To Live Deli’S Wonder-Land

(1)

TO LIVE DELI'S WONDER-LAND

SKRIPSI

OLEH

LINA

110406110

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TO LIVE DELI'S WONDER-LAND

SKRIPSI

OLEH

LINA

110406110

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik di Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Oleh

LINA

110406110

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK


(4)

TO LIVE DELI'S WONDER-LAND

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015


(5)

Nama Mahasiswa : Lina Nomor Pokok : 110406110 Program Studi : Arsitektur

Koordinator Skripsi,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N. Vinky Rachman, MT NIP. NIP. 196606221997021001 Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D NIP.196201091987012001


(6)

Tanggal : 14 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji :Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.PhD Anggota Komisi Penguji :1. Tavip Kurniadi Mustafa, IAI


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur perancang ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga perancang dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Pada kesempatan ini, perancang juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.PhD atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan perancang selama proses penyelesaian mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi. Sehingga perancang dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Tavip Kurniadi Mustafa, IAI dan Ibu Hilma Tamiami Fachrudin S.T. M.T.selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang berharga dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing perancang dan anggota kelompok perancang selama proses perancangan berlangsung.

3. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des, Ph.D selaku dosen penguji sidang 1 dan 2 yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan kepada kelompok perancang pada Perancangan Arsitektur 6.

4. Kedua orang tua yaitu ayahanda Sutrisno dan ibunda Rohana dan adik perancang yaitu Selly dan Meilita yang telah memberi dukungan dan semangat selama menyelesaikan laporan skripsi ini.

5. Teman-teman stambuk 2011, teman-teman sekelompok PA 5 (Utik, Joshua, dan Sidiq), Jimmy dan Ivonda sebagai teman seperjuangan selama pengerjaan


(8)

Perancangan Arsitektur 6 yang telah banyak memberi semangat dan saran kepada perancang.

6. Teman-teman sekelompok bimbingan Bu Nurlisa (Amel, Gina, Christy, Octa, Yoga, Taufik, Hafiz dan Dana ) yang telah bersama dan saling mendukung selama menyelesaikan laporan skripsi ini.

Perancang sungguh menyadari bahwa laporan skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, perancang membuka diri terhadap segala kritikan dan saran dari semua pihak bagi penyempurnaan skripsi ini. Perancang berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata perancang mengucapkan terima kasih.

Medan, 14 Juli 2015 Perancang,

Lina


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

PROLOGUE ... 1

BAB I THERE WAS A TIME ... 3

BAB II OBSERVING ... 9

2.1. Larger scale... 9

2.2. Surrounding ... 9

2.3. Site ... 23

BAB III SEEING AND KNOWING ... 26

BAB IV RECIPE ... 37

BAB V HOPE ... 52

BAB VI LIVE ONCE AGAIN ... 73

BAB VII ACKNOWLEDGE ... 93

BAB VIII IT'S JUST BEGINNING ... 95

EPILOG ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 4.1. Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per Kapita Tahun 2003-2007... 43 Tabel 4.2. Tipe unit hunian pada apartemen. ... 45 Tabel 4.3. Perhitungan luasan apartemen ... .45 Tabel 6.1. Acara festival yang populer bagi budaya Chinese dalam penanggalan lunar. ... 90


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

Gambar1.1. Labuhan Deli dulu saat menjadi pusat Kerajaan Deli... 3

Gambar 1.2. Istana Maimun dulu ... 4

Gambar 1.3. Siklus Kegiatan dalam Kepariwisataan ... 6

Gambar 2.1. Kecamatan di Kota Medan ... 9

Gambar 2.2. Istana Sultan Deli di Labuhan pada tahun 1870 ... 10

Gambar 2.3. Sekolah yang berdiri di atas tanah bersejarah ... 10

Gambar 2.4. Rumah toko di Labuhan Deli zaman dulu ... 11

Gambar 2.5. Vihara Siu Sian Kiong ... 11

Gambar 2.6. MesjidAl-Oesmani dan the Mosque-cathedral di Córdoba ... 12

Gambar 2.7. Mesjid Al-Oesmani ... 13

Gambar 2.8. Stasiun kereta api Medan Labuhan ... 13

Gambar 2.9. Deretan rumah toko di jalan pasar lama saat sore hari ... 14

Gambar 2.10. Deretan bangunan rumah toko ... 14

Gambar 2.11. Salah satu fasad bangunan rumah toko ... 15

Gambar 2.12. Fasad bangunan rumah toko ... 16

Gambar 2.13. Fasad bangunan rumah toko ... 16

Gambar 2.14. Pasar di depan rumah toko jalan pasar lama ... 17

Gambar 2.15. Akses jalan di antara rumah toko dan samping vihara ... 17

Gambar 2.16. Sungai Deli di kawasan Pekan Labuhan ... 18

Gambar 2.17. Akses menuju pinggiran Sungai Deli ... 18

Gambar 2.18. Batasan Sungai Deli ... 19

Gambar 2.19. Seberang sungai ... 20

Gambar 2.20. Aktifitas di pinggir sungai ... 20

Gambar 2.21. Kondisi jalan pada area pemukiman warga ... 21

Gambar 2.22. Teras warga tempat warga bersantai ... 22

Gambar 2.23. Jemuran warga di pinggir jalan ... 22

Gambar 2.24. Site apartemen ... 23

Gambar 2.25. View dari utara ke dalam site ... 23

Gambar 2.26. Bangunan di luar (kiri) dan di dalam site (kanan) ... 24

Gambar 2.27. Jalan dari site menuju Jalan Seruwai ... 24

Gambar 2.27. View ke simpang pertigaan dari site ... 24

Gambar 3.1. Social House di Nϋremberg Germany ... 26

Gambar 3.2. Potongan melintang apartemen Social House. ... 26

Gambar 3.3. Teras apartemen Social House. ... 27

Gambar 3.4. Kolam renang di apartemen Melrose Place ... 28

Gambar 3.5. Ruko lama di George-Town ... 28

Gambar 3.6. Rumah toko di Duxton Hill. ... 29

Gambar 3.7. Rumah toko di Duxton Hill 2. ... 29

Gambar 3.8. China-Town di London ... 31

Gambar 3.9. Sketsa peletakan gaya arsitektur berbeda pada kawasan ... 32


(12)

Gambar 3.12. Courtyard pada bangunan peranakan baba nyonya ... 35

Gambar 3.13. Interior tangga bangunan peranakan Baba Nyonya ... 35

Gambar 4.1. Jarak tempuh KIM ke Pekan Labuhan ... 38

Gambar 4.2. Kantor utama KIM (sumber: kim.co.id). ... 39

Gambar 4.3. Eksisting puskesmas di kawasan. ... 46

Gambar 4.4. Suasana Yokohama China-Town. ... 50

Gambar 5.1. Konsep zoning pada site ... .52

Gambar 5.2. Bentuk dasar bangunan. ... 53

Gambar 5.3. Entrance Galleria Vittoro Emanuelle II. ... 53

Gambar 5.4. Sketsa awal massa bangunan ... .54

Gambar 5.5. Sketsa awal zoning skematik bangunan. ... 55

Gambar 5.6. Denah skematik lantai ground sebelum revisi. ... 55

Gambar 5.7. Denah awal lantai typical. ... 56

Gambar 5.8. Galleria Vittoro Emanuelle II ... 57

Gambar 5.9. Konsep awal fasad bangunan. ... 58

Gambar 5.10. Kolom di mesjid Cordoba. ... 58

Gambar 5.11. Detail dinding pada salah satu bangunan di Cordoba. ... 58

Gambar 5.12. Tipe atap Melayu. ... 59

Gambar 5.13. Detail ornamen pada atap Melayu. ... 59

Gambar 5.14. Pintu tradisional Melayu ... 60

Gambar 5.15. Sinar Matahari Pagi. ... 61

Gambar 5.16. Lebah Bergantung. ... 61

Gambar 5.17. Motif Bunga China ... 62

Gambar 5.18. Ukiran Motif Semut Beriring ... 62

Gambar 5.19. Motif Bunga Manggis ... .63

Gambar 5.20. Pajak Beruang di Medan. ... 64

Gambar 5.21. Sketsa zoning kegiatan pasar (site plan). ... 65

Gambar 5.22. Sketsa zoning China-Town di luar bangunan ... 66

Gambar 5.23. Ruko Asia Mega Mas saat siang ... 66

Gambar 5.24. Ruko Asia Mega Mas saat malam ... 67

Gambar 5.25. Sirkulasi pasar di jalan Pasar Lama ... 68

Gambar 5.26. Sketsa seating area di area pedestrian ... 68

Gambar 5.27. Jalan di China-Town Yokohama saat malam hari. ... 69

Gambar 5.28. Gerbang menuju China-Town di Amerika Utara. ... 69

Gambar 5.29. Peletakan gerbang pada kawasan. ... 70

Gambar 5.30. Gerbang pada Kesawan Square pada tahun 1920-an. ... 71

Gambar 5.31. Gerbang pada Kesawan Square ... 71

Gambar 5.32. Sketsa awal deretan ruko. ... 72

Gambar 5.33. Fasad ruko yang rusak. ... 72

Gambar 6.1. Zoning bangunan apartemen ... .73

Gambar 6.2. Denah lantai ground. ... 74

Gambar 6.3. Aksonometri sirkulas horizontal. ... 74

Gambar 6.4. Sirkulasi untuk perawatan umum di puskesmas. ... 76

Gambar 6.5. Aksonometri sirkulasi vertikal ... 76

Gambar 6.6. Ruang luar hijau apartemen. ... 77


(13)

Gambar 6.8. Perspektif area parkir di bagian timur bangunan ... 79

Gambar 6.10. Tampak timur apartemen. ... 79

Gambar 6.11. Tampak barat apartemen. ... 79

Gambar 6.12. Tampak utara apartemen. ... 80

Gambar 6.13 Tampak selatan apartemen. ... 80

Gambar 6.14. Detail bahan fasad bangunan ... 81

Gambar 6.15. Diagram plumbing unit hunian. ... 81

Gambar 6.16. Aksonometri plumbing. ... 82

Gambar 6.17. Aksonometri elektrikal apartemen. ... 82

Gambar 6.18. Aksonometri firesafety apartemen ... 83

Gambar 6.19. Bentuk bangunan yang perlu dilatasi. ... 83

Gambar 6.20. Dilatasi pada bangunan apartemen ... .84

Gambar 6.21. Potongan A-A Bangunan apartemen ... 85

Gambar 6.22. Potongan B-B bangunan apartemen. ... 85

Gambar 6.23. Interior lobby 1 ... 85

Gambar 6.24. Interior lobby 2 ... 86

Gambar 6.25. Interior lobby 3 ... 86

Gambar 6.26. Potongan prinsip bangunan apartemen ... 87

Gambar 6.27. Unit hunian tipe 36 ... 87

Gambar 6.28. Unit hunian tipe 45. ... 87

Gambar 6.29. Ruang luar apartemen ... 88

Gambar 6.30. Site plan ruko lama ... 89

Gambar 6.31. Pedestrian pada rumah toko. ... 91

Gambar 6.32. Fasad ruko. ... 91 Gambar 7.1. Maket apartemen dan kawasan rancangan.


