Pengaruh Audit Internal dan Pencegahan Fraud Terhadap Risiko Fraud (Survey Pada PT. BRI di Wilayah Bandung)
EFFECT OF INTERNAL AUDIT AND PREVENTION FRAUD
ON
FRAUD RISK
(Surveys of the PT. BRI on Bandung Area)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Strata 1 Program Studi Akuntansi
SKRIPSI
Oleh :
RAHMAN TONI AKBAR 21109724
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
(3)
(4)
140 Nama : Rahman Toni Akbar
Nim : 21109724
Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 05 November 1990 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kiaracondong Sukasari No.53 Blok127/A Bandung E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
Tahun Pendidikan
1995-2001 SDN II Kiaracondong Bandung
2001-2004 SMP Negeri 20 Bandung
2006-2009 SMA Pasundan 1 Bandung
2009-Sekarang Universitas Komputer Indonesia
Pendidikan Non Formal
No Nama Penddikan Status
1 Pelatihan Brevet Bersertifikat
(5)
141
RAHMAN TONI AKBAR
Jl. Sukasari No.53 Kiaracondong RT.05 RW.13 Kecamatan Kebonjayanti, Bandung 085721182614. [email protected]
EDUCATION
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA, Bandung, Indonesia Agustus, 2014
Sarjana Economic. Concentration : Financial Accounting
TAX BREVET University Alliance Program at UNIKOM Career Resource Center
Completed the TAX BREVET
November, 2011
SMAN Pasundan 1, Bandung, Indonesia Juli, 2009
SMPN 20, Bandung, Indonesia May, 2004
SDN 2 Kiaracondong ,Bandung, Indonesia April, 2001
ADDITIONAL INFORMATION Proficient in the following skills :
- Microsoft Office, Microsoft Excel, Myob, Accurate and E-Commerence.
(6)
vii
SURAT PERNYATAAN ……… ii
KATA PENGANTAR………. iii
ABSTRAK ……….. v
ABSTRACT ………. vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.4.1 Maksud Penelitian ………..…….. 8
1.4.2 Tujuan Penelitian ……….………. 8
1.5 Kegunaan Penelitian ………..……….. 9
1.5.1 Kegunaan Praktis ……….. 9
1.5.2 Kegunaan Akademis ………. 10
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 10
(7)
viii
2.1.1 Audit Internal ………... 11
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal ……...………. 11
2.1.1.2 Definisi Audit internal ………...………. 13
2.1.1.3 Tujuan Audit Internal ………. 14
2.1.1.4 Indikator Audit Internal ……….. 14
2.1.2 Pencegahan fraud ……...………. 15
2.1.2.1 Pengertian Pencegahan fraud ………..……..………….. 15
2.1.2.2 Tujuan Pencegahan fraud ……… 17
2.1.2.3 Indikator Pencegahan fraud ………. 18
2.1.3 Risiko Fraud ……… 19
2.1.3.1 Pengertian Risiko Fraud ….……… 19
2.1.3.2 Faktor-faktor Terjadinya Risiko Fraud ………..………. 21
2.1.3.3 Definisis Risiko Fraud ……… 22
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ……… 23
2.2 Kerangka Pemikiran ………...……… 26
2.2.1 Hubungan Pengaruh Audit Internal Terhadap Risiko fraud ……… 26
2.2.2 Hubungan Pencegahan fraud Terhadap Risiko Fraud ……….. 27
(8)
ix
3.2 Metode Penelitian ………. 30
3.2.1 Desain Penelitian …………...………. 32
3.3 Operasionalisasi Variabel ………...……….. 34
3.4 Sumber Data ………...……….. 35
3.5 Alat Ukur Penelitian ……..……… 36
3.5.1 Uji Validitas ……….... 36
3.5.2 Uji Realibilitas ……… 38
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ……… 40
3.7 Metode Pengumpulan Data ………... 41
3.7.1 Uji MSI (Methode of Successive Interval) ……….. 42
3.8 Metode Pengujian Data ………. 43
3.8.1 Rancangan Analisis ………. 43
3.8.2 Pengujian Hipotesis ………. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………. 61
4.1.1 Gambaran Umum PT. BRI……….. 61
4.1.1.1 Struktur organisasi PT. BRI ………. 63
4.1.1.2 Uraian Tugas PT. BRI ……….. 64
4.1.1.3 Karakteristik responden ………. 73
(9)
x
4.1.3 Analisis Deskriptif ……… 78
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Audit internal……… 79
4.1.3.2 Analisis Deskriptif Penceghan fraud……… 86
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Risiko fraud ……….. 92
4.1.4 Analisis Verifikatif ……… 98
4.1.4.1 Pengaruh Audit Internal terhadap Risiko Fruad ………. 104
4.1.4.2 Pengaruh Pencegahan Fraud terhadap Risiko Fraud ……….. 106
4.1.4.3 Pengaruh Audit Internal dan Pencegahan Fraud terhadap Risiko Fraud ………. 108
4.2 Pembahasan Penelitian ……… 111
4.2.1 Pengaruh Audit Internal terhadap Risiko fraud ………. 111
4.2.2 Pengaruh Pencegahan Fraud terhadap Risiko Fraud …….... 112
4.2.3 Pengaruh Audit Internal dan Pencegahan Fraud terhadap Risiko Fraud………. 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 115
(10)
(11)
117
Albrecht, w. steve. dan conan c. Albrecht, chad o. Albrecht, Mark F.Zimbelman.(2009). Fraud Examination. Edisi 3.. Mason ohio:
South-Western Cengage Learning.
