Analisis Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
ANALISIS BIAYA PENGANGKUTAN KAYU DENGAN
TRUK DI HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk,
SEKTOR AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN,
SUMATERA UTARA
Skripsi
OLEH :
STENLY NICO SIBURIAN/ 011203050 TEKNOLOGI HASIL HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Judul Skripsi : Analisis Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
Nama : Stenly Nico Siburian NIM : 011203050
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui Oleh, Komisi pembimbing
( Nurdin Sulistiyono S,Hut. M.Si ) (Ir. Didim S Ilyas. M.Si) Ketua Anggota
Mengetahui,
(Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.Si ) NIP : 132 287 853
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Analisis Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. sektor Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si, dan Bapak Ir. Didim S Ilyas, M.Si, selaku ketua pembimbing dan anggota pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam proses penyusunan proposal penelitian ini. 2. Orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik moril
maupun materil pada saat penyusunan proposal ini
3. Saudara dan teman-teman penulis yang juga telah begitu banyak memberikan dukungan yang sangat membantu penulis dalam proses penyelesaian proposal ini
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga begitu banyak membantu penulis
Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2007
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... is
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan ... 4
Pengangkutan ... 5
Pengangkutan Kayu dengan Truk ... 6
Pengukuran Kerja dan Penyelidikan Waktu ... 7
Waktu Kerja pengangkutan... 8
Prestasi Kerja Pengangkutan dengan Truk ... 10
Produktivitas ... 12
Biaya Pengangkutan ... 13
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
Metode Penelitian ... 17
Alat dan Bahan ... 17
Teknik Pengumpulan Data ... 18
Jumlah Sampel ... 19
Pengolahan Data ... 19
(5)
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Perusahaan ... 25
Letak Geografis dan Astronomis PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ... 26
Kondisi Umum Sektor Aek Nauli ... 27
Letak Geografis dan Astronomis ... 27
Struktur Organisasi ... 28
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Alat Angkutan ... 29
Kondisi Jalan Hutan ... 29
Waktu Kerja Pengangkutan Kayu ... 30
Produktivitas Pengangkutan Kayu ... 35
Biaya Angkutan Kayu Dengan Truk ... 37
Operator ... 39
Hubungan Produktivitas Terhadap Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk Fuso (Gancu) ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43
Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA
(6)
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1. Waktu kerja yang berhubungan dengan kegiatan pengangkutan
kayu dengan menggunakan truk. ... 30 Tabel 2. Hasil perhitungan produktivitas pengangkutan kayu dengan
menggunakan truk fuso (gancu). ... 35 Tabel 3. Hasil Perhitungan Biaya Usaha Alat Pengangkutan Kayu dengan
Truk. ... 38 Tabel 4. Analisis Sidik Ragam Hubungan Produktivitas dengan Biaya
(7)
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Mitsubishi FUSO–FN527M3LHD yang digunakan dalam
pengangkutan ... 29 Gambar 2. Kegiatan Memuat dan Membongkar Kayu ... 32 Gambar 3. Truk Berjalan Kosong Dan Truk Mengangkut Kayu ... 34
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1. Spesifikasi Mitsubishi FUSO–FN527M3LHD(6X4) ... 46 Lampiran 2. Data sekunder Hasil-hasil Penelitian di HPH PT. Toba
Pulp Lestari ... 47 Lampiran 3. Perhitungan Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya Mesin ... 48 Lampiran 4. Tally Sheet Pengukuran Waktu Kerja Pengangkutan Kayu
dengan Truk ... 51 Lampiran 5. Produktivitas Pengangkutan kayu dengan Truk Fuso (Gancu) . . 52 Lampiran 6. Pengolahan Data Statistic untuk Melihat Hubungan Produktivitas
dengan Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk Menggunakan Program SPSS 12.00 ... 53 Lampiran 7. Peta Kerja Pengangkutan Kayu PT.Toba Pulp Lestari, Tbk.
Sektor Aek Nauli ... 55 Lampiran 8. Surat Keterangan ... 56
(9)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hasil hutan merupakan kegiatan memindahkan hasil–hasil hutan baik berupa kayu maupun bukan kayu dari hutan. Pemanenan kayu adalah serangkaian kegiatan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengelolaan dengan biaya yang ekonomis dan kerusakan lingkungan yang minimum. Sistem pemanenan kayu umumnya didefinisikan sesuai dengan bentuk atau cara pengangkutan atau metode dan peralatan atau kombinasi keduanya yang digunakan dalam serangkaian kegiatan pemenenan kayu (Budiaman, 1996)
Pengangkutan berupa pemindahan hasil hutan dari tempat pengumpulan di hutan ke log yard atau ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Kegiatan ini sebagai tahap akhir di rangkaian kegiatan pemungutan hasil hutan. Tanpa adanya kegiatan pengangkutan, hasil hutan yang telah dipungut tidak dapat di manfaatkan masyarakat yang pada umumnya berada ditempat yang jauh dari lokasi pemanenan. Dalam kegitan pengangkutan, pemilihan sistem dan alat pengangkutan serta pengoperasian yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap penurunan keuntungan pengusahaan hutan atau pabrik pengolahan hasil hutan. Untuk mendapat hasil yang optimal, maka harus direncanakan yang sebaik-baiknya; meliputi sistem pengangkutan, jenis alat angkut, biaya tenaga kerja dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengangkutan hasil hutan tersebut.
Kegiatan pengangkutan dengan menggunakan truk merupakan salah satu bentuk angkutan melalui darat selain dengan cara menggunakan lori. Dalam operasionalnya pengangkutan dengan mengunakan truk ini
(10)
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jarak angkut, jumlah muatan, kualitas jalan, kecepatan rata-rata, tipe truk, dan sebagainya. Secara tidak langsung faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya biaya pengangkutan.
Produktivitas alat pengangkutan dipengaruhi banyak hal antara lain : jumlah muatan, jarak angkutan, kodisi jalan, daya alat angkut dan waktu angkut dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini tidak semua faktor analisa karena keterbatasan data dan waktu dilapangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka biaya dan produktivitas pengangkutan kayu merupakan masalah penting yang layak diteliti dengan melakukan suatu penelitian analisis biaya pengangkutan kayu dengan menggunakan truk. Diharapkan dengan penelitian ini akan didapatkan suatu sistem pengangkutan yang lebih efektif dan efisien.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui produktivitas kerja pengangkutan kayu dengan mengunakan truk di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
2. Untuk mengetahui besarnya biaya pengangkutan dari TPn ke TPK dengan menggunakan truk.
(11)
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan tambahan informasi mengenai pengangkutan dalam kegiatan pemanenan hasil hutan dan sebagai bahan perbandingan terhadap hasil-hasil penelitian sejenis.
2. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian kegiatan pengangkutan dengan menggunakan truk pada proses produksi di arealHPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
(12)
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Hasil Hutan
Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat penggunaan dan pengolahan.
Ditinjau dari penerapan teknologi yang dipakai, United Tractors (1993) secara garis besar menjadi :
1). Sistem manual yaitu sistem ini diterapkan pada pekerjaan yang volumenya kecil, sejak dari proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, penebangan batang-batang pohon menjadi ukuran tertentu, penyaradan dari tempat merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang punya sifat mampu mempermudah diri atau dapat dipermudakan kembali. Dalam pemanfaatannya untuk mencapai kondisi hasil tebangan ke tempat penumpukan sementara (landing deck), serta pemuatan ke atas truk dilakukan dengan excavator atau tenaga manusia.
2). Sistem semi mekanis yaitu merupakan cara konvensional yang diterapkan pada logging operation di lokasi HPH. Dalam sistem ini proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting dan pemotongan batang menjadi sortimen tertentu dilakukan dengan mengunakan chainsaw. sedangkan pemuatan dan pengangkutan dilakukan secara mekanis.
3). Sistem mekanis penuh yaitu sistem ini sejak dari penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang-batang kayu menjadi sortimen tertentu,
(13)
penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan dilakukan secara mekanis. sistem ini dilakukan pada pekerjaan yang berskala besar.
Menurut brown (1958), pengangkutan dibagi menjadi dua yaitu : ”Minor transportation” berarti membawa kayu dari tempat pengumpulan kayu. dan ”mayor transportation” berarti membawa kayu dari tempat pengumpulan kayu ke tempat penimbunana kayu, tempat pengolahan atau pemasaran.
Masalah pengangkutan adalah masalah utama dan mendasar di dalam eksploitasi hutan. Hal ini mengingat hal-hal sebagai berikut :
1.) Kayu adalah bahan yang relatif murah harganya persatuan berat atau volume. 2.) Volume kayu dan bobotnya berat .
3.) Hutan-hutan produksi pada umumnya terletak ditempat yang jauh dan tegakan-tegakannya tersebar luas.
4.) Pada umumnya wilayah hutan bertopografi berat dan areal dipotong oleh lembah dan sungai-sungai.
5.) Pos biaya pengangkutan merupakan pos pembiayaan yang terbesar di dalam kegiatan eksploitasi hutan.
Pengangkutan
Tahap terakhir dari kegiatan pemanenan hasil hutan adalah kegiatan pengangkutan, yaitu pemindahan kayu atau hasil hutan dari hutan ke pabrik atau tempat angkutan selanjutnya. Berdasarkan tempatnya secara garis besar pengangkutan dibagi menjadi 3 macam, yaitu pengangkutan melalui darat, air, dan udara. Untuk pengangkutan melalui darat dapat dibagi menjadi dua golongan
(14)
besar, yaitu pengangkutan dengan menggunakan rel dan pengangkutan dengan menggunakan truk (Haryanto, 1987).
