Maryam Musfiroh, 2016 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MAJEMUK DENGAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP ISU ROKOK DAN GUNUNG MELETUS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Eksistensi seseorang sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Seseorang yang memiliki karakter baik bukan hanya mampu menjadikan dirinya sebagai
seorang yang bermartabat tetapi juga menciptakan keharmonisan dalam berinteraksi dengan orang lain. Thomas Lickona 2013 menyebutkan bahwa
karakter yang baik adalah karakter yang mencakup tiga aspek moral, yaitu pengetahuan moral moral knowing, perasaan moral moral feeling, dan tindakan
moral moral action. Ketiga aspek karakter tersebut haruslah ada dalam diri seseorang salah satunya dapat ditanamkan melalui pendidikan. Pendidikan karakter
sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara intensif pada
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Hasil studi pendahuluan berupa wawancara terhadap salah satu guru SMP di Kota Bandung bahwa guru yang
bersangkutan hanya menyampaikan materi ajar sesuai kurikulum selama kegiatan pembelajaran Lampiran 2.3. Banyaknya beban materi yang harus disampaikan
kepada siswa dengan alokasi waktu yang relatif singkat menjadi penyebab utama kurang terlaksananya pendidikan karakter di dalam kelas. Sebagian besar guru
beranggapan bahwa pendidikan intelektual dan pendidikan karakter adalah dua hal yang berbeda dan tidak bisa digabungkan. Kondisi ini memberikan dampak
kepincangan dalam pendidikan yang ditandai dengan siswa-siswa yang kurang
Maryam Musfiroh, 2016 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MAJEMUK DENGAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP ISU ROKOK DAN GUNUNG MELETUS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
hormat terhadap guru misalnya perilaku kurang sopan baik dalam ucapan maupun tindakan, tidak mengikuti pelajaran dengan baik misalnya bermain game di
handphone ketika pembelajaran berlangsung, mengobrol di dalam kelas, jalan-jalan di kelas, dll, dan kebiasaan membolos atau tidak hadir tanpa keterangan. Hal ini
menandakan bahwa tujuan pendidikan ternyata belum seutuhnya tercapai. Penyimpangan perilaku siswa di dalam kelas mengindikasikan bahwa
lingkungan dan kondisi belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang siswa harapkan. Pengajaran yang masih bersifat konvensional dengan metode ceramah dan tugas
menulis hanya menguntungkan beberapa siswa dengan kecerdasan Linguistik dan Logis Matematis. Padahal tidak semua siswa memiliki keunggulan secara
Linguistik dan Logis-Matematis. Banyaknya jumlah siswa di dalam satu kelas, maka sebanyak itu pula ragam kecerdasan siswa yang harus diketahui oleh pendidik
agar pembelajaran yang dilakukan dapat diterima oleh semua siswa. Banyak penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi yang paling
tepat dalam rangka pembenahan pendidikan yang belum seimbang. Penelitian- penelitian yang berfokus pada pengembangan karakter dan kecerdasan telah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Taiwan, Arab Saudi, Portugis, Pakistan, dll. Bukan hanya di luar negeri, di Indonesia juga
telah dilakukan berbagai macam penelitian yang mengarah pada pembenahan pendidikan, mulai dari penyusunan bahan ajar yang berorientasi pada kecerdasan
majemuk Budianto, 2015, metode pembelajaran yang sekaligus memperhatikan penanaman karakter berdasarkan kecerdasan majemuk siswa Liliawati, 2014,
hingga penelitian yang berfokus pada mencari hubungan antara kecerdasan dengan karakter Tirri, Nokelainen, Mahkonen, 2009; Narvaez, 1993; Athota, O’Connor,
Jackson, 2009. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut melaporkan bahwa karakter memiliki
keterkaitan dengan kecerdasan. Salah satu penelitian yang menghubungkan antara kecerdasan majemuk dengan karakter dilakukan oleh salah satu peneliti di
Indonesia, yaitu penelitian mengenai pengembangan program perkuliahan IPBA terintegrasi yang mengakomodasi kecerdasan majemuk berorientasi penanaman
karakter diri dan penguasaan konsep oleh Liliawati 2014. Penelitian yang
Maryam Musfiroh, 2016 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MAJEMUK DENGAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP ISU ROKOK DAN GUNUNG MELETUS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dilakukan terhadap mahasiswa tersebut berfokus pada penanaman karakter yang mencakup kerja keras, kedisiplinan, toleransi, berpikir terbuka, kecermatan,
kepekaan, kejujuran, dan kerjasama. Karakter-karakter yang telah disebutkan mengacu kepada grand design pendidikan karakter yang dikembangkan oleh
kemendiknas. Mengacu pada Penelitian tersebut, penelitian pada skripsi ini merupakan
penelitian pengembangan atau penelitian tindak lanjut dari hasil penelitian Liliawati 2014. Hal pembeda pada penelitian ini adalah dari tipe karakter yang diukur serta
