Kegunaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

kejahatan terjadi dengan menggunakan sarana penal dengan melakukan penangkapan, pemeriksaan dan penindakan terhadap pelaku persetubuhan dengan menerapkan sanksi pidana yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sedangkan pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa menitik beratkan pada tindakan pencegahan preventif sebelum tindak kejahatan persetubuhan terjadi. Upaya-upaya tersebut merupakan kebijakan integral dalam hal penaggulangan kejahatan, yaitu adanya keterpaduan antara penanggulangan kejahatan dengan sarana penal dan non penal. Upaya penanggulangan atau kebijakan-kebijakan tersebut hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat social welfare baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dari tindak pidana persetubuhan terhadap anak . 9 Pencegahan dengan cara penal di lakukan melalui jalur hukum yang bersifat penindakan dan lebih mengutamakan pada tahap aplikasi yaitu tahap tentang bagaimana Undang-undang itu di tetapkan dan tahap eksekusi yaitu tahap yang menekankan pada aparat penegak hukum yang berwenang dalam hal penegakan peraturan perundang-undangan. Menggunakan sarana non penal yang bersifat pencegahan sebelum kejahatan terjadi. Dalam tindak pidana persetubuhan, upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak kejahatan yaitu masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang ada dimasyarakat. 9 M. Hamdan, 1997, Politik Hukum Pidana, Rajawali. Jakarta. hlm. 47. Hakim dalam menjatuhkan putusan menggunakan teori pembuktian mengenai ketentuan yang berisi pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan oleh Undang- undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan serta mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan dalam sidang pengadilan. Pembuktian adalah cara atau proses hukum yang dilakukan untuk mempertahankan dalil-dalil dengan alat bukti yang ada sesuai hukum acara yang berlaku. Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang di dakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. 10 Menurut Mackenzei dalam Ahmad Rifai, 2010. 11 ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat digunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut: a. Teori Keseimbangan. b. Teori pendekatan seni dan intuisi. c. Teori pendekatan keilmuan. d. Teori pendekatan pengalaman. e. Teori ratio decidendi. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 53 Ayat 2 menyatakan bahwa : 10 Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 94. 11 Ibid. hlm. 106.