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

Lampiran 1. Tabel luasan puskesmas ... 99

Lampiran 2. Tabel luasan apartemen ... 100

Lampiran 3. Fortofolio Perancangan Arsitektur 6 ... 102

Lampiran 4. Fortofolio Perancangan Arsitektur 6 ... 103

Lampiran 5. Fortofolio Perancangan Arsitektur 6 ... 104


(15)

ABSTRAK

Sumatera Utara memiliki potensi wisata yang besar, terutama wisata kawasan bersejarah. Namun tidak semua kawasan dengan bangunan bersejarah mendapatkan perhatian yang cukup, bahkan tidak sedikit ditelantarkan, dihancurkan dan dijadikan bangunan dengan fungsi lain yang tidak mendukung nilai sejarah kawasan tersebut. Salah satu kawasan yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata dan saat ini belum dikembangan adalah kawasan bersejarah yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan.

Tujuan pengembangan adalah untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut yang pernah makmur sebelumnya dengan menjadikan sebagai kawasan wisata sejarah. Pengembangan tersebut mengacu kepada Urban Design Guide-Line dan berprinsip Transit Oritented Development yang berkaitan dengan perencanaan pengaktifan kembali Kereta Api Medan Labuhan. Kawasan yang pernah menjadi pusat Kerajaan Melayu Deli tersebut memiliki bangunan peninggalan yang dapat direvitalisasi meliputi ruko lama di jalan pasar lama, vihara Siu Sian Kiong, mesjid tertua di Medan, mesjid Al-Oesmani dan stasiun kereta api yang didirikan Belanda ketika hasil perkebunan di Deli sangat maju. Arsitektur kawasan yang terdiri dari beberapa gaya arsitektur yaitu Cina-Melayu, Kolonial Belanda dan Mediterania menjadi alasan pemilihan tema yang akan digunakan dalam perancangan bangunan baru yaitu Arsitektur Eklektik, sebuah gaya arsitektur yang menggabungkan berbagai gaya arsitektur ke dalam bangunan.

Apartemen merupakan salah bangunan yang akan dikembangkan berdasarkan RTRW pada tahun 2010-2030. Selain itu tujuan pembangunan apartemen juga dikarenakan konsep compact living di kawasan, kebutuhan yang dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan untuk menampung penduduk yang rumahnya direlokasi untuk pengembangan kawasan. Pengembangan kawasan diharapkan untuk dapat memajukan perekonomian, masyarakat, dan lingkungan yang berupa tiga pilar arsitektur berkelanjutan.

Kata kunci: Kawasan bersejarah, Medan Labuhan, Arsitektur Eklektik, Apartemen, Berkelanjutan.


(16)

ABSTRACT

North Sumatra has a great tourism potential, especially on historical site tourism. Nevertheless most of them receive insufficient attention, even some are abandoned, destroyed and displaced into new buildings with other function that do not support the value of the region's history. One of the potential areas that haven't been developed now is the historical site in the district of Medan Labuhan.

The purpose of the development is to revive the site that once was a prosperous area by transforming it into a heritage tourism. The development refers to the Urban Design Guide-Line and based on Transit Oriented Development in association with the revival of Medan Labuhan railway station. The site that ever be a Malay Deli Kingdom has some remaining building that can be revitalized including the old Chinese shophouses, Siu Sian Kiong temple, the oldest mosque in Medan, Al-Oesmani mosque and railway station that built by the dutch when the plantation crops in Deli developing rapidly. The local architecture consisting of several styles which are Chinese-Malay, Colonial, and Mediterranean becomes the main reason of the theme selection to be used in designing new buildings which adopts Eclectic Architecture, an architectural style that combines several architectural styles into buildings

T he apartment is one the building that will be developed based on RTRW

year 2010-2030. Besides, the purpose of the apartment is a concept of compact living at the area, the needs of population growth and for accommodating the citizen whose house relocated for the development of the area. The development is expected to improve the economy, society and environment which are the 3 pillars of sustainable architecture.

Keywords: Historical site, Medan Labuhan, Eclectic Architecture, Apartment, Sustainable.


(17)

PROLOG

Kota Medan memiliki sejarah yang cukup panjang sebelum menjadi yang seperti sekarang ini. Kesultanan Deli di kawasan Medan Labuhan merupakan salah satu bagian dari sejarah, bahkan dapat dikatakan cukup penting dan berpengaruh terhadap Kota Medan.

Sejarah memiliki peranan dalam menciptakan identitas sebuah tempat sehingga tempat tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan yang lain. Aspek yang mempengaruhi suatu identitas termasuk nilai, nostalgia atupun kenangan dan rasa tidak asing. Dan kesegala aspek tersebut harus memiliki peran yang sama dalam memperbaiki suatu kawasan tersebut, itulah yang menarik dari wisata sejarah (Ginting, 2014).

Bangunan tua yang dibangun pada masa lampau menjadi salah satu saksi bisu yang dapat bertahan cukup lama sehingga dapat dinikmati banyak orang dikemudian hari. Dengan memandang bangunan lama tersebut, wisatawan dapat di bawa kembali ke masa ketika bangunan masih berfungsi dengan baik. Masuknya bangsa Belanda, China, serta penduduk asli yaitu masyarakat Melayu menjadi salah satu penyebab bangunan di Kawasan Deli kaya akan berbagai jenis arsitektur yaitu deretan rumah toko dengan campuran arsitektur Kolonial Belanda dan China-Melayu pada bangunan ruko; Mesjid Al-Oesmani dengan campuran arsitektur Persia, Timur Tengah, China dan Melayu; stasiun kereta api dengan arsitektur Kolonial Belanda dan bangunan vihara yang bernuansa oriental.


(18)

Melihat kondisi kawasan sekarang ini yang sedikit memprihatinkan dan belum adanya rencana perkembangan maka perancang dan teman sekelompok mendapatkan tugas untuk merancang kawasan bersejarah tersebut, yang bertujuan untuk menghidupkannya kembali.


(19)

ABSTRAK

Sumatera Utara memiliki potensi wisata yang besar, terutama wisata kawasan bersejarah. Namun tidak semua kawasan dengan bangunan bersejarah mendapatkan perhatian yang cukup, bahkan tidak sedikit ditelantarkan, dihancurkan dan dijadikan bangunan dengan fungsi lain yang tidak mendukung nilai sejarah kawasan tersebut. Salah satu kawasan yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata dan saat ini belum dikembangan adalah kawasan bersejarah yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan.

Tujuan pengembangan adalah untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut yang pernah makmur sebelumnya dengan menjadikan sebagai kawasan wisata sejarah. Pengembangan tersebut mengacu kepada Urban Design Guide-Line dan berprinsip Transit Oritented Development yang berkaitan dengan perencanaan pengaktifan kembali Kereta Api Medan Labuhan. Kawasan yang pernah menjadi pusat Kerajaan Melayu Deli tersebut memiliki bangunan peninggalan yang dapat direvitalisasi meliputi ruko lama di jalan pasar lama, vihara Siu Sian Kiong, mesjid tertua di Medan, mesjid Al-Oesmani dan stasiun kereta api yang didirikan Belanda ketika hasil perkebunan di Deli sangat maju. Arsitektur kawasan yang terdiri dari beberapa gaya arsitektur yaitu Cina-Melayu, Kolonial Belanda dan Mediterania menjadi alasan pemilihan tema yang akan digunakan dalam perancangan bangunan baru yaitu Arsitektur Eklektik, sebuah gaya arsitektur yang menggabungkan berbagai gaya arsitektur ke dalam bangunan.

Apartemen merupakan salah bangunan yang akan dikembangkan berdasarkan RTRW pada tahun 2010-2030. Selain itu tujuan pembangunan apartemen juga dikarenakan konsep compact living di kawasan, kebutuhan yang dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan untuk menampung penduduk yang rumahnya direlokasi untuk pengembangan kawasan. Pengembangan kawasan diharapkan untuk dapat memajukan perekonomian, masyarakat, dan lingkungan yang berupa tiga pilar arsitektur berkelanjutan.

Kata kunci: Kawasan bersejarah, Medan Labuhan, Arsitektur Eklektik, Apartemen, Berkelanjutan.


(20)

ABSTRACT

North Sumatra has a great tourism potential, especially on historical site tourism. Nevertheless most of them receive insufficient attention, even some are abandoned, destroyed and displaced into new buildings with other function that do not support the value of the region's history. One of the potential areas that haven't been developed now is the historical site in the district of Medan Labuhan.

The purpose of the development is to revive the site that once was a prosperous area by transforming it into a heritage tourism. The development refers to the Urban Design Guide-Line and based on Transit Oriented Development in association with the revival of Medan Labuhan railway station. The site that ever be a Malay Deli Kingdom has some remaining building that can be revitalized including the old Chinese shophouses, Siu Sian Kiong temple, the oldest mosque in Medan, Al-Oesmani mosque and railway station that built by the dutch when the plantation crops in Deli developing rapidly. The local architecture consisting of several styles which are Chinese-Malay, Colonial, and Mediterranean becomes the main reason of the theme selection to be used in designing new buildings which adopts Eclectic Architecture, an architectural style that combines several architectural styles into buildings

T he apartment is one the building that will be developed based on RTRW

year 2010-2030. Besides, the purpose of the apartment is a concept of compact living at the area, the needs of population growth and for accommodating the citizen whose house relocated for the development of the area. The development is expected to improve the economy, society and environment which are the 3 pillars of sustainable architecture.

Keywords: Historical site, Medan Labuhan, Eclectic Architecture, Apartment, Sustainable.


(21)

BAB I

THERE WAS A TIME

Kawasan Labuhan Deli merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah awal Kota Medan. Sebelum berkembangnya Medan menjadi pusat kota, Labuhan Deli merupakan pusat dari perdagangan dan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian kota.

