PENGARUH PENDEKATAN SUPERVISI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK TERHADAP PENGETAHUAN MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN NIAS.

(1)

PENGARU

KEMAMPUAN

PENGET

PENELITIAN

SMA NE

D Dalam M

Pr

PRO

UNIV

ARUH PENDEKATAN SUPERVISI

UAN BERPIKIR ABSTRAK TERH

ETAHUAN MENYUSUN PROPO

IAN TINDAKAN KELAS PADA

A NEGERI DI KABUPATEN NIAS

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pad Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

JURAIDA

NIM : 8136132067

ROGRAM PASCASARJANA

IVERSITAS NEGERI MEDA

MEDAN

2015

RVISI DAN

ERHADAP

POSAL

DA GURU

NIAS

Pada

A

AN


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRACT

Juraida. NIM.8136132067. The Effect of Supervision Approach and Abstract Thinking Knowledge toward Teacher’ sKnowledge in Conducting Action Research Proposal at SMA Negeri in Nias Regency. A Thesis. Postgraduate Program State University of Medan, 2015.

The aims of this study are to determine: (1) The knowledge in conducting a class action research proposal that supervised by collaborative approach one is higher than the knowledge in conducting class action research proposal that supervised by directive approach one; (2) The knowledge in conducting class action research proposal who has high abstract thinking knowledge is better than the knowledge in conducting class action research proposal who has low abstract thinking knowledge; and (3) The interaction between the implementation of supervisory approaches and the knowledge of think abstractly toward the knowledge in conducting class action research proposal.

The population of this study is 50 Civil Servants teacher in whole senior high schools in Nias. The population was divided into 2 treatment groups, where each group numbered 25 teachers. The method of the research is quasi-experimental research (quasi experiment). The instruments in this research are test of knowledge in conducting class action research proposal and test of knowledge in thinking abstract. The data analysis in this study is ANOVA Factorial 2 × 2. The results of the research are: (1) there was any differences between teacher’s knowledge in conducting class action research proposal who supervised through collaborative approach one and teacher’s knowledge in conducting class action research proposal who supervised through directive approach one. where Fcount>

Ftable(15.653 > 3.96); (2) there was any differences between teacher’sknowledge

in conducting class action research proposal who has high abstract thinking knowledge and teacher’sknowledge in conducting class action research proposal who has low abstract thinking knowledge. Where Fcount> Ftable (25.624 > 3.96);

and (3) there was an interaction between the supervisory approach and the knowledge to think abstractly toward the knowledge in conducting class action research proposal with Fcount> Ftable(17.451 > 3.96).

The findings of this research are expected can provide information to the superintendent of schools and teachers to applying a collaborative approach to supervision in enhancing the knowledge to conduct a proposal of action research for teacher. In addition improving teacher’s thinking abstract knowledge in teaching and learning process is needed.


(6)

ii

ABSTRAK

Juraida. NIM. 8136132067. Pengaruh Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak terhadap Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada Guru SMA Negeri di Kabupaten Nias. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang disupervisi dengan pendekatan supervisi kolaboratif lebih tinggi dari pada pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif; (2) pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih baik dari pada pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah; dan (3) interaksi antara penggunaan pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil di SMA Negeri di Kabupaten Nias yang berjumlah 50 orang. Seluruh populasi dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, dimana setiap kelompok berjumlah 25 orang guru. Metode penelitian menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas dan tes kemampuan berpikir abstrak. Analisis data yang digunakan adalah ANAVA Faktorial 2 × 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) terdapat perbedaan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang disupervisi melalui pendekatan supervisi kolaboratif dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang disupervisi melalui pendekatan supervisi direktif dengan Fhitung > Ftabel (15,65 > 3,94); (2) terdapat perbedaan pengetahuan

menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dengan Fhitung> Ftabel(25,62 > 3,94); dan (3) ada interaksi antara pendekatan supervisi dan

kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas dengan Fhitung> Ftabel(17,45 > 3,94).

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan memberikan informasi bagi pengawas sekolah dan guru untuk menggunakan pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru. Selain itu perlu ditingkatkan kemampuan berpikir abstrak guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Ridho-NYA sehingga penulisan tesis dengan judul “Pengaruh Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Pada Guru SMA Negeri di Kabupaten Nias” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam keharibaan junjungan Rasulullah SAW beserta para sahabat, keluarga dan kaum muslimin walmuslimat.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Darwin, M Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta dorongan yang begitu berarti bagi penulis sejak penyusunan proposal sampai penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga kepada ketiga nara sumber Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd, Bapak Dr. Arif rahman, M. Pd dan Bapak Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd yang telah memberikan kritk, saran, masukan dan koreksi untuk perbaikan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED).

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan dan semua staf pengajar yang telah memberikan fasilitas belajar selama penulis


(8)

iv

mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

3. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd. Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

4. Dr. Darwin, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

5. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd. Selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

6. Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Studi AP. Kepengawasan Program Pascasarjana UNIMED.

7. Yang tercinta Ibunda Ramlah dan Ayahanda Hasan Basri. R serta seluruh keluarga besarku yang tak bosan-basannya memberikan dukungan dan do’a dengan segala sikap penuh pengertian dan kasih sayang.

