HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA KELAS VIII.1 DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 SUKADANA

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA KELAS VIII.1 DALAM MENGIKUTI

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 SUKADANA

Oleh Eva Fauziah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana tahun pelajaran 2013/2014. Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan guru penjaskes sebagai bahan mengajar dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran penjaskes. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 1 Sukadana yang berjumlah 37 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu mengambil seluruh siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 1 Sukadana yang berjumlah 37 siswa sebagai sampel penelitian. Variabel penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan skala motivasi dan selanjutnya dianalisis menggunakan rumus deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor instrinsik pada diri siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana tahun 2013/2014 mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dan dalam kategori tinggi (72,27%) sedangkan faktor

ekstrinsik juga mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula (67,19%). Tingginya pengaruh faktor intrinsik terhadap motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang sangat tinggi (80,46%), selain itu mereka juga telah memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran pendidikan jasmani (72,56%), memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani (68,59%), serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi (66,98%). Sedangkan tingginya pengaruh faktor ekstrinsik disebabkan karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi (73,52%), alat pelajaran pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi dan tingkat kelengkapan yang tinggi (61,30%), waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang (59,51%) serta kondisi lingkungan memiliki dukungan yang tinggi (70,74%)


(2)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA KELAS VIII.1 DALAM MENGIKUTI

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 SUKADANA

Oleh EVA FAUZIAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Penjaskesrek Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Frans Nurseto, M.Psi. ...

Sekretaris : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(4)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Eva Fauziah

NPM : 0913051006

Tempat tanggal lahir : B.Lampung, 03 Juli 1991

Alamat : Jl. Kolonel Arifin, no 257 Pasar Sukadana, Lam-Tim.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA KELAS VIII.1 DALAM

MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 SUKADANA” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2013. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 25 April 2013


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eva Fauziah, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 Juli 1991 sebagai anak kesatu dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Drs. Umar Dani dan Ibu Irmayati.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 5 Sukadana Pasar masuk pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Negeri 1 Sukadana pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Sukadana pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) sebagai Anggota. Pada tahun 2012 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP Negeri 1 Sukadana Desa Pasar Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.


(6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayah handa Drs. Umar Dani dan Ibunda Irmayati,

Adik-adik yang ku Marlena Ramadhani, Nur Rahma Lutfiah & Indra Pratama (Alm) dan yang tercinta yang selalu mendampingiku dan mendukungku sampai saat ini

serta seluruh keluarga, sahabat dan teman yang telah membantu & mendoakan,

selalu mengharapkan hal yang terbaik

”untukku”. Almamater Tercinta


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ……… viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Batasan Penelitian ... 7


(8)

B. Jenis Motivasi ... 11

C. Sifat Motivasi ... 12

D. Teori-Teori Motivasi ... 13

E. Motivasi Belajar ... 15

F. Motivasi Berolahraga ………... 30

G. Pengaruh Motivasi Terhadap Penampilan Dalam Olahraga ... 30

H. Strategi Meningkatkan Motivasi Dalam Olahraga ... 31

I. Kerangka Berfikir ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 35

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 36

C. Variabel Penelitian ………... ... 36

D. Rancangan Penelitian ……… 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Validitas dan Reliabilitas ……….. . 39

G. Metode Analisis Data ……….. .. 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil Uji Validitas Skala Motivasi ... 40

2. Uji Validitas Kuesioner ... 45

3. r-Tabel ... 47

4. Reability Statistics ... 49

5. Kategori Faktor Instrinsik ……… 50

6. Distribusi Faktor Instrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ….... 51

7. Deskripsi Tiap Indikator Faktor Instrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ……….………. 52

8. Kategori Faktor Ekstrinsik ... 53

9. Distribusi Faktor Ekstrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar …... 54

10. Deskripsi Indikator Faktor Instrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ……….………. 52


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 : Proses Terjadinya Motivasi (Rochman Natawidjaya, 1979:79) 11 Gambar 2 : Korelasi rank spearman ... 40 Gambar 3 : Spearma-Brow ... 42 Gambar 4 : Deskriptif Persentase (%) ... 43 Gambar 5 : Distribusi Faktor Instrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi

Belajar ... 51 Gambar 6 :Distribusi Faktor Ekstrinsik Yang Mempengaruhi Motivasi


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, mata pelajaran jasmani beberapa kali berganti nama. Nama terakhir adalah Pendidikan Jasmani tanpa ditambah kesehatan. Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan perhatian terhadap kesehatan siswa. Kesehatan siswa tetap menjadi perhatian utama, tetapi kesehatan siswa merupakan dampak dari pendidikan jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk tujuan pembelajarannya. (Depdikbud, 2003:2).

Melalui pendidikan jasmani diharapkan kesehatan siswa tetap terjaga. Seorang siswa yang mempunyai tingkat kesehatan jasmani yang baik akan dengan mudah melakukan aktivitas belajar dengan lancar. Dengan demikian motivasi mengikuti pelajaran akan meningkat karena jasmani yang baik.

Sedangkan motivasi itu sendiri menurut Oemar Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang


(12)

sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).

Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang-kadang menjadi masalah karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan mencapai tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, siswa gagal dalam belajar. (Catharina, 2004:112).

Pada kenyataannya motif setiap orang dalam belajar dapat berbeda satu sama lain. Ada siswa yang rajin belajar karena ingin menambah ilmu pengetahuan, adapula siswa yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua.

