Perspektif Global Manajemen Agribisnis (Sebuah Rangkuman Interpretatif)

2

' AGRimE01A

,

ョセ@

イf{セsヲャ[Z@

セャoゥpj@

{セイpjIャGOiQ|@

iPJCn wセ@

iqャセUQ@

(Sebuah Rangkuman Interpretatif)
Oleh: Idqan Fahmi
erubahan merupakan suatu hal yang pasti terjadi da-


P

Rangkuman interpretatif dari hasil diskusi panel se-

lam kehidupan. Namun kemajuan teknologi, terutama

hari ini disajikan dalam tulisan ini. Pad a bag ian pertama akan

teknologi komunikasi, menyebabkan laju perubahan

disajikan berbagai kecenderungan peru bah an yang terjadi

terlihat semakin cepa!. Akibatnya keadaan pada masa yang

dalam dunia agribisnis. Pada bagian berikutnya dibahas apa

akan datang semakin tidak teramalkan. Yang sudah jelas

yang antara lain seharusnya dilakukan untuk mengantisipasi


hanya, keadaan mendatang akan jauh berbeda dari keadaan

berbagai perubahan tersebu!.

sekarang.
Hal yang sama dihadapi oleh dunia agribisnis yang
memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Kecenderungan Perubahan dalam Agribisnis
Dr. Ian Fairnie mengutip prediksi The Economists untuk

Berbagai perubahan dunia ini dapat memunculkan peluang

mengilustrasikan perubahan besar yang akan terjadi pada

sekaligus juga masalah. Oleh karen a itu, kemampuan mempre-

abad ke-21. Pada tahun 2020, menurut prediksi tersebut,


diksi berbagai perubahan yang akan terjadi akan sang at mem-

pimpinan perekonomian dunia akan bergeser dari Eropa dan

bantu dalam menentukan langkah-Iangkah antisipasi agar

Amerika Utara ke Asia. Dalam urutan delapan perekonomian

dampak buruknya da-

terbesar

pat

masing-masing

dikurangi

manfaat


yang

dan
mak-

hanya terdapat satu

simum dapat diperoleh.
Dalam

dunia,

negara

rangka

Eropa dan

Amerika Utara, yaitu


ulang tahun yang ke

Jerman (urutan ke-6)

em pat MMA-IPB, beker-

dan USA (urutan ke-

jasama dengan Per-

2). Selebihnya adalah

himpunan Manajemen

negara-negara Asia,

Agribisnis
(PMAI)

Indonesia


yaitu

menyelengga-

Cina

(ke-1),

Jepang (ke-3), India

rakan diskusi Panel Sehari dengan topik Global Perspective on

(ke-4), Indonesia (ke-5), Korea Selatan (ke-7), dan Thailand

Agribusiness Management. Diskusi ini dimaksudkan untl!k

(ke-8). Pada saat itu era perdagangan yang

mendapatkan gambaran berbagai kecenderungan perubahan


dengan adanya WTO, sudah akan berjalan dan globalisasi

yang akan terjadi dalam dunia agribisnis. Berdasarkan prediksi

ekonomi yang dipacu oleh perkembangan teknologi informasi

tersebut diharapkan dapat ditentukan berbagai langkah antisi-

sudah tidak dapat terelakkan. Sebagai konsekuensinya, batas

patif yang dapat dilakukan. Untuk itu hadir sebagai panelis

negara dalam bisnis dan perdagangan internasional semakin

Prof. W. Paul Davies (Royal Agricultural College, UK), Prof.

tidak relevan dan persaingan antar negara di pasar. interna-

William D. Gorman (New Mexico State University - Execu-


sional maupun di pasar domestik akan semakin ketal.

lebih bebas,

tive Director of lAMA), Dr. Ian Fairnie (Curtin University,

Pertanyaannya adalah apakah ramalan The Econo-

Australia), Dr. Peter J. Batt (Curtin University of Technol-

mists di atas dapat menjadi kenyataan. Keberadaan USA, Jer-

ogy, Australia), Assoc.Prof. Bill Schroder (Monash Uni-

man, dan Jepang di urutan atas dapat dengan mudah dicerna,

versity, Australia) dan Prof. Michael L. Cook (University of
Missouri).


