1
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perilaku peserta didik saat ini sangat mencemaskan bahkan cenderung memprihatinkan. Sebagaimana yang sering diungkapkan baik di media
massa, perbincangan pada kegiatan seminar atau diskusi para pemerhati perilaku sosial maupun dunia pendidikan, perilaku peserta didik cendrung mengarah pada
hal-hal negatif seperti tawuran, konsumerisme, hedonisme, perilaku seks bebas dan lain-lain. Hal tersebut menjadi permasalahan besar bagi bangsa, karena jika
tidak dilakukan suatu tindakan terhadap kemerosotan moral ini maka akan berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan bangsa. Seperti yang diungkapkan
oleh Lickona dalam Megawangi 2004:8 terhadap kekhawatiran akan kelangsungan hidup sebuah bangsa,
yaitu bahwa “terdapat sepuluh tanda-tanda jaman yang perlu diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu
berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran ”. Adapun tanda-
tanda yang dimaksud di antaranya 1 meningkatnya kekerasan dikalangan remaja; 2 penggunaan bahasa
dan kata-kata yang buruk; 3 pengaruh
peer group
yang kuat dalam tindakan kekerasan tawuran; 4 meningkatnya perilaku merusak diri; 5
semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; 6 menurunnya etos kerja; 7 semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; 8
rendahnya rasa tanggung jawab individu warga dan negara; 9 membudayanya perilaku ketidak jujuran; 10 adanya rasa saling curiga dan
kebencian diantara sesama.
2
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
Kegelisahan orang tua dan guru dewasa ini dirasakan sangat tinggi akibat adanya penyimpangan perilaku siswa. Pergeseran nilai-nilai dan norma-norma
yang mereka anut baik dalam bergaul maupun dalam mengaktualisasikan dirinya pada lingkungan dimana mereka berada, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun sekolah. Hal ini terlihat dari cara mereka berkomunikasi, menampilkan diri, dan sikap lainnya yang cenderung mengarah pada sisi negatif
seperti rasa iri ketika melihat temannya lebih baik; kurang mendorong pada arah kemajuan pendidikan, tidak disiplin, mencontek, budaya konsumtif, hedonisme;
daya juang yang kurang, kurang peduli terhadap lingkungan, cepat marah, mudah tersinggung yang akhirnya memicu perkelahian; kurang menghargai budaya
sendiri dan lebih menyukai budaya barat, dan yang lebih mencengangkan lagi adalah adanya pergaulan bebas yang dilakukan oleh siswa karena mengikuti pola
kehidupan barat dan mengikuti seorang
public figure
yang dijadikan sebagai idola. Dari fenomena di atas maka diasumsikan bahwa masyarakat, khususnya
remaja siswa, kemungkinan besar memandang bahwa tidak ada yang patut menjadi contoh keteladanan bagi pengembangan dan pembentukan karakter
mereka. Rasa jenuh dan kecewa terhadap realita yang ada serta proses pencarian jati diri, diaktualisasikan pada kegiatan-kegiatan yang mereka contoh dari perilaku
dan hal-hal yang kurang baik. Perilaku para idola yang mereka ikuti tentu saja tidak sepenuhnya benar karena gaya hidup yang berbeda, lingkungan yang
berbeda bahkan jauh dari nilai-nilai keteladanan yang patut ditiru oleh para penerus bangsa.
3
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
Disinilah peran seorang pendidik dituntut untuk peduli dan peka terhadap perkembangan karakter para penerus estafet kepemimpinan bangsa di masa depan.
Ryan Thomas Lickona 2004:4 dalam Megawangi 2004:7 mengemukakan bahwa:
Societies, of course, must do more than merely survive. They must also grow in their understanding of what it means to be a human community, in
the range of opportunities they offer each member for full human development, and their capacity to handle the new ethical problems brought
by technology and other social changes. In addition, they must learn to functional part of increasingly complex world community, where global
peace and justice demand ever increasing levels of cooperation. But whether the task is survival or development, any society ultimately depends
for its success on character of its citizens
.