Jalan sutra yang juga disebut dengan "silk road" merupakan perhubungan dagang antara China dengan India yang dilakukan melalui jalan darat. Kemudian hubungan perdagangan ini dilakukan melalui laut karena jalan darat sudah tidak aman lagi. Perubahan ini menjadikan selat Melaka perairan yang sangat sibuk dan pelabuhan-pelabuhan di sepanjang Pantai Timur Sumatera pun mengalami hal yang sama. Pada masa dulu Labuhan Deli merupakan salah satu kota penting di Deli (Ratna, 2006).


(22)

Kejayaan Labuhan Deli pada masa dulu ditandai dengan dijadikannya Labuhan Deli sebagai salah satu pelabuhan besar dan pusat perdagangan antar-bangsa, Labuhan Deli juga merupakan pusat Kerajaan Deli pada saat itu (gambar 1.1). Kegiatan ekspor dan impor barang di wilayah Kerajaan Deli sudah dilakukan sejak dulu. Pengusaha Tionghoa, Belanda dan Eropa lainnya ikut membuka usaha dengan membuat perjanjian dengan kesultanan Kerajaan Deli. Hasil perkebunan berkembang pesat dibuktikan dengan pembangunan sarana transportasi berupa kereta api yang dimaksudkan di samping agar hasil kebun dapat diangkut lebih banyak (Ratna, 2006).

Gambar 1.2. Istana Maimun dulu.

Berkembangnya industri perkebunan di Medan menyebabkan Medan yang dari hanya suatu kampung kecil menjadi pusat perekonomian penting di wilayah Deli khususnya. Peranan Labuhan Deli berangsur-angsur mengalami kemunduran juga merupakan salah satu penyebab pusat Kerajaan Deli pindah dari Pekan Labuhan ke Medan (gambar 1.2) . Bandar Labuhan yang sebelumnya


(23)

merupakan satu-satunya bandar pelabuhan sungai yang terpenting terganggu oleh endapan-endapan lumpur sehingga bandar semakin lama menjadi tidak berfungsi (Ratna, 2006).

Pada akhirnya kegiatan ekspor impor dipindahkan ke pelabuhan yang sudah dibangun oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Kawasan rumah toko yang berada di Pekan Labuhan yang dulunya sangat maju pernah menjadi tempat minum minuman keras, perjudian dan prostitusi. Dengan semakin berkembangnya Kota Medan, Labuhan Deli yang dulunya cukup terkenal hingga ke mancanegara perlahan-lahan sudah mulai dilupakan orang (Ratna, 2006).

Pada tahun 1915, pelabuhan utama Sumatera Timur dipindahkan dari Labuhan Deli ke Belawan karena Sungai Deli menjadi dangkal dan sukar dijadikan tempat bersandar kapal-kapal besar. Kemudian pusat pemerintahan Kerajaan Deli dipindahkan dari Labuhan Deli ke Medan karena sejak 1876 hak cukai pelabuhan telah diserahkan kepada Belanda dengan pembayaran ganti rugi (Ratna, 2006).

Dengan kemunduran yang terjadi pada masa lalu mengakibatkan kawasan Labuhan Deli menjadi semakin terlupakan dan kejayaan pada dulunya hanya berupa sejarah. Labuhan Deli yang dahulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Deli, sekarang ini tidak terlalu berperan dalam perkembangan Kota Medan. Bahkan keadaan ekonomi di kecamatan Medan Labuhan merupakan salah satu yang terendah di bandingkan dengan kecamatan lain.


(24)

Kawasan bersejarah Pekan Labuhan sekarang ini terlihat dibiarkan begitu saja tanpa adanya revitalisasi oleh pemerintah maupun swasta. Tujuan proyek dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kawasan Labuhan Deli yang sempat berjaya sebelumnya dan tidak hanya menjadi "kenangan yang indah". Mengacu pada kondisi kawasan yang sudah makin terlupakan oleh masyarakat. Dengan pengembangan kawasan Labuhan Deli diharapkan dapat membangkitkan kembali suasana (lingkungan), kualitas hidup (manusia) dan pertumbuhan ekonomi kawasan sehingga menjadi kawasan yang berkelanjutan dan kemudian dikunjungi dan di nikmati keindahannya oleh banyak orang dari lokal hingga mancanegara dalam jangka waktu yang panjang kedepannya.

Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan pengembangan kawasan wisata sejarah berbasis TOD tanpa melupakan tujuan utama dari perancangan yaitu desain yang berkelanjutan dan simbiosis (saling menguntungkan) bagi area sekitar. Dengan pengembangan TOD dan nilai sejarah yang terdapat pada kawasan tersebut maka akan menciptakan suatu kawasan yang bersifat tourism.

Gambar 1.3. Siklus Kegiatan dalam Kepariwisataan.


(25)

Produk-produk dari dalam pengembangan kawasan wisata menurut Gunn adalah masyarakat setempat, transportasi, atraksi, fasilitas, dan informasi (gambar 1.3). Pengembangan kawasan wisata harus mendukung identitas lokal dan menjadikan masyarakat sebagai inti dari pengembangan. Yang dimaksud dengan identitas lokal yaitu dengan memunculkan keunikan dan keunggulan yang ada pada kawasan. Pengembangan produk wisata harus berpatokan pada hamonisasi, yaitu dengan menjaga kelestarian budaya, adat istiadat dan kelestarian alam. dan berdasarkan asas keserasian, keterjangkauan, kerakyatan dan keberlanjutan yang menjadi landasan pokok dalam pengembangan produk wisata.

Bangunan bersejarah dan cerita yang terkandung di dalam kawasan merupakan dua hal terbesar dalam pembentukan identitas suatu kawasan yang juga merupakan atraksi utama dalam sebuah wisata sejarah. Sustainablity

merupakan sebuah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari pembentukan sebuah identitas. Identitas tersebut adalah kawasan adalah nilai, kenangan dan keakraban (Ginting, 2014). Dengan adanya identitas kawasan yang memiliki nilai sejarah tersebut maka dapat dilakukan pengembangan wisata sejarah pada suatu kawasan.

Kota Medan memiliki potensi yang besar untuk menjadi kota tujuan pariwisata di Indonesia hanya saja belum semua di "explore". Medan Labuhan masih belum mendapatkan perhatian yang cukup besar jika dibandingkan dengan kawasan wisata bersejarah lainnya di Medan seperti Istana Maimun, Tjong A Fie’s mansion, Masjid Raya Al Mashun, dan lain-lain. Perancang dan kelompok memutuskan untuk merevitalisasi kawasan Medan Labuhan.


(26)

Sebelum memasuki tahap pengerjaan yang lebih mendetail, perancang beserta kelompok melakukan tahap perancangan kawasan secara bersama. Fasilitas yang ada pada kawasan yang bersifat multi-massa didesain berdasarkan RTRW, UDGL dan berprinsip TOD. Bangunan baru berupa pengembangan

shopping mall, hotel, dan apartemen. Sedangkan bangunan yang direvitalisasi berupa mesjid Al-Oesmani,vihara Siu Sian Kiong, stasiun kereta api dan ruko lama. Masterplan kawasan kajian dapat dilihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.4. Master Plan Urban Design Guide Kawasan Kajian

Sumber: Urban Design Guide Line Kelompok 2 (Dua

Setelah menentukan kawasan kajian, kelompok dan perancang melakukan studi lapangan. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai kondisi eksisting.


(27)

BAB II

OBSERVING

2.1. Larger scale

Site berada di Kecamatan Medan Labuhan yang termasuk dalam kasawan Medan utara. Medan utara memiliki image yang buruk, maka pengembangan Medan utara harus dikembangkan dengan menambahkan fasilitas-fasilitas yang bersifat mendukung dan yang terdapat dalam RTRW. Letak site di kawasan Medan utara dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kecamatan di Kota Medan.

2.2. Surrounding

Kondisi eksisting sebagian masih memiliki nilai sejarah yang tinggi, ada bangunan bersejarah yang telah tiada ada juga yang masih berdiri kokoh hingga


(28)

saat ini. Beberapa bangunan bersejarah yang pernah didirikan di kawasan salah satunya adalah Istana Kerajaan Melayu Deli (gambar 2.2). Istana kerajaan itu dibangun ketika Tuanku Panglima Pasutan memindahkan pusat kerajaan dari Padang Datar, sebutan Kota Medan waktu itu, ke Kampung Alai, sebutan untuk Labuhan Deli.

Gambar 2.2. Istana Sultan Deli di Labuhan pada tahun 1870.

Pemindahan itu dilakukan setelah Tuanku Panglima Padrab Muhammad Fadli (Raja Deli III) memecah daerah kekuasaannya menjadi empat bagian untuk empat putranya.


(29)

Sekarang, istana tersebut sudah tidak ada lagi digantikan dengan bangunan sekolah ( gambar 2.3).

Gambar 2.4. Rumah toko di Labuhan Deli zaman dulu.

Salah satu warisan berupa bangunan yang masih berdiri kokoh di kawasan adalah bangunan rumah toko yang memiliki gaya arsitektur China-Melayu (gambar 2.4). Berdasarkan penemuan arkeolog ini Labuhan Deli pernah menjadi pusat perdagangan antar bangsa. Menurut sejarah, Labuhan Deli adalah bekas Kota China, ibukota Kerajaan Haru yang dihancurkan Kerajaan Majapahit pada abad ke 14. Pada masa itu Gajah Mada, Kerajaan Majapahit ekspansi ke Labuhan Deli.

Gambar 2.5. Vihara Siu Sian Kiong.

Bangunan vihara menandai bahwa adanya masyarakat dari China yang datang untuk berdagang dan bahkan ada yang menetap salah satunya adalah Tjong


(30)

Afie, vihara tersebut dibangun berdasarkan kebudayaan masyarakat China (gambar 2.5).

Selain itu juga terdapat bangunan keagamaan yang merupakan mesjid tertua di Medan yaitu Bangunan mesjid Al-Oesmani yang awalnya dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh yaitu Sultan Osman Perkasa Alam. Pada awal pembangunan bahan utama merupakan bangunan dengan bahan kayu. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran terhadap mesjid dan arsitek berasal dari Jerman GD Langeries, bangunan selesai pada tahun 1872. Pemugaran yang dilakukan adalah perluasan pada bangunan menjadi 26 x 26 meter dan dibangun secara permanen dengan bahan dari Eropa dan Persia.

A. B.

Gambar 2.6. Mesjid Al-Oesmani dulu dan the Mosque-cathedral di Córdoba.