Selanjutnya Haryanto (1987) mengatakan bahwa dalam pengangkutan melalui darat terlebih dahulu harus mempersiapkan jalan angkutan. Berhubungan dengan hal ini, maka jalan yang telah ada menjadi pertimbangan dalam menentukan metode pengangkutan. Selain itu metode pengangkutan dari alat pengangkutan berkaitan erat dengan penentuan metode untuk tahap-tahap sebelum tahap pengangkutan dalam kegiatan pemanenan hasil hutan.
Hal ini dikarenakan tahap pengangkutan memerlukan biaya yang paling besar, sehingga penetapan alat-alat dan metode dari pemungutan dimulai dari tahap pengangkutan yang kemudian tahap-tahap sebelumnya menyesuaikan.
Pengangkutan Kayu dengan Truk
Truk adalah alat transportasi yang dominan digunakan untuk pengangkutan kayu melalui darat. Biasanya kendaraan ini terdiri dari bagian truk dan trailer, hal ini tergantung pada standar penggunaan jalan dan jumlah kayu yang diangkut (Staaf & Wiksten, 1984).
Menurut Peurifoy (1970), penggunaan truk untuk pengangkutan kayu mempunyai beberapa keuntungan, yaitu truk dapat beroperasi dengan lincah, kecepatan relatif tinggi dan apabila alat terganggu maka kerugian yang diakibatkan tidak terlalu besar. Tetapi disamping itu terdapat beberapa kelemahan antara lain: daya angkut per rit yang relatif kecil, perlu banyak alat dan makan waktu muat lama dalam suatu operasi besar, memerlukan modal yang besar, biaya
(15)
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dilakukan dengan cara memperbesar daya angkut alat dengan menambah gandengan pada truk menjadi truk gandengan. Dengan cara ini jumlah alat yang dibutuhkan untuk volume angkutan yang sama dalam suatu operasi menjadi lebih sedikit baik modal, biaya perbaikan dan pemeliharaan, upah pekerja, serta biaya bahan bakar menjadi lebih rendah.
Sianturi dan Suparto (1976) menyatakan bahwa semakin jauh jarak angkut, makin besar armada yang dibutuhkan. Pada angkutan jarak pendek, pemuatan merupakan unsur kerja yang relatif besar bila mana jumlah kendaraan besar dari optimum, waktu menunggu akan lebih lama. Hal ini berarti produktivitas menjadi lebih rendah. Selanjutnya dikemukakan bahwa kendaraan yang paling ekonomis dalam suatu perusahaan ditentukan oleh kapasitas angkutan, kapasitas muat bongkar, jarak angkutan dan keadaan jalan yang digunakan.
Pengukuran Kerja dan Penyelidikan Waktu
Pengukuran kerja dan penyelidikan waktu adalah penerapan teknik yang direncanakan untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Dengan penggunaan pengukuran kerja ini memungkinkan untuk membandingkan efisiensi atas metode-metode alternatif untuk mempersiapkan daftar jam standar dan pedoman-pedoman produksi untuk aktivitas-aktivitas yang berbeda-beda (FAO, 1989).
Penyelidikan waktu adalah suatu teknik pengukuran kerja untuk mencari waktu dan kecepatan kerja dari elemen-elemen dalam suatu pekerjaan tertentu
(16)
dilakukan di bawah kondisi tertentu dan untuk menganalisis agar diperoleh waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pada tingkat prestasi yang ditetapkan (FAO, 1974).
Menurut Sanyoto (1958) bahwa pengukuran waktu berhubungan erat dengan produktivitas, karena metode ini adalah inti dari penyelidikan prestasi. Pengukuran waktu dimaksudkan untuk menghitung prestasi kerja dengan satuan-satuan yang diukur dalam praktek suatu kegiatan sesuai ukuran yang berhubungan.
Waktu Kerja Pengangkutan
Waktu kerja pengangkutan adalah waktu yang dibutukan oleh truk untuk mengeluarkan kayu dari TPN sampai kayu diatur di TPK. Dalam penelitian ini waktu yang di ukur adalah waktu yang berhubungan langsung kegiatan pengangkutan, yakni waktu kerja berjalan kosong, memuat di TPN, mengangkut, dan memongkar muatan di TPK.
Menurut Wiradinata (1985), bahwa waktu memegang peranan penting sehingga erat hubungannya dengan biaya. Ada 3 golongan waktu yaitu :
1. Waktu total, adalah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh kegiatan
2. Waktu tetap, adalah bagian waktu total yang dianggap tetap dan tidak diperngaruhi oleh jarak, diameter pohon dan sebagainya.
3. Waktu variabel, adalah waktu yang dipengaruhi oleh jarak, diameter pohon dan sebagainya.
(17)
Menurut ILO (1983), dua metode terpenting untuk mengambil waktu dengan stopwatch ialah :
1. Pengambilan waktu secara kumulatif, yaitu pada pengambilan waktu secara kumulatif, jam berputar terus selama penelitian. Pengambilan waktu dimulai pada awal unsur pertama yang akan diambil waktunya dan berlangsung terus hingga seluruh penelitian selesai. Pada akhir tiap unsur jam dibaca dan dicatat. Waktu masing-masing unsur sesudah penelitian diselesaikan seluruhnya. Maksud tata cara ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh waktu pekerjaan diamati, dicatat dalam penelitian.
2. Pengambilan waktu secara mundur, yaitu pengambilan waktu secara mundur maka tiap kali unsur berakhir jarum-jarum stopwacth dikembalikan ke nol supaya dapat dimulai dengan segera, untuk secara langsung memperoleh waktu bagi untuk tiap-tiap unsur. Mesin jam tidak pernah diberhentikan karena jarum langsung mencatat waktu unsur berikutnya.
Dalam kegiatan pengangkutan waktu perjalanan yang digunakan oleh truk pulang maupun pergi dipengaruhi oleh tanjakan, keadaan permukaan jalan, kelurusan jalan, jarak pandangan dan faktor-faktor psikologis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh perbandingan efektifitas tenaga mesin terhadap berat kotor kendaraan (Elias,1987), sedangkan menurut Muhdi et al (2004), bahwa waktu rata-rata perjalanan kosong dan bermuatan kosong dipengaruhi oleh jarak dan
(18)
diameter kayu yang diangkut. Jarak angkutan yang relatif jauh dan diameter kayu yang diangkut besar akan memperlambat perjalanan.
Prestasi Kerja Pengangkutan dengan Truk
Menurut Siswantoyo (1987) bahwa prestasi kerja truk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan sebagai berikut:
1. Jarak angkutan dari tempat pengumpulan (TPN) sampai ke log yard. Jarak angkutan akan mempengaruhi banyaknya trip angkutan. Semakin pendek jarak angkutan, maka semakin banyak trip yang akan dihasilkan per satuan waktu, sehingga pengangkutan juga semakin banyak.
2. Kualitas jalan. Kualitas jalan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu diperkeras atau tidak, keadaan tanjakan dan turunan, lebar jalan dan sebagainya. Semakin baik kualitas jalan maka kecepatan truk semakin meningkat, sehingga waktu perjalanan makin pendek, jumlah trip meningkat dan jumlah muatan juga akan meningkat.
3. Kecepatan truk. Kecepatan truk dipengaruhi oleh kualitas jalan, tipe truk, jumlah muatan, keahlian operator, dan sebagainya.
4. Banyaknya muatan. Besar muatan dipengaruhi oleh tipe truk. Truk dengan trailer mempunyai kapasitas angkut lebih besar daripada truk tanpa trailer. 5. Tipe truk. Masing-masing tipe truk mempunyai kemampuan mengangkut
dengan ukuran yang ditunjukkan dengan HP (Horse Power).
6. Jumlah trip. Jumlah trip dipengaruhi oleh jarak angkutan dan kecepatan truk. 7. Hujan. Hujan menyebabkan truk tidak dapat beroperasi, sehingga prestasi
(19)
8. Jumlah jam kerja atau hari kerja.
9. Skill, pengalaman, dan kesungguhan operator. Kelebihan skill, pengaman dan kesungguhan operator akan dapat meningkatkan prestasi kerja.
10.Sistem upah. Upah yang berdasarkan prestasi kerja akan merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat agar mendapatkan upah yang lebih besar, sehingga prestasi kerja akan nail.
11.Sistem kerja. Sistem kerja menyangkut peraturan waktu kerja, hari kerja dan hari libur. Sistem kerja akan mempengaruhi prestasi kerja.
Menurut Juta (1954) yang dikutip oleh Radityo (1998), elemen-elemen pekerjaan dalam kegiatan pengangkutan pada pengusahaan hutan adalah:
1. Operator truk melakukan checking muatan meliputi: administrasi, volume, dan jenis.
2. Perjalanan dari TPN ke TPK.
3. Pemeriksaan administrasi di pintu TPK.
4. Perjalanan dari pintu masuk TPK ke lokasi pembongkaran.
Wasono (1965), menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja per satuan waktu. Banyaknya hasil kerja yang diperoleh oleh seorang pekerja tergantung kepada alat kerja, percakapan dan kemampuan serta keadaan tempat kerja
Menurut Sanyoto (1958), faktor-faktor yang dapat menentukan prestasi kerja yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah misalnya peralatan yang dipergunakan oleh pekerja. Sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim, cuaca, keadaan tempat dan teknik kerja secara ilmiah.