8. Suamiku tercinta Yakhman Hulu, S. Ag yang telah banyak memberikan dukungan do’a, dukungan moril dan spiritual serta material dengan penuh cinta, kasih sayang dan kesabaran, serta anak-anakku tersayang Muhammad Rizki Hanif Hulu, Aisyah Husna Az-Zahra Hulu dan Muhammad Ridwan Hafiz Hulu.

9. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Angkatan 2013 yang telah memberikan sumbangsih pemikiran dalam diskusi selama penulis menyelesaikan tesis ini.


(9)

v

10. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dan semua Staf yang terkait yang telah memfasilitasi dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dilingkungan SMA Negeri di Kabupaten Nias.

11. Kepala SMA Negeri 1 Gido, Kepala SMA Negeri 1 Idanogawo serta semua Kepala SMA Negeri yang ada di Kabupaten Nias yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengambilan data untuk penyempurnaan tesis ini.

12. Kepada Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias yang telah ikut membantu penulis memberikan bimbingan dan supervisi kepada guru dalam rangka pengambilan data untuk dapat menyempurnakan tesis ini. 13. Teman-teman guru di SMA Negeri 1 Gido, terima kasih atas segala do’a dan

dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam tesis ini dan untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik dan saran untuk kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan bagi kemajuan dunia pendidikan.

Medan, 30 Juni 2015

Juraida


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 14

1. Pengetahuan Menyusun Penelitian Tindakan Kelas ... 14

2. Pendekatan Supervisi ... 27

3. Kemampuan Berpikir Abstrak ... 52

B. Penelitian Relevan ... 61

C. Kerangka Berpikir ... 63

D. Pengajuan Hipotesis ... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 73

B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 73

C. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 78

D. Pelaksanaan Perlakuan ... 80

E. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 83

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 84

G. Teknik Analisis Data ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 95

B. Identifikasi Tingkat kecenderungan Variabel Penelitian ... 107

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 110

D. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 113

E. Temuan Penelitian ... 119

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 124


(11)

vii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ... 134

B. Implikasi ... 135

C. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 140


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Pergeseran Peran Guru dalam Belajar pada Model

Collaborative Supervision ... 41

Tabel 2.2 Sintaks Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 43

Tabel 2.3 Langkah-langkah Dalam Supervisi Kolaboratif ... 44

Tabel 2.4 Sintaks Pendekatan Supervisi Direktif ... 48

Tabel 2.5 Langkah-langkah Dalam Supervisi Direktif ... 51

Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Abstrak ... 56

Tabel 2.7 Perbedaaan antara Supervisi Kolaboratif dengan Pendekatan Supervisi Direktif ... 66

Tabel 3.1. Kerangka Tabel Data Eksperimen Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 74

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas ... 85

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Abstrak ... 89

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada Pendekatan supervisi Kolaboratif 95 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada Pendekatan supervisi Direktif .... 97

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi ... 98

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Rendah ... 99

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 101

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 103

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 104


(13)

ix

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak

Rendah Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 106 Tabel 4.9 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal

Penelitian Tindakan Kelas Dengan Pendekatan Supervisi

Kolaboratif ... 107 Tabel 4.10 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal

Penelitian Tindakan Kelas dengan Pendekatan Supervisi Direktif 108 Tabel 4.11 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal

Penelitian Tindakan Kelas dengan kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi ... 108 Tabel 4.12 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal

Penelitian Tindakan Kelas dengan kemampuan Berpikir Abstrak Rendah ... 109 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ... 110 Tabel 4.14 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 112 Tabel 4.15 Ringkasan Analisis Varians Pengetahuan Menyusun Proposal

Tindakan Kelas ... 113 Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Interaksi

Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak ... 113 Tabel 4.17 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 114 Tabel 4.18 Ringkasan Analis Varians Pengetahuan Menyusun Proposal


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Supervisi MetzelersPEIS ... 36 Gambar 2.2 Hubungan antara Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan

Teknik ... 38 Gambar 4.1 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 96 Gambar 4.2 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 97 Gambar 4.3 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Pada Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi .... 99 Gambar 4.4 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Pada Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah 100 Gambar 4.5 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 102 Gambar 4.6 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 103 Gambar 4.7 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 105 Gambar 4.8 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian

Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 106 Gambar 4.9 Garis Interaksi Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir

Abstrak Terhadap Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas ... 120


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Perangkat Kegiatan Supervisi dan Modul Proposal Penelitian

Tindakan Kelas ... 144 Lampiran 2 Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pendekatan

Supervisi Kolaboratif dan Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pendekatan Supervisi Direktif ... 175 Lampiran 3 Instrumen Tes Untuk Mengukur Pengetahuan Guru Menyusun

Proposal Penelitian Tindakan Kelas... 194 Lampiran 4 Hasil Uji coba Instrumen Penelitian : Uji Validitas Tes, Uji

Reliabilitas, Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes, Analisis Daya Pembeda Butir Tes, dan Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes... 200 Lampiran 5 Hasil Analisis Data Penelitian : Data Induk Penelitian, Perhitungan

Distribusi Frekuensi Data Penelitian , Perhitungan Tingkat

Kecenderungan Data ... 209 Lampiran 6 Perhitungan Uji Normalitas Data, Perhitungan Uji Homogenitas

Data, Pengujian Hipotesis, Pengujian Uji Lanjut dengan

Uji Scheffe dan perhitungan dengan SPSS ... 229 Lampiran 8 Foto Dokumentasi Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 248


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan dosen yang semakin mantap. Sebagaimana pasal 14 dan 15 undang-undang tersebut menyatakan bahwa guru mempunyai hak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan tambahan lain yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya.