tetapi keberadaan negara-negara Asia lainnya masih menyimpan berbagai pertanyaan. Masalahnya negara-negara Asia ini,
dengan sedikit pengecualian, bercirikan:

Vo[ume III No. 1ljlpri[ 1996

ISSN: 0853-8468

3

AGRlmEDIA

jumlah penduduk yang besar dan kepadalan penduduk yang

ini diserlai dengan peningkatan daya beli, maka pusal kon-

linggi,

sumsi dunia akan bergeser ke Asia dan ini berarti akan men en-

- perlumbuhan penduduk yang lerus terjadi dengan kece-


tukan jenis makanan apa yang akan ban yak diminta. Sementara itu, perubahan gaya hidup juga akan merubah pola kon-

patan relalif tinggi,
- peningkalan induslrialisasi,

sumsi. Perubahan gaya hidup ini antara lain dapat dilihal

- peningkatan daya beli konsumen di perkolaan,

dengan makin meningkatnya jumlah wanila yang bekerja di

- pasar yang sangal polen sial bagi perusahaan-perusahaan

luar rumah, makin seringnya orang makan di luar rumah, makin
besarnya konsumsi

makanan dunia,

makanan siap-santap di rumah, dan


- penerapan kebijakan perdagangan yang semakin be bas,

meningkalnya jumlah penduduk lanjul usia. Makin sadarnya

- jumlah penduduk pedesaaan yang terlibal dalam perlanian

konsumen akan aspek kesehatan dan kepedulian akan ling-

yang hampir mendekati subsisten,
- luasan usahatani yang relatif kecil sehingga kurang mampu
mengambil manfaat dari teknologi dalam peningkatan hasil
dan penghematan lenaga kerja.
Dengan memperhatikan berbagai karakleristik di atas,

kungan juga akan menunlut produsen produk-produk agribisnis
melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian produk yang
dihasilkannya.
Perubahan berikutnya adalah semakin mampunya induslri makanan memanfaatkan

ーセウッォ。ョ@

bahan baku dari

maka dikhawatirkan alasan besarnya perekonomian beberapa

berbagai belahan bumi (outsourcing). Pada sa at yang sama

negara Asia seperti diramalkan lebih karena besarnya potensi

industri makanan juga makin mampu memproses, mendistri-

unluk menjadi pasar (konsumen) dari produk-produk yang

busikan, dan yang paling penting menjual produknya ke berba-

dihasilkan negara maju dan bukan karena kemampuan pro-

gai belahan dunia. Kesemuanya ini menyebabkan jaringan

duksinya. Padahal ban yak negara Asia dikenal sebagai

produksi, distribusi dan pemasaran pangan menjadi lebih

penghasil bahan mentah, terutama bidang agribisnis. Se-

kompleks.

jauhmana prediksi tersebut dapat lerealisasi telapi bukan

Terakhir, peraluran pemerintah walaupun diramalkan

hanya karena potensi pasarnya, merupakan agenda pemikiran

akan masih telap cenderung berusaha semaksimal mungkin

yang harus dipecahkan segera.

melindungi industri-industri lokal baik dengan tarif maupun non-

Khusus untuk produk-produk makanan dan seraI'. Prof.

tarif, namun tuntutan konsumen akan produk yang lebih sehat,

Gorman menyajikan berbagai kecenderungan perubahan se-

aman, dan bergizi akan mendesak pemerintah unluk me-

bagaimana diramalkan oleh Jonathan Taylor. Perubahan-

nekankan pemberlakuan peraturan yang berkaitan dengan

perubahan yang akan terjadi dapat dikelompokkan menjadi

kesehatan, gizi, keamanan pang an dan labeling produk dalam

perubahan teknologi, perubahan konsumen, perubahan pro-

produksi dan penanganan. Selain itu ditandatanganinya WTO,

duksi, distribusi, dan kekuatan pasar serta perubahan per-

. jelas akan merubah arah kebijakan pemerintah dan aliran

aluran pemerinlah.
セ・イオ「。ィョ@

perdagangan dunia.
teknologi yang signifikan adalah berkem-

bangnya rekayasa genetik sehingga dapat dihasilkan produk-

Apa yang Dapat Dilakukan ?