(20)
Menurut Wasono (1965), untuk mengetahui prestasi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
h Bx Hsx P = 60
Dimana : P = Prestasi kerja per jam yang dicapai Hs = Hasil kerja (m3 )
B = Jumlah tenaga kerja (orang) H = Waktu kerja (menit)
60 = 60 menit, untuk konversi ke dalam jam
Berdasarkan hasil penelitian (Muhdi,1998) diperoleh prestasi kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan Lokotraksi dari TPn/betau ke TPK di hutan rawa PT. Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Propinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 4,210 m3/jam dengan jarak angkut rata-rata 16,375 km dan volume angkut rata-rata per trip 42,626 m.
Produktivitas
ILO (1983) menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dan input perusahaan, industri dam ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas juga merupakan suatu gabungan sumber (input) dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang atau jasa (output) yang dihasilkan dari sumber itu. Sumber-sumber itu meliputi tanah dan bangunan, bahan baku, mesin dam tenaga kerja. Produktivitas harus ditinjau dari sudut waktu, karena output produksi yang memuaskan dari sebuah mesin, alat atu seorang pekerja dalam waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung produktivitas.
(21)
Biaya Pengangkutan Kayu.
Biaya pemilikan dan operasi alat berat per jam sangat bervariasi tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tinggi rendahnya biaya pemilikan suatu alat tidak hanya tergantung dari harga alat tersebut tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dikemukakan oleh United Tractors (1984), yaitu :
1. Kondisi medan kerja 2. Tipe pekerjaan
3. Harga lokal dari minyak lokal dan minyak pelumas 4. Tingkat suku bunga.
5. Pajak, asuransi, dan lain-lain
United Tractor (1984), membagi biaya-biaya yang berkaitan dengan suatu peralatan menjadi biaya pemilikan dan biaya operasi. Biaya pemilikan meliputi : depresiasi, bunga, asuransi dan pajak. Sedangkan biaya operasi meliputi: biaya bahan bakar, pelumas, gemuk, filter, ban, perbaikan, upah operator dan hal-hal khusus pengangkutan.
b. Biaya pemilikan (biaya tetap)
Menurut Trakindo (1996), komponen biaya ini sama sekali bersifat mandiri terhadap pemakaian alat berat. Hal ini berarti bahwa biaya pemilikan akan tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun mesin dan alat tidak dioperasikan. Biaya pemilikan ini muncul begitu pengusaha menginvestasikan modal pada alat berat. Biaya pemilikan dihitung selama umur ekonomis mesin. Unsur biaya yang termasuk dalam komponen ini ialah:
(22)
1. Biaya penyusutan (Depresiation)
Penyusutan atau depresiasi merupakan penurunan atau pemerosotan dari modal suatu mesin atau alat akibat pertambahan umurnya. Depresiasi atau biaya penyusutan alat diperhitungkan menurut lamanya alat tersebut digunakan (masa pakai) dan biasanya dinyatakan dalam jam.
N R M D= −
Dimana: D = Depresiasi atau penyusutan (Rp/tahun) M = Modal atau harga mula-mula alat (Rp) R = Harga ronsokan akhir masa pakai (Rp) N = Masa pakai alat (tahun)
2. Bunga Modal, Pajak dan Asuransi
Menurut Trakindo (1996), untuk menghitung bunga modal, pajak dan asuransi dirumuskan sebagai berikut:
t rate Int Simple x N N tahun per Modal Bunga % . 2 ) 1 ( + = t rate Insurance Mx x N N tahun per Asuransi % 2 ) 1 ( + = t rate Tax Mx x N N tahun per Pajak % 2 ) 1 ( + =
Dimana: M = Modal atau harga mula-mula alat (Rp) N = Masa pakai alat (tahun)
(23)
c. Biaya Operasi (Biaya Tidak Tetap)
Biaya operasi menurut Trakindo (1996), adalah biaya berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi peralatan. Biaya operasi ini bervariasi menurut pemakaian (aplikasi) dan sangat dipengaruhi oleh jam kerja peralatan. Biaya operasi terdiri dari:
1. Biaya bahan bakar
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar pada kondisi kerja yang ada. Jumlah pemakaian (konsumsi) bahan bakar dapat dengan cepat diperhitungkan di lokasi kerja dan dicatat untuk masing-masing alat berat.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pelumas, saringan dan gemuk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan alat berat, agar memberi kondisi kerja yang baik. Biaya pelumas, gemuk dan saringan dapat diukur di lokasi kerja yang sebenarnya atau memperkirakan berdasarkan jangka waktu penggantian yang dianjurkan dalam buku pedoman.
3. Biaya ban
Biaya ban dapat diperhitungkan dengan baik adalah menggunakan catatan usia pakai dan biaya ban yang diperoleh dari lokasi kerja. Biaya ban per jam adalah perkiraan biaya ban pengganti dibagi perkiraan masa guna ban dalam jam. 4. Biaya reparasi
Biaya reparasi berbeda-beda tergantung pada aplikasi, cara mengoperasikan peralatan, prosedur perawatan dan sebagainya. Namun demikian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara luas, beberapa pembuatan alat berat telah
(24)
menyusun dalam bentuk tabel biaya reparasi pada beberapa tingkat kondisi operasi.
5. Biaya lain-lain.
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti bagian tertentu yang cepat aus dari sebuah alat berat.
(25)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli, Kec. Dolok Panribuan, Kab. Simalungun, Prop. Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2007.
Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian diperlukan metode penelitian yang menekankan pada cara penelitian yang berdasarkan pada konsep dari azas-azas teoritik sehingga dapat disusun kerangka penelitian. Dalam hal ini akan digunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat suatu gambaran situasi atau kejadian, serat menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.(Nazir,1988).
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Truk Mitsubishi Fuso ( Gancu ) yang digunakan untuk mengangkut kayu.
2. Stop watch (alat pengukur waktu) yang berfungsi untuk mengukur elemen waktu yang digunakan dalam pengangkutan
3. Alat tulis 4. Kalkulator 5. Peta kerja 6. Tally sheet
(26)
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan atau arsip-arsip perusahaan.
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yang digunakan antara lain :
a. Data Primer, yang terdiri dari :
1. Jarak pengangkutan kayu yang dinyatakan dalam kilometer (km) 2. Volume kayu yang diangkut
3. Waktu kerja pengangkutan
Waktu kerja pengangkutan merupakan jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk :
a. Bejalan kosong b. Pemuatan log ke truk c. Pengangkutan log
d. Pembongkaran muatan dari truk ke TPK
4. Jumlah pengamatan untuk kegiatan pengangkutan sebanyak 15 pengamatan
b. Data sekunder, yang terdiri dari :
(27)
3. Spesifikasi alat
4. Masa pakai truk untuk pengangkutan 5. Bunga modal dalam persen (%) per tahun 6. Upah operator
7. Jam kerja per hari atau jam kerja per tahun 8. Peta lokasi pengangkutan
Jumlah Sampel
Jumlah sampel atau ulangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 15 (lima belas) kali pengulangan dalam satu truk. Alasan pengamatan yang dilakukan hanya pada satu truk saja karena kemungkinan variasi data yang didapat akan semakin valid (akurat).
Pengolahan Data
Pengolahan data memerlukan data yang perlu dihitung yaitu volume kayu yang diangkut, produktivitas pengangkutan dan biaya pengangkutan.
1. Volume kayu yang diangkut
Volume kayu yang diangkut dihitung dengan rumus Smalian dalam Muhdi et al (2004), Yaitu:
6 , 0 2
4 /
2
x L x Du Dp V
+
(28)
Keterangan :
V = Volume kayu yang diangkut (m³) Dp = Diameter pangkal (m)
Du = Diameter ujung (m) L = Panjang batang (m) 0.6 = Faktor koreksi
2. Produktivitas pengangkutan ( Dulsalam dan Sukadaryati, 2001 ) yaitu :
W x V P= 60
Keterangan :
P = Produktivitas pengangkutan (m³/jam) V = Volume kayu yang diangkut (m³) W = Waktu pengangkutan (menit) 60 = Konversi dari menit ke jam
3. Biaya Pengangkutan dapat dihitung dengan rumus :
• Biaya Tetap, yaitu biaya berjalan sesuai dengan masa pakai alat yaitu penjumlahan dari biaya depresiasi dengan bunga modal.
a. Modal dapat dihitung dengan rumus yang digunakan oleh Dulsalam dan Sukadaryati (2001), yaitu :
p x R T N N R M
B 0,0
) 2 ( ) 1 )( ( + + + − =
(29)
Keterangan :
B = Biaya Modal (Rp/Jam)
M = Biaya pembelian truk (Rp/Jam)
R = Nilai truk setelah habis masa pakai (harga rongsokan) N = Masa pakai truk (Tahun)
0,0p = Suku bunga naik (%) T = Jam kerja setahun (Jam)
b. Biaya Depresiasi dapat dihitung dengan rumus :
NxT R M D= ( − ) Keterangan :
D = Biaya depresiasi (Rp/Jam) M = Biaya Pembelian truk (Rp/Unit) R = Nilai truk setelah habis pakai (10%) N = Masa Pakai truk (Tahun)
T = Jumlah jam kerja per tahun (Jam/Tahun)
• Biaya Variabel atau biaya operasi adalah biaya yang digunakan apabila alat tersebut dipakai yang meliputi biaya perbaikan & perawatan, biaya bahan bakar dan oli.
