di laboratorium BTKL Kota Medan.


(50)

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian, analisa data samapai dengan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Pebruari sampai dengan Juli 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yaitu seluruh unit usaha depot AMIU yang berada di wilayah penelitian dengan sumber air baku dari mata air pegunungan. Dari data survei awal diperoleh jumlah depot AMIU di Kota Medan yang memiliki izin sejumlah 90 depot (Disperindag, 2008). Penelitian ini menggunakan kriteria minimal sampel sejumlah 30 depot AMIU yang dikumpulkan secara random sampling dari seluruh depot AMIU. Pengambilan sampel sejumlah 30 (tiga puluh) depot AMIU dari 3 (tiga) sumber air baku mata air pegunungan yang berlokasi di Sibolangit berdasarkan pada jumlah sampel minimal dan keterbatasan dana. Untuk menarik sampel dari populasi peneliti menggunakan alokasi proporsional dengan rumus:

n = N1 x n1 ∑N

N1 = Jumlah populasi dari sumber air baku ∑N = Jumlah populasi seluruhnya

n = Jumlah sampel dari sumber air baku n1 = Jumlah total sampel (30)


(51)

Pengambilan sampel sebanyak 30 untuk suatu penelitian berbentuk cross sectional dianggap sudah mewakili sampel kajian. Penentuan jumlah sampel untuk suatu unit analisis perlu jumlah diantara 20 – 50 subyek. Selanjutnya dikatakan bahwa jumlah sampel yang sesuai tergantung kepada tujuan penelitian dan keadaan subyek yang dikaji. Namun demikian, jumlah sampel sebanyak 30 telah diterima umum sebagai jumlah sampel minimum sekiranya analisis statistik tertentu akan digunakan (Borg dan Gall, 1979 dalam Dahlan, 2004).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan adalah data dari hasil pengukuran kualitas air dengan cara pengambilan air sampel pada sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan, dan air dari galon. Data primer tentang penerapan higiene sanitasi depot AMIU dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan pemilik atau penanggung jawab depot AMIU. Data kualitas air baku dan air minum di depot AMIU diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan baik dari Dinas Kesehatan Kota Medan tentang data pemeriksaan depot AMIU dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan tentang data jumlah depot yang diberi ijin yang menggunakan hanya sumber air baku dari mata air pegunungan.


(52)

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur Variabel

Variabel Defenisi Operasional Cara dan Alat

Ukur

Kategori Skala

Ukur Air baku

Kualitas Air Baku

Air baku adalah sumber air depot AMIU berasal dari mata air pegunungan Sibolangit Kualitas air baku yang diuji dengan pemeriksaan laboratorium meliputi:

a. Bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS

b. Pemeriksaan mikrobiologi 1) Koliform Tinja

2) Total koliform c. Pemeriksaan Kimia

1) PH 2) Kadar Fe (Kepmenkes RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002)

Pemeriksaan Laboratorium

Berada di

bawah 1000mg/L 0/100 ml air 0/100 ml air 6,5 – 8,5 0,3 mg/l 1. Memenuhi syarat 2. Tidak memenuhi syarat Nominal Kualitas

AMIU di

Depot

Kualitas air minum yang diuji dengan pemeriksaan

Laboratorium meliputi : A.Pemeriksaan Fisik Bau,

kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS

B.Pemeriksaan mikrobiologi 1) Koliform Tinja

2) Total koliform C. Pemeriksaan Kimia 1) PH

2) Kadar Fe (Kepmenkes RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002)

Pemeriksaan Laboratorium

Berada di

bawah 1000mg/L

0/100 ml air 0/100 ml air 6,5 – 8,5 0,3 mg/l 1. Memenuhi syarat 2.Tidak memenuhi syarat Nominal Higiene Sanitasi

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak pengelola AMIU pada proses pengolahan AMIU untuk mengendalikan faktor-faktoryang kemungkinan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. 1.Observasi Langsung 2.Kuesioner Kelayakan fisik 1. Baik 2. Buruk Ordinal


(53)

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran untuk higiene sanitasi dan kualitas air adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran kualitas air sumber air baku dan air minum di depot dilakukan

dengan melihat hasil pemeriksaan di laboratorium dengan kategori memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

2. Pengukuran higiene sanitasi depot AMIU dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi dengan skala ordinal meliputi dua kategori baik dan buruk dengan scoring. Jawaban “ya” diberi nilai satu (1) dan

jawaban tidak diberi nilai nol (0). Jumlah seluruh pertanyaan adalah 30 soal. a. Baik apabila hasil observasi memiliki total skor > 70% dari pertanyaan

yang tersedia.

b. Buruk apabila hasil observasi memiliki total skor < 70% dari pertanyaan yang tersedia.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Persiapan

d. Studi pendahuluan, dilakukan untuk memperoleh data awal tentang depot air minum isi ulang dan kualitas hasil produksi dari Dinas Kesehatan dan Disperindag Kota Medan.