produk yang lebfh sesuai dengan keinginan/kebutuhan

Walaupun diskusi tidak membicarakan solusi secara

manusia; teknik baru dalam penyiapan dan pengepakan

konkrit mengenai langkah-Iangkah antisipatif yang dapat di-

makanan seperti makin luasnya penggunaan microwave dan

lakukan, khususnya untuk Indonesia, namun beberapa hal

konsumsi makanan siap santap; dan teknologi komunikasi,

dapat dipetik dari pengalaman yang disajikan oleh panelis.

terutama inlernet yang dapat digunakan untuk belanja se-

Beberapa aspek yang mendapat perhatian panelis adalah

hingga dapat menggeser struktur kekuatan pasar dari penge-

kemitraan, koperasi dan pendidikan.

cer kepada pusat kulakan atau bahkan produsen makanan.
Konsumen berubah dalam aspek permintaan agregat
dan selera. Walaupun secara keseluruhan laju pertumbuhan

Integrasi Vertika/ dan Kemitraan
Menurut Bill Schroder, proses industria/isasi

エ・セ。、ゥ@

di

penduduk dunia diramalkan akan turun, tetapi pertumbuhan di

bidang produksi dan distribusi pangan. Proses ini didorong oleh

negara-negara セウゥ。@

tuntutan konsumen akan produk yang lebih baik. Dorongan ini

akan .tetap relatif tinggi. Jika pertumbuhan

'f/ofume III 'No. 11.Jlprif 1996

ISSN: 0853-8468

4

AGRlmEDIA

-

menyebabkan pabrikan (perusahaan pengolah) dan distributor
berusaha untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar ter-

negatif, fleksibilitas dalam membuat penyesuaian terhadap
tatacara kemitraan; dan berhubungan negatif dengan peng-

hadap kualitas dan kuantitas produk yang. mereka beli.
Hubungan vertikal dalam bentuk integrasi vertikal dan kern i-

gunaan kekuatan/kekuasaan dalam menjalankan hubungan
dan penerapan tatacara kemitraan (misalnya kontrak) yang
terlalu ketat dan kaku.

traan merupakan upaya yang sering dilakukan untuk mendapatkan kontrol ynag lebih besar tersebut.
Alasan utama terbentuknya hubungan vertikal baik dalam
bentuk integrasi vertikal maupun kemitraan, secara teoretis,
adalah untuk mencapai suatu tingkat kontrol yang tidak
diperoleh dalam transaksi bilateral di pasar terbuka. Namun
demikian, pembentukan integrasi vertikal dan kemitraan juga

6. Ketergantungan antara dua pihak tidak otomatis akan membentuk kerjasama kecuali kedua pihak dapat melihat manfaat dari kerjasama tersebut.
8agi Indonesia yang perekonomiannya, khususnya agribisnis, dicirikan oleh struktur yang dualistis, kemitraan meru-

berarti tambahan biaya (korbanan) dalam bentuk berkurangnya
tingkat diversifikasi sumber pembelian, bertambahnya birokrasi
dan administrasi, serta berkurangnya fleksibilitas dalam
menyesuaikan dengan berbagai peru bah an pasar. Oleh karena
itu, hubungan vertikal hanya terjadi bila biaya transaksi secara
langsung di pasar terbuka lebih
tinggi daripada biaya-biaya

pakan program yang strategis terutama menghadapi iklim persaingan yang semakin ketat di era perdagangan bebas. Pe-

(korbanan) yang harus ditanggung akibat hubungan tersebut.
Beberapa proposisi yang
berkaitan dengan hubungan
vertikal ini (berdasarkan studi
literatur) dan penting untuk
dijadikan pelajaran bagi Indonesia adalah:

NLBbセァゥIョ、ッ・ウ。ケ@

. ォィオセョケ。@
,yan'g. 、C。ャゥウセL@
. .• ケ。ョァ⦅ウエイ・ゥHェBオセュャQ、ー@

" セー{ウLゥョケ。AャYGojェH[D@

.' ." .,"

。ァイャ「ゥウョセ@

ォセゥエ⦅ョN@

.; Lー・イ、。ァセゥ「ウGB@

1. Integrasi vertikal hanya akan terjadi ketika kebutuhan akan
kontrol terhadap pasokan dirasakan penting dan hal terse but
tidak dapat dicapai dengan kemitraan.
2. Meningkatnya biaya transaksi karena bertransaksi langsung
dengan ban yak pemasok mendorong kepada pengurangan
jumlah pemasok.
3. Kekuatan pembeli (penjual) berhubungan terbalik. dengan
ketersediaan alternatif bagi pembeli (penjual).
4. Pembeli (penjual) akan terus berusaha untuk mengurangi