c. Biaya perbaikan dan perawatan dihitung dengan rumus yang ditetapkan FAO (1974) dalam Endom et al (2003) :
jam x Alat a H S
2200
1 , 0 arg
(30)
Keterangan :
S = Biaya perawatan (Rp/Jam) 2200 Jam = Jam kerja alat setahun
d. Biaya bahan bakar dihitung dengan rumus : p
x k F =
Keterangan :
F = Biaya bahan bakar (Rp/Jam)
k = Penggunaan bahan bakar (Liter/Jam) p = Harga bahan bakar/liter (Rp/Liter)
e. Biaya oli dihitung dengan rumus :
jam x Alat a H O
2200
005 , 0 arg
=
Keterangan :
O = Biaya oli (Rp/Jam) 2200 Jam = Jam kerja alat setahun
• Biaya Operator yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah operator
f. Biaya Operator
Dapat dihitung dengan rumus yang digunakan Dulsalam dan Sukadaryati (2001) :
rb T =
(31)
Keterangan :
T = Biaya operator (Rp/Jam) rb = Gaji Operator (Rp/Jam) tb = Jumlah Jam kerja /bulan
g. Total biaya pengangkutan ( Rp/jam)
Total biaya pengangkutan kayu dengan truk merupakan jumlah dari biaya tetap, biaya variabel dan upah operator, dapat dihitung dengan rumus yang digunakan oleh Dulsalam dan sukadaryati (2001), yaitu :
) (
)) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ((
P
T O F S B D
Bs= + + + + +
Keterangan :
Bs : Biaya Pengangkutan ( Rp/Jam) D : Biaya Depresiasi (Rp/jam) B : Biaya Bunga Modal (Rp)
S : Biaya Perawatan dan Perbaikan (Rp/jam) F : Biaya Bahan Bakar (Rp/jam)
O : Biaya Oli (Rp/jam) T : Biaya Operator (Rp/jam)
(32)
Analisis data
Untuk menduga hubungan antara produktivitas dengan kelerengan jalan dan jarak sarad, digunakan model regresi berganda dengan persamaan :
Y = a0 + a1x1 Keterangan :
Y = produktivitas pengangkutan (m3/jam) a0 = kostanta
a1 = koefisian arah regresi bagi x1 a2 = koefisian arah regresi bagi x2
untuk menguji adanya hubungan antara produktivitas dengan biaya pengangkutan, dilakukan uji F (15 sampel) dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = kelerengan jalan dan jarak sarad mempengaruhi produktivitas H1 = kelerengan jalan dan jarak sarad tidak mempengaruhi produktivitas Dengan kriteria uji yang dipakai adalah :
- t hit < t tab, maka H0 ditolak - t hit > t tab, maka H0 diterima.
(33)
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Perusahaan
Latar belakang berdirinya PT. Inti Indorayon Utama (IIU), Tbk. yang sekarang sudah berubah nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan kertas dalam negeri yang diimpor oleh beberapa negara. Berdasarkan laporan hasil penelitian Food and Agriculture Organization (FAO) pada bulan Juli 1954, menemukan dan merekomendasikan daerah Sosorladang, Porsea sebagai salah satu lokasi strategis dan layak untuk tempat pendirian pabrik pulp di Indonesia, dan sekarang menjadi lokasi berdirinya Pabrik pulp dan rayon PT. Toba Pulp Lestari.
PT. Inti Indorayon Utama (IIU) berhenti beroperasi pada tahun 1998. Hal ini disebabkan limbah yang dihasilkan dari pembuatan pulp didapatkan merusak lingkungan hidup sekitar dan juga karena PT. Inti Indorayon Utama kurang melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatannya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) berubah nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk disebabkan produk yang dihasilkan sekarang hanya pulp saja sedangkan pada saat bernama PT. Inti Indorayon Utama, perusahaan ini juga memproduksi rayon. Produksi rayon dihentikan karena limbah hasil produksi rayon sangat merusak lingkungan hidup.
Perusahaan ini memiliki lokasi konsesi Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang terletak di beberapa kabupaten yaitu : Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan dengan total luas ijin HPHTI berdasarkan SK. Menhut No. 493/KPTS-II/1992 seluas 269.060 ha dengan jangka pengelolaan 43 tahun dan pemanfaatan pinus
(34)
berdasarkan SK. Menhut No. 236/ KPTS-IV/1984 seluas 15.763 ha yang berada di luar areal HPHTI sehingga total areal berjumlah 284.816 ha.
Letak Geografis dan Astronomis PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
PT. Toba Pulp Lestari Tbk terletak di desa Sosorladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari Tbk terdiri dari 4 sektor yang masing- masing sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah, yaitu:
1. Sektor Aek Nauli berada pada Kabupaten Simalungun yang meliputi Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik dan jorlang pada 20 40’ 00’’ LU – 20 50’ 00’’ LU dan 980 50’ 00’’ BT – 990 10’ 00’’ BT
2. Sektor Habinsaran berada di Kabupaten Toba samosir yang meliputi Kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Silaen dan Laguboti pada 20 07’00’’ LU – 20 2’ 00’’LU dan 990 05’ 00’’ BT – 990 18’ 00’’ BT.
3. Sektor Tele berada pada Kabupaten Samosir yang meliputi kecamatan H. Boho, Sumbul, Parbuluan, Kerajaan, Sidikalang dan Salak pada 20 15’ 00’’ LU – 20 50’ 00’’LU dan 980 20’ 00’’ BT- 980 50’ 00’’ BT
4. Sektor Tarutung berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Dolok Sanggul, Sipaholon, Onan Gajang, Parmonangan, Adian Koting, Gaya Baru, Tarutung, Lintong Nihuta dan Sorkam pada 10 54’ 00’’ LU – 20 15’ 00’’LUdan 980 42’ 00’’ BT – 980 58’ 00’’ BT.
(35)
Kondisi Umum Sektor Aek Nauli
Sektor Aek Nauli terdiri dari 5 estate ( blok kerja ) yaitu:
1. Estate Aek Nauli 2. Estate Siapas-apas 3. Estate Gorbus 4. Estate Rondang 5. Estate Huta Tonga
Sektor Aek Nauli berada di Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Simalungun dan terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, G. Sipanganbolon dan Jorlang Hataran.
Jenis Tanaman yang terdapat pada Sektor Aek Nauli yaitu Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, Eucalyptus hybrid dan Eucalyptus pellita. Tanaman yang paling banyak terdapat pada Sektor Aek Nauli yaitu Eucalyptus hybrid.
Letak Geografis dan Astronomis
Sektor Aek Nauli berada pada 02o40'00" - 02o50'00" LU dan 98o50'00" - 99o10'00". Sektor Aek Nauli berada pada ketinggian 500 - 1400 m dpl. Sebelah Utara berbatasan dengan Pematang Siantar, Sebelah Timur berbatasan dengan Parsoburan, Sebelah Barat berbatasan dengan Sipahutar, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Parapat.
(36)
Sektor Aek Nauli memiliki daerah dengan beragam topografi dengan perincian sebagai berikut : Datar (0 - 8) dengan luas 5.964 ha (32,60%), Landai (8 - 15) dengan luas 5.458 ha (29,9%), Agak Curam/Sedang (15 - 25) dengan Luas 4.401 ha (24,1%), Curam (25 - 40) dengan luas 1.880 ha (10,3%) dan Sangat Curam (≥ 40) dengan luas 572 ha (3,1%).
Struktur Organisasi
Sektor Aek Nauli di pimpin oleh seorang sector manager. Untuk setiap kegiatan di Sektor Aek Nauli di pimpin oleh seorang section head. Di sektor Aek Nauli terdapat beberapa section head diantaranya yaitu untuk kegiatan reforestation, harvesting, road construction, environmental fire and safety, GAL (General Affair License) dan PIR (Perusahaan Inti Rakyat).
Untuk kegiatan lainnya selain GAL, section head dibantu oleh supervisor yang terdiri dari 1-3 orang supervisor. Supervisor dibantu oleh tenaga lapangan yang disebut foreman. Khusus untuk kegiatan planning, hanya di pimpin oleh seorang supervisor. Untuk kegiatan lapangan khususnya untuk mendapatkan data yang akan dikirim ke Porsea, supervisor dibantu oleh beberapa orang foreman.
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Secara umum masayarakat yang tinggal di sekitar hutan adalah suku Batak Toba yang masih mempunyai hubungan keluarga yang dekat. Masyarakat mayoritas beragama Kristen dengan tatanan kehidupan yang sederhana dan teratur sesuai adat Batak. Mata pencarian masyarakat pada umumnya adalah bertani yaitu bercocok tanam kopi dan ada sebagai peserta (plasma) pada Perusahaan Inti Rakyat (PIR).
(37)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Angkutan
Pengangkutan kayu dari areal penebangan sampai ke log pond HPHTI PT.Toba Pulp Lestari dilakukan melalui darat dengan menggunakan truk Fuso ( Gancu ) buatan tahun 1999 dengan harga pembelian Rp 160.000.000.
Gambar 1. Mitsubishi FUSO–FN527M3LHD yang digunakan dalam pengangkutan.
Kondisi Jalan Hutan
Pada lokasi penelitian jaringan jalan tersusunatas jalan utama (main road) dan jalan cabang (secondary road) dengan perkerasan dan tanpa perkerasan. pada jalan utama semua diperkeras dengan batu sedang pada jalan cabang ada yang diperkeras dan sebagian besar tidak diperkeras. pada areal ini jalan tersusun atas jalan–jalan cabang yang hampir sejajar menuju kejalan utama. Pengamatan dilakukan terhadap jalan utama dari TPn ke TPK PT. Toba Pulp Letari yang
(38)
berjarak pulang pergi rata-rata 60 km. lebar jalan utama sekitar 8-12 meter sedangkan jalan cabang sekitar 6-8 meter dan lebar bahu jalan 1 meter. Jalan utama dan jalan cabang tanpa pengerasan sehingga pada waktu hujan logging truk tidak dapat bekerja.