(54)

e. Mengurus surat izin penelitian sebagai kelengkapan administrasi, surat izin digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.

f. Menentukan sampel, ini dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun biaya dalam penelitian.

g. Menyiapkan angket lembar observasi sebagai instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data tentang higiene sanitasi depot air minum.

h. Menghubungi laboratorium tempat pemeriksaan kualitas air dengan surat permohonan kesediaan pemeriksaan sampel.

2. Pelaksanaan

a. Melakukan pengambilan sampel air pada sumber air baku dan pada depot air minum isi ulang serta membawa ke laboratorium untuk segera

dilakukan pemeriksaan. Pengambilan sampel air dilakukan secara bertahap.

b. Melakukan pemeriksaan sampel air di laboratorium.

c. Menyampaikan lembar observasi kepada pengelola depot di wilayah Kota Medan.

3. Pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air yang akan digunakan untuk pemeriksaan kualitas fisik dan kimia dilakukan dengan menggunakan botol aquades. Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologis menggunakan botol sampel yang


(55)

bersih dan steril yang telah disiapkan dari laboratorium BTKL. Botol sampel harus mempunyai volume minimal 250 ml, sampel air yang diambil paling sedikit 100 ml sehingga ada sisa ruangan di atas sampel air sehingga sampel air dapat tercampur rata sebelum diperiksa. Botol sampel mikrobiologis disimpan dalam box es sebelum diperiksa pada laboratorium BTKL. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 (tiga titik) pada setiap depot, yaitu titik pertama pada tanki mobil sebelum air masuk ke mesin pengolahan air, titik ke dua pada kran air setelah melalui proses pengolahan dan titik ketiga pada galon yang siap digunakan oleh konsumen.

3.8. Teknik Pengolahan Data

Data kualitas sumber air baku dan kualitas air minum hasil proses produksi akan dianalisis dan dibandingkan dengan standar kualitas air bersih menurut Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Kualitas Air.

Hasil pengukuran kualitas air dengan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dianalisis secara statistik untuk melihat perbedaan kualitas air pada proses pengolahan air baik dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan (kran) maupun dari gallon. Uji yang digunakan adalah Kruskal Wallis yang bertujuan untuk melihat perbedaan pada kelompok dengan sebaran data yang tidak normal, berlaku pada variabel numerik (Santoso, 2007).

Hasil kuesioner dan wawancara mendalam dengan pengelola depot AMIU untuk higiene dan sanitasi depot AMIU dibandingkan dengan Keputusan


(56)

Menperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004. Untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dan kualitas AMIU dianalisis secara statistik dengan uji chi square (Hadi, 2004).


(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’ – 30 43’ Lintang

Utara, 980 35’– 980 44 Bujur Timur. Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka. Jumlah penduduk Kota Medan ±

2,5 juta jiwa yang tersebar pada 21 kecamatan (BPS, 2007).

Kota Medan memiliki kurang lebih 170 depot air minum isi ulang. Depot tersebut menggunakan sumber air baku tidak hanya dari mata air pegunungan. Kebutuhan akan air minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi penduduk semakin meningkat, depot AMIU adalah salah satu alternatif dengan harga yang ditawarkan relatif murah. Namun demikian seluruh depot harus menerapkan praktek higiene sanitasi sehingga kesehatan masyarakat dapat terjamin (Dinkes, 2008).

Penelitian ini mengambil sumber air baku di 3 lokasi yaitu lokasi A, B dan C. Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2. Sumber air baku A dan B berlokasi di Desa Bandar Baru Atas Kecamatan Sibolangit. Sedangkan sumber air baku C berlokasi di Desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Sumber air baku adalah mata air pegunungan.


(58)

Hasil wawancara mendalam terhadap pengusaha depot diperoleh informasi bahwa proses pengolahan air baku menjadi air minum dimulai dari beberapa tahapan yaitu berawal dari proses penyaringan dan diakhiri dengan proses desinfektan. Air baku ditampung di dalam tanki (storage tank) kemudian dialirkan ke dalam tabung filter dengan menggunakan (transfer pump). Tabung filter yang digunakan terdiri dari 2 macam media penyaringan yaitu saringan silica (pasir) dan karbon aktif. Kemudian air dialirkan ke dalam catridge yaitu saringan yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 µ, 5 µ, dan 1 µ

(mikro filter). Setelah melalui catridge, air ditampung di dalam tanki yang terbuat dari bahan stainless steel. Air yang telah ditampung tersebut dialirkan ke dalam catridge lain dengan menggunakan pompa dan desinfektan ozon, UV atau keduanya. Kemudian air siap diisikan ke dalam galon yang telah dibilas terlebih dahulu.