Seharusnya bagi guru pengakuan dan penghargaan tersebut harus dijawab dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru. Guru tidak selayaknya hanya bekerja sebagai kebiasaan saja seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dipertanggungjawabkan secara publik maupun akademik. Untuk itu guru harus memiliki landasan yang kuat dalam teoretik dan keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik maupun pembimbing peserta didik.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik peserta didik, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus mampu membuat pengakuan keprofesionalannya yang didasarkan pada data sekaligus


(17)

2

teori akurat yang mendukung. Di samping itu guru juga harus dapat melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik semakin optimal dan disertai dengan kepuasan yang tinggi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus dibekali dengan kemampuan untuk meneliti, khususnya yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukannya sehari-hari yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Dimana seorang guru dituntut selalu berusaha mengembangkan dirinya melalui penelitian yang dilakukan demi perbaikan kualitas mengajarnya. Selain itu, kebutuhan untuk melakukan penelitian tindakan kelas juga menjadi salah satu syarat penentu untuk dapat tidaknya seorang guru yang sudah berpangkat Penata Muda Tk.I (III/b) naik ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN Nomor : 3/V/PB/2010 dan Nomor : 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, bahwa untuk kenaikan pangkat/jabatan lebih tinggi mulai dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tk.I, gol/ruang III/b yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Muda, Pangkat Penata, gol/ruang III/c angka kredit yang dipersyaratkan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inofatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.

Bagi guru, menulis adalah bagian dari pengembangan profesi. Beragam karya tulis yang dapat dibuat. Misalnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK), diktat, modul, buku pelajaran, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, tinjauan ilmiah, artikel ilmiah untuk jurnal, dan artikel ilmiah populer di media massa, dan Buku Pedoman Guru. Dari beragam karya tulis tersebut di atas, yang menjadi


(18)

3

pilihan utama adalah PTK karena PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang secara langsung dapat dirasakan oleh guru. Manfaat dari PTK adalah di samping profesionalisme guru meningkat, juga berdampak terhadap peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hal yang menjadi kendala guru sulit untuk naik pangkat adalah kesulitan dalam menulis Karya Tulis Ilmiah dalam hal ini khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mengapa guru sulit menulis PTK? Karena guru belum terbiasa menulis, dan tidak menguasai cara menulis PTK yang baik serta tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menulis PTK. Mungkin saja seorang guru berkali-kali mengikuti kegiatan seminar, workshop, atau diklat penulisan PTK, tapi jika dia tidak mau mencoba menulis, maka pelatihan tersebut tidak akan banyak berdampak. Atau guru banyak memiliki atau membaca buku tentang pedoman penulisan PTK, tapi tidak pernah dipraktekkan. Hal ini hanya sebatas menjadi pengetahuan saja, kurang bermanfaat dalam menumbuhkan budaya menulis. Guru harus berani memulai menulis, walau pada saat awal mengalami kesulitan. Hal tersebut wajar, semuanya butuh proses dan guru harus tekun mengikuti proses tersebut.

Diketahui menulis memang perlu kemampuan, tapi kemampuan bukanlah faktor utama, kemampuan bisa terus diasah melalui proses terus berlatih dan berlatih. Menurut penulis, modal paling utama dan paling penting adalah kemauan. Mau untuk terus belajar, mau menyisihkan waktu, mau membaca, dan mau mencoba lagi ketika gagal. Tanpa hal tersebut sulit bagi guru untuk mampu menulis. Guru adalah seorang tenaga akademis yang kehidupannya tidak bisa dipisahkan dari konsep-konsep akademis. Menulis adalah bagian dari dunia


(19)

4

akademisi. Oleh karena itu, seharusnya menulis menjadi hal yang biasa atau membudaya bagi guru dewasa ini. Tapi kenyataannya memang tidak demikian, menulis masih menjadi beban di kalangan banyak guru dan belum membudaya di kehidupan guru.

Sebelum membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seorang guru terlebih dahulu harus membuat proposal PTK yaitu rencana yang dituangkan dalam rancangan kerja untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Proposal PTK terlebih dahulu harus dipersiapkan untuk memudahkan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Proposal PTK merupakan rancangan penelitian sehingga bentuk dan isi merupakan ringkasan penelitian tindakan kelas serta lebih sederhana daripada hasil laporan PTK.

Hasilsurveyawal peneliti dengan 26 orang guru SMA di Kabupaten Nias, menemukan bahwa sebesar 88,46% guru masih kesulitan dalam membuat proposal PTK dan sama sekali belum pernah membuat proposal PTK. Hal ini terjadi karena guru belum pernah menerima semacam workshop atau kegiatan pelatihan lainnya dalam rangka membuat proposal PTK sehingga guru masih belum mampu membuat proposal apalagi sampai melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Permasalahan guru seperti dipaparkan di atas sebenarnya dapat diatasi, jika pengawas, kepala sekolah dan guru dapat bekerja sama dalam meningkatkan pengetahuan menyusun proposal PTK. Peran supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah merupakan hal yang snagat penting untuk meningkatkan kualitas guru. Kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi guru.