、ゥ」ェエセ。AGャLッNィウQイオZ@

ー・イォHュッィオZケセL@

rusahaan-perusahaan agribisnis besar yang berteknologi
canggih, skala besar, manajemen moderen dan modal yang
kuat membutuhkan lahan yang luas dan tenaga kerja yang
murah dalam pemasokan bahan baku. Kalau hal ini diusahakan sendiri oleh perusahaan
besar, beban overheadnya terlalu

エェャセLイオーqZpヲY@

.

besar, terutama mengingat biaya

..
.

lahan dan tenaga kerja dengan

cepat meningkat. Sementara itu,
sebagian besar pelaku agribisnis
セイ。LZ[@
lain
yang skala usahanya kecil,
NGLセB@
; .,
teknologi sederhana, manajemen
tradisional serta modal dan pasar
terbatas secara total memiliki lahan dan tenaga ォ・セ。N@
Keterbatasan kelompok kedua ini sering menyebabkan produk yang

ゥォjイッ^Gセ@

mereka hasilkan tidak sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki oleh perusahaan besar. Oleh karena itu diperlukan
pola kemitraan yang sesuai agar dapat memadukan kelebihan
masing-masing kelompok sehingga menguntungkan kedua
belah pihak .serta pada gilirannya meningkatkan daya saing
produk yang dihasilkan oleh Indonesia.
Integrasi vertikal, pada saat dimana banyak petani yang
tidak bisa diandalkan dalam pemasokan bahan baku yang

ketergantungan hanya kepada satu pemasok (pembeli).
5. k・セ。ウュ@
antarapembeli dan penjual akan berkorelasi
positif dengan: kejelasan manfaat bagi kedua pihak yang
bermitra, keseimbangan investasi dalam aset-aset kemitraan
Oika ada), tingkat saling percaya sehingga satu pihak dapat
memprediksi perilaku mitranya, ォ・ュ。セーオョ@
hubungan dalam memunculkan manfaat-manfaat baru bagi kedua pihak,

lebih menarik. Namun dalam jangka panjang dimana lahan dan
tenaga kerja tidak lagi murah, perluasan skala usaha akan
terhambat dan daya saing akan menurun. Lagipula, dengan
kemitraan, salah satu resiko terbesar dalam sistem agribisnis
(di tingkat produksi yang sangat tergantung kepada alam)
.disebar kepada petanL Thailand yang sudah merasakan ma-

kemampuan masing-masing pihak secara timbal-balik bereaksi terhadap perilaku mitranya baik yang positif maupun

halnya harga lahan dan tenaga kerja ternyata sudah lama
menerapkan pola kemitraan dengan petani dan temyata

'Vo[ume III 'No. 11.fl.prif 1996

sesuai dengan keinginan perusahaan pengolah besar, tertihat

ISSN: 0853-8468

5

AGRlmEDIA

mereka dapat membuktikan diri unggul bersaing dengan di

sionalisasi asosiasi tersebut. Oleh karena itu, agar suatu

pasar internasional.

hubungan horizontal dapat tercipta dan berjalan dengan baik,

Oengan demikian, Indonesia kelihatannya lebih membu-

maka selain kemampuan menjanjikan keuntungan bagi pihak

tuhkan pol a kemitraan dibandingkan integrasi vertikal. Namun

yang terlibat (misalnya, dalam bentuk kekuatan rebut tawar

demikian, terlepas dari idealnya pola kemitraan bagi Indonesia,

yang lebih besar dan skala usaha yang lebih ekonomis), maka

banyak kasus yang memperlihatkan kegagalan. Pengalaman

asosiasi harus mampu mengurangi domain kompetisi antar
anggota dan kemungkinan free riding.

tersebut juga memperlihatkan bahwa ternyata tidak ada satu
pola umum kemitraan yang sesuai untuk semua kasus.