Seluruh masyarakat, tentu saja, harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar bertahan hidup. Mereka juga harus tumbuh dan memahami makna
menjadi sebuah komunitas, dalam memberikan kesempatan kepada setiap anggotanya untuk tumbuh secara utuh dan dalam kapasitasnya untuk menangani
problema etika yang timbul dari perubahan teknologi maupun perubahan sosial lainnya. Lagipula mereka harus belajar untuk mengambil bagian dari komunitas
dunia yang kompleks, dimana untuk terwujudnya perdamamian dunia dan kebutuhan akan keadilan membutuhkan suatu hubungan kerjasama yang kuat.
Meskipun demikian, apakah bertugas untuk bertahan atau tumbuh kembang, setiap masyarakat, mau tidak mau bergantung terhadap keberhasilan dalam
membentuk kualitas karakter masyarakat negara tersebut. Hal tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan terhadap penyimpangan
perilaku siswa yang akan terbawa pada kehidupan mereka di masa mendatang,
4
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
sehingga perlu dipikirkan bagaimana pemecahan masalah yang tepat untuk
memperbaikinya. Kepala Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Diah Harianti Suara Pembaharuan, 20 November 2006 mengatakan bahwa maraknya
kekerasan di jalanan, keluarga, dan sekolah, perilaku korupsi, perusakan lingkungan, etika yang menipis, kurangnya tanggung jawab dan tenggang rasa,
memunculkan gugatan tentang hal-hal apa saja yang diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada saat yang bersamaan, Sumantri dan Sauri 2007:38
mengemukakan bahwa moral dan etika bukan lagi menjadi menu bergizi bagi siswa sekolah juga guru, tetapi telah menjadi komoditas eceran.
Sumantri dan Sauri 2007:40 memaparkan lebih lanjut mengenai pertanyaan yang menjadi permasalahan karakter bangsa, yaitu mengapa para
pejabat negara dan politisi semakin gandrung melakukan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme KKN? Mengapa aparat penegak hukum cenderung melanggar
peraturan-peraturan hukum yang mereka buat sendiri? Mengapa para elite politik suka cakar-mencakar dan berusaha menjatuhkan lawan-lawan politiknya?
Mengapa kaum intelektual cenderung melanggar etika profesinya dan visi-misi luhurnya? Mengapa sesama anak-anak bangsa senang menabur benih-benih
kebencian, permusuhan, dengki, dan dendam? Mengapa para siswa-siswi sering terlibat dalam aksi-aksi kekerasan, pornografi, seks bebas, narkoba, dan aneka
macam penyakit sosial lainnya? Mengapa antar anggota keluarga sering terjadi percekcokan, perkelahian, bahkan berakhir pada pembunuhan? Mengapa hidup
selalu diwarnai
tragedi-tragedi kemanusiaan
yang memilukan,
dan seterusnya.Salah satu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas adalah karena
5
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
kita gagal menumbuhkembangkan pendidikan karakter, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sekolah tidak dapat menghindar dari
misinya sebagai lembaga pendidikan dan pengembang nilai. Bahkan Dewey 1934:85 mengungkapkan bahwa sekolah sebagai pusat pendidikan dimana
karakter moral anak harus dikembangkan dalam alam, sementara lingkungan sekolah harus menjadi lingkungan yang mengembangkan moral anak, karena
spirit
inilah lembaga pendidikan dikembangkan. Senada dengan pendapat di atas, Spencer dalam Purpel 1987:3
mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan objek pembentuk karakter, oleh karena itu antara nilai dengan sekolah merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan nilai pada jalur pendidikan formal. Namun
demikian, terdapat perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar
menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti halnya pendekatan perkembangan
moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni
melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik. Permasalahan yang muncul kemudian adalah, apakah lembaga pendidikan
mampu melakukan fungsi yang demikian berat untuk membentuk karakter manusia Indonesia di tengah minimnya keteladanan dari para pemimpin dan
unsur-unusr lain di negara ini? Kusni 2011:11 mengungkapkan bahwa ketika
6
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
nantinya lembaga-lembaga pendidikan telah bekerja dengan keras membentuk karakter anak bangsa yang jujur dan bertanggunjawab, apakah yang akan terjadi
saat mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat yang tidak menghargai sikap jujur dan bertanggung jawab tersebut? Pendidikan karakter akan menjadi sangat
berguna, apabila masyarakat negeri ini memang memberikan tempat terhormat bagi manusia yang berkarakter baik. Pendidikan karakter hanyalah akan menjadi
kesia-siaan belaka apabila para pemimpin tidak dapat memberi keteladanan yang baik kepada masyarakat.