Adanya perbedaan motivasi tersebut dipengaruhi oleh motivasi instrinsik yang muncul dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya. Dan motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena adanya pengaruh dari luar seperti: guru, orang tua dan lingkungan sekitar.

Seseorang yang motivasinya besar akan menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan bosan, jenuh apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang rendah motivasinya akan terlihat acuh tak acuh, cepat bosan, mudah putus asa dan


(13)

berusaha menghindar dari kegiatan. Dalam kaitannya dengan kegiatan, motivasi erat hubungannya dengan aktualisasi diri sehingga motivasi yang paling mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi. Berdasarkan pengamatan saat pengalaman di lapangan (PPL), pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa. Hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh dan pikirannya sudah terlalu tegang akibat melakukan proses belajar mengajar di kelas. Biasanya pelajaran yang dilakukan di dalam kelas memerlukan konsentrasi yang tinggi, suatu perhatian serius akan melelahkan siswa dalam berpikir, terutama mata pelajaran yang eksak seperti: matematika, IPA dan IPS.

Tentunya mata pelajaran ini banyak memeras pikiran di dalam memahaminya sehingga ketika akan ganti pelajaran pendidikan jasmani siswa ingin rasanya bel pergantian pelajaran cepat-cepat berbunyi. Sewaktu bel pergantian pelajaran berbunyi maka siswa merasa senang, secara tidak langsung siswanya langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga dan langsung menuju ke lapangan. Siswa akhirnya melampiaskan kejenuhannya kedalam pelajaran penjas akibatnya mereka antusias dalam mengikuti pelajaran penjas.

Dalam hal ini siswa termotivasi mengikuti pelajaran penjas tentunya disebabkan oleh beberapa banyak faktor diantaranya: yang pastinya pendidikan jasmani merupakan masuk dalam kurikulum kelas VIII SMP sebagai syarat untuk naik kelas yang tercantum dalam nilai rapot. Ada yang ingin mendapat nilai plus, ada yang ingin menjaga kesehatan badan, ada juga yang menyalurkan hobinya sehingga ingin menjadi seorang atlet. Seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-fakor, kebutuhan biologis, insting dan mungkin


(14)

unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. (Sardiman A. M, 2006:77).

Faktor lain ini terlihat dari setiap bertemu dengan guru penjasnya, siswa selalu menanyakan materi pelajaran penjas apa yang nantinya akan disampaikan oleh guru penjasnya. Dan biasanya siswa meminta materi permainan sepak bola dikarenakan siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana banyak siswa laki-laki dari pada perempuan. Setiap materi permainan sepak bola mereka begitu termotivasi mengikuti pelajaran penjas begitu juga dengan materi penjas lainnya seperti: bola voli. Jika masih ada waktu jam pelajaran yang tersisa akan diisi permainan sepak bola oleh guru penjasnya. Didalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. (Sardiman A. M, 2006:91).

Sekolah SMP Negeri 1 Sukadana terletak tepat di pinggir jalan raya sehingga lokasinya mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Sekolah ini memiliki dua tenaga guru penjas dan mengampu tiga kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).

Akan tetapi sekolah SMP Negeri 1 Sukadana sendiri memiliki sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Halaman yang sempit menjadikan sekolah tidak mempunyai lapangan bola voli dan sepak bola. Ada lapangan olahraga yang letaknya jauh dari sekolah dan untuk menempuh kesana dengan berjalan


(15)

memakan waktu sekitar 10 menit. Hal ini mengakibatkan jam pelajaran penjas menjadi berkurang 20 menit pulang pergi perjalanan ke lapangan.

Lapangan itu juga digunakan oleh 3 sampai 4 sekolah sehingga sering penuh lapangannya.

Melihat kondisi fisik sekolah yang sedemikian rupa tentunya siswa dituntut untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani salah satunya adalah dengan memiliki motivasi dalam belajar, khususnya pelajaran pendidikan jasmani. Motivasi disini memiliki peranan yang begitu penting yaitu: dapat menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir serta mengarahkan kegiatan belajar siswa. Dengan motivasi siswa dapat terdorong perilakunya untuk mencapai tujuan hasil belajar yang ingin dicapai.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti seberapa tinggi faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana.

B. Identifikasi Masalah

Suatu penelitian tentu mempunyai suatu permasalahan yang perlu diteliti, dianalisis dan diusahakan pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Masih rendahya motivasi siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, hal ini ditunjukkan dengan cara siswa dalam menghadapi masalah.

b. Masih rendahnya pemahaman gerak dan implementasi praktik olahraga di lapangan pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana, hal ini


(16)

ditunjukkan banyak siswa yang kurang terampil dalam praktik di lapangan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan identifikasi penelitian ini, adapun batasan masalah tersebut yaitu tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis ingin mengangkat permasalahan sebagai berikut:

Seberapa tinggi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui seberapa tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana.


(17)

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam memberi pengertian yang dimaksud dalam judul skripsi, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang dianggap penting, dengan demikian ada kesamaan pendapat dalam memberikan penafsiran.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengertian faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang mendorong motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Faktor tersebut dibatasi dua faktor, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

2. Motivasi

Menurut Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia menurut Akyas Azhari (2000:65) menyatakan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan.