Bangunan mesjid Al-Oesmani yang berArsitektur Eklektik. Arsitektur dari India tampak dari ukiran dan kubah segi delapan pada bangunan, pintu berornamen China, dominasi warna kuning yang dipadu dengan hijau yang menunjukkan kemegahan dan kemuliaan dan filosofi keislaman, dan ornamen dan ukiran interior bernuansa Timur Tengah. Selain itu nuansa Timur Tengah juga tampak dari kolom arsitektur mesjid dari Cordoba (gambar 2.6 bagian B).


(31)

Pola dan bentukan kolom pada bagian luar bangunan Al-Oesmani sebelum dilakukan pemugaran dengan pengecatan warna (gambar 2.6 bagian A).

Gambar 2.7. Mesjid Al-Oesmani.

Sedangkan fasad bangunan mesjid Al-Oesmani sekarang mengalami sedikit perubahan pada warna bangunan (gambar 2.7). Bangunan vihara dan mesjid merupakan warisan dari sejarah kawasan yang masih berdiri kokoh hingga saat ini begitu juga dengan stasiun kereta api dan ruko lama.

Gambar 2.8. Stasiun kereta api Medan Labuhan.

Pada zaman masuknya bangsa Belanda, ketika hasil perkebunan berkembang sangat pesat, pengangkutan menjadi masalah sehingga dilakukan


(32)

pembangunan kereta api yang berada di Labuhan Deli (gambar 2.8). Barang yang diangkut dari Belawan menuju Labuhan Deli kemudian ke Kota Medan.

Gambar 2.9. Deretan rumah toko di jalan pasar lama saat sore hari.

Masa penjajahan Belanda di Indonesia termasuk di Medan juga memberi pengaruh kuat terhadap arsitektur bangunan pada masa itu, termasuk deretan rumah toko dan stasiun di kawasan Pekan Labuhan (gambar 2.9). Menurut Handinoto (1996) arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan timur, yang memiliki ciri-ciri spesifik sebagai hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda dengan arsitektur Indonesia karena budaya dan kondisi iklim yang berbeda jauh dari kedua negara tersebut.


(33)

Bangunan rumah toko tersebut sekarang ini sudah sangat tidak terawat walaupun sebagian masih menjadi tempat tingggal bagi warga setempat tetapi kegiatan jual beli hanya terjadi di depan rumah toko yang berupa pasar pagi yang aktif hingga pukul 1 siang dan dibiarkan kotor begitu saja. Rumah toko yang memiliki nilai sejarah dengan arsitektur yang begitu bagus dan dapat dijadikan bangunan dengan fungsi komersil (gambar 2.10).

Selain fungsi komersil, bangunan tersebut juga memiliki nilai sosial budaya masyarakat China-Melayu dan Kolonial Belanda yang tentunya memberi nilai tambah bagi pengembangan ekonomi kawasan. Untuk mewujudkan

sustainable dalam segi ekonomi dan untuk keberlangsungan nilai historis pada bangunan maka bentuk asli bangunan tetap dipertahankan sebagaimana mestinya dan memperbaiki beberapa fasad yang sudah kehilangan keasliannya.

Secara keseluruhan bangunan rumah toko pada jalan pasar lama ini berarsitektur Kolonial Belanda yang tampak dari detail kolom, dinding dan juga ventilasi dan China-Melayu yang tampak dari bentukan jendela.


(34)

Salah satu bangunan rumah toko yang masih memiliki keaslian bentuk fasad walaupun sudah tidak terawat, kotor oleh spanduk yang rusak dan dibiarkan begitu saja (gambar 2.11). Selain itu cat bangunan rumah toko yang berwarna putih juga sudah lepas dan terkesan sangat kusam.

Gambar 2.12. Fasad bangunan rumah toko.

Ketiga bangunan rumah toko tersebut sudah memakai jendela kaca yang tidak sama dengan bentuk dulunya walaupun detail kolom dan ventilasi masih terlihat memiliki arsitektur Kolonial Belanda (gambar 2.12).

Gambar 2.13. Fasad bangunan rumah toko.

Beberapa bangunan yang sudah tidak terawat tampak dari bagian jendela yang sudah hilang dan kaca jendela yang sudah pecah. Dari fasad tersebut jelas bahwa beberapa dari bangunan tersebut tidak dipakai lagi (gambar 2.13).


(35)

Gambar 2.14. Pasar di depan rumah toko jalan pasar lama.

Pada pagi hari sepanjang jalan pasar lama di depan jejeran rumah toko dipadati oleh pedagang buah-buahan, sayur-sayuran, pakaian, mainan dan lain-lain dan hanya aktif sampai siang hari. Jalan tersebut hanya dilewati kendaraan roda 2 dan pejalan kaki karena kepadatan jalan tersebut. Selain itu jalanan juga kotor oleh sampah yang bersumber dari kegiatan pasar tersebut (gambar 2.14).

Gambar 2.15. Akses jalan di antara rumah toko dan samping vihara.

Kawasan ruko berada tepat di depan jalan pasar lama sedangkan di bagian belakang bangunan penduduk terdapat pemukiman penduduk. Salah satunya akses menuju pemukiman penduduk adalah melalui jalan kecil yang terletak di antara


(36)

rumah toko, samping vihara dan samping sekolah yang dulunya lahan tersebut merupakan milik Kerajaan Sultan (gambar 2.15).

Gambar 2.16. Sungai Deli di kawasan Pekan Labuhan.

Lingkungan sekitar termasuk Sungai Deli sudah mulai "mati" dan tidak aktif lagi seperti dulu, Kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk melestrasikan area terbuka hijau dan sungai. Sungai di bagian barat kawasan ini mulai tampak kumuh dengan adanya sampah berserakan dan pinggiran sungai sama sekali tidak tertata (gambar 2.16).

A. B.


(37)

Akses menuju pinggiran sungai hanya berupa ram sederhana dari tanah dan tangga sederhana yang terbuat dari semen (gambar 2.17 bagian A). Lebar tangga yang sempit dibiarkan tanpa adanya pegangan tangga (gambar 2.17 bagian B). Perancang sendiri hanya bergantung pada tanaman di samping tangga untuk menjaga keseimbangan badan ketika menaiki tangga.

Gambar 2.18. Batasan Sungai Deli.

Bebatuan yang berfungsi untuk membatasi sungai dan tanah di samping rumah penduduk yang ditinggikan sebanyak 2 meter lebih bertujuan untuk menahan air dari sungai masuk ke area penduduk ketika pasang naik sehingga tidak terjadi banjir (gambar 2.18). Bebatuan tersebut sudah ada sejak dulu, tetapi seberang Sungai Deli hanya bergantung pada kekuatan akar tanaman yang ada pada pinggir sungai yang juga lebih tinggi 2 meter dari tanah dasar (gambar 2.19).


(38)

Gambar 2.19. Seberang sungai.

Beberapa kali kunjungan ke kawasan, perancang menemukan bahwa masyarakat yang sering berada di pinggiran sungai selain dari yang berkepentingan di sungai yaitu mandi dan untuk berlabuhnya sampan kecil, juga terdapat anak-anak sekolah (gambar 2.20 bagian B).

A. B.

Gambar 2.20. Aktifitas di pinggir sungai.

air masih sebatas pinggang orang dewasa (gambar 2.20 bagian A). Salah satu penyebab Sungai Deli yang sekarang tidak dilalui oleh kapal-kapal karena Sungai Deli mengalami endapan lumpur. Sungai Deli yang sekarang juga tampak kotor, disebabkan oleh masyarakat yang sembarang membuang sampah sembarangan.


(39)

Gambar 2.21. Kondisi jalan pada area pemukiman warga.

Sebagian jalan masih berupa jalanan berbahan tanah dan sebagian berupa jalanan yang berbahankan semen sehingga tampak tidak teratur(gambar 2.21). Kawasan Medan Labuhan yang sudah "redup" padahal dulunya merupakan kawasan paling berkembang. Salah satu tujuan pengembangan kawasan salah adalah untuk masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya, maka sebelumnya perancang mencoba menganalisa keadaan ekonomi, dan sosial masyarakat tersebut.

Warga memiliki nilai sosial yang tinggi dimana teras rumah dijadikan tempat warga berkumpul dan bersantai antar tetangga (gambar 2.22). Berdasarkan hasil survei, rata-rata kondisi ekonomi masyarakat di kawasan tersebut adalah menengah dan menengah kebawah, dengan revitalisasi pada bangunan sejarah dan pembangunan dengan konsep yang sustainability akan memberi dampak yang


(40)

Gambar 2.22. Teras warga tempat warga bersantai.

Rata-rata rumah penduduk yang terletak di belakang bangunan rumah toko dan vihara memiliki teras yang fungsinya selain untuk warga duduk bersantai dan bersosialisasi, juga ada yang dipakai untuk berjualan. Secara keseluruhan kondisi disaat siang pada area pemukiman tampak cukup sepi.

Gambar 2.23. Jemuran warga di pinggir jalan.

Salah satu perilaku masyarakat yang salah atau dikarenakan kesalahan desain bangunan sehingga masyarakat memutuskan untuk menjemur pakaian di antara rumah dan jalan (gambar 2.23). Tentunya harus disediakan tempat khusus yang tertutup di bagian rumah sehingga lebih tertata.


(41)

2.3. Site

Site berada di antara jalan Yos Sudarso dan jalan Seruwai; di seberang vihara dan kawasan ruko lama; di samping Mesjid Al-Oesmani (gambar 2.24). Eksisting site berupa pemukiman penduduk dan kawasan hijau yang tidak teratur.

Gambar 2.24. Site apartemen.

Dari stasiun menuju jalan Seruwai yang berada di samping lahan apartemen dibutuhkan jalan selama 8-10 menit. Tidak adanya pedestrian yang layak untuk mencapai site dari arah utara (gambar 2.25).


(42)

Gambar 2.26. Bangunan di luar (kiri) dan di dalam site (kanan).

Beberapa bangunan penduduk sebagian merupakan perumahan sebagian membuka usaha kecil-kecilan seperti pompa ban dan jual minyak kendaraan (gambar 2.26). Semakin dekat dengan jalan seruai bangunan semakin sedikit dan dipenuhi dengan vegetasi yang cukup baik hanya saja tidak terawat (gambar 2.27).

Gambar 2.27. Jalan dari site menuju Jalan Seruwai.


(43)

Ruang terbuka hijau tidak tertata dengan baik tampak dari gambar bahwa sebagian dari perkerasan telah rusak dan tanahnya keluar ke pedestrian dan fungsi pedestrian juga dijadikan pedagang untuk berjualan pada siang hari (gambar 2.28).