(20)

5

Diketahui juga dari hasil survey awal, dari beberapa pilihan kegiatan yang bisa diberikan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK, maka semua guru mengharapkan supervisi kolaboratif yang dilakukan oleh pengawas dapat menjadi solusi dalam memberikan pemahaman tentang pembuatan proposal PTK.

Terdapat beberapa model, pendekatan, dan teknik supervisi dalam pendidikan menurut Sahertian (2010 : 34), yaitu : berdasarkan modelnya supervisi dibagi menjadi empat bagian di antaranya yaitu supervisi konvensional, ilmiah, artistik, dan klinis. Berdasarkan pendekatannya, yaitu : dengan pendekatan direktif, non direktif, dan kolaboratif. Selanjutnya berdasarkan tekniknya yaitu : supervisi yang bersifat individual dan supervisi yang bersifat kelompok. Dengan beragamnya supervisi tersebut diharapkan dapat memudahkan supervisor dalam membina guru meningkatkan kinerja dan kompetensi profesionalnya. Supervisi pendidikan merupakan salah satu fungsi pokok administrasi pendidikan selain fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pembiayaan dan penilaian. Semua fungsi administrasi pendidikan tersebut semestinya harus berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing. Supervisi sebagai salah satu fungsi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan fungsi administrasi yang lainnya. Hal itu karena setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan supervisi, maka dalam hal ini isu kebijakan mengenai supervisi pendidikan sangat menarik untuk dikaji terutama kebijakan supervisi pada tingkat lembaga sekolah.

Supervisi pendidikan di sekolah biasanya dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Supervisi sangat dibutuhkan oleh guru-guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran maupun kualitas akademiknya sebagai


(21)

6

penunjang kualitas kompetensi profesionalitasnya yaitu melaksanakan penelitian. Fungsi pengawas sekolah sebagai supervisor merupakan bagian yang integral dengan fungsi-fungsi administrasi pendidikan lainnya. Pengawas sekolah merupakan sosok sentral yang menjadi tumpuan dalam pengambilan kebijakan di sekolah, baik sebagai administrator, motivator, inovator, dan supervisor. Pengawas sekolah merupakan salah satu orang yang bertanggungjawab penuh akan keberhasilan pendidikan di sekolah. Realitas yang terjadi di lapangan sering kali pengawas sekolah lebih banyak berperan sebagai seorang pemimpin atau penguasa tunggal. Pengawas sekolah sering bertindak sewenang-wenang dalam mengambil kebijakan. Oleh karena itu kondisi yang demikian ini sering dimanfaatkan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk mengambil hati , memperoleh peluang untuk kecipratan rezeki dan kekuasaan pengawas sekolah. Sedangkan di sisi yang lain bagi para guru dan pegawai yang tergolong dalam garis oposisi dan berani melawan atau yang tidak patuh terhadap kebijakan pengawas sekolah, harus bersiap untuk menerima berbagai sanksi, seperti kenaikan pangkatnya dipersulit, promosi jabatannya tidak diurus, peluang karir ditutup, dan sebagainya.

Pada kondisi yang seperti ini, tindakan supervisi dari pengawas sekolah sama artinya dengan tindakan mencari-cari kesalahan atau kekurangan guru. Jadi supervisi pendidikan dijadikan sebagai ajang untuk menakut-nakuti guru-guru, sehingga guru akan merasa takut berbuat, akan takut keliru, akan takut dimarahi, bahkan takutnya tidak akan menentu. Suasana yang demikian ini akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan bekerja, inisiatif dan kreativitas guru dalam melakukan penelitian diramalkan akan sulit muncul yang bermuara pada kurang


(22)

7

berkembangnya kemauan dan kemampuan guru untuk membuat PTK. Jadi bisa dikatakan kompetensi professional seorang guru tidak berkembang. Padahal seharusnya supervisi adalah proses mengevaluasi kinerja anggota staf individu maupun kelompok untuk membuat keputusan pribadi yang efektif (Lovell dan Wiles, 1983 : 139).

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2010:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya.

Dengan melihat pentingnya supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah atau siapa saja yang berkompeten untuk itu dalam rangka menumbuhkan kemampuan dan kemauan guru dalam membuat PTK, maka hendaknya supervisi dapat dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Supervisi di sini dapat berupa supervisi langsung (pendekatan directif) dan supervisi tidak langsung (pendekatan in-direktif) serta kolaborasi keduanya (supervisi kolaboratif). Hasil


(23)

8

penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran ditinjau dari konsep diri guru tersebut (Ida Bagus Suragantara, 2012). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan guru menganalisis tes pilihan ganda (Siagian, 2013).

Hasil pengamatan dan observasi di lapangan pada SMA Negeri di kabupaten Nias didapatkan data bahwa dari jumlah guru sebanyak 50 orang belum ada yang membuat proposal PTK apalagi melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Padahal Peraturan baru yang mengatur kenaikan pangkat jabatan fungsional guru (guru dan pengawas sekolah) telah terbit, yakni:

1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

2. Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Berdasar peraturan bersama ini, disebutkan dalam pasal 42 : Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2013.

