HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN PERBAIKAN KONDISI PASIEN STROKE Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Perbaikan Kondisi Pasien Stroke di RSU DR. Moewardi Surakarta.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN
DENGAN PERBAIKAN KONDISI PASIEN STROKE DI RSU DR. MOEWARDI SURAKARTA
Usulan Penelitian
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Fisioterapi
Disusun Oleh: AHMAD ABDURRAHIM
J120151120
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
“HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN PERBAIKAN KONDISI PASIEN STROKE DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA” Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab disabilitas yang utama diseluruh dunia. Pasien stroke memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, jenis stroke, penyebab stroke, dan riwayat stroke. Cepat atau lambatnya proses penyembuhan pasien stroke tergantung pada penangan yang diberikan pada pasien. Dengan melihat karakteristik pasien tenaga medis dapat menentukan intervensi yang tepat untuk pasien. Dengan begitu proses perbaikan kondisi akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tujuan: Mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan perbaikan kondisi pasien stroke
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan retrospektif. Dengan menggunakan data sekunder yang berupa rekam medik pasien rawat inap pada bulan september sampai november dengan jumlah 321 pasien. Data yang didapat lalu dilakukan uji hubungan menggunakan uji korelasi spea rman rho dengan kepercayaan 5 %.
Hasil Penelitian: Ada hubungan karakteristik pasien dilihat dari pekerjaan, jenis stroke, dan riwayat stroke dengan perbaikan kondisi pasien. Dilihat dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi spearman rho didapatkan hasil nilai signifikan < 0,05.
Kesimpulan: ada hubungan antara karakteristik pasien dengan perbaikan kondisi pasien stroke di RSU DR Moewardi Surakarta
Kata Kunci: Karakteristik Pasien , Perbaikan Kondisi, Stroke ABSTRACT
"CHARACTERISTICS OF PATIENTS WITH RELATIONS IMPROVING CONDITIONS STROKE PATIENTS IN RSDU DR. MOEWARDI
SURAKARTA "
Background: Stroke is the second leading cause of death and a major cause of disability worldwide. Stroke patients have different characteristics from one another. These characteristics can be seen on the age, sex, occupation, type of stroke, the cause of stroke, and history of stroke. Fast or slow the healing process of patients with stroke depends on the handlers provided to patients. By looking at the characteristics of the patient's medical staff can determine appropriate interventions for patients. With the improvement of conditions so the process will be run in accordance with what is expected.
Objective: To determine the relationship characteristic of patients with improvement of the condition of stroke patients
(6)
Methods: The study wa s a retrospective observational analytic approach. By using secondary data such as medical records of patients hospitalized in september until november by the number of 321 patients. Data were obtained and tested relationships using Spearman rho correlation test with 5% confidence. Results: There was a relationship of employment characteristics of the patient visits, type of stroke, and history of stroke by improving the condition of the patient. Judging from the results of the statistical test using Spearman rho correlation test showed significant values < 0.05.
Conclusions: No association between patient characteristics by improving the condition of stroke patients in RSU DR Moewardi Surakarta
Keywords: Patient Characteristics, Repair Conditions, Stroke
1. PENDAHULUAN
Stroke termasuk gangguan cerebrova skuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infrak cerebral) yang terjadi karena berkurangnya suplai darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya suplai darah dan oksigen ke otak dikarenankan adanya sumbatan, penyempitan ataupun pecahnya pembuluh darah (Ginsberg, 2007).
Setiap pasien stroke memiliki karakteristik berbeda – beda satu dengan yang lainnya. Karakteristik pasien stroke dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, penyebab terjadinya stroke, jenis stroke yang dialami, dan riwat stroke yang dialaminya. Dari karakteristik pasien tersebut akan mengakibatkan masalah yang timbul juga akan berbeda – beda (Junaidi, 2004).
Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh stroke bagi kehidupan manusia pun sangat kompleks. Adanya gangguan-gangguan fungsi vital otak seperti gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan sensasi, dan gangguan refleks gerak akan menurunkan kemampuan aktifitas fungsional individu sehari-hari. Pemahaman yang tepat pada penanganan pasien stroke penting untuk dilakukan (Irfan, 2014).
Perkembangan kondisi pasien pada saat di rawat di bangsal rumah sakit sangat perlu diperhatikan setiap harinya. Pencatatan perkembangan kondisi pasien perlu dilakukan untuk melakukan evaluasi perkembangan kondisi pasien setiap harinya. Parameter yang digunakan dalam masa perbaikan berupa pengecekan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, temperatur / suhu tubuh, dan pernafasan (Jones, 2009).