Dari hasil survei pada kawasan, perancang memutuskan untuk menggunakan penggabungan gaya arsitektur Kolonial Belanda. Arsitektur Islam dari Timur Tengah dan China-Melayu dalam penerapan tema gaya Arsitektur Eklektik. Penerapan tema Eklektik dimaksud untuk menyatukan bangunan baru dengan bangunan eksisting dan juga untuk menghormati bangunan lama. Untuk lebih jelas mengenai penerapan Arsitektur Eklektik pada bangunan dan juga mengenai apartemen kelas menengah yang akan dibangun dapat dilihat pada topik selanjutnya.


(44)

BAB III

SEEING AND KNOWING

Setelah melalui beberapa pertimbangan salah satunya adalah berdasarkan hasil survei ekonomi masyarakat di kawasan, perancang memutuskan kelas apartemen yang paling cocok adalah kelas menengah. Untuk desain apartemen kelas menengah tentunya tidak boleh melupakan pemakai yang disable, Social house di Nϋremberg Germany memiliki konsep dimana orang tua, muda,

disabled, dan non-disabled bisa hidup bersama satu sama lain (gambar 3.1).

Gambar 3.1. Social House di Nϋremberg Germany.

Gambar 3.2. Potongan melintang apartemen Social House.

Potongan melintang apartemen menunjukkan kegiatan sosial di ruang luar apartemen tersebut (gambar 3.2). Ruang luar di tata sebagai taman untuk tempat bermain ataupun berjalan jalan atau hanya sekedar duduk duduk bersama melakukan interaksi antar penghuni apartemen tersebut.


(45)

Gambar 3.3. Teras apartemen Social House.

Pihak apartemen Social House menyediakan lahan khusus bagi vegetasi berupa pohon berukuran sedang dan rumput yang terletak di ground. Di area lantai 2 dan 3 juga disediakan space khusus untuk dimanfaatkan sebagai tempat jemuran, merawat tanaman, atau hanya sekedar dimanfaatkan menjadi jadi balkon oleh penghuni apartemen tersebut. Apartemen Social House Neuremberg menggunakan shading horizontal louvre (gambar 3.3).

Fasilitas apartemen lainnya yang menjadi pertimbangan salah satunya adalah kolam renang. Sebuah fungsi kolam renang di dalam suatu apartemen kecil dapat menampung kegiatan bersosialisasi para penghuni, tidak hanya berenang tetapi juga sekedar bersantai dan mengobrol contohnya kolam renang di film berjudul Melrose Place (gambar 3.4).


(46)

Gambar 3.4. Kolam renang di apartemen Melrose Place.

Untuk merancang open space, perlu diperhatikan juga kegiatan yang ada didalamnya, selain fungsi untuk berenang dan bersosialisasi juga sebagai tempat untuk berolahraga yaitu dengan merancang jogging track dan untuk menambah keasrian open space dapat ditambahkan elemen ruang luar hijau seperti tanaman yang rendah maupun pohon dan kolam ikan buatan untuk memberi kesan tropis.

Gambar 3.5. Ruko lama di George-Town.

Bangunan eksisting terutama yang bernilai sejarah seharusnya mendapatkan perhatian khusus salah satunya adalah rumah toko yang ada di George-Town karena dilakukan pemugaran (gambar 3.5).


(47)

Pengecatan warna cerah pada bangunan sangat berpengaruh pada suasana di sekitar bangunan. Pemberian warna yang beraneka ragam membuat bangunan lama tampak jauh lebih hidup. Selain di Melaka di Singapore juga terdapat bangunan rumah toko yang juga memiliki kemiripan bentuk dan arsitektur yaitu di Duxton Hill (gambar 3.6).

Gambar 3.6. Rumah toko di Duxton Hill.

Warna-warni cerah dapat menarik perhatian dari pengunjung, keunikkan warna tersebut selain dapat membuat pengunjung bertanya-tanya juga dapat menjadi objek foto yang menarik (gambar 3.7).


(48)

Selain pengecatan warna-warna cerah, warna yang terang dan sederhana juga memiliki daya tariknya sendiri. Yang menarik dari kawasan komersil ini yaitu bangunan ini memiliki ciri khas tersendiri, walaupun pengunjung yang datang tidak memiliki niat untuk membeli, pengunjung dapat menikmati tampilan bangunan yang merupakan bagian dari sejarah Medan.

Bangunan rumah toko tersebut merupakan inti dari perkembangan ekonomi kawasan tersebut. Sebagian area komersil dijadikan untuk wisata kuliner, cafe merupakan salah satu fungsi komersil yang banyak dikunjungi dari kalangan anak muda hingga bapak-bapak yang ingin bersantai menikmati kopi, dapat juga berupa rumah makan bertema zaman dulu yang dapat dijadikan tempat makan keluarga maupun ibu-ibu arisan. Sebagian lagi dijadikan tempat untuk penjualan buah tangan khas dari kawasan tersebut berupa pakaian, aksesoris, dan lain-lain. Kawasan dapat memunculkan keunikan dan keunggulan melalui fungsi komersil.

Pada bagian depan rumah toko yang sekarang merupakan pasar pagi dapat dilakukan pengelolaan kebersihan dan setelah pasar pagi tersebut dibersihkan maka dapat digunakan untuk kawasan kuliner berupa stand makanan khas Melayu, China, Indonesia, dan lain-lain.

Selain di Asia, di benua lain seperti Australia dan Eropa juga terdapat China-Town yang suasananya sangat jauh berbeda dengan negara-negara tersebut bahkan secara sekilas sulit dibedakan kalau China-Town tersebut berada di Eropa (lihat 3.8). Tentunya China-Town yang baik tetap harus ramah terhadap pejalan kaki.


(49)

Mengenai arsitektur bangunan eksisting berupa rumah toko yang berjejer di jalan Pasar Lama merupakan gaya arsitektur gabungan antara Arsitektur China dan Arsitektur Belanda sehingga tercipta suatu bentuk yang Eklektik. Selain itu juga terdapat bangunan mesjid dengan campuran gaya arsitektur Melayu dan Timur Tengah, bangunan stasiun dengan Arsitektur Belanda dan bangunan vihara dengan Arsitektur China. Pemilihan konsep rancangan bertujuan untuk menghidupkan kembali tetapi tidak terlepas dari nilai arsitektur dan sejarah setempat, maka diperlukan tema yang memiliki makna sesuai.

Gambar 3.8. China-Town di London.

Post-Modern merupakan arsitektur yang memiliki unsur historis dan

pluralism sebagai salah satu ciri penting. Ciri-ciri Post-Modern (Ir. Wahya Prastowo), yaitu pluralistik yang berarti banyak ragam pandangan, memiliki variasi atau keragaman bentuk, tempat dan sejarah yaitu arsitektur yang berakar pada tempat dan sejarah, komunikatif yaitu sebagai alat komunikasi, arsitek dan masyarakat, waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang).


(50)

Arsitektur Kawasan Labuhan Deli yang beraneka ragam yaitu China, Belanda, dan Melayu maka jelas bahwa adanya pluralisme dan nilai sejarah pada arsitektur kawasan tersebut (gambar 3.9).

Gambar 3.9. Sketsa peletakan gaya arsitektur berbeda pada kawasan.

Pluralisme yang dimaksud pada Post-Modern juga merupakan gabungan antara yang lama dengan yang baru, modern dengan non-modern, tradisional dengan non-tradisional. Arsitektur Post-Modern mengandung gaya arsitektur yang berasal dari perpaduan dua unsur (hybrid).

Pendekatan tema yang digunakan adalah tema Arsitektur Eklektik yang merupakan salah satu aliran/gaya dari Arsitektur Post-Modern.

" Eclectic: a. & n. (Ancient philosopher) selecting from each school of

thought such doctrines as pleases him; (person, doctrine) borrowing freely from

various sources; not exclusive in opinion, taste, etc." (Concise Oxford

Dictionary).

Kolonial Belanda dan China-Melayu Oriental (China)

China, Melayu dan Timur tengah Kolonial Belanda


(51)

Eklektik / ek-lek-tik/Eklektik/ memiliki arti bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber (tt orang, gaya, metode) (kbbi.web.id).

Arsitektur Eklektik adalah hasil karya arsitektur yang mempergunakan metode merancang secara Eklektik (Prabo Hindarto, 2009).

Eklektisme yaitu sebuah pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang ada (Prabo Hindarto, 2009). Sebagai contoh untuk menghubungkan Arsitektur Eropa dengan arsitektur tradisional Indonesia dapat di selesaikan menggunakan Arsitektur Eklektik.

Desain secara Eklektik kini dapat dimaknai sebagai penggabungan dari gaya modern dengan ciri khas tradisional. Di Indonesia, gaya ini banyak digemari karena Indonesia memiliki kekayaan budaya, seni dan tradisi, bisa dipadukan. Salah satu cara untuk menerapkan desain Eklektik yaitu dengan memadukan gaya arsitektur tradisional Indonesia. Tidak hanya penggabungan saja tetapi juga dapat menerapkan hanya satu saja gaya arsitektur tetapi dalam bentuk sistem konstruksi, fungsi, dan sisi konseptual.


(52)

Mesjid Al-Oesmani mendapatkan inspirasi lengkungan dan ornamen pada kolom yang bergaya Timur Tengah juga merupakan bangunan yang berarsitektur Islam di Eropa sehingga terlihat cukup berbeda dengan kebanyakan dan indah (gambar 4.10).

Selain bangunan berarsitektur Eropa dan Timur Tengah, kawasan juga memiliki bangunan bergaya China-Melayu. George-Town merupakan sebuah kota tua yang menjadi saksi sejarah selama 200 tahun di Penang. Kota tersebut kaya akan bangunan tua dengan Arsitektur Eklektik yang memiliki berbagai gaya dari dari Art-Deco sampai China Klasik, dari Masjid sampai kuil Buddha, vila Kolonial Inggris, Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Arsitektur eklektik dapat diaplikasikan pada interior dan eksterior bangunan tampak pada bangunan salah satu contohnya adalah bangunan Baba Nyonya di George-Town.

Gambar 3.11. Fasad bangunan Baba Nyonya.

The peranakan atau biasa dijuluki sebagai Babas and Nyonyas dibangun pada abad ke-19 merupakan salah satu bangunan yang berArsitektur Eklektik di


(53)

George Town, Penang (gambar 4.11). Arsitektur Eklektik pada eksterior bangunan terlihat dari ukiran-ukiran khas China peranakan pada panel kayu sedangkan dari interior bangunan dapat dilihat dari motif lantai khas Inggris dan keunggulan hasil kerajinan besi khas Scotlandia. Bangunan yang dulunya milik Kapitan Chung Keng Kwee (Hai Kee Chan) sekarang telah beralih fungsi menjadi museum peranakan.