Kesulitan guru membuat proposal PTK perlu diatasi dengan berbagai upaya, antara lain dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Supervisi perlu dilakukan secara intensif sehingga guru dapat termotivasi melakukan penelitian yang bersumber pada kegiatannya sehari-hari didalam kelas. Demikian pula, pengawas sekolah dalam


(24)

9

melakukan supervisi kepada guru, seyogyanya guru diperhatikan sebagai individu, karena ada perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan manusiawinya. Perlakuan ini sangat diperlukan, terlebih jika guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi perlu didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Pendekatan ini erat kaitannya dengan dua unsur penting keefektifan guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan, yaitu komitmen dan kemampuan berpikir abstrak.

Kemampuan berpikir abstrak diistilahkan sebagai kompleksitas kognitif. Perpaduan antara kepedulian dan kompleksitas kognitif melahirkan tiga tahapan perkembangan profesionalisme, yaitu perkembangan tingkat rendah, tingkat sedang, dan perkembangan tingkat tinggi. Tahapan perkembangan tersebut membutuhkan fasilitas supervisi pengembangan, yang dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) supervisi direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian pada diri sendiri dengan kompleksitas kognitif rendah, (2) supervisi kolaboratif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian kepada siswa dan kompleksitas kognitif menengah, dan (3) supervisi non direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian profesional dengan kompleksitas kognitif tinggi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan supervisi kolaboratif untuk mengetahui pengetahuan profesional guru dalam menyusun proposal PTK. Efektif tidaknya pendekatan supervisi kolaboratif yang dikemukakan tidak terlepas dari faktor pribadi guru karena proses pembelajaran itu sendiri hanya terjadi pada masing-masing individu guru, dan tingkah laku itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh kerangka interpersonal yang meliputi usia, jenis kelamin,


(25)

10

sikap, kemampuan dasar, pengetahuan awal, dan kemampuan berfikir abstrak. Anastasi (1990) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang mengikuti pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah bakat khusus, misalnya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan mekanik, kemampuan ruang, kemampuan verbal, kecepatan persepsi, dan sebagainya. Dengan demikian dalam penelitian ini akan dapat diketahui pengaruh variabel kerangka interpersonal ini terhadap pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait dengan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. Bagaimanakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Faktor-faktor apa sajakah yang memepengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Pendekatan yang bagaimanakah yang dapat membantu guru dalam membuat proposal PTK? Kemudian jika digunakan pendekatan supervisi kolaboratif, apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK dapat meningkat daripada menggunakan pendekatan direktif? Apakah supervisi yang dilakukan pengawas sekolah sudah efektif sehingga mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Apakah guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi dalam membuat proposal PTK dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah? Apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir


(26)

11

abstrak guru dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK?

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti hanya menyangkut aspek kognitif guru yaitu pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Pendekatan supervisi dibedakan atas pendekatan supervisi kolaboratif dan pendekatan supervisi direktif. Variabel kemampuan berpikir abstrak mencakup dua taraf, yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan supervisi direktif?

2. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah?

3. Apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK?


(27)

12

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan direktif.

2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik manfaat teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah :

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan mutu bagi pengawas sekolah dalam memecahkan masalah guru terutama dalam dimensi kompetensi professional yaitu melakukan penelitian khususnya Penelitian Tindakan sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran guru yang dilakukan kepada peserta didik, meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih professional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.


(28)

13

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memahami arti pentingnya membuat proposal PTK, Disamping itu pendekatan yang tepat dilakukan yaitu supervisi kolaboratif bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK sehingga kedepan dapat mendorong guru untuk kenaikan pangkat kejenjang yang lebih tinggi.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain guna melakukan penelitian yang sama atau yang mirip dengan penelitian ini.

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah :

1. Kiranya penelitian ini dapat memperkenalkan penerapan pendekatan supervisi kolaboratif sebagai salah satu strategi pengawas sekolah dalam membina dan meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun penelitian khususnya membuat proposal PTK.

2. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan memperbaiki paradigma guru dalam melakukan penelitian yang berguna bagi peningkatan kompetensi guru itu sendiri.

3. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah sehingga lebih banyak lagi guru dan pengawas sekolah yang memperoleh informasi hasil penelitian ini.


(29)

134 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil tes pengetahuan guru menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan

menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif lebih tinggi dari hasil tes kemampuan guru yang disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif. 2. Pengetahuan guru dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.

3. Terdapat interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas. Dari hasil uji lanjut ternyata guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah memperoleh pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas lebih tinggi jika disupervisi dengan pendekatan kolaboratif daripada guru yang disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif, sedangkan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas tidak berbeda jika disupervisi dengan pendekatan supervisi kolaboratif maupun pendekatan supervisi direktif.


(30)

135

B. Implikasi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendekatan supervisi terhadap hasil tes pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa pendekatan supervisi merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil tes pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan pendekatan supervisi yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif guru dalam kegiatan supervisi yang akhirnya dapat membantu keberhasilan guru dan ketercapaian tujuan supervisi yang diharapkan.