4.2. Kualitas Sumber Air Baku

Sumber air baku dalam penelitian ini diambil di 3 (tiga) titik lokasi yaitu di lokasi A, B dan C. Sumber utama dari 2 titik lokasi air baku yaitu A dan B adalah air baku yang berlokasi di daerah sekitar air terjun Kulikap Doulu yang berseberangan dari lokasi sumber air baku Aqua. Sistem pemipaan diinstalasikan dari bak air yang bersumber dari beberapa mata air yang disatukan. Proses pengolahan air pada lokasi pengambilan air baku tidak dilakukan, mata air sebelum masuk ke sumber air baku tidak terlindung sehingga mungkin terkontaminasi bakteri E. coli. Jika musim penghujan dan tanah longsor kemungkinan air menjadi keruh sangat besar.


(59)

Sumber mata air C adalah mata air dari lokasi Bingkawan. Ketiga lokasi sumber air baku jauh dari pemukiman penduduk namun berada dekat dengan daerah pertanian rakyat, seperti pada gambar di bawah ini.


(60)

(61)

Masing-masing sumber air baku diperiksa kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Kualitas Sumber Air Baku Depot AMIU di Kota Medan Tahun 2009

Sumber Air Baku

No Parameter A B C

Fisik

1 Bau (tbb) tbb tbb tbb

2 TDS (mg/L) 150 148 148

3 Kekeruhan (NTU) 0,0 0,0 0,0

4 Rasa (tbr) tbr tbr tbr

5 Suhu (0C) 24 24 24

6 Warna (TCU) 0,1 0,1 0,1

Kimia

7 pH 7,0 7,0 7,0

8 Besi (mg/L) 0,1 0,1 0,1

Mikrobiologi 9 Koliform Tinja

(Jml/100 mL)

0 0 0

10 Total Koliform (Jml/100 mL)

240 240 240

Sumber: Hasil data diolah.

Semua sumber air baku depot AMIU dengan parameter bau menunjukkan hasil tidak berbau, jumlah padatan terlarut (TDS) masih berada di bawah baku mutu dengan kisaran 148 – 150 mg/L, nilai baku mutu TDS adalah 1000 mg/L. Hasil analisa untuk kekeruhan 0,0 NTU masih berada di bawah baku mutu dengan nilai 5 NTU. Semua sumber air baku tidak berasa, suhu masih berada di bawah baku mutu dengan nilai suhu 24 0C, dan warna dengan nilai 0,1 TCU masih berada di bawah baku mutu 15 TCU. Hasil kualitas fisik air di sumber air baku menunjukkan bahwa


(62)

dari ketiga sumber air baku masih memenuhi persyaratan kualitas air minum berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

Berdasarkan hasil analisa kualitas kimia sumber air baku dengan parameter pH masih berada di bawah baku mutu yaitu pH 7,0 untuk ketiga sumber air baku. Parameter Besi dengan nilai 0,1 mg/L masih berada dalam kisaran bawah baku mutu dengan nilai 0,3 mg/L. Hal ini berarti kualitas kimia dengan parameter PH dan besi masih memenuhi standard kualitas air bersih.

Kualitas mikrobiologi sumber air baku dari ketiga lokasi menunjukkan hasil bahwa semua sumber air baku tercemar bakteri, di mana hasil laboratorium untuk total coliform 240 Jml/100 ml sedangkan baku mutu untuk mikrobiologi adalah 0 Jml/100 mL. Hal ini kemungkinan bisa disebabkan oleh aktivitas proses dalam pengangkutan maupun sumber air baku yang sudah tercemar oleh kotoran hewan atau lainnya. Sumber mata air sebelum dipipakan tidak terlindungi, dan kondisi lingkungan sekitar masih dikelilingi oleh hutan. Namun dengan pengolahan, air baku tersebut masih dapat digunakan sebagai sumber bahan baku air minum yang memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk menggunakan sumber mata air pegunungan lebih besar lagi, lebih lanjut kemungkinan pengambilan air dari sumber mata air yang tidak dibatasi tersebut dapat merusak keseimbangan ekosistem di sekitar sumber mata air. Hal ini lambat laun akan menyebabkan krisis sumber daya air di sekitar lokasi pengambilan sumber air baku.