Gambar 3.12. Courtyard pada bangunan peranakan baba nyonya.

Courtyard pada bangunan peranakan ini merupakan adaptasi dari arsitektur China (gambar 3.12). Unsur Eklektik pada interior bangunan yaitu Bahan lantai yang bergaya Inggris, Perabot dari Eropa dan pegangan tangga menggunakan bahan dari lokal dan import yaitu kerajinan besi dari Glasglow Skotlandia (gambar 3.13).


(54)

Perabot yang bergaya Eropa dengan figur keramik Victorian dan gelas Epergnes. Bangunan ini memiliki ruang khusus bergaya barat yang bertujuan untuk hiburan dan tamu dari Eropa. Perak, gelas dan lain-lain semuanya di import dari Eropa.

Setelah melakukan studi banding, selanjutnya adalah pemograman dimana menurut perancang dapat juga dikatakan sebagai sebuah resep dalam membangun bangunan.


(55)

BAB IV

RECIPE

Untuk menghasilkan suatu karya yang baik dibutuhkan "resep" sehingga karya tersebut dapat memberi dampak positif dan berkelanjutan. Peraturan RTRW dan pencarian referensi merupakan komponen penting dalam merancang. Berdasarkan RTRW Pasal 37 tentang kawasan budidaya menyatakan bahwa Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman diarahkan ke arah Utara kota, yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan dimana perumahan dan permukiman yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri-kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial.

Kawasan memiliki konsep compact living yang merupakan salah satu konsep dari TOD, yaitu dengan memperpendek jarak tempuh antara stasiun, shopping mall dan residen maka peletakkan fungsinya berdekatan satu sama lain. Selain itu apartemen untuk mengalokasikan masyarakat disekitar daerah wisata, untuk pendatang yang akan bekerja di daerah wisata dan komersil yang ada sehingga dilengkapi dengan pusat kesehatan terpadu, daerah hijau, lapangan olahraga, dan system keamanan.

Dapat disimpulkan bahwa daerah kecamatan Medan Labuhan perlu dilakukan pengembangan perumahan dan permukiman, sebagai respon terhadap hal tersebut maka perlu pembangunan apartemen di kawasan tersebut.


(56)

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun 2010-2030 Dalam kawasan pusat kegiatan dengan prinsip TOD, guna lahan yang terdekat dengan titik transit jalur transportasi masal difungsikan sebagai kawasan komersil dan fasilitas umum/sosial dengan bangunan berkepadatan tinggi. Karena merupakan kawasan TOD maka pengembangan tidak hanya berupa pemukiman apa-adanya (rusun) tetapi pemukiman dengan kelas yang lebih baik yaitu apartemen, yang membedakannya yaitu fasilitasnya. Selain sebagai tempat tinggal warga setempat juga dapat sebagai tempat tinggal bagi pekerja yang kerja di Kawasan Industri Medan dimana jarak terhadap kawasan Pekan Labuhan hanya 8.2 km dan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dengan waktu 13-18 menit (gambar 4.1 dan 4.2).


(57)

Gambar 4.2. Kantor utama KIM (sumber: kim.co.id).

Selain itu, apartemen juga tidak menutup diri dan dapat disewa oleh masyarakat lain yang sengaja datang karena mencintai dan tertarik dengan sejarah kawasan tersebut.

Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke selatan. Perkembangan permukiman ke arah selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan. Pemukiman yang dimaksud salah satunya adalah apartemen.

Apartment merupakan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional


(58)

dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama (pasal 1 UURS no.16 tahun 1985).

Pertimbangan apartemen berdasarkan tipe pengelolanya, dikarenakan fungsi apartemen yang didirikan selain untuk umum juga untuk merelokasikan warga yang lahan dan bangunannya dialih-fungsikan yang bertujuan untuk pengembangan kawasan berprinsip TOD. Kemudian untuk sebagai tempat hunian para pekerja yang bekerja dekat dengan kawasan salah satunya adalah kawasan KIM maka jenis apartemen berdasarkan tipe pengelolanya adalah apartemen milik sendiri dan apartemen sewa. Apartemen milik sendiri dapat dijual dan dibeli oleh pihak individu dan apartemen juga dapat disewa oleh individu. Kedua jenis apartemen tersebut terdapat manajemen apartemen yang mengatur segala sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift, koridor, dan fasilitas umum lainnya.

Berdasarkan rencana ketinggian di kawasan kecamatan Medan labuhan, ketinggian bangunan maksimum adalah 5 lantai. Apartemen dengan ketinggian kurang dari tujuh lantai dan menggunakan tangga sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk golongan menengah kebawah (Akmal, 2007). Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan adalah peraturan RTRW yang menyatakan bahwa tinggi bangunan maksimum adalah 4 sampai 5 lantai, sehingga dapat dikategorikan sebagai low-rise apartemen.


(59)

Berdasarkan hasil survei ke lapangan dan data mengenai kecamatan Medan Labuhan maka tujuan pembangunan apartemen adalah untuk umum, apartemen ini ditujukan ke berbagai lapisan masyarakat, hanya saja lebih mengutamakan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah.

Apartemen yang berada di kawasan ini berdasarkan penghuninya dikelompokkan sebagai apartemen keluarga. Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama. Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar (Savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan Rahwidyasa, 2007).

Untuk pelayanannya, apartemen fully-furnished yaitu menyediakan perabotan dalam unit apartemen tanpa melayani layanan standart hotel karena berupa apartemen kelas menengah, tetapi mempertimbangan layanan laundry dan kebersihan untuk tetap mempertahankan kebersihan pada apartemen. Layanan

laundry merupakan layanan self-service.

Klasifikasi apartemen berdasarkan jumlah lantai perunit untuk apartemen kelas menengah adalah jenis simpleks dimana setiap unit hanya berupa ruangan dengan 1 lantai.

Berdasarkan golongan sosial (Savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan Rahwidyasa, 2007), apartemen dibagi menjadi empat, yaitu


(60)

mewah. Yang membedakan keempat tipe tersebut sebelumnya adalah fasilitas yang terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan sistem apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas bahan dan semakin banyak pelayanannya, semakin mewah apartemen tersebut.

Kecamatan Medan Labuhan merupakan kecamatan yang mempunyai luas terbesar dengan potensi lahan pengembangan yang masih luas. Perkembangan pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak pembangunan kompleks perumahan baru. Pesatnya perkembangan ke kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri dalam skala yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan penduduk diperkirakan 2% pertahun. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 186.433 jiwa dengan kepadatan sekitar 51 Jiwa/Ha.

Pendapatan perkapita mencerminkan tingkat kemakmuran yang telah dicapai oleh penduduk Kota Medan. Pendapatan perkapita berbanding terbalik dengan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka pendapatan perkapita daerah tersebut semakin kecil dan sebaliknya. Walaupun pertumbuhan PDRB mengalami pertumbuhan yang signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tetap tinggi atau lebih besar persentase pertumbuhan penduduk daripada persentase pertumbuhan ekonomi, maka tidak akan tercapai tingkat kemakmuran masyarakat yang tinggi.

Adapun PDRB perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk.


(61)

Jumlah penduduk yang dipakai sebagai pembagi adalah jumlah penduduk pertengahan tahun yang merupakan jumlah penduduk akhir tahun sebelumnya ditambah jumlah penduduk awal tahun dibagi dua. Perkembangan PDRB, penduduk pertengahan tahun dan PDRB perkapita tahun 2003-2007.

Tabel 4.1. Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per Kapita Tahun 2003-2007 (Sumber: Medan Dalam Angka 2008).

Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 2003 hingga 2007 terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2003 14,45 juta rupiah dan pada tahun 2004 menjadi 16,47 juta rupiah. Hal sama terjadi pula terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada kurun waktu yang sama. Peningkatan pendapatan perkapita, dilihat dari sisi permintaan, telah mendorong kenaikan tingkat konsumsi masyarakat atau menambah daya beli masyarakat.

Berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 pendapatan perkapita penduduk Kota Medan mencapai 21,97 juta rupiah. Pendapatan perkapita penduduk Kota Medan mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 24,79 juta rupiah (tabel 4.1).


(62)

Batasan yang baku akan strata sosial masyarakat belum ada yang mutlak. Untuk gambaran secara umum untuk golongan menengah adalah :

 Berpenghasilan antara 10 - 30 juta pertahunnya.

 Memiliki jumlah keluarga/tanggungan 4-5 orang.

Sebagai kesimpulannya apartemen kelas menengah merupakan yang paling cocok untuk kawasan tersebut. Dari data Pemkot Kota Medan pada tahun 2011 mengenai penduduk di Medan Labuhan, diketahui bahwa penduduk wilayah tersebut sebanyak 111.173 jiwa, terbagi atas 6 kelurahan dengan persentasi penduduk asli sebanyak 40% dan pendatang sebanyak 60%.

Perhitungan: 111.173 jiwa : 6 kecamatan = 18.528 jiwa/kecamatan

60% pendatang x 18.528 jiwa = 11.117 jiwa pendatang

*(asumsikan 1 keluarga terdiri dari 5 anggota)

Maka 11.117 : 5 = 2.223 kk

2.223 kk x 5 = 111 kk

(111kk + 129 kk yang direlokasi) = 240 unit apartemen.

Jenis apartemen berdasarkan tipe unit yang paling cocok adalah apartemen keluarga karena target pasar pembangunan apartemen adalah keluarga. Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang biasa terbuka dalam satu ruang atau terpisah.


(63)

Luas apartemen tipe ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimum untuk satu kamar tidur adalah 25 m², 2 kamar tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140 m² (Akmal, 2007).

Alasan unit hunian 2 kamar lebih banyak total unit adalah karena apartemen keluarga, dimana minimum kamar untuk hunian sebuah keluarga adalah 2 kamar tidur.

Tipe kamar Luas Jumlah unit

1 kamar 36m² 96

2 kamar 45m² 144

Tabel 4.2. Tipe unit hunian pada apartemen.

Jenis Koef Perhitungan Jumlah

KLB 5 5 x 12117 60585

Luas Blok Bangunan

100% 12117 12117

KDB 60% 12117 x 60% 7270

KDH 20% 12117 x 20% 2423

GSB (0.5 n +1) 0.5 . 11 + 1 6.5

Tabel 4.3. Perhitungan luasan apartemen.

Luas lahan yang diperbolehkan untuk pembangunan apartemen adalah 7270 sedangkan yang pakai untuk membangun apartemen hanya 4330, dan sisanya merupakan lahan terbuka (lihat tabel 4.3).