Jenis-jenis tanah yang terdapat di areal PT. Toba Pulp Lestari adalah kompleks soil dengan sebagian besar areal termasuk dalam kelas lereng C yaitu agak curam sampai curam ( ± 68 % ) dan sebagian kecil termasuk dalam kelas lereng A yaitu datar sampai landai ( ± 32 % ), sehingga pembukaan wilayah pada daerah tersebut diusahakan tidak terlalu banyak daerah yang terbuka untuk menghindari erosi yang terlalu berat dari jalan angkutan.
Waktu Kerja
Kegiatan pengamatan pengangkutan kayu dilakukan dari tempat penimbunan kayu (TPn) ke tempat pengumpulan kayu (TPK). Elemen kerja yang diamati meliputi waktu berjalan pulang pergi, waktu muat, waktu bongkar, waktu tidak efektif (idell time). Hasil pengamatan rata-rata dari persen waktu total pengangkutan menggunakan truk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu kerja yang berhubungan dengan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan truk.
No. Elemen Kerja Waktu rata-rata (jam) Persen Waktu Total (%) 1. Berjalan Kosong 3,14 28,40 2. Memuat 1,35 12,21 3. Mengangkut 5,88 53,19 4. Membongkar 0,69 6,24 WaktuTotal 11,06 100
(39)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa waktu kerja tersingkat dalam kegiatan pengangkutan adalah pada kegiatan membongkar muatan dengan waktu rata-rata 0,69 jam yaitu sekitar 6,24 % dari keseluruhan total waktu yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan. Ini disebabkan karena kegiatan membongkar muatan hanyalah berupa membuka rantai dan terpal, menimbang truk dan waktu untuk membongkar. Selanjutnya yang terendah adalah pada saat memuat kayu dengan Truk yaitu rata-rata 1,35 jam sekitar 12,21 % dari total waktu yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan kayu. Waktu kegiatan ini sedikit lebih besar dari kegiatan membongkar, disebabkan oleh adanya kesulitan operator dalam merapikan kayu didalam truk yaitu meratakan sisi-sisi log pada kedua sisi truk sehingga tersusun sejajar dan tidak ada log yang panjangnya berlebihan diatas truk karena dapat menyebabkan gangguan selama pengangkutan, memasang terpal dan mengikat rantai pada truk.
Hal ini disebabkan karena log yang ada didalam truk harus rapi tersusun dan padat sehingga pada kegiatan pengangkutan kayu menuju TPK kayu yang ada didalam truk tidak jatuh selama dalam perjalanan. Waktu kerja sangat berpegaruh pada keterampilan operator dan tingginya susunan yang telah ada, semakin tinggi susunan maka operator semakin hati-hati dalam meletakkan kayu sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Apabila dengan lamanya waktu perjalanan pada saat mengangkut kayu dengan truk, maka dari itu diusahakan keterampilan supir truk dalam membawa kayu.
Waktu kerja hilang (ideltime), pada elemen kerja mengambil kayu terjadi pada saat kayu pada tumpukan kayu yang akan diamabil jatuh tergelincir, untuk itu biasanya kayu diambil kembali dan diletakkan diatas truk, sehingga
(40)
membutuhkan waktu yang banyak dan pemasangan pembatas pada truk. Waktu kerja hilang pada saat bongkar kayu, elemen kerja terjadi pada saat tumpukan kayu jatuh tergelincir dari truk dan pelepasan pembatas pada truk. Dalam pengukuran waktu kerja yang berhubungan dengan waktu umum ada ditemuakan, misalnya waktu berhenti, diam ataupun waktu hilang namun hambatan yang paling sering terjadi adalah dimana keteledoran operator dalam pembongkaran log ke tumpukan kayu, sehingga banyak yang berjatuhan serta kondisi alat yang terlalu panas sehingga kadang kala mesin mati tiba-tiba.
Besarnya waktu untuk memuat dan membongkar kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jumlah volume kayu yang dimuat/dibongkar, banyaknya batang kayu yang akan dimuat/dibongkar, jarak pemuatan/ pembongkaran, kondisi alat pemuat/pembongkar dan keadaan tempat pemuatan dan pembongkaran, serta faktor manusia (tenaga kerja) yang dipengaruhi antara lain oleh kondisi pekerja, keterampilan dan pengalaman tenaga kerja.
Gambar 2. Kegiatan Memuat dan Membongkar Kayu
Rata-rata waktu tertinggi adalah pada saat truk berjalan kosong yaitu 3,14 jam sekitar 28,40 % dari total waktu pengangkutan dan waktu mengangkut log ke
(41)
seluruh kegiatan pengangkutan.Elemen kerja yang diamati dalam perjalanan truk meliputi : waktu berangkat (perjalanan truk kosong), waktu mengatur posisi untuk dimuati kayu, perjalanan pulang (truk bermuatan), waktu mengatur posisi untuk dibongkar muatannya, dan waktu tidak efektif.
Waktu perjalanan truk kosong terutama dipengaruhi oleh jarak angkutan, kualitas jalan serta kondisi supir. sedangkan waktu perjalanan truk bermuatan dipengaruhi oleh jarak, kondisi jalan seperti tanjakan dan turunan maksimum, belokan datar beserta pelebaran, kelurusan jalan (alignment), besarnya muatan, keterampilan dan kondisi supir, dan juga kondisi cuaca dilokasi pengangkutan atau diperjalanan, apabila dilapangan atau dilokasi TPn (penimbunan kayu) terjadi hujan sore hari maka truk akan berhenti tidak dapat melakukan pengangkutan, hal ini disebabkan kondisi jalan yang licin. karena apabila dijalan tanjakan operator tidak akan dapat menyupir dengan truk bermuatan, ini dapat mengakibatkan truk terpelosok kepinggir jalan atau pun truk dapat terbalik. Maka dari itu operator tidak akan membawa truk keluar dari lokasi TPn (penimbunan kayu), operator akan istirahat didalam truk sampai keesokan harinya.
Pengukuran waktu kerja menurut Bjorheden (1990), menyatakan bahwa pengukuran waktu kerja dimanfaatkan untuk penentuan tarif upah yang adil dan rasionalisasi produksi yang terkait dengan salah satu atau beberapa tujuan yakni peningkatan operasi dan peningkatan kerja, pengawasan dan pengambilan tidak lanjut, peningkatan dan perbandingan metode kerja, peralatan atau mesin-mesin serta penyusunan data kinerja dan perhitungan biaya.
(42)
Rata-rata waktu angkut efektif pada saat truk berjalan kosong 3,14 jam dan waktu tidak efektif 6,15 jam. Pada saat memuat waktu angkut efektif 1,35 jam dan waktu tidak efektif 2,17 jam. Pada saat mengangkut waktu angkut efektif 5,88 jam dan waktu tidak efektif 2,01 jam. Pada saat membongkar waktu angkut efektif 0,69 dan waktu tidak efektif 1,34 jam.
Waktu angkut tidak efektif yang terjadi dalam kegiatan angkutan kayu yang dapat dihindari adalah : persiapan truk sebelum berangkat ke lokasi (ganti ban/periksa truk), gangguan pada operator untuk memenuhi kebutuhannya seperti istirahat makan, buang air dan meminta surat izin mengangkut di TUK. Sedangkan waktu efektif yang dapat dihindari adalah selang waktu yang terjadi antar kegiatan angkut per trip angkutan, menunggu untuk dimuat dan dibongkar, istirahat operator escavator, dan menaikkan/menurunkan penumpang.
(43)
Produktivitas Pengangkutan Kayu
Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Produktivitas pengangkutan dengan truk adalah prestasi kerja pemuatan kayu yang dihasilkan dengan menggunakan escavator. Dalam perhitungan produktivitas pengangkutan, output disini adalah besarnya volume kayu (m3) yang diangkut yang dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pengangkutan tersebut (jam).
Tabel 2. Hasil perhitungan produktivitas pengangkutan kayu dengan menggunakan truk fuso (gancu).
Trip Volume (M3)
Waktu Total Pengangkutan (Jam) Jarak Angkutan (Km) Produktivitas Pengangkutan
M3 /jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 38,31 38,21 33,11 32,34 37,70 38,90 35,40 36,70 45,23 45,24 37,49 42,50 31,83 36,01 37,80 22,72 22,49 23,46 23,67 22,31 22,84 22,24 21,52 22,67 22,37 23,41 22,41 22,87 23,18 23,88 61 61 61 61 61 60 60 60 61 61 60 60 60 60 60 1,69 1,70 1,41 1,37 1,69 1,70 1,59 1,70 2,00 2,02 1,60 1,90 1,39 1,55 1,58 Total Rata-rata 566,77 37,78 342,04 22,80 907 60,46 24,89 1,65
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa produktivitas kayu yang dimuat rata-rata 1,65 m3/jam. Dan volume kayu rata-rata 37,78 m3. Dapat dilihat produktivitas pengangkutan dengan menggunakan truk bervariasi tergantung volume dan waktu kegiatan pengangkutan kayu. Menurut Elias (1987)
(44)
mengemukakan produktivitas pemanenan kayu dapat diketahui dengan melakukan uji terperinci mengenai study waktu dan analisis kerja semua tahapan pemanenan termaksud penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran.