Sedangkan menurut Muhammad Surya (2004:62) menyatakan motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

James. O. Whittaker mendefinisikan motif sebagai berikut: motivasi adalah suatu istilah yang sifatnya luas, yang digunakan dalam psikologi, yang meliputi kondisi-kondisi atau keadaan internal yang


(18)

mengaktifkan atau memberi kekuatan kepada organisme, dan mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan (Max Darsono, 2000:61-62).

Menurut Bimo Walgito (2003:220) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

Motivasi adalah konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus (Catharina, 2004:112). Yang dimaksudkan disini adalah dorongan siswa mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana.

3. Siswa

Siswa murid (terutama pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah; pelajar), (Tim Penyusun Kamus KBBI , 1988:849). Yang dimaksudkan siswa dalam penelitian ini adalah pelajar yang bersekolah di SMP, terutama siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana.

4. Pendidikan Jasamani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. (Depdikbud, 2003:2).

Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan.


(19)

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi : pengembangan aspek fisik, pengembangan psikomotor, pengembangan kognitif dan pengembangan psikis/afektif.

G. Manfaat Penelitian

Setiap hasil penelitian diharapkan bisa memberi manfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi, khususnya disiplin ilmu yang dijadikan obyek penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti dapat mengetahui dan memahami tingginya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII.1 dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana. Supaya kelak menjadi guru dapat memberi motivasi siswanya saat melakukan aktivitas olahraga.

2. Sebagai masukan kepada SMP Negeri 1 Sukadana dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani untuk mengadakan perubahan, memperbaiki dan mempertahankan strategi penyelenggaraan pendidikan jasmani.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi

Menurut Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Menurut Bimo Walgito (2003:220) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2005:106), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Sardiman A. M. (2006:73), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi. Sedangkan menurut Rochman


(21)

Natawidjaya (1979:78) menyatakan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan.

Gambar 1. Proses Terjadinya Motivasi (Rochman Natawidjaya, 1979:79)

B. Jenis Motivasi

Motif yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat digolongkan berdasarkan latar belakang perkembangannya, motif dapat dibagi menjadi dua yaitu motif primer dan sekunder. 1.) Motif primer adalah motif bawaan, tidak dipelajari. Motif ini timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang. 2.) Motif sekunder adalah motif yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motif sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motif sosial. Lidgren menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting (Darsono, 2000:62).

Menurut Bimo Walgito (2003:224) menyatakan bahwa motif dibagi menjadi dua yaitu motif fisiologis dan motif sosial. 1.) Motif fisiologis adalah dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan


(22)

eksistensinya sebagai mahluk hidup. Seperti ketika lapar ada dorongan untuk makan, haus ada dorongan untuk minum. Karena itu motif ini sering disebut sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primery motives). 2.) Motif sosial adalah motif yang mempelajari dalam kelompok sosial (social group). McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984) berpendapat bahwa motif sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motif berprestasi (achievement motivation), (2) motif kebutuhan afiliasi (need for affiliation), (3) motif kebutuhan berkuasa (need for power).

C. Sifat Motivasi 2.3.1 Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain.

2.3.2 Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak


(23)

semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri (Oemar Hamalik, 2005:112).

D. Teori-teori Motivasi

Menurut Catharina (2004:120-137) menyatakan bahwa teori-teori motivasi dibagi menjadi 6 antara lain sebagai berikut:

2.4.1 Teori Belajar Behavioral

Para pakar Behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan. Siswa yang diperkuat untuk belajar akan termotivasi untuk belajar, namun bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar maka anak itu tidak termotivasi untuk belajar.

2.4.2 Teori Kebutuhan Manusia

Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak kebutuhan dasar yang semuanya harus dipenuhi, seperti makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif.


(24)

2.4.3 Teori Disonansi

Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Misalnya jika anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik dan jujur, maka anak itu akan berperilaku baik dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang melihatnya.

2.4.4 Teori Kepribadian

Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Anak pergi ke perpustakaan karena ingin mencari buku yang dibutuhkan; atau ingin memperoleh nilai yang baik pada semua mata pelajaran agar memperoleh rangking satu. Itulah sebabnya istilah motivasi dapat diterapkan pada perilaku di berbagai situasi.

2.4.5 Teori Atribusi

Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan anak. Weiner menyatakan ada tiga karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak, yaitu: penyebab keberhasilan atau kegagalan itu dipandang dari dalam (dalam diri anak) atau dari luar; dipandang sebagai sesuatu yang bersifat stabil atau tidak stabil, dipandang dari sesuatu yang dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.


(25)

2.4.6 Teori Motivasi Berprestasi

Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan/kegagalan. Siswa yang meempunyai motivasi berprestasi, mereka cenderung memiliki patner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas (Catharina, 2004:120-137).

E. Motivasi Belajar

Menurut pendapat aliran Skolastik belajar adalah mengulang-ulang bahan yang harus dipelajari (Sumadi Suryabrata,1984:244). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2005:36) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap. Agar kegiataan ini terwujud, harus ada motivasi, yang disebut motivasi belajar (Max Darsono, 2000:64).

Didalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk dalam motivasi belajar. Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor ini perlu diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara dan memperkuat faktor yang meningkatkan motivasi, dan menghindari faktor yang melemahkan motivasi.


(26)

2.5.1 Menurut Slameto menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

2.5.1.1 Faktor Intern 2.5.1.1.1 Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

2.5.1.1.2 Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.