(7)
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan retrospektif (case control) yaitu penelitian epidemiologi analitik observasional yang menjelaskan hubungan antara efek dengan faktor resiko, penelitian mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (case) dan pasien tanpa efek (control) kemudian ditelusuri secara retrospektif apakah ada faktor resiko atau tidak (Notoatmodjo, 2010).
3. PEMBAHASAN
3.1Hubungan karakteristik umur pasien dengan perbaikan kondisi Umur adalah salah satu faktor resiko terjadinya stroke yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor degenerasi sangat mempengaruhi laju perbaikan kondisi pasien stroke. Aterosklerosis merupakan penyebab utama pada usia lanjut, sedang kemungkinan pendarahan lebih sering dijumpai pada anak atau dewasa muda. Dalam penelitian ini frekuensi terjadinya stroke pada umur dibawah 60 tahun lebih banyak dibandingkan umur diatas 60 tahun. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswanto pada tahun 2005 dimana angka kejadian stroke lebih banyak terjadi pada usia lanjut (Siswanto, 2005). Menurut hasil penelitian ini umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap proses perbaikan kondisi pada pasien stroke. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya angka kejadian stroke yang terjadi pada usia dibawah 60 tahun. Karena pada penderita stroke di usia muda proses perbaikan kondisi relatif lebih cepat dibandingkan pada usia tua karena belum adanya proses degeneratif. Selain itu banyaknya faktor pencetus yang mengakibatkan stroke menjadikaan umur bukan menjadi parameter perbaikan kondisi pasien stroke (Ness et al., 2010).
3.2Hubungan karakteristik jenis kelamin pasien dengan perbaikan kondisi
Presentase jumlah pasien stroke dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien stroke dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(8)
Handayani pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa angka kejadian stroke pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun meskipun angka kejadian lebih besar pada laki – laki daripada perempuan secara umum, dampak stroke wanita lebih buruk pada perempuan (Thom et al., 2006).
Pada umumnya stroke penyumbatan lebih sering dialami oleh perempuan. Laki – laki cenderung menderita stroke yang diakibatkan oleh pendarahan, hal ini terkait dengan aktivitas yang dilakukan mereka. Akan tetapi perempuan setelah mengalami menopouse risiko perempuan sama dengan laki-laki untuk terkena serangan stroke dan penyakit jantung (Rahmani, 2007).
3.3Hubungan karakteristik pekerjaan pasien stroke dengan perbaikan kondisi
Dari data yang didapatkan angka kejadian serangan stroke paling tinggi pada pekerja swasta. Pasien dengan pekerjaan yang dapat meninggakat tingkat stress akan mengakibatkan ketidakstabilan tekanan darah. Dimana pekerjaan akan memperberat proses perbaikan kondisi dengan tingkat stres tinggi maka proses perbaikan sel – sel yang rusak pada kondisi stroke. Meminimalkan tingkat stres pada pasien adalah salah satu upaya untuk mempercepat proses penyembuhan (Kivimaki dan Kawachi, 2015).
Dalam perbaikan kondisi pasien yang paling berhubungan adalah pada tekanan darah. Pada pekerjaan dengan intensitas stress yang tinggi akan mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan darah adalah faktor yang sangat diperhatikan dalam kejadian stroke. Tekanan darah yang tinggi akan mendorong low density loppoprotein (LDL) kolesterol untuk masuk ke dalam lapisan intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut. Maka dari itu dalam penelitian ini pekerjaan ada hubungannya dengan perbaikan kondisi pasien stroke, dalam hal ini manajemen kontrol terhadap tingkat stess pasien sangat
(9)
perlu diperhatikan guna untuk menjaga tekanan darah tetap stabil (Lumongga, 2007).
3.4Hubungan karakteristik jenis stroke dengan perbaikan kondisi Dari data yang telah diambil didapatkat angka kejadian stroke non hemoragik lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian stroke hemoragik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dinata (2012), berdasarkan laporan American Heart Association, stroke non hemoragik lebih banyak dibandingkan stroke non hemoragik dimana 88% dari total kejadian stroke. Mayoritas pasien baik non hemoragik dan henoragik pada penelitian ini pulang dengan tekanan darah normal. Hal ini berarti bahwa penanganan hipertensi pada pasien stroke sudah baik (Patrick, 2005). Pasien stroke hemoragik memiliki lama hari rawat yang lebih panjang dibandingkan pasien stroke non hemoragik. Lama rawat yang panjang pada pasien stroke hemoragik terjadi karena sebagian besar pasien hemoragik dating ke rumah sakit dengan kondisi kesadaran yang menurun. Keadaan seperti inilah yang membutuhkan perawatan yang intensif terutama pada daerah yang terjadi pendarahan. Pada umumnya penderita stroke non hemoragik akan dirawat selama kurang lebih 7-10 hari sedangkan penderita stroke hemoragik bisa dirawat lebih lama yaitu 14-21 hari (Heminawati, 2010).