Salah satu ciri TOD adalah tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki atau bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD yaitu, penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta fasilitas pendukung, kepadatan penduduk


(64)

yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen, condominium tersedia fasilitas perbelanjaan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas hiburan, fasilitas olahraga, fasilitas Perbankan.

Fasilitas kesehatan sebelumnya sudah ada pada kawasan hanya saja puskesmas tersebut dialokasikan ke dalam bangunan apartemen terkait lahan tersebut dijadikan open space (gambar 4.3).

Gambar 4.3. Eksisting puskesmas di kawasan.

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014).

Salah satu trend sektor kesehatan, terkait keberadaan puskesmas ini, adalah suatu insitusi yang mampu segera mengadakan rencana, operasional,


(65)

tindakan baik lapangan maupun perawatan serta pengembangan secara cepat adalah puskesmas dengan rawat inap.

Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara. Sesuai standar pelayanan minimum bidang kesehatan di kabupaten/kota (DEPKES RI, 2003).

Pengertian rawat inap, merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap.

Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu yang perlu dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok, antara lain yaitu fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan, pembinaan dan pengembangan, dengan penekanan pada fungsi pada kegiatan yang bersifat preventif, promotif, dan fungsi rehabilitatif. Yang kedua adalah fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi perawatan pasien sakit, instalasi obat, instalasi gizi, dan instalasi umum. Juga fungsi yang lebih berorientasi pada kegiatan yang bersifat kuratif.


(66)

jumlah tempat tidur minimun untuk puskesmas rawat inap adalah 10 buah tempat tidur. Dan terdapat 4 jenis kelas pada setiap tempat tiduryaitu VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Ruang rawat inap VIP memiliki 1 tempat tidur setiap kamar. Kelas 1 memiliki 2 tempat tidur setiap kamar, kelas 2 memiliki 4 tempat tidur setiap kamar, kelas 3 adalah kelas paling bawah dan terdapat 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar. Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.

 Luas kamar VIP = 28 m2/unit

 Luas kamar kelas 1 = 18 m2/unit

 Luas kamar kelas 2 = 12 m2/ unit

 Luas kelas 3a dan 3b = 8m2/ unit

Kemudian stasiun perawat maksimum melayani 25 tempat tidur, letak stasiun perawat harus terletak dipusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif. Untuk bangunan perawatan kelas yang berupa 1 blok maka dibutuhkan 1 stasiun perawat.

Ruang adm- Luas yang diperlukan per petugas adalah 3 – 5 m2. Fasilitas yang ada didalam ruangan ini adalah meja, kursi, komputer, lemari-lemari arsip dan konter pendaftaran.

Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang


(67)

rawat inap dengan dilengkapi loket/counter, meja kerja, lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom.

Puskesmas yang berfungsi untuk melayani masyarakat umum tentunya memiliki pegawai yang bertugas untuk mengatur berjalannya fungsi pelayanan kesehatan tersebut. Salah satunya adalah petugas administrasi, dokter, dan perawat.

Kegiatan administrasi meliputi :

 Pendataan pasien.

 Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan tindakan bedah).

 Rekam medis pasien.

Ruang dokter pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan perabot. Ruang ini mempunyai luas minimum 16 m2.

Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua pihak yang memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat segera diketahui untuk diambil tindakan terhadap pasien.

Ruang istirahat juga harus disediakan untuk para pegawai puskesmas. Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya digunakan setelah melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Yang dibutuhkan pada ruang istirahat diperlukan sofa untuk duduk-duduk.


(68)

Dalam RTRW tentang penetapan kawasan strategis Kota Medan Pasal 45 menyatakan bahwa kecamatan Medan Labuhan merupakan kawasan ekonomi khusus dan kawasan pengembangan ekonomi terpadu. Dan pasal 45 yang menyatakan bahwa kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai) merupakan Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikategorikan sebagai kawasan strategis sosial budaya.

Gambar 4.4. Suasana Yokohama China-Town.

Dalam prinsip TOD dalam jarak tertentu dibutuhkan bangunan dengan fungsi Komersil, Area komersil tersebut berupa China Town yang menampung aktivitas jual beli souvenir, makanan, barang kerajinan setempat dan lain-lain sehingga dilengkapi pedestrian yang nyaman, tempat duduk, dan retail-retail pertokoan. Bangunan Komersil China Town sebanyak 48 shophouse berarsitektur China-Melayu berfungsi utama melayani aktifitas jual-beli yang disesuaikan dengan kemampuan beli pengunjung. Salah satu contoh China-Town yang sangat ramah pedestrian adalah China-Town yang ada di Yokohama Jepang (gambar


(69)

4.4). Dimana Jepang dari sejak dulu memang sudah banyak mendapatkan pengaruh budaya dari China, selain pengaruh arsitektur dan agama juga pengaruh pada tulisan Jepang yang memiliki kemiripian dengan tulisan mandarin yaitu tulisan kanji. Jalan yang ada di area komersil tersebut di bebaskan dari kendaraan bermotor sehingga pengunjung dapat dengan nyaman berjalan-jalan di kawasan tersebut.

Setelah bersama kelompok melakukan pendataan, survey dan studi banding. perancang melanjutkan desain kawasan. Cakupan kawasan yang didesain perancang adalah ke desain bangunan apartemen yang memiliki fungsi hunian dan fasilitas kesehatan berupa puskesmas rawat inap dan juga mengembangkan kawasan eksisting rumah toko di jalan Pasar Lama. Kawasan yang didesain diharapkan dapat memberi dampak yang simbiosis dan sustainable pada kawasan maupun masyarakat.


(70)

BAB V

HOPE

Gambar 5.1. Konsep zoning pada site.

Untuk bangunan apartemen, bentukan masa pada awalnya bertujuan untuk merespon bentukan site dan tidak membelakangi bagian depan (menghadap jalan Yos Sudarso) maupun belakang site (menghadap jalan rel kereta api). Berdasarkan Urban Design Guide-Line peletakan parkir diletakan tidak boleh di jalan utama (jalan Yos Sudarso), melainkan jalan yang lebih kecil dan untuk merespon bentukan bangunan yang berdasarkan RTRW bahwa di bagian utara vihara akan dibangun jembatan dan jalan untuk mengakses ke kawasan dan jalan Yos Sudarso makan di bagian barat site dijadikan open space (gambar 5.1).


(71)

Gambar 5.2. Bentuk dasar bangunan.

Bentukan yang paling cocok menurut perancang dan juga berdasarkan pembahasan bersama kelompok pada awal pengerjaan perancangan adalah bentuk menyerupai "Z" yang serong mengikuti bentukan lahan (gambar 5.2).


(72)

Perancang terinspirasi dengan pintu masuk pada bangunan Galleria Vittoro Emanuelle yang menjorok masuk kedalam sehingga perancang memilih untuk mencoak bagian bangunan yang difungsikan sebagai area masuk (gambar 5.3) .

Gambar 5.4. Sketsa awal massa bangunan.

Dikarenakan tempat parkir yang harus diletakkan di belakang bangunan (bagian bangunan yang tidak menghadap langsung ke jalan utama yaitu jalan Yos Sudarso) maka akses dari parkiran juga harus diperhatikan. Dengan memberi lubang pada entrance yang dapat diakses dari depan dan belakang dimana bagian depan merupakan jalan masuk khusus untuk pejalan kaki karena dekat dekat tingkat kepadatan bangunan yang tinggi sedangkan di area belakang dikhususkan untuk yang akses dengan kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti becak, untuk kendaraan seperti angkot dapat berhenti di halte yang dekat dengan stasiun.


(73)

Selain coakan pada bangunan, berdasarkan Urban Design Guide-Line pada lantai 3 bangunan harus mundur sebanyak 3 meter, dan 3 meter itu dapat di fungsikan sebagai teras bagi setiap unit apartemen di lantai 3-5 (gambar 5.4).

Gambar 5.5. Sketsa awal zoning skematik bangunan.

Bangunan apartemen yang juga berfungsi sebagai pelayanan kesehatan di pisahkan dalam zoning yang jelas sehingga tidak membingungkan antara pengunjung puskesmas dan penghuni apartemen. Pada lantai 1 adalah area yang dikhususkan untuk publik, servis, area pengelola dan area khusus pelayanan kesehatan berupa puskesmas (gambar 5.5).


(74)

Ground plan pada rancangan awal untuk zoning didalam ruangan masih cukup berantakan, bagian puskesmas yang belum terlintas di pikiran perancang untuk menyediakan parkiran dan akses menuju pintu UGD (gambar 5.6) . Untuk ruang terbuka, peletakan parkiran masih kurang tertata dan kolam renang tidak cocok untuk diletakkan di dekat area puskesmas yang kemudian dipindahkan ke area open space di depan apartemen yang menghadap jalan Yos Sudarso.

Gambar 5.7. Denah awal lantai typical.

Dalam apartemen yang tipe penghuninya adalah keluarga maka diperlukan ruang untuk penghuni saling bersosialisasi antar penghuni (gambar 5.7). Teras didepan setiap unit apartemen di lantai 3-5 juga dapat digunakan untuk merawat tanaman. Maka perancang memutuskan untuk mengutamakan bagian teras pada apartemen yang dapat digunakan untuk merawat tanaman, sekedar bersantai maupun bersosialisai dengan tetangga seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan tersebut sekarang. Warga memiliki nilai sosial yang tinggi dimana teras rumah dijadikan tempat warga berkumpul dan bersantai antar tetangga.


(75)

Dalam rancangan awal tentunya akan banyak mengalami revisi, dari hasil revisi, denah lantai awal yang ternyata terdapat beberapa kesalahan terutama penzoningan lantai satu di bagian servis dan pengelola, kemudian pada lantai kedua, tiga dan keempat unit hunian yang masih membingungkan bagaimana cara penyusunan yang cocok untuk tetap dapat menyediakan area teras yang cukup luas untuk dinikmati penghuni. Desain skematik awal juga cukup membingungkan di bagian koridornya mengingat ingin memundurkan dinding bangunan sebanyak 3 meter di lantai ke 3,4 dan 5. Akses yang hanya dapat di akses dari teras luar dan di lantai 2 terkesan aneh dan pilih kasih sehingga dilakukan perbaikan lagi yaitu akses hanya melalui koridor di dalam ruang dan teras di bagian luar bangunan tetap dipertahankan hanya saja berupa balkon.

Gambar 5.8. Galleria Vittoro Emanuelle II.