(27)

2.5.1.1.3 Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu

2.5.1.1.4 Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.


(28)

2.5.1.2 Faktor Ekstern 2.5.1.2.1 Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

2.5.1.2.2 Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.


(29)

2.5.1.2.3 Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi.

2.5.2 Menurut Max Darsono menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:

2.5.2.1 Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang (W.S. Winkel, 1989: 96). Aspirasi ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa yang menunjukkan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai


(30)

aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukkan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.

Dalam beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf aspirasi, yaitu taraf kebersilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia mengharapkan dapat mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai sukses atau tidak.

2.5.2.2 Kamampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi.

Orang belajar dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari. Pengamatan dilakukan dengan mengfungsikan panca indera. Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam dalam dirinya, dan makin mudah merepoduksi atau mengingat apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh sesuatu yang baru. Daya fantasi juga sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya.

2.5.2.3 Kondisi Siswa

Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan


(31)

kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk akibat begadang atau siswa yang dimarahi orang tuanya dan terbawa ke sekolah akan mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.

2.5.2.4 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam balajar.

Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata dan dikelola, supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar. Kecuali kebutuhan siswa terhadap sarana dan prasarana, kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian. Kebutuhan rasa aman misalnya, sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kebutuhan berprestasi, dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh kebutuhan psikologis yang harus terpenuhi, agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.

2.5.2.5 Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah


(32)

dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga.

2.5.2.6 Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa.

Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi belajar siswa melemah atau hilang.

2.5.3 Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

2.5.3.1 Bagi siswa pentingnya motivasi belajar sebagai berikut

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya.

3. Mengarahkan kegiatan belajar. 4. Membesarkan semangat belajar.


(33)

2.5.3.2 Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru sebagai berikut.

1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara, semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

2. Motivasi siswa yang bermacam-macam, sehingga guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara peran seperti: sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru pendidik.

4. Memberi peluang guru untuk kerja keras rekayasa pedagogis.

2.5.4 Cara Memotivasi Siswa Belajar

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri.

2.5.4.1 Kebermaknaan

Siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Kebermaknaan sebenarnya bersifat personal karena dirasakan sebagai sesuatu yang penting bagi diri seseorang. Ada kemungkinan pelajaran yang disajikan oleh guru tidak dirasakan sebagai bermakna berusaha menjadikan pelajarannya dengan makna bagi semua


(34)

siswa. Caranya ialah dengan mengaitkan pelajarannya dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-tujuan, masa mendatang, minat serta nilai-nilai yang berarti bagi mereka.

1) Hubungan pengajaran dengan pengalaman para siswa.

Pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha menghubungkan dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman-pengalaman yang telah mereka miliki sebelumya. Misalnya guru menjelaskan suatu topik dalam pelajaran fisika, maka guru dapat menghubungkannya dengan pengalaman siswa misalnya tentang kegiatan-kegiatan fisika yang telah mereka lakukan sebelumnya. Cara itu berdasarkan pada asumsi bahwa apa-apa yang telah mereka miliki sebagai pengalaman akan merangsang motivasinya untuk mempelajari masalah itu lebih lanjut.

2) Hubungan pengajaran dengan minat dan nilai siswa.

Sesuatu yang menarik minat dan nilai tertinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Karena itu, guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran (tujuan, materi, dan metodik) dengan minat para siswanya. Caranya antara lain memberikan kesempatan ada pada siswa berperan serta memilih.

2.5.4.2 Modelling

Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model, bukan dengan hanya


(35)

menceramahkan/menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Guru supaya menetapkan aspek-aspek penting dari tingkah laku yang akan dipertunjukkan sebagai model. Jelaskan setiap tahap dan keputusan yang akan ditempuh agar mudah diterima oleh siswa.

2. Siswa yang dapat meniru model yang telah dipertunjukkan hendaknya diberikan ganjaran yang setimpal.

3. Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi daripada siswa sendiri, yang mempertujukkan hal-hal yang lebih ditiru oleh siswa. 4. Hindarkan jangan sampai tingkah laku model berbenturan dengan

nilai-nilai atau keyakinan siswa sendiri.

5. Modelling disajikan dalam teknik mengajar atau dalam keterampilan sosial.

2.5.4.3 Komunikasi terbuka

Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. Ada bebepar cara yang dapat ditempuh untuk melaksanakan komunikasi terbuka, yaitu sebagai berikut :

1. Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa agar mendapat perhatian siswa mereka.

2. Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar mamahami apa- apa yang sedang diperbincangkan.


(36)

instruksional sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang dibahas. Hubungan pengajaran dengan masa depan siswa.

Pelajaran dirasakan akan bermakana bagi diri siswa apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupan sehari-hari diluar kelas pada masa mendatang. Untuk itu, guru hendaknya menyajikan macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu mendatang. Untuk itu mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila siswa telah menyadari tentang kemungkinan aplikasi pelajaran tersebut maka sudah tentu motivasi belajar akan tergugah dan merangsang kegiatan belajar lebih efektif.

2.5.4.4 Prasyarat

Apa yang telah dipelajari oeh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yag menetukan hasil atau gagalnya siswa belajar. Kesempatan belajar bagi siswa yang telah memiliki informasi dan keterampilan yang mendasari perilaku yang baru akan lebih besar. Karena itu, guru hendaknya mengetahui/mengenali prasyarat-prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang komplek yang akan dipelajari. Berbeda halnya siswa yang belum memiliki prasyarat yang diperlukan, ternyata lebih sulit menerima pelajaran baru dengan kemungkinan timbulnya kegagalan dan frustasi.