Michael L. Cook menyajikan

pengalaman perkem-

Oengan kata lain, pol a kemitraan untuk suatu kasus sangat

bangan koperasi di USA yang cukup berhasil menguasai

ditentukan oleh jenis komoditi, norma sosial budaya, kelemba-

pangsa pasar pemasaran produk pertanian dan penyediaan

gaan ekonomi yang selama ini telah berjalan, lokasi, dan lain-

input.. Koperasi disana ternyata dimulai dari bawah, yaitu in i-

lain. Oleh karen a itu sebelum sutu kemitraan akan dijalankan

siatif produsen sendiri tanpa intervensi dari luar. Koperasi

diperlukan kajian sebelumnya
mengenai bentuk pola kemitraan

yang berkembang mulai 1850an muncul dan berkembang

yang sesuai. Untuk itu proposisiproposisi yang dikemukakan oleh
Bill Schroder dapat dijadikan
panduan karena proposisi tersebut dirumuskan dari berbagai
pengalaman kemitraan di berba-

pad a saat terjadinya kegagalan
pasar dan tidak ada dukungan

gai belahan dunia (dan sekarang

maupun kebijakan publik. Ak-

sedang diujikan di Australia).

hirnya koperasi terus berkembang, pada dasarnya karena

Koperasi

dinamika di dalam koperasi itu
sendiri, sehingga menjadi ben-

Berdasarkan pengalaman,

kelembagaan serta aspek hukum. Baru

dalam

perkem-

bangannya didapatkan dukungan baik dalam aspek legal

perusahaan besar biasanya lebih

tuknya yang sekarang. Jika

senang bermitra dengan peru sa-

dilihat waktu yang dibutuhkan

haan seke/as, baik dalam aspek

untuk mencapai bentuk koperasi

skala usaha maupun pendekatan
bisnis. Produsen-produsen kecil akibatnya tidak akan terjang-

yang mapan seperti s.ekarang,
ternyata Amerika membutuhkan waktu sekitar 100 tahun.

kau oleh pola ini. Padahal dalam dunia agribisnis, khususnya di
Indonesia, ban yak produsen individual yang berukuran terlalu

Jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia, maka terlihat jelas perbedaannya. Oi Indonesia kebanyakan koperasi

kecil untuk

「・イュゥセ。@

secara langsung dengan pengolah dan

diinisiasi oleh pemerintah sehingga ban yak koperasi terlihat

pengecer. Oalam kedaan seperti ini peran koperasi yang

berjalan sangat lamban atau bahkan gagal. Namun demikian,

menggabungkan produsen-produsen kecil (hubungan horizon-

Michael L. Cook menyatakan bahwa memang tahapan yang

tal) tersebut menjadi sangat penting.

dilalui Amerika tidak berarti juga harus dilalui oleh Indonesia
karen a pada dasarnya setiap negara unik. Lebih lanjut ia men-

Secara teoritis, membina hubungan horizontal seperti
koperasi lebih sulit daripada membina hubungan vertikal
karena pada dasarnya hubungan horizontal menggabungkan
anggota ケセョァ@
sebenarnya merupakan pesaing satu sam a lain.
Selain itu, selalu ada kemungkinan kasus free riding dimana
ada produsen yang tidak masuk asosiasi /koperasi mendapat-

yatakan bahwa setiap negara harus mencari tahapan dan
bentuknya sendiri. Sejarah yang dilalui Amerika dapat dijadikan
salah satu pelajaran untuk membina koperasi di Indonesia.

kan manfaat dari hasil kekuatan rebut tawar asosiasi tanpa

Pendidikan
Pendidikan merupakan investasi yang paling tepat da-

harus menanggung sedikitpun biaya pembentukan dan opera-

lam rangka menghadapi berbagai p-erubahan yang demikian

'V'ofume III No. 11JIprif 1996

ISSN: 0853-8468

6

A6RlmEDIA

cepat dan makin tak teramalkan, demikian dikemukakan oleh

fikasi standar-standar, dan memungkinkan perbaikan yang

Paul W. Davies .. Pernyataan ini beralasan karen a hanya

terus menerus. Oleh karena itu, pengertian kualitas tersebut

dengan sumberdaya manusia yang kuatlah berbagai peru bah-

harus betul-betul dipahami dengan jelas baik internal maupun

an yang akan terjadi dapat dihadapi dan dikelola dengan baik.

eksternal.