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kualitas fisik dan kimia pada sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan (kran) dan air dari galon memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, namun kualitas mikrobiologi sumber air baku, air dari mobil tanki semua depot AMIU telah tercemar bakteri. Pada sampel air dari galon ditemukan 5 (16,6%) depot AMIU tercemar bakteri. Hanya air dari mesin pengolahan (kran) saja yang memiliki kualitas mikrobiologi masih memenuhi persyaratan kualitas air minum. Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas air minum dengan parameter fisik, kimia maupun mikrobiologi pada semua depot air minum di Kota Medan berdasarkan sumber air baku.

2. Penerapan higiene sanitasi depot AMIU di Kota Medan berdasarkan format pemeriksaan fisik pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot menunjukkan hasil bahwa dari 30 depot yang diteliti ada sejumlah 6 (20%) depot belum menerapkan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot sesuai dengan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum Depkes RI.

3. Proses filtrasi pada 30 depot AMIU menggunakan jenis filtrasi yang sama yaitu mikrofilter dengan media penyaringan silica (pasir) dan karbon aktif.


(2)

Kemudian air dialirkan ke dalam catridge yaitu saringan yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 µ, 5 µ, dan 1 µ (mikro filter). Jenis desinfektan yang digunakan bervariasi yaitu ozon, ultra violet dan menggunakan keduanya.

4. Ada hubungan higiene sanitasi depot AMIU dengan kualitas mikrobiologi air minum di depot AMIU di Kota Medan.

6.2. Saran

1. Bagi Pengelola Depot AMIU diwajibkan melaporkan hasil pemeriksaan kualitas air minum secara rutin dan berkala ke Dinas Kesehatan dan dapat menjaga kualitas air minum di setiap depot AMIU agar memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

2. Perlu adanya Peraturan Daerah yang mewajibkan setiap Depot AMIU memiliki sertifikat yang di terbitkan oleh Dinas Kesehatan yang berwenang dan memiliki kompetensi di bidang pengawasan kualitas air minum. Sehingga dengan demikian kesehatan masyarakat dapat terjamin.

3. Bagi Dinas Kesehatan memberikan pengawasan dan monitoring yang ketat terhadap depot AMIU tentang pelaksanaan pemeriksaan kualitas air secara rutin minimal 1 bulan sekali untuk kualitas mikrobiologi dan 3 bulan untuk kualitas fisik dan kimia.


(3)

4. Perlu kajian lingkungan dan PERDA dalam pembatasan pengambilan sumber daya air pada sumber mata air pegunungan di lokasi pengambilan air baku sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Athena , Sukar, Hendro M, D. Anwar, M dan Haryono, 2004. Kandungan Bakteri Total Coli dan Eschercia Coli/Fecal Coli Air Minum dari Depot Air Minum Isi Ulang di Jakarta, Bulletin Penelitian Kesehatan Vol 32 No. 4, 135-143. Bambang, F, 2005. Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Surabaya, Jurnal

Universitas Airlangga Folio Medica Indonesia Vol. 4 No. 1. BPS – Sumut, 2007. Medan Dalam Angka.

Budiarto, E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Dahlan, 2004. Analisa Statistika Kesehatan dan Kedokteran Aplikasi SPSS. Penerbit Arcan, Jakarta.

______, 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Seri 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman dan Pengawasan Higiene Sanitasi Depot Air Minum, Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi WHO dan Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Deperindag RI, 2004. Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, Menperindag RI, Jakarta.

Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Ferdiaz S, 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. _______, 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, PAU, IPB, Bogor.


(5)

Ferawaty E, 2003, Studi Identifikasi Escheria coli Pada Air Minum Isi Ulang Tingkat Produsen di Kota Semarang [Skripsi].

http;//www.fkm.undip.ac.id/data/index.php.action=4[20 Juni 2009]. Hadi S, 2004. Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta.

Jamaluddin, Suwarni, Hastaryo, 2007. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Langsa Nanggroe Aceh Darussalam, Working Paper Series No. 16 Oktober 2007, Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, UGM, Yogyakarta.

Johana, 2009. Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Medan, Pemko Medan [Artikel on line] http://dinkes.pemkomedan.go.id/detail_artikel.pHp.id=15 [15 Maret 2009]

Kacaribu, Samuel, 2008. Kandungan Kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe) dalam Air Minum Depot dari Depot Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit di Kota Medan, FMIFA USU, 2008.

Menkes RI, 2002. Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, Jakarta. Menperindag, 2004. Kepmenperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004, Jakarta. Mulia, 2005. Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Pitoyo, 2005. Dua Jam Anda Tahu Cara Memastikan Air yang Anda Minum Bukan Sumber Penyakit, Solo.

Pratiwi, AW, 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 2 No 2.

Santoso S, 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Sembiring FY, 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam


(6)

Slamet, 2007. Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada

Seminar Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya. Wardhana, WA, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi

Yogyakarta.

Widianty , Niluh PM dan Ristiati, NP, 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No I, April 2004: 64-73.