Untuk mengenali apakah siswa telah memiliki prayarat yang dibutuhkan itu, maka guru dapat melakukan analisis terhadap tugas, topik, dan tujuan yang dicapai. Kemudian guru memberikan tes mengenai prasyarat tersebut. Bertitik


(37)

tolak dari keadaan siswa tersebut guru akan lebih mudah menyesuaikan pelajarannya sehingga membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi dikalangan siswa.

2.5.4.5 Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian- penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru masing-masing bagi siswa akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar, misalnya yang belum pernah dilihat sebelumnya. Cara-cara tersebut misalnya menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegiatan yang mungkin asing bagi mereka.

2.5.4.6 Latihan/Praktek yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip ini, dengan cara sebagai berikut :

1. Usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban-jawaban dan menanggapi dengan lisan.

2. Mintalah agar siswa menyusun atau menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan.


(38)

3. Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan penganjaran yang telah dirumuskan.

2.5.4.7 Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan secara demikian akan lebih meningkatkan motivasi siswa belajar dibandingkan dengan latihan yang menggunakan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. Cara yang terakhir itu akan melelahkan siswa, bahkan mungkin menyebabkan mereka tidak menyenangi pelajaran, serta mengalami kekeliruan dalam mempraktekkannya.

2.5.4.8 Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar

Pada waktu mulai belajar, siswa perlu diberi paksaan atau pemompaan. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai mengusai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya lambat laun siswa dapat belajar sendiri. Harus dihindarkan jangan sampai mau belajar tergantung pada pemompaan saja. Lagi pula pemompaan itu jangan terlalu segera dihilangkan karena mungkin siswa mendapat kekeliruan. Cara itu memeng perlu dilaksanakan dalam rangkaian meningkatkan motivasi belajar siswa.

2.5.4.9 Kondisi yang Menyenangkan.

Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Meka guru dapat melakukan cara berikut :


(39)

karena akan menyebabkan kejenuhan.

2. Suasana fisik kelas jangan sampai memebosankan.

3. Hindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas yang tak menentu atau mengajukan permintaan yang tak masuk akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia.

4. Hirdarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.

Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

1. Siapkan tugas yang menantang selama diselenggarakannya latihan. 2. Berikan siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh

masing- masing siswa.

3. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.

(Oemar Hamalik, 2001:161).

2.5.5 Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Memahami keadaan seorang siswa. 2. Memberi harapan yang nyata. 3. Memberi insentif (hadiah). 4. Mengarahkan perilaku siswa. 5. Menggairahkan anak didik. 6. Mendorong rasa ingin tahu


(40)

7. Menyajikan pelajaran menjadi menarik.

F. Motivasi Berolahraga

Kita menyadari bahwa prestasi olahraga yang tinggi tidak hanya tergantung pada penguasaan teknik dan taktik saja, tetapi peranan kemantapan jiwa dalam latihan dan pertandingan ternyata juga ikut menentukan. Menurut Harsono dalam Herman Subardjah (2000:22) mengemukakan bahwa, ”...olahraga bukan hanya merupakan masalah fisik saja, yaitu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota tubuh, otot tulang dan sebagainya.”

Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa dilakukan. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk berbuat baik berdasarkan standar yang paling baik.

G. Pengaruh Motivasi terhadap Penampilan dalam Olahraga

Setiap guru penjas menginginkan kegiatan belajar mengajarnya berjalan dengan baik supaya mencapai hasil yang optimal. Demikian juga dengan guru penjas SMP Negeri 1 Sukadana diharapkan siswanya menunjukkan prestasi yang baik di sekolah. Untuk mencapai prestasi tersebut, diperlukan motivasi yang tinggi.

Tingkah laku dalam olahraga berprestasi didorong oleh berbagai macam motivasi, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua motivasi, yaitu: 1.) motivasi berprestasi dan 2.) motivasi lain selain berprestasi. (Subardjah,


(41)

2000:44).

H. Strategi Meningkatkan Motivasi dalam Olahraga

Ada beberapa bentuk dan strategi untuk meningkatkan motivasi atlet dicobakan oleh para ahli psikologi olahraga. Walaupun demikian berbagai strategi tersebut tidak dapat diberikan secara umum kepada setiap atlet, karena karakteristik individu berbeda dan mempunyai kekhasan tersendiri sehingga penanganannya berbeda pula. Teknik meningkatkan motivasi diantaranya sebagai berikut:

2.8.1 Motivasi Verbal

Motivasi verbal dapat dilakukan dengan penyampaian secara diskusi dan individual. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan motivasi verbal ini :

a. Berilah pujian mengenahi apa-apa yang telah dilakukan siswa. Hal ini mendorong siswa agar merasa mampu melaksanakan tugasnya.

b. Berilah koreksi dan sugesti. Koreksi yang diberikan sebaiknya yang bersifat membangun, termasuk evaluasi secara obyektif terhadap kekurangan- kekurangannya dan begaimana suatu ketrampilan seharusnya dilakukan.

c. Berilah semacam petunjuk. Misalnya, dikatakan bahwa latihan yang lebih tekun lagi akan dapat mengatasi kelemahan dan meningkatkan prestasinya.