3.5Hubungan karakteristik penyebab terjadinya stroke dengan perbaikan kondisi
Stroke terjadi karena adanya faktor penyebab terjadinya dimana dalam penelitian ini faktor penyebab yang paling tinggi adalah hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, yaitu sama atau lebih dari 140/90 mmhg. Hipertensi dapat menyebababkan stroke non hemoragik maupun hemoragik, tetapi kejadian stroke hemoragik akibat hipertensi lebih banyak sekitar 80%. Dalam fase penyembuhan kontrol terhadap tekanan darah sangatlah penting. Dimana tekanan darah jangka panjang harus rendah namun jangan diturunkan secara akut karena ini dapat mencetuskan infark yang
(10)
terdapat pada daerah yang terletak diantara arteri-arteri besar serebrum. Batas penurunan tekanan darah harus tidak lebih dari 20-25% dari tekanan darah aterial rata-rata (Patrick, 2005).
3.6Hubungan karakteristik riwayat stroke dengan perbaikan kondisi Dari hasil data yang diambil angka kejadian stroke berulang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang baru mengalami serangan pertama. Namun dalam fase penyembuhan pasien dengan serangan stroke berulang mebutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan semakin banyak faktor resiko seseorang terhadap kejadian stroke, semakin besar pula kemungkinan terjadinya stroke berulang. Banyaknya faktor resiko yang dimiliki pasien dengan serangan stroke berulang inilah yang menjadi penghambat laju perbaikan kondisi pasien (Siswanto, 2010).
Pada serangan stroke pertama biasanya luas daerah yang rusak masih kecil. Hal ini memungkinkan perbaikan kondisi dalam waktu singkat, karena proses regenerasi yang cepat. Sedangkan sampai sekarang belum ada batasan yang tepat untuk stroke berulang daerah yang berbeda daripada serangan pertama, kejadian stroke berulang memiliki gejala yang lebih buruk karena luas daerah yang rusak semakin luas. Jadi dalam menentukan perbaikan kondisi pasien stroke harus diperhatikan apakah pasien sudah pernah memiliki riwayat stroke sebelumnya (Moroney ,2006).
4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1Simpulan
a. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik umur dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
b. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis kelamin dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
c. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
(11)
d. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
e. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik penyebab terjadinya stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke. f. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik
riwayat stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke. 4.2Saran
a. Bagi institusi rumah sakit
Dalam melakukan pencatatan rekam medis harus dilakukan dengan rinci dan lebih lengkap.
b. Bagi peneliti lain
Menganalisis lebih mendalam mengenai masing-masing karakteristik yang dimilik pasien stroke. Dan membandingkan dengan daerah lainnya dengan responden yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKAN
Agustina, H.R. 2009. Kajian Kebutuhan Pera watan di Rumah Bagi Klien dengan Stroke di RSUD Cianur. Universitas Padjadjaran.
Ardelt, A. A. 2009. Cute Handbook Of Cerebrovascular Desea se And Neuro interventilational Technique. New York: Humana Press.
Bethesda Stroke Center. 2012. Pengetauan Sekilas Tentang Stroke. http://www.strokebethesda.com/index2.php?option.com. diakses tanggal 12 juli 2015
Burns, D. K, V, Kumar, V, R. S. Cortran. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; EGC. pp: 903-948.
Dannon G. A, Fisher M, Macleod M, Davis S. M. 2008. Stroke. Thelancet. www.thelancet.com Vol 371
Dinata. 2012. Gambaran Faktor Resiko dan Tipe Stroke Pada Pa sien Ra wat Inapdi Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan. Solok Dobkin, Bruce H. 2004. Strategies for stroke rehabilitation. The Lancet
Neurology Vol 3
Engstrom G. 2005. Matrial Status And Lo Grade Inflamation (Mutual Confounding Or Independent Cardiovascular Risk Factor). Journal Of The American Heart Association.