Pendidikan karakter lebih efektif ditularkan kepada siswa dengan keteladanan, karena dengan demikian siswa melakukan sesuatu disebabkan oleh
kesadarannya sendiri. Fadhil 1993:135 mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan dalam kehidupan manusia
sehari-hari adalah uswatun hasanah atau suri tauladan. Pada dasarnya karakter dapat diubah, dibentuk, dan dikembangkan seperti halnya keterampilan.
Pembangunan dan pembentukan karakter harus ditularkan kepada siswa dengan keteladanan yang merupakan perilaku paling riil di masyarakat. Tidak dapat
disangkal bahwa keteladanan memiliki peran yang sangat signifikan dalam usaha pencapaian keberhasilan pendidikan, hal tersebut disebabkan karena secara
psikologis anak didik lebih banyak mencontoh perilaku atau sosok figur yang diidolakannya termasuk gurunya, karena itu seorang pendidik hendaknya
menyadari bahwa perilaku yang baik adalah tolak ukur yang menjadi keberhasilan bagi anak didiknya. Karena itu, menjadi suatu hal yang realistik untuk
7
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
mengembangkan karakter generasi muda, terutama dengan nilai-nilai yang juga digunakan oleh tokoh-tokoh sejarah.
Dengan demikian, sungguh tepat pendapat Wineburg 2007:6 yang menilai bahwa sejarah perlu diajarkan di sekolah karena memiliki potensi untuk
menjadikan manusia berkeperikemanusiaan, hal yang tidak dilakukan oleh semua kurikulum pembelajaran lainnya di sekolah. Lebih jauh Wineburg menjelaskan
bahwa jika dimanfaatkan dengan baik antara penyelarasan kebutuhan kekinian dan mengabaikan yang tidak sesuai lagi dengan sejarah, maka akan menjadi
sangat berguna. Dengan menggunakan strategi yang tepat dalam memahami nilai- nilai sejarah, pembelajaran sejarah dapat mempertinggi sikap kritis dan daya
kreatif bangsa terutama untuk menjawab berbagai tantangan bangsa pada masa kini dan nanti. Pengajaran sejarah yang normatif seperti ini dalam beberapa hal
diakui oleh para ahli telah berperan dalam pewarisan nilai-nilai luhur bangsa untuk memperkuat tujuan pendidikan.
Mempelajari sejarah bukannya sekedar untuk memahami masa lampau itu sendiri, tetapi bermakna dalam pencarian pelajaran dan antisipasi masa kini dan
mendatang. Hal ini sesuai pula dengan ungkapan Seeley dalam Wiriaatmadja 2003:93 yang mempertautkan masa lampau dengan sekarang dalam pemeonya
;”We study history, so that we may be wise before the event”. Dalam menghadapi kehidupan saat ini, peserta didik tidak hanya membutuhkan keterampilan
intelektual, namun ia juga membutuhkan ketegaran, keuletan, kesetiaan, kemampuan berinteraksi sosial, dan kemanusiaan sehingga pendidikan sejarah di
8
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
sekolah tidak hanya kental dengan pengembangan kegiatan berpikir ranah kognitif dengan mengabaikan domain afektifnya dan pendidikan nilai.