karakteristik sampel yang menjadi objek penelitian. Tipe karakter yang peneliti gunakan didasarkan pada karakter Thomas Lickona 2013 yang mencakup
kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, pengetahuan diri, hati nurani, harga diri, empati,
mencintai kebaikan, kontrol diri, kerendahan hati, kompetensi, dan kehendak. Karakter-karakter tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam tiga aspek
karakter, yaitu pengetahuan moral moral knowing, perasaan moral moral feeling, dan tindakan moral moral action. Selain itu, pengambilan sampel pada penelitian
ini dilakukan terhadap siswa pada jenjang SMP. Salah satu upaya untuk menanamkan ketiga aspek karakter tersebut, khususnya
terhadap siswa SMP, dapat dilakukan melalui pembelajaran IPA terpadu yang memperhatikan kecerdasan dominan siswa. Armstrong 2013, hlm. 33
menyebutkan bahwa setiap anak memiliki kedelapan jenis kecerdasan dan dapat mengembangkan semuanya ke tingkat kompetensi yang wajar. Gardner menyebut
kedelapan kecerdasan tersebut dengan istilah kecerdasan Majemuk. Delapan kecerdasan tersebut antara lain: Linguistik, Logis-Matematis, Musikal, Kinestetik,
Visual-Spasial, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Setiap manusia memiliki satu atau lebih kecerdasan dominan dari kedelapan kecerdasan sejak usia
dini. Pembelajaran yang mengabaikan potensi dominan siswa hanya akan menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa sebagai wujud
protes seperti apa mereka ingin diajar. Kondisi ini jelas bukan hanya berdampak pada tidak terwujudnya pendidikan karakter di dalam kelas, tetapi juga
menghambat dalam pembelajaran secara intelektual penyampaian materi ajar.
Maryam Musfiroh, 2016 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MAJEMUK DENGAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP ISU ROKOK DAN GUNUNG MELETUS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran yang selaras dengan apa yang siswa harapkan bukan saja mampu meningkatkan prestasi intelektual siswa namun juga mampu menanamkan nilai-
nilai moral kehidupan yang sangat penting dimiliki siswa. Sebagaimana telah peneliti utarakan pada paragraf sebelumnya bahwa salah
satu upaya penanaman karakter siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran IPA terpadu. Pembelajaran IPA terpadu mencakup materi-materi yang bersifat aplikatif
yang menyajikan fenomena-fenomena yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa fenomena yang sering dialami siswa diantaranya adalah
masalah rokok dan gunung meletus. Merebaknya isu rokok di kalangan siswa SMP sudah menjadi rahasia umum
yang meresahkan masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu sendiri. Tujuan
mempelajari materi rokok di sekolah bukan hanya siswa menjadi faham secara teori mengenai dampak negatif dari rokok, akan tetapi juga melahirkan Siswa yang
mampu menyikapi dengan benar ketika dihadapkan pada kasus rokok. Isu lain yang sering dialami oleh siswa SMP bahkan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah isu gunung meletus. Kondisi fisik wilayah Indonesia yang berada di jalur pertemuan lempeng menyebabkan jumlah gunung api di
Indonesia relatif banyak. Jumlah penduduk yang bermukim atau memanfaatkan lahan gunung api cenderung semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Melihat kondisi fisik negara Indonesia yang demikian menuntut semua kalangan masyarakat, termasuk siswa SMP untuk faham secara teori
mengenai fenomena gunung api dalam upaya untuk menanggulangi bencana alam akibat gunung meletus. Disamping faham mengenai konsep gunung meletus, hal
yang juga tidak kelah penting dimiliki siswa adalah bagaimana siswa menyikapi fenomena tersebut dengan baik. Untuk melahirkan karakter yang sesuai dengan
harapan masyarakat, diperlukan pembelajaran yang bukan hanya mampu mencerdaskan siswa dari segi konsep atau teoi saja, tetapi juga mampu mencetak
karakter yang baik untuk menyikapi fenomena-fenomena tersebut.
Maryam Musfiroh, 2016 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MAJEMUK DENGAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP ISU ROKOK DAN GUNUNG MELETUS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter siswa pada isu rokok dan
gunung meletus. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan arahan bagi pendidik untuk melakukan pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua
kecerdasan majemuk siswa yang selanjutnya diharapkan mampu mempengaruhi pengembangan karakter siswa. Dengan demikian, maka pendidikan di Indonesia
seharusnya tidak lagi memisahkan antara pembelajaran yang bersifat intelektual dengan pendidikan karakter, karena sebetulnya keduanya dapat diintegrasikan
melalui metode pembelajaran dengan memperhatikan setiap kecerdasan yang dimiliki siswa di dalam kelas.
B. Rumusan Masalah Penelitian