Feigin, V. 2006. Stroke. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Galdal P Cheater F , Marhall P. 2010. Men And Health Help Seeking Behaviour. Literature Review. Journal of Advance Nursing. 49(6):616-623
(12)
Ginsberg, L. 2007. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: EMS
Gofir, A. 2009. Manajemen Stroke: Evidence Based Medicine. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.
Heminawati. 2010. Perbedaan Lama Ra wat Inap Antara Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Di Rsud Tugurejo. Semarang.
Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu Jones, R. M. 2009. Penilaian Umum dan Tanda – Tanda Vital. Jakarta:
Juanaidi, I. 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Junaidi, I. 2007. Stroke A-Z. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Kemenkes. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda s) Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI
Kivimaki, M, Kawachi, I. 2015. Work Stress as Risk Factor for Cardiovascular Disease. Cur Cardiol Rep 17:74. Doi 10.1007/s11886-015-0630-8.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Larson J, Franze, Dahlin. 2005. Predictors Of Quality Of Life Among Spouses Of Stroke Patient During The First Year Fter The Stroke Event. Scand J Caring Sci 19:439-445
Lumongga F. 2007. Atherosclerosis. Respiratory.usu.ac.id/bitstream /1233456789 /2060/1/09E01458.pdf. diakses 10 juli 2016
Masood, D.E, Roach, E.C, Beauregard, K.G, and Khalil, R.A. 2010. Impact of sex hormone metabolism on the vascular effects of menopausal hormone therapy in cardiovascular disease. Current Drug Metabolism 11, 693-714. doi: 10.2174/138920010794233477.
Moroney J T. 2006. Risk Factors For Early Recurrence Fter Ischemic Stroke: The Role Of Stroke Syndrome And Subtype. J Stroke.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Kepera watan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nastiti, D. 2012. Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke Rwat Inap Di Rumah Sakit Krakatau Medika. Skripsi. Universitas Indonesia.
Ness J, Aronow W S, Ahn C. 2010. Risk Factor for Ischemic Stroke in Older Persons in a Academic Hospital Based Geriatrics Practice. J Preventive Cardiology, 3:118-120
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Patrick, 2005. At a Glance Medicine. Jakarta. Erlangga
Rahmani W. 2007. Stroke? Ke Bukit Tinggi Saja. Http://www.promosi kesehatan.com/?act=article&id=289. Diakses 10 Juli 2016
Rujito. 2007. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stroke Fase Akut. [Diakses tanggal 10 November 2015]. Didapat dari: http://www.stroketheraphy.co.org/ articles_health. details.php.
(13)
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Kepera watan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soertidewi L, Misbach J. 2007. Epidemiologi Stroke. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & N. Bandung. Alfabeta
Thom T, Haase N, Rosamond W,. 2006. Heart Disease and Stroke Statistics.
American Heart Asociation Statistics Committe. circulation 113:e85-e151 Truslen, T., Bonita, R. 2003. Advance in ischemic stroke epidemiology advance in
neurology. Vol 92. New York: Lipincott Williams Wilkins
Wahjoepramono. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Jakarta. Universitas Pelita Harapan
Wardhana, W.A. 2011. Strategi Mengatasi dan Bangkit dari Stroke: Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
(1)
Handayani pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa angka kejadian stroke pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun meskipun angka kejadian lebih besar pada laki – laki daripada perempuan secara umum, dampak stroke wanita lebih buruk pada perempuan (Thom et al., 2006).
Pada umumnya stroke penyumbatan lebih sering dialami oleh perempuan. Laki – laki cenderung menderita stroke yang diakibatkan oleh pendarahan, hal ini terkait dengan aktivitas yang dilakukan mereka. Akan tetapi perempuan setelah mengalami menopouse risiko perempuan sama dengan laki-laki untuk terkena serangan stroke dan penyakit jantung (Rahmani, 2007).
3.3Hubungan karakteristik pekerjaan pasien stroke dengan perbaikan kondisi
Dari data yang didapatkan angka kejadian serangan stroke paling tinggi pada pekerja swasta. Pasien dengan pekerjaan yang dapat meninggakat tingkat stress akan mengakibatkan ketidakstabilan tekanan darah. Dimana pekerjaan akan memperberat proses perbaikan kondisi dengan tingkat stres tinggi maka proses perbaikan sel – sel yang rusak pada kondisi stroke. Meminimalkan tingkat stres pada pasien adalah salah satu upaya untuk mempercepat proses penyembuhan (Kivimaki dan Kawachi, 2015).