(42)

2.8.2 Motivasi Behavioral

Untuk mencapai sukses atlet harus dibina dan dikendalikan behavioralnya menjadi perilaku yang mencerminkan sportivitas yang terpuji dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan latihan. Dalam hal ini guru penjas dan pelatih memegang peranan penting dalam memberikan contoh perilaku yang positif. Dengan contoh behavioral yang baik diharapkan para siswa dapat termotivasi untuk bersikap dan berperilaku dalam usahanya mencapai keberhasilan baik dalam aktivitas olahraga maupun aktivitas lainnya di masyarakat.

2.8.3 Motivasi Intensif

Motivasi intensif adalah dorongan dengan memberikan intensif atau hadiah-hadiah. Tujuannya adalah:

1) Menambah semangat berlatih atau bertanding. 2) Menambah gairah atau ambisi untuk berprestasi. 3) Memperpendek proses belajar.

Disatu pihak cara pemberian motivasi ini dapat memberikan dorongan kuat untuk berlatih keras dan berprestasi. Tetapi dipihak lain apabila terus menerus dipakai cara ini akan dapat menyebabkan siswa bersikap kurang wajar. Sebab jika suatu saat tidak diberikan intensif, maka kemungkinan menjadi kurang bergairah, tak acuh, demikian pula jika hadiahnya kurang besar, maka siswa kurang berambisi atau menurut hadiah yang lebih besar lagi.


(43)

jangan berlebihan. Motivasi intensif kurang baik jika merupakan satu-satunya cara untuk memotivasi siswa.

2.8.4 Supertisi

Supertisi merupakan bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang merupakan simbol yang dianggap mempunyai daya kekuatan atau dorong mental. Hal ini biasanya pada siswa yang memiliki kedekatan kepada guru atau pelatihnya dengan menggunakan cara supertisi ini akan membuat siswa lebih bersemangat, lebih ambisius dan kepercayaan dirinya lebih kuat.

2.8.5 Citra Mental

Citra mental dewasa ini banyak dipraktikkan oleh pelatih dan merupakan bagian penting untuk mempercepat proses berlatih dan menumbuhkan semangat dalam latihan. Siswa dilatih untuk mampu membentuk citra mental mengenal suatu gerakan atau keterampilan atau apa yang harus dilakukan dalam suatu situasi tertentu.

Caranya antara lain dengan menyuruh siswa melihat, mengamati, memperhatikan, dan membayangkan dengan seksama suatu pola gerak tertentu, kemudian mengingat-ingat gerakan tersebut.

I. Kerangka Berfikir

Siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-


(44)

tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri (Oemar Hamalik, 2005:112).

Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).

Oleh karena itu motivasi begitu berarti, dengan motivasi belajar siswa akan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Sehingga siswa kelasVIII.1 termotivasi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 1 Sukadana.


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Suatu researh khususnya dalam ilmu-ilmu pengetahuan empirik, padaumumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaransuatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untukmengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada, sedang menguji kebenaran dilakukan jika yang sudah ada masih atau diragukan kebenarannya, sehingga hasil daripenelitiantersebutmerupakan karya ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. (Sutrisno Hadi, 2004a : 3) dalam penelitian ini hanya mencakup menemukan.

Metode adalah pengetahuan berbagai macam cara kerja yang digunakandengan objek ilmu-ilmu yang bersangkutan. Penggunaan metode penelitian dalamsuatu penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku agardalam penelitian itu dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan peneliti(Sutrisno Hadi, 2004a: 4).


(46)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan peneliti populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. (Suharsimi Arikunto, 2002 : 108).

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi semua siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sukadana yang berjumlah 33 siswa. Adapun peneliti mengambil populasi tersebut adalah karena mereka adalah siswa-siswi SMP Negeri 1 Sukadana dan mereka sama-sama mendapat mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolahnya.

3.2.2 Sampel Penelitian

Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. (Suharsimi Arikunto, 2002 : 109). Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah total sampling yaitu dengan meneliti semua sampel yang ada pada populasi.

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:94) mengatakan bahwa variabel adalah obyek penelitian. Sedangkan menurut Sudjana (2000:11) variabel adalah ciri-ciri atau karaktereistik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah- ubah. Ciri-ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan pengukuran


(47)

baik secara kualitatif maupun kualitatif.

Berdasarkan pada pengertian variabel diatas maka variabel dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa,kemudian dijabarkan dalam indikator-indikator sehingga memudahkan dalam pembuatan skala psikologi motivasi belajar

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei, yang ingin menyelidiki fakto- faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, bisa karena terpengaruh motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk itu motivasi mana yang berperan jauh dalam mempengaruhi siswa mengikuti pelajaran pendidikan jasmani.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Untuk mengumpulkan data diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode skala psikologi. Skala psikologi adalah alat untuk mengukur aspek afektif. Jenis skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar.

Skala psikologi mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dari angket: 1. Data yang diungkap oleh angket berupa faktual atau dianggap fakta dan

kebenaran yang diketahui oleh subjek, sedangkan data yang diungkap oleh skala psikologi berupa konstrak atau konsep psikologis


(48)

yang menggambarkan aspek kepribadian individu.

2. Pernyataan dalam angket berupa pertanyan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data termaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Pada skala-skala psikologi, pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

3. Responden terhadap angket tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dikehendaki oleh pertanyaan yang bersangkutan. Reponden terhadap skala psikologi, sekalipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.