Dengan demikian konsekuensinya apabila pendekatan supervisi yang diterapkan kurang tepat maka tentu akan berakibat berkurang juga partisipasi aktif guru dalam kegiatan supervisi baik dalam supervisi pembelajaran maupun supervisi akademik. Melalui penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil tes guru dalam menyusun proposal PTK lebih tinggi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dari pada pendekatan supervisi direktif. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman guru dan hasil tes yang diberikan kepada guru, karena dalam pendekatan supervisi kolaboratif ini guru lebih aktif untuk merekonstruksi sendiri ilmu tentang pembuatan proposal yang diperolehnya, guru lebih kreatif dan berupaya menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam pembuatan proposal PTK dalam kerangka pencapaian tujuan supervisi yang diharapkan pengawas dan guru itu sendiri. Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan pendekatan supervisi kolaboratif terhadap pengetahuan guru menyusun proposal PTK berimplikasi pada pengawas


(31)

136

sekolah untuk melaksanakan pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif diharapkan pengawas sekolah dapat memotivasi dan membangkitkan keterlibatan guru dan partisipasi guru terhadap materi penyusunan proposal PTK dan dapat menciptakan suasana yang kondusif dan bernuansa kemitraan yang lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan supervisi.

Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir guru berpengaruh terhadap pengetahuan menyusun proposal PTK. Guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi secara rata-rata memiliki hasil lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah. Guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau konsep-konsep dalam materi pembuatan proposal PTK yang sangat kompleks. Dengan demikian maka guru yang selalu melatih dirinya secara terus menerus akan menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran di kelas yang dapat dituangkan melalui penelitian tindakan kelas. Mengingat tingkat kemampuan berpikir abstrak guru mempengaruhi cara dirinya menerima, menalar, dan mempraktekkan bagaimana cara membuat proposal penelitian tindakan kelas. Peningkatan kemampuan berpikir abstrak guru dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada guru dalam bentuk penguatan-penguatan dalam kegiatan supervisi dengan pengawas sekolah dan sebagainya. Kemampuan berpikir abstrak guru dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa pengetahuan menyusun proposal


(32)

137

penelitian tindakan kelas pada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih baik daripada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya interaksi antara pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Interaksi tersebut terindikasi dari guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara rata-rata mempunyai hasil tes yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pendekatan supervisi direktif, sedangkan bagi guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pendekatan supervisi kolaboratif. Dengan demikian dapat dipahamai bahwa pendekatan supervisi kolaboratif lebih tepat digunakan bagi guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi, sedangkan pendekatan supervisi direktif lebih tepat digunakan bagi guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah. Hasil penelitian ini juga menunjuukkan bahwa untuk meningkatkan hasil tes guru dipengaruhi oleh pendekatan supervisi yang diterapkan oleh pengawas sekolah dan kemampuan berpikir abstrak guru. Dalam hal ini antara guru dan pengawas sekolah mempunyai peranan penting yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil tes kemampuan guru dalam membuat proposal PTK itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak juga sangat berperan efektif. Konsekuensi logis dari interaksi pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak berimplikasi kepada pengawas sekolah yang


(33)

138

melaksanakan supervisi dan guru yang disupervisi. . Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara pendekatan supervisi yang digunakan pengawas sekolah dengan tingkat kemampuan berpikir abstrak guru. Penggunaan pendekatan supervisi yang dapat memaksimalkan kemampuan guru, baik pada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan supervisi. Kepada pengawas sekolah, agar dapat memahami lebih mendalam dan tentunya melaksanakan dengan baik pendekatan supervisi dalam kegiatan supervisi karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil tes guru, sedangkan untuk guru agar selalu berupaya mengembangkan kemampuuan berpikirnya dengan lebih banyak belajar dan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam berpikir. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru.

C. Saran

1. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru perlu dilakukan upaya dengan menggunakan pendekatan supervisi kolaboratif. Kepada pengawas sekolah, bahwa pendekatan supervisi kolaboratif lebih baik diberikan kepada guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan pendekatan supervisi direktif lebih baik diterapkan kepada guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah. 2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir abstrak pada guru perlu


(34)

139

melakukan aktivitas, (c) pengalaman sosial, dan (d) ekuilibrasi (proses pengaturan diri), yang kesemuanya itu saling berinteraksi untuk mempengaruhi berbagai perubahan dalam berpikir seseorang

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru ditinjau dari penggunaan pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak guru. Selanjutnya memperluas jumlah sampel dan menambah variabel-variabel yang dikontrol sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih luas mengenai pendekatan supervisi dan karakteristik guru.


(35)

140

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing). (Edisi Ketujuh).Jakarta: Indeks.

Abidin, Yunus. 2014. Desain pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Alfonso, RJ. Firth, G.R. & Neville, R.F. 1981. Instructional Supervision: A Behavior System. Boston: Allyn and Bacon, Inc.(OnLine), (http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/10.%20Yudha%20M.% 20Saputra.pdf, diakses 04 Maret 2015)

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (untuk guru). Bandung: Yrama Widya.