Peraturan RTRW maksimal tinggi bangunan adalah 5 lantai, dan berdasarkan

Urban Design Guide-Line bangunan harus menghormati bangunan eksisting terutama bangunan bersejarah, salah satu cara yaitu dari skala, rata-rata bangunan di sekitar dengan tampak 2 lantai yang menyatu seperti 1 lantai seperti pada


(76)

bangunan Galleria Vittoro Emanuelle II (gambar 5.8), memberi efek yang "tricky" terhadap fasad, bangunan terlihat lebih rendah dari yang sebenarnya (gambar 5.9).

Gambar 5.9. Konsep awal fasad bangunan.

Fasad mengadopsi bentukan kolom yang sama dengan mesjid Al-Oesmani yaitu arsitektur di Cordoba Spanyol (gambar 5.10), dan bentukan jendela mengadopsi bentukan detail dinding yang juga dari arsitektur Cordoba.

Gambar 5.10. Kolom di mesjid Cordoba.

Gambar 5.11. Detail dinding pada salah satu bangunan di Cordoba.

Setelah melalui tahap revisi perancang menyadari telah mengaplikasikan terlalu banyak bentukan arsitektur dari cordoba salah satunya adalah pada detail


(77)

dinding (gambar 5.11). Perancang memikirkan bahwa untuk lebih mengkoneksikan arsitektur bangunan apartemen dengan kawasan yang juga dirancang oleh perancang yaitu rumah toko. Maka perancang memilih arsitektur China Melayu yang lebih mendominasi fasad bangunan baru.

A. B.

C.

Gambar 5.12. Tipe atap Melayu.

Perancang memilih atap bangunan mengadopsi bentukan atap Melayu sehingga memiliki identitas bangunan tropis Melayu. Dari berbagai bentukan atap Melayu, perancang memilih tipe atap Layar Rumah Bumbung Panjang(gambar 5.12 bagian C).


(78)

Selain bentukan atap, detail atap dan ornamen lainnya juga perlu dipertimbangkan sehingga bangunan baru dapat menyatu dengan bangunan eksisting dan bahkan memperindah eksisting.

Motif Melayu ini disebut Sayap Layang-Layang (gambar 5.13). Dimaknai sebagai Simbol kegagahan, mampu menghadapi malangan & rintangan, penangkal kejahatan dan simbol memperoleh hasil usaha yang maksimal.

Gambar 5.14. Pintu tradisional Melayu.

Pintu disebut juga dengan Ambang atau Lawang (gambar 5.14). Pada bangunan rumah adat Melayu Riau pintu dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah pintu yang menghubungkan bagian dalam rumah dengan bagian luar rumah, yang kedua adalah pintu yang menghubungkan bagian-bagian dalam rumah. Pintu tradisional merupakan panel yang terbuat dari kayu pilihan dan diberi ornamen tertentu (kipas dan bunga matahari) dan terdapat Lubang Angin


(79)

pada bagian atasnya, sedangkan pada bagian bawahnya diberi kisi-kisi agar anak-anak tidak terjatuh. Desain pintu yang merupakan salah satu detail bangunan merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan dalam proses perancangan. Rata-rata rumah toko di kawasan tersebut memiliki detail pintu yang hampir sama yaitu kisi-kisi yang berfungsi sebagai lubang angin sehingga perancang juga memutuskan untuk memakai pintu dengan ciri khas Melayu tersebut di hampir seluruh bangunan apartemen.

Gambar 5.15. Sinar Matahari Pagi (Sumber : Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah).

Sinar matahari pagi dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Melayu (gambar 5.15). Ornamen ini dipasang pada kasa jendela atau kasa pintu. Sering disebut dengan bentukan Groga (atau roda) merupakan ornamen dengan berbagai varian.


(80)

Lebah Bergantung (gambar 5.16). Pelambang kesetiaan, punya faedah yang banyak, rajin, tawar penyakit, begagan, beturai, bersyahadat, namun dan selalu mendatangkan kebaikan. Salah satu alasan pemakaian ornamen lebah bergantung di rumah tradisional Melayu, konon rumah Melayu dulunya banyak dihinggapi lebah untuk membangun sarang terutama di bagian plafon.

Gambar 5.17. Motif Bunga China (Sumber : Mahyudin Al Mudra).

Ornamen China-Melayu yaitu Bunga China disebut juga Bunga Susun Kelapa. Bunga China ini mempunyai makna keikhlasan hati (gambar 5.17). Ornamen bunga dipakai pada detail railing di fasad untuk mendapatkan nuansa oriental pada fasad.

Gambar 5.18. Ukiran Motif Semut Beriring (Sumber : Mahyudin Al Mudra).

Bentuknya mirip semut yang beriringan (gambar 5.18). Bagian badan dan kepala semut diberi hiasan berupa lengkungan atau hiasan daun-daunan. Sedangkan pada bagian kakinya diberi hiasan kuntum atau kumbang. Motif ukiran


(81)

ini adalah memiliki hidup rukun serta penuh kegotong-royongan. Pemilihan motif semut beriring dikarenakan sebuah apartemen adalah sebuah komunitas yang bersatu didalam bangunan. Motif Semut Beriring dipakai pada bentukan jalan perkerasan di ruang luar hijau.

Disebut juga Tampuk Manggis (gambar 5.19). Bunga Manggis memiliki makna kemegahan. Pemilihan ornamen Melayu pada fasad berfungsi untuk mencocokan bangunan baru dengan bangunan lama yang sebagiannya adalah bangunan bergaya Melayu. Bentukan bunga manggis dipakai di bentuk air mancur di luar bangunan.

Gambar 5.19. Motif Bunga Manggis (Sumber : Mahyudin Al Mudra).

Bangunan apartemen dan rumah toko merupakan bagian yang terpisah. Bangunan apartemen lebih ke semi publik dan privat dimana didalam unit hunian merupakan area yang bersifat privat dan bangunan puskesmas yang bersifat publik dan semi publik, sedangkan kawasan rumah toko sepenuhnya bersifat publik. Apartemen dan rumah toko dibatasi oleh jalan Yos Sudarso. Salah satu kegiatan yang memiliki dampak buruk terhadap kebersihan kawasan tersebut adalah pasar pagi. Dikarenakan kegiatan pasar pagi pada pagi hari tidak dapat dihilangkan begitu saja maka dilakukan maintenance terhadap pasar tersebut sehingga lebih


(82)

tertata dan tidak kotor, diperlukan aturan-aturan yang bersifat edukatif sehingga pedagang pasar pagi lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan tersebut. Sebagai contoh aturan untuk membersihkan lapak sendiri dan membuang sampah pada tempatnya, sebelum meninggalkan pasar keadaan tempat tersebut harus benar-benar bersih dan dikenakan denda untuk yang melanggar sebagai peringatan dan tindakan yang lebih tegas yaitu dilarang berjualan lagi bagi yang tidak jera. Dapat juga ditangani dengan sistem dikelola oleh pihak berwajib (swasta maupun negeri).

Gambar 5.20. Pajak Beruang di Medan.

Salah satu contoh pasar pagi di Medan yaitu Pajak Beruang (gambar 5.20), pasar tersebut sebenarnya dapat dikatakan cukup bersih dengan stand kayu para pedagang yang juga diangkut ketika pasar ditutup pada siang hari hanya saja akan lebih baik lagi jika sampah di pasar tersebut tidak dibiarkan begitu saja, bertumpuk disamping jalan dan dimasukkan ke tong sampah atau pengelolaan sampah dengan truk sampah yang mengangkut sampah setiap hari setiap pasar ditutup. Rumah perancang yang cukup dekat dengan pasar beruang tersebut sehingga perancang sesekali dengan sengaja melintasi area tersebut dalam waktu


(83)

yang berbeda. Ternyata pada sore hari dilakukan pembersihan pada setiap tumpukan sampah tersebut.

Gambar 5.21. Sketsa zoning kegiatan pasar (site plan).

Kegiatan pasar terbagi menjadi 2 yaitu kegiatan didalam bangunan dan di luar bangunan dimana di dalam bangunan difungsikan untuk kegiatan yang lebih bersih seperti cafe dan di luar bangunan yang terbuka yaitu pasar pada pagi hari dan wisata kuliner pada malam hari.

Yang membedakan aktivitas dagang pada pagi-siang hari dan sore-malam hari adalah barang yang dijual. Pasar pagi cenderung memiliki target pada ibu-ibu atau perumah tangga yang datang untuk membeli kebutuhan pokok, dan untuk dagangan dari sore hingga malam cenderung menargetkan keluarga yang sedang berwisata kuliner ataupun menjadi tempat tongkrongan anak muda.

Kegiatan di kawasan ruko lama terdiri dari kegiatan di luar dan di dalam bangunan ruko lama (gambar 5.21). Selain lapak di depan ruko yang perlu

Luar bangunan Dalam bangunan


(1)

Lampiran 2 Tabel luasan apartemen

lantai ruang zona jumlah

ruang

luas (m²)

lantai ground Lobby publik 1 360

Toilet pria 1 30

Toilet wanita 1 30

Ruang bersama semi

publik

1 260

Cafeteria 1 200

Loket 1 15

Ruang mandi dan ganti pria

1 40

Ruang mandi dan ganti wanita

1 40

laundry 1 22

Ruang tunggu 1 30

Ruang ganti karyawan wanita

privat 1 9

Ruang ganti karyawan pria

1 9

Toilet pria 1 5

Toilet wanita 1 5

Ruang istirahat 1 25

Dapur dan ruang makan 1 25

Ruang bendahara 1 16

Ruang sekretaris 1 16

Ruang kepala pengelola 1 18

Ruang staff 1 30

Ruang rapat 1 45

Ruang panel listrik servis 1 20

Ruang trafo 1 25

Ruang genset 1 30

Gudang 1 40

AHU 1 30

Ruang pompa 1 24

Ground water tank 1 50

Toilet pria 1 4

Toilet wanita 1 4

Ruang shaft listrik 1 8


(2)

Ruang pengelolaan sampah

1 20

lantai tipikal (2-5)

ruang bersama 4 300

unit hunian tipe 36 96 3456

unit hunian tipe 45 144 6480

Ruang shaft listrik 4 32

Ruang shaft telepon 4 32

Ruang shaft sampah 4 80

gross total area 11873

sirkulasi (30%) 3561,9

total area 15434,9


(3)

Lampiran 3 Fortofolio Perancangan Arsitektur 6

Lampiran 3a


(4)

Lampiran 4 Fortofolio Perancangan Arsitektur 6

Lampiran 4a

Lampiran 4b


(5)

Lampiran 5 Fortofolio Perancangan Arsitektur 6

Lampiran 5a


(6)

Lampiran 6 Fortofolio Perancangan Arsitektur 6

Lampiran 6a

Lampiran 6b