4. Jawaban terhadap angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai) melainkan diberi angka coding sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban.respon terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan (scaling).

5. Satu angket dapat mengungkap informasi banyak hal sedangkan satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap satu atribut tunggal (unidimensional).

6. Reliabilitas hasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti adanya. Pada skala psikologi harus teruji reliabilitas secara psikometris dikarenakan


(49)

relevansi isi dan kontek kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.

7. Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap sedangkan validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalnya.

Skala skor penilaian jenjangnya antara 0 sampai dengan 4 dan terdiri atas 5 alternatif jawaban: sangat setuju, setuju, agak setuju, kurang setuju, tidak setuju. Jawaban respon positif terhadap aitem favorabel diberi bobot lebih tinggi daripada negatif. Skor bagi pilihan jawaban a = 4, b = 3, c = 2, d = 1, e = 0. Sebaliknya untuk jawaban respon negatif terhadap aitem tak favorabel diberi bobot lebih tinggi daripada positif. Skor bagi pilihan jawaban a = 0, b = 1, c = 2, d = 3, e = 4.

F. Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Untuk mencari validitas item-item sebagai instrumen, maka dalam hal ini peneliti menggunakan teknik rank spearman, menurut Sudradjat SW (1985:210) bahwa validitas item dalam instrumen dicari dengan teknik rank spearman adalah sebagai berikut:


(50)

Keterangan:

r = korelasi rank spearman ΣXY = Jumlah XY

X = Skor nomor item Y = Skor total (Sudradjat SW, 1985:210).

Suatu butir skala motivasi dinyatakan valid apabila memiliki harga rs > rs tabel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan perhitungan validitas skala motivasi diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Skala Motivasi

No. rs rs tabel Ket. No. rs rs tabel Ket. 1 0.452 0.306 Valid 25 0.586 0.306 Valid 2 0.476 0.306 Valid 26 0.692 0.306 Valid 3 0.182 0.306 Tidak 27 0.434 0.306 Valid 4 0.430 0.306 Valid 28 0.486 0.306 Valid 5 0.465 0.306 Valid 29 0.428 0.306 Valid 6 0.207 0.306 Tidak 30 0.567 0.306 Valid 7 0.528 0.306 Valid 31 0.427 0.306 Valid 8 0.317 0.306 Valid 32 0.761 0.306 Valid 9 0.455 0.306 Valid 33 0.452 0.306 Valid 10 0.456 0.306 Valid 34 0.478 0.306 Valid 11 0.577 0.306 Valid 35 0.324 0.306 Valid


(51)

12 0.063 0.306 Tidak 36 0.079 0.306 Tidak 13 0.669 0.306 Valid 37 0.713 0.306 Valid 14 0.474 0.306 Valid 38 0.256 0.306 Tidak 15 0.766 0.306 Valid 39 0.531 0.306 Valid 16 0.482 0.306 Valid 40 0.291 0.306 Tidak 17 0.328 0.306 Valid 41 0.521 0.306 Valid 18 0.252 0.306 Tidak 42 0.466 0.306 Valid 19 0.539 0.306 Valid 43 0.495 0.306 Valid 20 0.601 0.306 Valid 44 0.539 0.306 Valid No. rs rs tabel Ket. No. rs rs tabel Ket.

21 0.683 0.306 Valid 45 0.244 0.306 Tidak 22 0.224 0.306 Tidak 46 0.101 0.306 Tidak 23 0.542 0.306 Valid 47 0.571 0.306 Valid 24 0.753 0.306 Valid

Berdasarkan tabel hasil uji validitas skala motivasi di atas menunjukkan bahwa dari 47 butir skala motivasi yang diuji cobakan terdapat 37 butir skala motivasi yang valid karena memiliki harga rs > rs tabel = 0.306 untuk taraf signifikansi 5% dengan N = 30 dan terdapat 10 butir skala motivasi yang tidak valid karena memiliki harga rs < rs tabel = 0.306 untuk taraf signifikansi 5% dengan N = 30 Selanjutnya 37 butir soal skala motivasi yang valid tersebut penomorannya diurutkan kembali dan dapat digunakan untuk pengambalian data penelitian.

3.6.2 Uji Reliabilitas.

Reliabilitas adalah dapat dipercaya atau diandalkan (Arikunto 2002:154). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Spearman-Brow, perolehan skor skala tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa merupakan rentangan nilai yang berbentuk skala dari 0 sampai 4.


(52)

Adapun rumus Spearman-Brow yang digunakan adalah:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rXY indek korelasi antara dua belahan instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:156).

Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki harga r11 > rs tabel pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas skala motivasi diperoleh harga r11 = 0,846 > rs tabel = 0,306. Dengan demikian menunjukkan bahwa skala motivasi tersebut reliabel dan layak digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

G. Metode Analisa Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah yang penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul akan tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, karena itu perlu adanya analisis data tersebut.

Penggunaan analisis data dapat dilaksanakan dengan dua jenis analisa yaitu analisis statistik dan analisis non s tatistik. Dalam penelitian seorang d apat memakai salah satu analisis tersebut. Karena data yang terkumpul berupa angka- angka, maka penulis menggunakan analisis statistik. Hal-hal ini sesuai


(53)

dengan pendapat Sutrisno Hadi (1990 : 22) yang menyatakan; cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis data penyelidikan yang terwujud angka-angka adalah teknik statistik.