Arends., Richard I. 2012.Learning to Teach.New York: McGraw-Hill

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. 2009.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, Suhardjono, & Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asf, Jasmani. & Syaiful Mustofa. 2013. Supervisi Pendidikan (Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru). Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daryanto. 2001.Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Diklat Teknis Penelitian Kelas Guru SMA.Jakarta: Depdiknas

Dharma, Agus. 2001. Manajemen Supervisi. Edisi Ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ebmeier, H. and Nicklaus, H. (1999). The impact of peer and principal collaborative supervision on teachers’ trust, commitment, desire for collaboration, and efficacy. Journal of Curriculum and Supervision. 14(4): 351-378.

Edward De Bono. 1992.Mengajar Berfikir. Jakarta : Erlangga.


(36)

141

---. 2010. Supervision and Instructional Leadership : Eight Edition.Boston : Pearson

Humphrey, Mary. 2005. Living the Hero’s Quest : Character Building Through Action Research.London: Libraries Unlimited

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 (Knci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia

Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Joyce, B. Marsha Weil. & Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching (Model-model Pengajaran), (Edisi Kedelapan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kaufman, James, C. 2009. Intelligent Testing.New York: Cambridge University

Press

Koshy, Valsa. 2005. Action Research For Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing

Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. 2014. The Action research Planner (doing Critical Participatory Action research).Singapura: Springer. Kusumah, Wijaya, Dwitagama, D. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Indeks

Lovell, Jhon & Wiles Kimball. 1993. Supervision For Better Schools : Fifth Edition.New Jersey : Prentice-hall, Inc.

Matondang, Z. 2013.Statistika pendidikan.Medan: Unimed Press

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru.Bandung : Alfabeta.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional & Kepala BKN Nomor 3/V/PB/2010 & Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

Pidarta, Made. 2009.Supervisi Pendidikan Kontekstual.Jakarta : Rineka Cipta. Robbins, Stephen P. Dkk. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior).

Jakarta. Salemba Empat.

Sagala, Syaiful. 2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. ---.2013. Konsep dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu


(37)

142

Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar & teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Santrock, John. W. 2013.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sani R. Abdullah & Sudiran. 2013. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.

Saputra, Yudha. 2011. Model Pengawasan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD.Cakrawala Pendidikan, November 2011, Th. XXX, No. 3

Semiawan, R., Conny. 1999. Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin.Jakarta: Grasindo.

Sergiovanni, T.J & Starratt, R.J. 1993. Supervision: A Redefinition. New York: McGraw-Hill, Inc

Setiawan, Wawan. dkk. Penerapan model pengajaran langsung (direct instruction) Untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam Pembelajaran rekayasa perangkat lunak (rpl). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK). Vol. 3 No. 1/Juni 2010. ISSBN 1979-9462.

Siagian, M. 2014. Peningkatan Keterampilan Guru Menganalisis Tes Pilihan Ganda Melalui Supervisi Kolaboratif di SMA Negeri Kecamatan Merlung dan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi. Thesis. Universitas Negeri Medan.

Silitonga, S. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMP Negeri 3 Medan. Thesis. Universitas Negeri Medan.

Soenanto, H. 2014.Modul Psikotes Terlengkap.Yogyakarta: Media Pressindo Suhardjono 2008.Karya Tulis Ilmiah dan Pengembangan Profesi Guru. Makalah

disajikan pada Temu Konsultasi dalam Rangka Koordinasi dan Pembinaan Kepegawaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Biro Kepegawaian, griya Astuti Nopember 2006 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta

Sukardi. Dewa Ketut & Nila Kusumawati. 2009.Analisis Tes Psikologis (Teori & Praktek).Jakarta: Rineka Cipta

Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.


(38)

143

__________. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

__________. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran teori dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media

Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologi.Yogyakarta: Andi Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi

Pengawas Sekolah.Bekasi: Binamitra Publishing

Suragantara, Bagus, Ida. 2012. “Pengaruh Supervisi Kolaboratif Berbasis Evaluasi Diri Terhadap Kemampuan Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran Ditinjau dari Konsep Diri Guru Pada Guru Gugus III Kelurahan Sukowati”.Jurnal Penelitian Pasca Sarjana Undiksha. Vol. 3 No.2

Tim Pascasarjana Unimed. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi.Medan: Program Pasca Sarjana Unimed

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition. (Edisi kesepuluh).Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(1)

melaksanakan supervisi dan guru yang disupervisi. . Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara pendekatan supervisi yang digunakan pengawas sekolah dengan tingkat kemampuan berpikir abstrak guru. Penggunaan pendekatan supervisi yang dapat memaksimalkan kemampuan guru, baik pada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan supervisi. Kepada pengawas sekolah, agar dapat memahami lebih mendalam dan tentunya melaksanakan dengan baik pendekatan supervisi dalam kegiatan supervisi karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil tes guru, sedangkan untuk guru agar selalu berupaya mengembangkan kemampuuan berpikirnya dengan lebih banyak belajar dan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam berpikir. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru.