Untuk itu dibutuhkan pendidikan dan pelatihan yang sesuai.

Paul W. Davies, misalnya mengemukakan bahwa jika

Pendekatan, materi, dan cara penyampaian program pendidi-

pendidikan tinggi disepakati seharusnya mencakup pengem-

kan perlu terus dievaluasi untuk menyesuaikan dengan berba-

bang an beasiswa dan pengetahuan yang relevan; pengem-

gai peru bah an tersebut. Sistem pendidikan perlu untuk terus

bangan visi dan kemampuan untuk mengatasi tantangan-

menyesuaikan diri dan menjadi sedinamis sebagaimana indus-

tantangan baru; penggalakan belajar mandiri, dan pengem-

tri, bisnis dan profesi yang dilayani.

bangan kekuatan penilaian yang matang, maka tingkat ke-

Dalam menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut, dunia pendidikan harus mengacu kepada tiga aspek,
yaitu relevansi atau keterkaitan, kualitas dan internasionalisasi.
Keterkaitan atau relevansi dengan dunia kerja sangat

mampuan suatu program untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kualitas.
Pengukuran kualitas suatu program dapat dilakukan
dengan beberapa

penting karena pada dasarnya

」セ。L@

yang merupakan perpaduan antara
prosedur audit internal maupun

pendidikan agribisnis adalah

eksternal. Proses internal men-

bersifat kejuruan dan terapan.

cakup monitoring mata ajaran baik

Oleh

pendidikan

oleh stat maupun mahasiswa,

agribisnis yang sesuai harus

penilaian perkuliahan oleh maha-

membuka peluang berkarir dan

siswa, review perkuliahan olen

penciptaan kerja secara luas di

para ahli, dan apraisal keragaan

lapangan agribisnis baik di

stat oleh manajemen lembaga

sektor swasta maupun publik.

pendidikan. Sedangkan eksternal

karenanya

Keterkaitan

ini

dapat

audit meliputi laporan penguji dari

dikembangkan dengan mem-

luar, review oleh badan akredi!asi

bina hubungan yang akrab antara lembaga pendidikan agri-

eksternal, laporan dari industri baik melalui badan khusus

bisnis dengan perusahaan-perusahaan agribisnis. Dalam pro-

maupun respon yang diminta khusus oleh lembaga pendidikan,

gram ini termasuk kegiatan kuliah/ceramah tamu, pertukaran

masukan dari survey alumni, dan masukan dari pengguna

stat an tara industri dan akademisi, penelitiarf bersama antara

lulusan.

industri dan akademisi, konsultansi, pengembangan studi

Internasionalisasi program pendidikan menjadi penting

kasus, dan geladikarya. Karena keterkaitan ini merupakan

karena globalisasi bisnis dan perdagangan sudah tidak dapat

kepentingan kedua belah pihak (dunia pendidikan dan industri),

dihindarkan termasuk dalam sektor agribisnis. Untuk itu maha-

maka seharusnya berbagai program di atas mendapat du-

siswa harus diberi kesadaran yang lebih besar akan kebu-

kungan kedua pihak.

dayaan lain, pemahaman yang lebih baik mengenai ling kung an

Jaminan kualitas didalam dunia pendidikan telah men-

global, dan perspektif internasional yang lebih luas. Kegiatan-

jadi isu yang penting dan akan semakin penting dengan makin

kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah penekanan

menjamurnya lembaga pendidikan yang menawarkan pendi-

aspek internasional dalam kurikulum dan silabus mata ajaran,

dikan massal. Hal ini khususnya dapat dilihat dalam bidang

pen gem bang an takultas di luar negeri, pertukaran mahasiswa

Magister Manajemen di Indonesia. Pertanyaannya adalah apa

atau geladikarya di negara lain, dan dimasukkannya penggu-

definisi kualitas di dalam dunia pendidikan. Perlu dicapai ke-

naan bahasa asing di dalam program (AIS).

sepakatan terlebih dahulu sebelum sistem jaminan kualitas
dapat dibuat dan diukur. Yang jelas agar pengertian kualitas
obyektit, ia harus bebas dari bias individual, dapat diulang pada
kali yang lain, melibatkan seluruh stat pengajar, meliputi spesiVo{ume II/Wo. l/;1pri{ 1996

ISSN: 0853-8468