Volume angkut kayu pada truk bervariasi mulai dari 31,83 m3 - 45,24 m3, dengan rata-rata 37,78 m3. Produktivitas angkutan truk berkisar antara 1,37 m3/jamsampai 2,02 m3/jam. Volume kayu yang diangkut merupakan satu factor yang berperan penting adalam pengeluaran biaya yang dibutuhkan. Volume kayu bergantung pada diameter dan panjang batang. Semakin besar diameter dan panjang batang maka volume kayu juga akan semakin besar. Volume ini nantinya akan berpengaruh pada produktivitas kerja yang dihasilkan juga akan semakin besar dan biaya yang dikeluarkan untuk satu batang kayu tersebut akan kecil/rendah
Jarak angkut merupakan salah satu peubah yang penting dalam produktivitas kerja pengangkutan. Dalam pengangkutan kayu dilapangan jarak angkut yang ekonomis dijadikan pilihan utama kerena jarak angkut ekonomis akan menyebabkan produktivitas yang tinggi sehingga biaya pengangkutan kayu yang dikeluarkan akan menjadi lebih rendah. Penelitian dilakukan diareal HPH, dimana penetapan jarak angkut ekonomis kurang begitu diperhatikan karena pihak pengelola akan mengambil kayu pada jarak terjauh sekalipun, yang penting truk mampu mencapainya tentu saja denngan keterampilan yang tinggi dari operatornya. Akan tetapi dilapangan tidak menentuka jarak angkut yang ekonomis karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kondisi lapangan, kondisi truk dan kemampuan/ keahlian operator.
(45)
Menurut ILO ( 1979), produktivitas yang lebih tinggi berarti diperolehnya hasil yang lebih banyak dengan pemakaian sumber yang sama. Maka ini berarti pula biaya uang yang lebih tinggi untuk setiap unit yang dihasilkan. Bila dikaitkan dengan hasil penelitian diatas agar diperoleh hasil yang optimal maka perusahaan akan mengoptimalkan angkutan pada kondisi cuaca cerah ataupun tanpa adanya hujan. Karena produktivitasnya paling tinggi sehingga biaya produksi yang dikeluarkan pun akan lebih rendah.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa faktor muatan (jumlah muatan), jarak angkut, kondisi jalan angkut, tenaga mesin, dan keterampilan pengemudi mempengaruhi produktivitas angkutan.
Biaya Angkutan Kayu Dengan Truk
Biaya untuk suatu kegiatan dalam hal ini kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan truk, harus diperhitungkan karena akan mempengaruhi pihak pengambil keputusan apakah penggunaan truk untuk kegiatan pengangkutan menguntungkan atau merugikan.
Biaya usaha alat merupakan penjumlahan dari biaya mesin dan upah operator. Faktor yang mempengaruhi biaya mesin adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya depresiasi, bunga modal, asuransi dan pajak dari alat tersebut. Sedangkan biaya variabel adalah biaya bahan bakar, biaya pelumas/oli, biaya pemakaian ban biaya perbaikan dan perawatan, dan biaya upah yaitu gaji operator besarnya biaya usaha alat dapat dilihat pada tabel 3 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3.
(46)
Tabel 3. Hasil Perhitungan Biaya Usaha Alat Pengangkutan Kayu dengan Truk.
Jenis biaya Nilai ( Rp/jam )
1. Biaya Tetap Mesin
- Depresiasi 11.454,54 - Bunga Modal 50.109,09 - Asuransi dan Pajak 5.010,90 Total biaya tetap mesin 71.756,35
2. Biaya Variabel Mesin
- Biaya Bahan Bakar 58.652 - Biaya Oli 500 - Biaya Perbaikan dan Perawatan 10.000 Total Biaya Variabel Mesin 69.152
Biaya Total Mesin 140.908,35
3. Biaya Upah
- Gaji Operator 6.250 Total Biaya Usaha Alat 147.158,35
Dalam tabel 3, diketahui bahwa biaya tetap alat Rp 71.756,35 /jam atau 51,01% dari biaya total mesin, biaya variabel sebesar Rp 69.152 /jam atau 49,25% dari biaya total mesin dan biaya total mesin Rp 140.908,35 /jam. Biaya tetap yang lebih besar dari pada biaya variabel menunjukkan bahwa alat masih layak digunakan. Semakin lama digunakan biaya variabel akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pemakaian suku cadang, bahan bakar, perbaikan dan perawatan truk.
Biaya total angkutan truk terdiri dari biaya tetap angkutan, biaya variabel angkutan dan biaya operator. Biaya tetap merupakan hasil perkalian antara waktu variabel angkutan dikali dengan biaya usaha alat. Brown dalam Sukadaryati dan Dulsalam (2002) menyatakan bahwa dengan ukuran kayu yang lebih besar maka biya per m3 lebih rendah dan nilai kayu yang tinggi juga merupakan faktor yang menyebabkan kegitan pemanenan kayu juga ekonomis. Pihak perusahaan sendiri mengusahakan jenis-jenis kayu yang cepat tumbuh (fast growing spesies) seperti
(47)
pinus, dan eucalyptus yang dipanen dengan sistem tebang habis dan di ikuti dengan permudaan buatan. Menurut suparto (1999), keuntungan dengan sistem ini adalah adanya kemugkinana penanaman bibit unggul. Dalam sistem HTI ini diperoleh hasil hutan yang hampir homogen dan seumur dimana kayu dapat di panen (untuk jenis Eucalyptus sp) setelah memiliki umur daur 7 tahun memiliki diameter 20-40 cm, sehingga volume per batang tidak jauh berbeda.
Operator
Pada penelitian ini, untuk mengoperasikan truk fuso dalam kegiatan pengangkutan kayu dari TPn ke TPK PT Toba Pulp Lestari,Tbk membutuhkan seorang operator. Tugas operator adalah mengoprasikan truk, menjaga dan merawatnya dan apabila terdapat kerusakan pada truk maka operator akan memperbaikinya.disamping merawat dan memperbaiki truk operator juga berperan dalam mengisi bahan bakar, memeriksa oli, dan memeriksa keadaan truk. Dalam mengemudi atau membawa truk operator harus telah berpengalaman ± 5 tahun dalam mengoprasikan truk. Pada saat penelitian pada kegiatan pengangkutan kayu di PT. Toba Pulp Lestari operator tidak membutuhkan helper sebab pada kegiatan pengangkutan upah untuk helper dimanfaatkan oleh operator, maka dari itu operator tidak lagi memakai helper untuk membantu kegiatan pengangkutan kayu. Sebab pada saat merapikan kayu, mengikat rantai pada truk, dan memasang terpal kebanyakan operator melakukannya sendiri tanpa bantuan helper.
Operator merupakan karyawan tetap pada PT. Toba Pulp Lestari,Tbk. Perusahaan memberi upah bulanan berupa gaji pokok, uang lembur, dan tunjangan lainnya. Upah operator Rp. 1.000.000,-/bulan, (untuk lebih jelas dapat
(48)
dilihat pada lampiran 3. Menurut Elias, et al (1997), salah satu strategi yang terbaik untuk mensosialisasikan dan meningkatkan keterampilan dan motivasi kerja para pekerja pemanen kayu adalah dengan mengadakan training terhadap mereka mengenai masalah teknis yang mungkin terjadi dan bagaimana solusi yang dapat diambil, serta pengertian bagaimana cara pemanenan yang berwawasan lingkungan serta membudayakan para pekerja bekerja dengan cara dan teknis yang benar. Untuk menjaga motivasi kerja dan disiplin kerja yang tinggi dari para pekerja pemanenan kayu dapat dipertahankan secara terus menerus, salah satu strategi yang dapat dipakai adalah dengan pemberian sistem upah berdasarkan koefisien kualitas dan produtivitas hasil kerja sesuai dengan keadaan fisik lapangan. Dalam analisis biaya eksploitasi hutan, pendekatan masalah adalah bagaimana mengidentifikasikan pemisahan dan pengawasan factor-faktor yang mempengaruhi biaya. Jadi merupakan pendekatan sudut pandang perencana insinyur atau menager yang baik (Elias,1978). Penentuan upah pekerja dilakukan dengan cara yang transparan, misalnya dengan cara meningkatkan tarif upah setelah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan anggaran dan evaluasi hasil kerja para pekerja.
Hubungan Produktivitas terhadap Biaya Pengangkutan Kayu dengan Truk
Fuso (Gancu).
Persamaan regresi untuk melihat hubungan antara produktivitas dengan biaya adalah :
Y = 3,329 – 2,243x R2 = 98,3 %
(49)
Berdasarkan persamaan diatas diperoleh bahwa besar konstanta (a0) sebesar 3,329, hal ini menunjukkan bahwa jika volume dan jarak angkut tidak diperhitungkan, maka produktivitas pengangkutan hanya sebesar 3,329 m3/jam. Produktivitas merupakan pertasi kerja yang terlibat dan jumlah jam kerja. Hal ini berarti bahwa produktivitas tergantung pada beberapa aspek yang tidak dapat diabaikan misalnya volume dan jarak angkut.
Koefisien regresi biaya pengangkutan (x) sebesar 2,24 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 biaya kayu yang diangkut,akan menyebabakan kenaikan produktivitas sebesar 2,24 m3/jam. Biaya berbanding lurus terhadap produktivitas yang berarti semakin besar volume kayu yang dingkut akan meningkatkan produksi kerja. Sedangkan jarak ternyata berbanding terbalik dengan produktivitas yang berarti bahwa semakin jauh jarak kayu yang diangkut akan menurunkan produktivitas kerja.