Dengan analisa statistik maka obyektivitas dari hasil penelitian akan lebih terjamin. Analisa statistik dapat memberikan efisiensi dan efektivitas kerja karena dapat membuat data agar lebih ringkas bentuknya. Metode analisa yang digunakan adalah analisa diskriptif dengan perhitungan rumus :

Keterangan:

DP = Deskriptif Persentase (%)

n = Skor empirik (skor yang diperoleh).

N = Skor ideal / jumlah total nilai responden. (Suharsimi Arikunto,1993:186).


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut:

1. Pada diri siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 1 Sukadana mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi (72,27%), sedangkan yang mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula (67,19%).

2. Tingginya motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang sangat tinggi (80,46%), memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran pendidikan jasmani (72,56%), memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani (68,59%), serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi (66,98%). Sedangkan tingginya disebabkan karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi (73,52%), alat pelajaran pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi dan kelengkapan yang tinggi (61,30%), waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang (59,51%) serta kondisi lingkungan yang mendukung tinggi (70,74%).


(55)

B. Saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa hendaknya dapat mempertahankan derajat kesehatan,

perhatian, minat, dan bakatnya yang telah mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani yang tinggi sebagai upaya pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif dan psikis/afektif pada dirinya.

2. Bagi guru hendaknya dapat mempertahankan metode mengajarnya yang telah baik serta selalu berinovasi dalam penggunaan metode mengajar maupun sarana prasarana yang ada di sekolah agar mampu memotivasi siswa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Bagi sekolah diharapkan untuk senantiasa berusaha meningkatkan sarana dan prasarana dalam mata pelajaran penjas seiring dengan perkembangan teknologi pendidikan jasmani saat ini.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azari, Akyas. 2000. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:

Teraju

Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Darsono. Max dkk. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP

Depdikbud. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta

Dimiyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi dan Depdikbud

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset

. 2001. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Antariksa Natawidjaya, Rochman. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


(57)

Rajawali Pers

Singarimbun, Masri. dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas Sudradjat SW, 1985. Statistika Nonparametrik. Bandung: CV Armico

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada

Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi

Tri Anni, Catharina dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES Semarang Press


(1)

Adapun rumus Spearman-Brow yang digunakan adalah:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rXY indek korelasi antara dua belahan instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:156).

Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki harga r11 > rs tabel pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas skala motivasi diperoleh harga r11 = 0,846 > rs tabel = 0,306. Dengan demikian menunjukkan bahwa skala motivasi tersebut reliabel dan layak digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

G. Metode Analisa Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah yang penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul akan tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, karena itu perlu adanya analisis data tersebut.

Penggunaan analisis data dapat dilaksanakan dengan dua jenis analisa yaitu analisis statistik dan analisis non s tatistik. Dalam penelitian seorang d apat memakai salah satu analisis tersebut. Karena data yang terkumpul berupa angka- angka, maka penulis menggunakan analisis statistik. Hal-hal ini sesuai


(2)

43

dengan pendapat Sutrisno Hadi (1990 : 22) yang menyatakan; cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis data penyelidikan yang terwujud angka-angka adalah teknik statistik.

Dengan analisa statistik maka obyektivitas dari hasil penelitian akan lebih terjamin. Analisa statistik dapat memberikan efisiensi dan efektivitas kerja karena dapat membuat data agar lebih ringkas bentuknya. Metode analisa yang digunakan adalah analisa diskriptif dengan perhitungan rumus :

Keterangan:

DP = Deskriptif Persentase (%)

n = Skor empirik (skor yang diperoleh).

N = Skor ideal / jumlah total nilai responden. (Suharsimi Arikunto,1993:186).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut:

1. Pada diri siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 1 Sukadana mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi (72,27%), sedangkan yang mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula (67,19%).

2. Tingginya motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang sangat tinggi (80,46%), memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran pendidikan jasmani (72,56%), memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani (68,59%), serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi (66,98%). Sedangkan tingginya disebabkan karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi (73,52%), alat pelajaran pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi dan kelengkapan yang tinggi (61,30%), waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang (59,51%) serta kondisi lingkungan yang mendukung tinggi (70,74%).


(4)

63

B. Saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa hendaknya dapat mempertahankan derajat kesehatan,

perhatian, minat, dan bakatnya yang telah mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani yang tinggi sebagai upaya pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif dan psikis/afektif pada dirinya.

2. Bagi guru hendaknya dapat mempertahankan metode mengajarnya yang telah baik serta selalu berinovasi dalam penggunaan metode mengajar maupun sarana prasarana yang ada di sekolah agar mampu memotivasi siswa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Bagi sekolah diharapkan untuk senantiasa berusaha meningkatkan sarana dan prasarana dalam mata pelajaran penjas seiring dengan perkembangan teknologi pendidikan jasmani saat ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azari, Akyas. 2000. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:

Teraju

Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Darsono. Max dkk. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP

Depdikbud. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta

Dimiyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi dan Depdikbud

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset

. 2001. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Antariksa Natawidjaya, Rochman. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


(6)

65

Rajawali Pers

Singarimbun, Masri. dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas Sudradjat SW, 1985. Statistika Nonparametrik. Bandung: CV Armico

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada

Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi

Tri Anni, Catharina dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES Semarang Press