Dalam perbaikan kondisi pasien yang paling berhubungan adalah pada tekanan darah. Pada pekerjaan dengan intensitas stress yang tinggi akan mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan darah adalah faktor yang sangat diperhatikan dalam kejadian stroke. Tekanan darah yang tinggi akan mendorong low density loppoprotein (LDL) kolesterol untuk masuk ke dalam lapisan intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut. Maka dari itu dalam penelitian ini pekerjaan ada hubungannya dengan perbaikan kondisi pasien stroke, dalam hal ini manajemen kontrol terhadap tingkat stess pasien sangat
(2)
perlu diperhatikan guna untuk menjaga tekanan darah tetap stabil (Lumongga, 2007).
3.4Hubungan karakteristik jenis stroke dengan perbaikan kondisi
Dari data yang telah diambil didapatkat angka kejadian stroke non hemoragik lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian stroke hemoragik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dinata (2012), berdasarkan laporan American Heart Association, stroke non hemoragik lebih banyak dibandingkan stroke non hemoragik dimana 88% dari total kejadian stroke. Mayoritas pasien baik non hemoragik dan henoragik pada penelitian ini pulang dengan tekanan darah normal. Hal ini berarti bahwa penanganan hipertensi pada pasien stroke sudah baik (Patrick, 2005). Pasien stroke hemoragik memiliki lama hari rawat yang lebih panjang dibandingkan pasien stroke non hemoragik. Lama rawat yang panjang pada pasien stroke hemoragik terjadi karena sebagian besar pasien hemoragik dating ke rumah sakit dengan kondisi kesadaran yang menurun. Keadaan seperti inilah yang membutuhkan perawatan yang intensif terutama pada daerah yang terjadi pendarahan. Pada umumnya penderita stroke non hemoragik akan dirawat selama kurang lebih 7-10 hari sedangkan penderita stroke hemoragik bisa dirawat lebih lama yaitu 14-21 hari (Heminawati, 2010).
3.5Hubungan karakteristik penyebab terjadinya stroke dengan
perbaikan kondisi
Stroke terjadi karena adanya faktor penyebab terjadinya dimana dalam penelitian ini faktor penyebab yang paling tinggi adalah hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, yaitu sama atau lebih dari 140/90 mmhg. Hipertensi dapat menyebababkan stroke non hemoragik maupun hemoragik, tetapi kejadian stroke hemoragik akibat hipertensi lebih banyak sekitar 80%. Dalam fase penyembuhan kontrol terhadap tekanan darah sangatlah penting. Dimana tekanan darah jangka panjang harus rendah namun jangan diturunkan secara akut karena ini dapat mencetuskan infark yang
(3)
terdapat pada daerah yang terletak diantara arteri-arteri besar serebrum. Batas penurunan tekanan darah harus tidak lebih dari 20-25% dari tekanan darah aterial rata-rata (Patrick, 2005).
3.6Hubungan karakteristik riwayat stroke dengan perbaikan kondisi
Dari hasil data yang diambil angka kejadian stroke berulang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang baru mengalami serangan pertama. Namun dalam fase penyembuhan pasien dengan serangan stroke berulang mebutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan semakin banyak faktor resiko seseorang terhadap kejadian stroke, semakin besar pula kemungkinan terjadinya stroke berulang. Banyaknya faktor resiko yang dimiliki pasien dengan serangan stroke berulang inilah yang menjadi penghambat laju perbaikan kondisi pasien (Siswanto, 2010).
Pada serangan stroke pertama biasanya luas daerah yang rusak masih kecil. Hal ini memungkinkan perbaikan kondisi dalam waktu singkat, karena proses regenerasi yang cepat. Sedangkan sampai sekarang belum ada batasan yang tepat untuk stroke berulang daerah yang berbeda daripada serangan pertama, kejadian stroke berulang memiliki gejala yang lebih buruk karena luas daerah yang rusak semakin luas. Jadi dalam menentukan perbaikan kondisi pasien stroke harus diperhatikan apakah pasien sudah pernah memiliki riwayat stroke sebelumnya (Moroney ,2006).
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1Simpulan
a. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik umur dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
b. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis kelamin dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
c. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
(4)
d. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke.
e. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik penyebab terjadinya stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke. f. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara karakteristik
riwayat stroke dengan perbaikan kondisi pasien stroke. 4.2Saran
a. Bagi institusi rumah sakit
Dalam melakukan pencatatan rekam medis harus dilakukan dengan rinci dan lebih lengkap.
b. Bagi peneliti lain
Menganalisis lebih mendalam mengenai masing-masing karakteristik yang dimilik pasien stroke. Dan membandingkan dengan daerah lainnya dengan responden yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKAN
Agustina, H.R. 2009. Kajian Kebutuhan Pera watan di Rumah Bagi Klien dengan Stroke di RSUD Cianur. Universitas Padjadjaran.