Dengan R2 sebesar 98,3 % menyatakan bahwa produktivitas pengangkutan dipengaruhi oleh biaya pengangkutan sebesar 99,1 %, sedangkan 1,7 % lagi dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya adalah spesifikasi alat ,keterampilan operator, waktu kerja pengangkutan, serta topografi.
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam Hubungan Produktivitas dengan Biaya Pengangkutan.
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square Fhit Sig.
1 Regression 0.546216 1 0.546216 733.7307 8.04E-13 Residual 0.009678 13 0.000744
Total 0.555893 14
Dari uji Anova atau Ftest diatas diperoleh Fhit sebesar 733,7307. Ftab pada taraf 0,05 F (0,05)(1)(13) = 3,33 maka diperoleh Fhit> Ftab, maka dapat diketahui bahwa biaya pengangkutan tidak berpengaruh terhadap produktivitas.
(50)
Menurut muhdi et al (2004), semakin jauh jarak angkut yang ditempuh oleh pengangkutan maka produktivitas pengangkutan akan semakin rendah dan sebaliknya jarak angkut yang semakin pendek akan memperbesar produktivitas pengangkutan. Pengaruh jarak angkut ini berhubungan dengan waktu tempuh yang semakin tinggi bila jarak angkut semakin jauh produktivitas pengangkutan akan semakin besar bila volume kayu yang diangkut lebih besar, sebaliknya produktivitas akan rendah bila volume kayu yang dihasilkan juga rendah.
Biaya kayu yang diangkut akan mempengaruhi produktivitas, semakin besar biaya pengangkutan, maka produktivitasnya juga semakin tinggi, namun biaya pengangkutan kecil, produktivitasnya juga akan semakin rendah.
Produktivitas pengangkutan juga diperngaruhi oleh keterampilan operator dalam mengemudikan truk, contohnya pada saat kondisi jalan tanjakan dapat menyebabakan kerja pengangkutan semakin lambat yang juga akan mempengaruhi produktivitas kerja.
Cuaca juga merupakan faktor yang tidak mungkin dilupakan karena cuaca juga mempengaruhi kegiatan pengangkutan. Bila saat pengangkutan terjadi hujan maka truk tidak akan dapat beroperasi.
(51)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen kegiatan pengangkutan kayu dengan truk meliputi waktu berangkat (perjalanan truk kosong ), waktu mengatur posisi untuk dimuati kayu, perjalanan pulang (truk bermuatan), waktu mengatur posisi untuk dibongkar muatannya, dan waktu tidak efektif.
2. Waktu kerja total rata-rata dengan truk Fuso (gancu) di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari adalah 22,80 jam, dengan jarak rata-rata 60,64 km dan volume rata-rata 37,78 m3.
3. Biaya usaha truk Rp 121.952,88 /jam, biaya tetap mesin truk Rp 49.414,53 /jam, biaya variabel truk Rp 66.288,35/jam, dan biaya
operator Rp 6.250 /jam.
4. Produktivitas pengangkutan kayu rata-rata dengan truk Fuso (gancu) HPHTI PT.Toba Pulp Lestari adalah 1,65 m3/jam pada jarak rata-rata 60,64 km dan volume rata-rata 37,78 m3. volume dan jarak pengangkutan kayu berpengaruh terhadap produktivitas.
SARAN
Untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya pengangkutan dengan usaha mengurangi waktu tidak efektif dengan cara mencegah idle time, mempercepat kegiatan muat bongkar dengan memperbaiki kondisi lapangan TPn dan TPK.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Budiaman, A. 1996. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Teknik Pemanenan Kayu Untuk Program Pendidikan Pelaksana Pemanenan (SOI). Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Dulsalam. 2002. Produktivitas dan Biaya penyaradan Kayu dengan Traktor Pertanian Type Ford 5660 di Hutan Tanamam Semaras, Pulau Laut. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Volume 20 (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelititan dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian. Bogor.
FAO. 1974. Logging and Log Transport in Man-Made Forest in Developing Countries. FAO of the United Nations. Rome.
Haryanto. 1987. Pemungutan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
ILO. 1983. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Erlangga. Jakarta.
Juta, E. H. P. 1954. Pemungutan Hasil Hutan. Timun Mas N. V. Jakarta..
Matthews, D. M. 1942. Cost control in the Logging Industry, Mc Graw-Hill Book Company,inc. New York and London.
Muhdi, 1998. Analisis Biaya dan Produktifitas Penyaradan Sistem Kuda-Kuda dan Pengangkutan Kayu dengan Lokotraksi di Hutan Rawa Gambut (Studi kasus di Areal HPH PT. Kurnia Musi Plywood Industrial Co Ltd-Propinsi Sumatera Selatan). Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. cet. 3. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peurifoy, R. L. 1970. Construction Planning, Equipment and Methods. Second Ekition. Mc Graw. Hill Book Co. Inc. New York.
Sanyoto, 1958. Metodik Penelitian Waktu Kerja Elementer. Pengumuman Istimewa Lembaga Pusat Penelitian Kehutanan No. 12. Bogor.
Sianturi, A. Dan R. S. Suparto. 1976. Kapasitas dan Biaya Pengangkutan Kayu di Provinsi Maluku. Laporan LPHH no. 59. Bogor.
(53)
Siswantoyo,1987. Pengorganisasian di Dalam Pengelolaan Operasional Penebangan, Penyaradan dan Pengangkutan pada Pengusahaan Hutan, Bagian Penerbit Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Staff, K. A. G. And N. A. Wiksten. 1984. Tree Harvesting Techniques. Martinus Nijhoff/D. R. W. Junk Publisher. Dondrecht Netherland.
Supriyatno. 2002. Handout Mesin-Mesin Pemanenan Hasil Hutan.Yogyakarta. Trakindo Utama. 1996. Teknik Pemilihan Alat Berat Untuk Kegiatan di Bidang
Argo Industri. PT. Trakindo Utama. Jakarta
United Tractors. 1984. Teknik Dasar Manajemen Alat-alat Berat. PT. United Tractors. Jakarta.
Wackerman, A. E. 1966. Harvesting Timber Corps. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Wasono, P. 1965. Prestasi Kerja Pekerjaan dalam Bidang Kehutanan. Lembaga Penyelidikan Ekonomi Kehutanan. Bogor.
Wiradinata, S. 1985. Analisis Biaya Pembalakan. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan – IPB. Bogor.
(54)
Lampiran 1. Spesifikasi Mitsubishi FUSO–FN527M3LHD(6X4) SPESI FI KASI M I TSUBI SH I Fuso FN 5 2 7 M 3 L H D ( 6 X4 )
DIMENSION & WEIGHT
Overall Length (mm) 8.515
Overall Width (mm) 2.425
Overall Height(mm) 2.750
Wheelbase(mm) 5.450
Front Tread(mm) 1.920
Rear Tread(mm) 1.815
Kerb Weight(kg)
Gross Vehicle Weight(kg) 24.800
PERFORMANCE
Max. Speed(km/h) 76
Min. Turning Radius(m) 8.9
ENGINE TYPE
Type 6D16- 1AT
Bore x Stroke(mm x mm) 118 X 115
Compression Ratio
Max. Output( PS/rpm ) 220/ 2.800 Max Torque( kgm/rpm ) 65/ 1400
Configuration 6 Cyl, 4 St r oke, Dir ect I nj ect ion
Fuel System
Fuel Tank Capacity( litre) 200
SUSPENSION
Steering Ball &am p; Nut Type, Pow er St eer ing,
Telescopic and t ilt st eer ing colum n.
Front Suspension Lam inat ed leaf spr ings w it h shock
absor ber s
Rear Suspension I nt er ved and lam inat ed leaf spr ings w it h
t r unnion base and r adius r ods
BRAKE
Front Double Cir cuit , Hydr aulic w it h Air Over
Rear I nt er nal Expanding Type
TYRE SIZE
(55)
Lampiran 2. Data Hasil-hasil Penelitian di HPH PT. Toba Pulp Lestari.
No. Uraian Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Harga Truk
Harga Rongsokan Truk (10% x harga alat) Masa Pakai Logging Truk
Harga Ban Ban Luar Ban Dalam Masa Pakai Ban Harga Bahan Bakar
Harga Pelumas ,Gemuk dan Filter Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Upah Operator dan Helper
Gaji Operator Jam Kerja per Hari Hari Kerja per Bulan Bulan Kerja per Tahun Jam Kerja per Tahun
Rp 160.000.000 Rp 16.000.000 5 Tahun Rp 1.500.000 Rp 180.000 7 Bulan Rp 4.300 /liter
Rp 1.000.000 /bulan 12 jam /hari 23 hari /bulan 8 bulan /tahun 2200 jam /tahun
(56)
Lampiran 3. Perhitungan Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya Mesin
Harga Truk (M) : Rp 160.000.000
Masa Pakai Truk (N) : 5 Tahun
Harga Rongsokan Truk (10% x harga alat)(R) : Rp 16.000.000
Harga Ban Luar dan Ban Dalam : @ Rp 1.620.000 – Rp 18.000.000
Masa Pakai Ban : 3 Bulan
Jam Kerja per Tahun : 2200 jam per Tahun Upah Operator : Rp 1.000.000 per bulan
A. Biaya Tetap
a. Depresiasi 2200 X N R Ban M
D = − −
= 2200 5 16.000.000 Rp -18.000.000 Rp -0 160.000.00 Rp X = Rp 11.454,54 /jam
b. Bunga Modal R P
N N R Ban a H M 00 . 2 ) 1 )( arg ( + + − − = 2 , 0 000 . 000 . 16 5 2 ) 1 5 )( 000 . 000 . 16 000 . 000 . 18 000 . 000 . 160 ( x Rp x Rp Rp Rp + + − − =
= Rp 75.920.000 /tahun
Maka biaya bunga modal per jam = Rp 34.509,09 /jam c. Asuransi dan Pajak
02 , 0 . 2 ) 1 )( arg ( R N N R Ban a H M + + − − = 02 , 0 000 . 000 . 16 5 2 ) 1 5 )( 000 . 000 . 16 000 . 000 . 18 000 . 000 . 160 ( x Rp x Rp Rp Rp + + − − =
= Rp 7.592.000 /tahun = Rp 3.450,90 /jam
(57)
Lanjutan Lampiran 3.
