seksual juga memiliki efek biologik yang penting di antaranya pada metabolisme, integritas tulang, otot, sistem kardiovaskular dan otak. Apabila kadar hormon
testosteron mengalami penurunan, akan menyebabkan terjadinya hal-hal seperti berkurangnya sensitivitas insulin, kelemahan otot, gangguan metabolisme
karbohidrat, gangguan fungsi kognitif, berkurangnya dorongan motivasi, lelah dan letargi, peningkatan lemak tubuh, serta penurunan dorongan dan kemampuan
seksual Pangkahila, 2011.
2.3.1 Struktur Molekul Hormon Testosteron
Seperti hormon steroid lain, testosteron juga berasal dari derivat kolesterol dengan nama sistematik memakai sistem IUPAC : 8R,9S,10R,13S,14S,17S-
17hydroxy-10,13-dimethyldodeca hydrociclopenta
[a]phenanthren-3-one Sherwood, 2007.
Gambar 2.2. Struktur testosteron Sherwood, 2007
2.3.2 Biosintesis Hormon Testosteron
Hormon testosteron disintesis di jaringan intersisial oleh sel Leydig dengan menggunakan prekursor dari kolesterol. Sintesis ini dimulai dengan
mengangkut kolesterol ke membran interna mitokondria oleh protein pengangkut steroidogenic acute regulatory protein STAR. Setelah berada pada posisi yang
tepat, kolesterol akan bereaksi dengan enzim pemutus rantai samping P450scc dan menjadi pregnenolon. Konversi pregnenolon menjadi testosteron dapat terjadi
dalam 2 lintasan, yaitu Sherwood, 2007 : 1.
Lintasan progesterone atau lintasan ∆4 jalur ini dapat dilihat pada sisi kanan gambar 2.3.
2. Lintasan dehidroepiandosteron atau lintasan ∆5 dapat dilihat pada sisi
sebelah kiri gambar 2.3.
Gambar 2.3. Jalur Biosintesis testosteron Brinkmann, 2009.
Fungsi testis dikontrol oleh 2 hormon gonadotropik yang disekresikan oleh hipofisis anterior yaitu Luteinizing Hormon LH dan Folicle Stimulating
Hormon FSH. Kedua hormon ini bekerja pada bagian testis yang berbeda. LH bekerja pada sel Leydig intersisial untuk mensekresi testosteron, sedangkan FSH
bekerja pada tubulus seminiferus, dimana terdapat sel Sertoli yang berpengaruh terhadap spermatogenesis. Sekresi dari LH dan FSH pada hipofisis anterior
distimulasi oleh hormon hipotalamus, yaitu Gonadotropin Releasing Hormon GnRH Sherwood, 2007.
Meskipun GnRH sama-sama menstimulasi sekresi dari LH dan FSH, tetapi kadar kedua hormon ini di dalam darah tidak selalu sama banyak. Hal ini terjadi
karena adanya faktor lain yang ikut mempengaruhi. Hormon testosteron yang merupakan produk dari stimulasi LH pada sel Leydig juga berfungsi sebagai
umpan balik negatif terhadap sekresi LH. Efek umpan balik ini terjadi melalui 2 cara yaitu testosteron menurunkan pelepasan GnRH dari hipotalamus secara
indirek menurunkan LH dan FSH dari hipofisis anterior dan juga secara langsung bekerja pada hipofisis anterior untuk menurunkan sekresi LH Sherwood, 2007.
Sedangkan inhibisi spesifik untuk mengontrol sekresi FSH diatur oleh hormon inhibin, yang diproduksi oleh sel sertoli. Inhibin bekerja secara langsung
pada hipofisis anterior untuk menghambat sekresi FSH Sherwood, 2007.
Gambar 2.4. Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Testis Finlayson et al., 2007
Hormon testosteron pada pria diproduksi oleh sel Leydig di dalam testis sebanyak 95 sedangkan sisanya diproduksi oleh cortex adrenal. Pada pria
setelah pubertas, kadar testosteron serum berkisar antara 300-1000 ngdL rata- rata 611±186 ng. Pada pria, 98 testosteron terikat pada protein plasma, yang
meliputi albumin dan steroid hormon-binding globulin SHBG. Sisanya sebesar 2 merupakan testosteron bebas karena beredar dalam keadaan tidak terikat pada
protein apapun yang mengalir dalam darah. Persentase testosteron yang terikat pada SHBG bervariasi antar individu, tetapi pada umumnya sekitar 40-80 dari
testosteron yang beredar Pangkahila, 2011.
Testosteron yang terikat tidak berfungsi pada proses metabolisme. Selain testosteron bebas, juga terdapat bioavailable testosteron yaitu testosteron bebas
dan testosteron yang terikat pada albumin serum. Ikatan albumin pada testosteron relatif lebih lemah dibandingkan dengan ikatan pada SHGB, sehingga keadaan ini
memungkinkan testosteron yang terikat pada albumin juga berfungsi pada metabolisme Pangkahila, 2011.
Testosteron yang tidak terikat pada jaringan, dengan cepat akan diubah oleh hati menjadi androsteron dan dehidroepiandosteron, kemudian secara
serempak dikonfigurasikan sebagai glukoromida dan sulfat kemudian diekskresikan ke usus melalui empedu ataupun ke dalam urin melalui ginjal
Guyton et al., 2001.
2.3.3 Fungsi Hormon Testosteron