Ardelt, A. A. 2009. Cute Handbook Of Cerebrovascular Desea se And Neuro interventilational Technique. New York: Humana Press.
Bethesda Stroke Center. 2012. Pengetauan Sekilas Tentang Stroke. http://www.strokebethesda.com/index2.php?option.com. diakses tanggal 12 juli 2015
Burns, D. K, V, Kumar, V, R. S. Cortran. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; EGC. pp: 903-948.
Dannon G. A, Fisher M, Macleod M, Davis S. M. 2008. Stroke. Thelancet. www.thelancet.com Vol 371
Dinata. 2012. Gambaran Faktor Resiko dan Tipe Stroke Pada Pa sien Ra wat Inapdi Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan. Solok Dobkin, Bruce H. 2004. Strategies for stroke rehabilitation. The Lancet
Neurology Vol 3
Engstrom G. 2005. Matrial Status And Lo Grade Inflamation (Mutual Confounding Or Independent Cardiovascular Risk Factor). Journal Of The American Heart Association.
Feigin, V. 2006. Stroke. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Galdal P Cheater F , Marhall P. 2010. Men And Health Help Seeking Behaviour. Literature Review. Journal of Advance Nursing. 49(6):616-623
(5)
Ginsberg, L. 2007. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: EMS
Gofir, A. 2009. Manajemen Stroke: Evidence Based Medicine. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.
Heminawati. 2010. Perbedaan Lama Ra wat Inap Antara Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Di Rsud Tugurejo. Semarang.
Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu Jones, R. M. 2009. Penilaian Umum dan Tanda – Tanda Vital. Jakarta:
Juanaidi, I. 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Junaidi, I. 2007. Stroke A-Z. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Kemenkes. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda s) Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI
Kivimaki, M, Kawachi, I. 2015. Work Stress as Risk Factor for Cardiovascular Disease. Cur Cardiol Rep 17:74. Doi 10.1007/s11886-015-0630-8.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Larson J, Franze, Dahlin. 2005. Predictors Of Quality Of Life Among Spouses Of Stroke Patient During The First Year Fter The Stroke Event. Scand J Caring Sci 19:439-445
Lumongga F. 2007. Atherosclerosis. Respiratory.usu.ac.id/bitstream /1233456789 /2060/1/09E01458.pdf. diakses 10 juli 2016
Masood, D.E, Roach, E.C, Beauregard, K.G, and Khalil, R.A. 2010. Impact of sex hormone metabolism on the vascular effects of menopausal hormone therapy in cardiovascular disease. Current Drug Metabolism 11, 693-714. doi: 10.2174/138920010794233477.
Moroney J T. 2006. Risk Factors For Early Recurrence Fter Ischemic Stroke: The Role Of Stroke Syndrome And Subtype. J Stroke.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Kepera watan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nastiti, D. 2012. Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke Rwat Inap Di Rumah Sakit Krakatau Medika. Skripsi. Universitas Indonesia.
Ness J, Aronow W S, Ahn C. 2010. Risk Factor for Ischemic Stroke in Older Persons in a Academic Hospital Based Geriatrics Practice. J Preventive Cardiology, 3:118-120
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Patrick, 2005. At a Glance Medicine. Jakarta. Erlangga
Rahmani W. 2007. Stroke? Ke Bukit Tinggi Saja. Http://www.promosi kesehatan.com/?act=article&id=289. Diakses 10 Juli 2016
Rujito. 2007. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stroke Fase Akut. [Diakses
tanggal 10 November 2015]. Didapat dari:
(6)
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Kepera watan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soertidewi L, Misbach J. 2007. Epidemiologi Stroke. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & N. Bandung. Alfabeta
Thom T, Haase N, Rosamond W,. 2006. Heart Disease and Stroke Statistics.
American Heart Asociation Statistics Committe. circulation 113:e85-e151 Truslen, T., Bonita, R. 2003. Advance in ischemic stroke epidemiology advance in
neurology. Vol 92. New York: Lipincott Williams Wilkins
Wahjoepramono. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Jakarta. Universitas Pelita Harapan
Wardhana, W.A. 2011. Strategi Mengatasi dan Bangkit dari Stroke: Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.