d. Biaya Tetap = Depresiasi + Biaya Modal + Asuransi dan Pajak
Biaya Tetap = Rp 11.454,54 /jam + Rp 34.509,09 /jam +Rp 3.450,90 /jam
Rp 49.414,53 /jam
B. Biaya Variabel
a. Biaya Perbaikan dan Perawatan Truk jam x Alat a H S 2200 1 , 0 arg = jam x Rp S 2200 1 , 0 000 . 000 . 160 =
S = Rp 7272,72 /jam b. Biaya Bahan Bakar
F = K x P
= 13,64 X 4300/liter F = Rp 58.652 /jam c. Biaya Oli
Jam x Alat a H O 2200 005 , 0 arg = Jam x Rp O 2200 005 , 0 000 . 000 . 160 =
O = Rp 363,63 /jam
Biaya Variabel = B. Perawatan dan Perbaikan + B. Bahan Bakar + B. Oli
= Rp 7272,72 /jam + Rp Rp 58.652 /jam +Rp 363,63 /jam = Rp 66.288,35 /jam
(58)
Lanjutan Lampiran 3.
C. Biaya Operator
a. Upah Operator rt
rb T=
160 000 . 000 . 1 Rp T=
T = Rp 6.250 /jam
Biaya Usaha Alat = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Biaya Operator = Rp 49.414,53 /jam + Rp 66.288,35 /jam + Rp 6.250 /jam = Rp 115.709,13 /jam
(59)
Lampiran 5. Pengolahan data statistic untuk melihat hubungan produktivitas dengan biaya pengangkutan kayu dengan truk menggunakan program SPSS 12.00.
Regression Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .991(a) .983 .981 2.728E-02 1.677
a Predictors: (Constant), biaya pengangkutan (Rp/m3)
b Dependent Variable: Produktivitas (m3/jam)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 0.546 1 0.546 733.731 .000(a)
Residual 9.68E-03 13 7.44E-04
Total 0.556 14
a Predictors: (Constant), biaya pengangkutan (Rp/m3)
b Dependent Variable: Produktivitas (m3/jam)
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.329452 0.062058 53.65093 1.11E-16
X -2.2E-05 8.28E-07 -0.99126 -27.0875 8.04E-13
(60)
Lanjutan Lampiran 5
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted Value
2.0 1.5
1.0 .5
0.0 -.5
-1.0 -1.5
-2.0
R
egr
es
s
ion S
tudent
iz
ed R
es
idual
2.0
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
Diagram di atas menunjukkan sebaran data tidak menunjukkan adanya suatu pola tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi syarat untuk memprediksi biaya pengangkutan.
(61)
Lampiran 4. Tally Sheet Pengukuran Waktu Kerja Pengangkutan Kayu Dengan Truk
Trip
Waktu kerja
Tidak Efektif (idletime)
Waktu Total (jam)
Jarak Angkutan
(km)
Volume ( m3) Berjalanan
Kosong (jam)
Memuat (jam)
Mengangkut (jam)
Membongkar (jam)
1 3,00 1,25 5,92 0,60 11.95 22,72 61 38,31
2 3,25 1,08 5,67 0,58 11.91 22,49 61 38,21
3 3,00 1,50 5,80 0,70 12.46 23,46 61 33,11
4 3,42 1,43 5,93 0,75 12.14 23,67 61 32,34
5 3,09 1,32 5,83 0,63 11.44 22,31 61 37,70
6 3,33 1,47 6,00 0,58 11.46 22,84 60 38,90
7 2,92 1,58 6,08 0,65 11.01 22,24 60 35,40
8 2,67 1,48 5,78 0,71 10.88 21,52 60 36,70
9 3,42 1,50 5,87 0,66 11.22 22,67 61 45,23
10 3,25 1,30 5,98 0,73 11.11 22,37 61 45,24
11 3,33 1,25 6,03 0,61 12.19 23,41 60 37,49
12 3,05 1,28 5,81 0,83 11.44 22,41 60 42,50
13 3,17 1,37 5,76 0,86 11.71 22,87 60 31,83
14 3,09 1,27 5,88 0,78 12.16 23,18 60 36,01
15 3,25 1,30 5,95 0,81 12.57 23,88 60 37,80
Jumlah 47,24 20,38 88,29 10,48 175.65 342,04 907 566,77
(62)
Lampiran 5. Komponen Biaya Produktivitas dengan Biaya Pengangkutan.
Trip Produktivitas (m3/jam) Biaya Pengangkutan (Rp/m3)
1 1,69 72.161,46
2 1,70 71.736,98
3 1,41 86.491,40
4 1,37 89.061,70
5 1,69 72.161,46
6 1,70 71.736,98
7 1,59 76..699,92
8 1,70 71.736,98
9 2,00 60.976,44
10 2,02 60.372,71
11 1,60 76.220,55
12 1,90 64.185,72
13 1,39 87.735,88
14 15
1,55 1,58
78.679,27 77.185,36
Jumlah 24,89 1.117.097,81
(63)
(1)
Lanjutan Lampiran 3. C. Biaya Operator
a. Upah Operator
rt rb T=
160 000 . 000 . 1
Rp T=
T = Rp 6.250 /jam
Biaya Usaha Alat = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Biaya Operator = Rp 49.414,53 /jam + Rp 66.288,35 /jam + Rp 6.250 /jam = Rp 115.709,13 /jam
(2)
Lampiran 5. Pengolahan data statistic untuk melihat hubungan produktivitas dengan biaya pengangkutan kayu dengan truk menggunakan program SPSS 12.00.
Regression Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .991(a) .983 .981 2.728E-02 1.677
a Predictors: (Constant), biaya pengangkutan (Rp/m3) b Dependent Variable: Produktivitas (m3/jam)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 0.546 1 0.546 733.731 .000(a)
Residual 9.68E-03 13 7.44E-04
Total 0.556 14
a Predictors: (Constant), biaya pengangkutan (Rp/m3) b Dependent Variable: Produktivitas (m3/jam)
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.329452 0.062058 53.65093 1.11E-16
X -2.2E-05 8.28E-07 -0.99126 -27.0875 8.04E-13
(3)
Lanjutan Lampiran 5
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted Value
2.0 1.5
1.0 .5
0.0 -.5
-1.0 -1.5
-2.0
R
egr
es
s
ion S
tudent
iz
ed R
es
idual
2.0
1.5
1.0
.5
0.0
-.5 -1.0
Diagram di atas menunjukkan sebaran data tidak menunjukkan adanya suatu pola tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi syarat untuk memprediksi biaya pengangkutan.
(4)
Lampiran 4. Tally Sheet Pengukuran Waktu Kerja Pengangkutan Kayu Dengan Truk
Trip
Waktu kerja
Tidak Efektif (idletime)
Waktu Total (jam)
Jarak Angkutan
(km)
Volume ( m3) Berjalanan
Kosong (jam)
Memuat (jam)
Mengangkut (jam)
Membongkar (jam)
1 3,00 1,25 5,92 0,60 11.95 22,72 61 38,31
2 3,25 1,08 5,67 0,58 11.91 22,49 61 38,21
3 3,00 1,50 5,80 0,70 12.46 23,46 61 33,11
4 3,42 1,43 5,93 0,75 12.14 23,67 61 32,34
5 3,09 1,32 5,83 0,63 11.44 22,31 61 37,70
6 3,33 1,47 6,00 0,58 11.46 22,84 60 38,90
7 2,92 1,58 6,08 0,65 11.01 22,24 60 35,40
8 2,67 1,48 5,78 0,71 10.88 21,52 60 36,70
9 3,42 1,50 5,87 0,66 11.22 22,67 61 45,23
10 3,25 1,30 5,98 0,73 11.11 22,37 61 45,24
11 3,33 1,25 6,03 0,61 12.19 23,41 60 37,49
12 3,05 1,28 5,81 0,83 11.44 22,41 60 42,50
13 3,17 1,37 5,76 0,86 11.71 22,87 60 31,83
(5)
Lampiran 5. Komponen Biaya Produktivitas dengan Biaya Pengangkutan.
Trip Produktivitas (m3/jam) Biaya Pengangkutan (Rp/m3)
1 1,69 72.161,46
2 1,70 71.736,98
3 1,41 86.491,40
4 1,37 89.061,70
5 1,69 72.161,46
6 1,70 71.736,98
7 1,59 76..699,92
8 1,70 71.736,98
9 2,00 60.976,44
10 2,02 60.372,71
11 1,60 76.220,55
12 1,90 64.185,72
13 1,39 87.735,88
14 15
1,55 1,58
78.679,27 77.185,36
Jumlah 24,89 1.117.097,81
(6)