C. Saran

1. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru perlu dilakukan upaya dengan menggunakan pendekatan supervisi kolaboratif. Kepada pengawas sekolah, bahwa pendekatan supervisi kolaboratif lebih baik diberikan kepada guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan pendekatan supervisi direktif lebih baik diterapkan kepada guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah. 2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir abstrak pada guru perlu


(2)

melakukan aktivitas, (c) pengalaman sosial, dan (d) ekuilibrasi (proses pengaturan diri), yang kesemuanya itu saling berinteraksi untuk mempengaruhi berbagai perubahan dalam berpikir seseorang

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru ditinjau dari penggunaan pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak guru. Selanjutnya memperluas jumlah sampel dan menambah variabel-variabel yang dikontrol sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih luas mengenai pendekatan supervisi dan karakteristik guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing). (Edisi Ketujuh).Jakarta: Indeks.

Abidin, Yunus. 2014. Desain pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Alfonso, RJ. Firth, G.R. & Neville, R.F. 1981. Instructional Supervision: A Behavior System. Boston: Allyn and Bacon, Inc.(OnLine), (http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/10.%20Yudha%20M.% 20Saputra.pdf, diakses 04 Maret 2015)

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (untuk guru). Bandung: Yrama Widya.

Arends., Richard I. 2012.Learning to Teach.New York: McGraw-Hill

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. 2009.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, Suhardjono, & Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asf, Jasmani. & Syaiful Mustofa. 2013. Supervisi Pendidikan (Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru). Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daryanto. 2001.Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Diklat Teknis Penelitian Kelas Guru SMA.Jakarta: Depdiknas

Dharma, Agus. 2001. Manajemen Supervisi. Edisi Ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ebmeier, H. and Nicklaus, H. (1999). The impact of peer and principal

collaborative supervision on teachers’ trust, commitment, desire for collaboration, and efficacy. Journal of Curriculum and Supervision. 14(4): 351-378.

Edward De Bono. 1992.Mengajar Berfikir. Jakarta : Erlangga.


(4)

---. 2010. Supervision and Instructional Leadership : Eight Edition.Boston : Pearson

Humphrey, Mary. 2005. Living the Hero’s Quest : Character Building Through Action Research.London: Libraries Unlimited

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 (Knci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia

Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Joyce, B. Marsha Weil. & Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching (Model-model Pengajaran), (Edisi Kedelapan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kaufman, James, C. 2009. Intelligent Testing.New York: Cambridge University

Press

Koshy, Valsa. 2005. Action Research For Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing

Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. 2014. The Action research Planner (doing Critical Participatory Action research).Singapura: Springer. Kusumah, Wijaya, Dwitagama, D. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Indeks

Lovell, Jhon & Wiles Kimball. 1993. Supervision For Better Schools : Fifth Edition.New Jersey : Prentice-hall, Inc.

Matondang, Z. 2013.Statistika pendidikan.Medan: Unimed Press

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru.Bandung : Alfabeta.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional & Kepala BKN Nomor 3/V/PB/2010 & Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

Pidarta, Made. 2009.Supervisi Pendidikan Kontekstual.Jakarta : Rineka Cipta. Robbins, Stephen P. Dkk. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior).

Jakarta. Salemba Empat.

Sagala, Syaiful. 2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. ---.2013. Konsep dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu


(5)

Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar & teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Santrock, John. W. 2013.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sani R. Abdullah & Sudiran. 2013. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.

Saputra, Yudha. 2011. Model Pengawasan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD.Cakrawala Pendidikan, November 2011, Th. XXX, No. 3

Semiawan, R., Conny. 1999. Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin.Jakarta: Grasindo.

Sergiovanni, T.J & Starratt, R.J. 1993. Supervision: A Redefinition. New York: McGraw-Hill, Inc

Setiawan, Wawan. dkk. Penerapan model pengajaran langsung (direct instruction) Untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam Pembelajaran rekayasa perangkat lunak (rpl). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK). Vol. 3 No. 1/Juni 2010. ISSBN 1979-9462.

Siagian, M. 2014. Peningkatan Keterampilan Guru Menganalisis Tes Pilihan Ganda Melalui Supervisi Kolaboratif di SMA Negeri Kecamatan Merlung dan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi. Thesis. Universitas Negeri Medan.

Silitonga, S. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMP Negeri 3 Medan. Thesis. Universitas Negeri Medan.

Soenanto, H. 2014.Modul Psikotes Terlengkap.Yogyakarta: Media Pressindo Suhardjono 2008.Karya Tulis Ilmiah dan Pengembangan Profesi Guru. Makalah

disajikan pada Temu Konsultasi dalam Rangka Koordinasi dan Pembinaan Kepegawaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Biro Kepegawaian, griya Astuti Nopember 2006 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta

Sukardi. Dewa Ketut & Nila Kusumawati. 2009.Analisis Tes Psikologis (Teori & Praktek).Jakarta: Rineka Cipta

Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.


(6)

__________. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

__________. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran teori dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media

Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologi.Yogyakarta: Andi Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi

Pengawas Sekolah.Bekasi: Binamitra Publishing

Suragantara, Bagus, Ida. 2012. “Pengaruh Supervisi Kolaboratif Berbasis Evaluasi

Diri Terhadap Kemampuan Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran Ditinjau dari Konsep Diri Guru Pada Guru Gugus III Kelurahan

Sukowati”.Jurnal Penelitian Pasca Sarjana Undiksha. Vol. 3 No.2

Tim Pascasarjana Unimed. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi.Medan: Program Pasca Sarjana Unimed

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition. (Edisi kesepuluh).Yogyakarta: Pustaka Pelajar