Sangat kuat anggapan di kalangan siswa bahwa belajar sejarah tidak lain dari belajar menghafal fakta-fakta, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan tokoh-
tokoh sejarah. Banks 1985: 226-227 mengemukakan bahwa pandangan yang demikian menyebabkan munculnya sikap yang memperlihatkan rasa bosan, tidak
tertarik pada bidang sejarah, dan merasa belajar sejarah sebagai beban yang tidak ada gunanya. Jika studi sejarah terbatas pada pengatahuan fakta-fakta, maka akan
menjadi steril dan mematikan minat terhadap sejarah. Secara tegas Soedjatmoko 1976:15 menyatakan bahwa cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan
fakta sejarah harus dibuang jauh-jauh. Pandangan ini sangat penting diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi apa yang
dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad 1978:9, siswa tidak berhasil tiba pada taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis, tetapi pengetahuan
sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan nama- nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh berhenti pada tingkat
fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis. Pendidikan sejarah sesuai dengan kedudukan kurikulum yang memberikan
penguatan dalam mengembangkan materi nilai dan moral untuk mencapai tujuan dalam ranah karakter yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Lebih lanjut, Hasan 2011 mengungkapkan: Dalam realita kelas, sangat sedikit bahkan dapat dikatakan tidak ada,
pemikiran dan pengembangan pendidikan sejarah yang mengarah kepada pemanfaatan pelajaran dari pendidikan sejarah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini terjadi, salah satunya, sebagai akibat dari kebijakan pendidikan yang
9
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
memberikan perhatian dan kepedulian yang secara berlebihan pada pengembangan materi yang bersifat faktual dan mengabaikan materi yang
bersifat nilai dan moral. Sayangnya, materi yang bersifat faktual mempunyai keterbatasan untuk digunakan dalam membangun karakter peserta didik.
Dalam keadaan demikian maka materi pendidikan sejarah akan sulit menjadi sumber bagi inspirasi dan aspirasi kehidupan masa kini dan masa depan
Hasan, 2011b. Konsentrasi yang berlebihan pada pengajaran fakta sejarah telah menyebabkan pendidikan sejarah kehilangan kekuatan menjadi “
bank of examples for solving present problems and for chartering the future
”.
Dalam pembelajaran sejarah, proses pemaknaan merupakan salah satu hal yang penting. Hal itu disebabkan karena tujuan pembelajaran sejarah sesungguhnya
tidak hanya menuntut siswa untuk mengingat informasi faktual saja tetapi membutuhkan pemaknaan yang mendalam. Kartodirdjo 1992:252 dalam
Nadjamuddin 2006:65 mengemukakan bahwa maksud pembelajaran sejarah adalah agar generasi muda dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari
pengalaman nenek moyangnya. Tujuan-tujuan pembelajaran sejarah yang diungkapkan di atas akan tercapai jika dikembangkan apa yang telah didefinisikan
sebagai pembelajaran sejarah yang bermakna. Secara jelas Supriatna 2007:13 menggambarkan bahwa:
Pembelajaran sejarah akan
meaningfull
apabila guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan para siswa berperan aktif dalam
menggunakan berbagai sumber belajar sejarah, konstruktif dalam menarik hubungan antara peristiwa masa lalu dengan masalah-masalah kontemporer;
bersifat intensional dengan menggunakan pengalaman belajar masa lalu untuk memahami pengetahuan atau pengalaman yang baru, aktif dalam
mengembangkan pemahaman dan menganalisis masalah sosial kontemporer secara
cooperative
atau
collaborative;
serta mampu memaknai semua peristiwa sejarah yang ditariknya menjadi sesuatu yang
authentic
karena dapat dihubungkan dengan masalah sosial sehari-hari.
10
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
Hertz 2007 menyatakan bahwa dalam buku teks, tokoh historis sering nampak sangat luar biasa dan gagah berani atau justru terlihat tidak memiliki
peran sama sekali sehingga para siswa tidak melihat “sosok” manusia yang
memiliki karakteristik normal. Para siswa tidak dapat memahami bahwa tokoh sejarah tersebut mempunyai cara pandang terhadap dunia yang sesuai dengan
zamannya. Kemudian, para siswa tidak dapat menyerap gagasan dari tokoh historis sebagai orang-orang riil, sehingga sejarah menjadi lebih berbeda
dibanding kenyataan. Hasan 2011 mengemukakan bahwa ada faktor emosi yang
dapat dikembangkan pada diri peserta didik untuk menjadi orang yang lebih peduli akan penderitaan manusia. Dari apa yang diceritakan tentang suatu
peristiwa sejarah peserta didik dapat membandingkannya dengan penderitaan masyarakat di sekitarnya dan mengembangkan rasa peduli sosial yang tinggi.
Ketika siswa belajar tentang tokoh sejarah, pembahasan di kelas tentang bagaimana perasaan si tokoh, ketakutan, kesedihan, atau cita-cita apa yang
mendorongnya untuk bertindak, memberi sudut pandang emosional yang dapat dirasakan siswa tanpa harus menarik perhatian terhadap dirinya sendiri. Selain itu
guru dapat menggunakan cerita untuk membantu anak-anak mengenali beragam karakter dan mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari para tokoh sejarah. Cerita
juga dapat mendukung kecakapan analitis remaja dan memperhalus transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Siswa akan merasa dibolehkan kembali
mengenang masa lalu sambil membuat keterkaitan dengan tokoh-tokoh cerita dengan cara yang lebih dewasa.
11
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
Dalam kaitannya dengan apa yang dipaparkan di atas, peserta didik dari SMA Negeri 8 Bandung yang termasuk salah satu sekolah yang berada pada
klaster satu dan menempati posisi ranking 3 tiga di kota Bandung, masih memiliki perilaku ataupun karakter yang harus diperbaiki. Masih ada dari mereka
yang menyontek dalam ujian, kurang disiplin, kurang gemar membaca, memiliki perilaku konsumtif, juga masih ada peserta didik yang bersikap destruktif,
merusak fasilitas sekolah dengan mencoret-coret dinding, membuang sampah tidak pada tempatnya, dan lainnya. Sugiarto 2009:11-13 mengemukakan 55
lima puluh lima kebiasaan kecil yang lambat laun akan menghancurkan bangsa, antara lain:
Kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan bagaimana mareka memperlakukan diri sendiri: 1 meremehkan waktu; 2 bangun kesiangan,
3 terlambat masuk kantor, 4 tidak disiplin, 5 suka menunda, 6 melanggar janji, 7 menyontek, 8 ngarasani, 9 kebiasaan meminta, 10
melayani stres, 11 menganggap berat setiap masalah, 12 pesimis terhadap diri sendiri, 13 terbiasa mengeluh, 14 merasa hebat, 15
merendahkan oranglain, 16 tidak sarapan, 17 tidak terbiasa antre, 18 banyak tidur, 19 banyak nonton TV, 20 terlena dengan kenyamanan dan
takut berubah; Kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan bagaimana mareka memperlakukan lingkungan: 21 merokok di sembarang tempat,
22 membuang sampah di sembarang tempat, 23 corat-coret
vandalisme
, 24 kendaraan kita mengotori udara, 25 jalan bertabur iklan, 26
konsumsi plastik berlebihan, 27 tidak terbiasa mengindahkan aturan pakai, 28 abai dengan pohon, 29 menganggap remeh daur ulang; Kebiasaan-
kebiasaan yang merugikan ekonomi: 30 konsumtif, 31 pamer, 32 silau dengan kepemilikan oranglain, 33 boros listrik, 34 kecanduan
game
, 35 tidak menyusun rencana-rencana kehidupan, 36 tidak terbiasa berpikir kreatif, 37
shopaholoc
, 38 mengabaikan peluang; Kebiasaan- kebiasaan dalam bersosial; 39 tidak mau membaca, 40
jarang mendengar pendapat oranglain, 41 nepotisme, 42 suap-menyuap, 43 politik balik modal, 44 canggung dengan perbedaan, 45 beragama
secara sempit, 46 lupa sejarah, 47 demo pesananbayaran, 48 tawuran, 49 tidak belajar dari pengalaman, 50 birokratif, 51 meniru, 52
12
Eha Julaeha, 2012 Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan
Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
provokatif dan mudah terprovokasi, 53 tidak berani berkata “tidak”, 54 berambisi menguasai, 55 mengesampingkan tradisi adat.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Yuke Indriati, salah seorang
team
pengembang dari pusat kurikulum bahwa implementasi pendikakan karakter di SMA Negeri 8 Bandung masih belum ada perubahan, baik dari substansi materi
ajar maupun pada perubahan perilaku yang berkarakter positif. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa sebagai sekolah
piloting
, penerapan Pendidikan Karakter Bangsa di SMA Negeri 8 perlu dilakukan perbaikan yang
signifikan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan melalui eksperimen, yaitu dalam bentuk pemberian
treatment
dalam pembelajaran menggunakan strategi peneladanan pahlawan guna membentuk karakter budaya dalam diri
siswa.
B. Rumusan Masalah