Albrecht, W. S. 2003. Fraud Examination. South western: Thomson.
AL Haryono Yusuf (2001), Auditing, Buku Dua, Yogyakarta: STIE YKPN
Amrizal. (2004).Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor.Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi.
Anoraga, Pandji., 2004, Manajemen Bisnis, Edisi ke 3, Rineka Cipta, Jakarta
Arens, A.A., Randal J. Elder., dan Mark S. Beasly (2008). Auditing dan Jasa Assurance – Pendekatan Integrasi. Edisi Ke-12. Penerbit Erlangga. Jakarta. Arrens, Alvin A., And Loebbecke., James K., 2000, Auditing And Integrated
Approach, Eight Edition, Eglewood Clif, New Jersey. Prentice Hall Inc. Asiah, Nur. 2012. Pengaruh Penerapan Whistleblowing System terhadap
Pencegahan Fraud.
Darmawi, Herman, 1990, Manajemen Risiko, Rajawali Pers, Jakarta.
Djarwanto, 1996, Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian, edisi pertama, Liberti, Yogyakarta.
Hery. 2010. Cetakan Kesatu. Potret Profesi Audit Internal. Bandung : Alfabeta. Hiro Tugiman. 1997. Standar Profesional Audit Internal. Cetakan Ke-5. Yogyakarta.
Kanisius.
(12)
118
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pope, Jeremy, 2003, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integ·ritas Nasional, Edisi II, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Sawyer, B., Lawrence; Mortimer A. Dittenhofer, and james H. Scheiner 2003,
Sawyer’s Internal Auditing : The Practice of modern Internal Auditing, Edisi 5, , The Institute of internal Auditors, 247 maitland Avenue,Altamonte Springs, Florida, U.S.A
Sawyer, Lawrence B. dan Mortimer A. Dittenhofer, dan James H. Schemer. Audit Internal Sawyer. Jakarta: Salemba Empat. 2005.
Sawyer, B Lawrence.et al. 2005. Internal Auditing. The IIA: Salemba Empat.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2009 . Auditing Konsep dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik : Graha Ilmu. Yogyakarta.
Singleton & Singleton. 2010. Fraud Auditing and Forensic Accounting.Fourth Edition Wiley Corporate F&A
Singleton, T. (2002). “Stop fraud cold with powerful internal controls”. The Journal of Corporate Accounting & Finance, (13) 4, 29-39.
Sugiyono (2009). Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Tri Ciptaningsih (2012). Memahami Lebih Lanjut Penerapan Strategi Aanti Fraud Bagi Bank Umum Di Indonesia. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Nopember 2012, Hal: 159 - 174 Vol. 1, No. 2. ISSN: 1979-4878. Tunggal, Amin Widjaja. Ikhtisar Teori Dan Tanya-Jawab Audit Internal.
(13)
119
Tuanakotta, Theodorus M. Akuntansi forensik dan audit investigative seridepartemen akuntansi fakultas ekonomi universitas indonesia. Jakarta:lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia. 2010.
Tunggal, Amin Widjaja. 2012. The fraud Audit Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan Akuntansi. Jakarta: Harvarindo.
Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi, Narimawati., Sri, D. A., & Linna, I. (2010). Penulisan karya Ilmiah: Panduan awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis
Ussahawanitchakit, Phapruke Lim-U-Sanno, Kulwadee. (2008). “Relationship quality, professionalism, and audit quality: an empirical study of auditors in Thailand”. International Journal of Business Researce, Source Volume: 8 Source Issue: 4
Kumaat, Valery G., (2011), Internal Audit, Erlangga, Jakarta.
Widjaja tunggal, Amin. 1999 Pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Jakarta :Rineka Cipta.
Zabihollah Rezaee, Richard Riley. Financial Statement Fraud: Preventionand Detection, 2nd Edition. ISBN: 978-0-470-45570-8332 pages (September 2009).
Zulkifli Zaini, http://fraud-examination-universitas.blogspot.com/2011/10/kecurangan-internal perbankan-indonesia.html.
(14)
iii
rahmat, karunia serta bimbingan-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh audit internal dan Pencegahan fraud Terhadap Risiko fraud (Survey Pada PT. BRI di Wilayah Bandung)”. Skripsi ini disajikan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan uraian-uraian yang jelas dengan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada diri peneliti agar dapat dimengerti oleh pembaca. Peneliti menyadari betul bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti akan selalu menerima dengan tangan terbuka dan hati yang lapang untuk segala masukan yang ditujukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik merupakan moril maupun materil yang tidak terhingga nilainya terutama kepada dosen pembimbing yaitu Dr. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si.,Ak. Maka dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun
(15)
iv
tidak langsung yang telah memberikan bantuannya kepada peneliti, yaitu sebagai berikut:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto.,M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini. SE., Spec. Lic. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Dr. Surtikanti, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan/I Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga tersayang yang selalu tanpa pamrih mendoakan agar senantiasa maju serta yang selalu memberikan semangat selama peneliti menyusun penelitian ini.
6. Teman-teman seperjuangan yang selalu ada dihati.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan Ridho dari Tuhan YME, Amin.
Bandung, Agustus 2014 Peneliti
Rahman Toni Akbar NIM : 21109724
(16)
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
BUMN bersih, begitulah program yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN sejak pertengahan tahun lalu, program ini tercetus karena masih bayak kasus korupsi atau fraud yang melibatkan BUMN sehingga tidak jarang para pengelola BUMN baik direksi, maupun komisaris harus berurusan dengan penegak hukum atau bahkan hingga dihukum, tentunya ini akan merusak citra BUMN sebagai perusahaan negara tidak hanya itu bagi BUMN, kecurangan atau fraud tidak saja berimplikasi pada kerugian perusahaan, tetapi berimplikasi pada delik tindak pidana korupsi, akibatnya BUMN tidak hanya akan merugi secara finansial tetapi, juga menyandang reputasi sebagai korporasi yang tidak mampu melakukan deteksi dini serta tidak mampu mencegah terjadinya fraud, pengalaman membuktikan fraud akan berdampak luas dan sulit untuk dipulihkan (Eko edhi cakoro, 2013).
Perlunya suatu pengendalian internal yang dilakukan oleh auditor internal melalui audit internal di dalam suatu perusahaan baik perusahaan berskala kecil maupun besar, fungsi audit internal harus membantu perusahaan dalam memelihara pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektifitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian secara berkesinambungan, fungsi audit internal memastikan sejauh mana sasaran dan tujuan program serta kegiatan operasi telah
(17)
ditetapkan dan dijalankan dengan sasaran dan tujuan perusahaan (Daniel Sutanto, 2013).
Audit internal (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku, peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain, ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan Sukrisno Agoes (2004:221).
Audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi, aktifitas ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola (The IIA Research Foundation, 2011:2).
Dengan adanya audit internal yang memadai, segala kekurangan atau kesalahan dan tindakan-tindakan lain yang merugikan perusahaan akan dapat ditekan seminimal mungkin, internal audit mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas penerapan pengendalian intern karena melalui fungsi ini maka dapat dijaga agar semua prosedur, metode ataupun cara yang merupakan unsur internal audit dapat terlaksana sebagaimana mestinya (Menurut Kwang Bu, 2006).
(18)
Audit internal berusaha untuk meningkatkan operasi organisasi dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal negatif termasuk pelaporan keuangan yang tidak dapat diandalkan. Audit internal membantu manajemen dalam mendisain serta memelihara kecukupan dan efektifitas struktur pengendalian intern, audit internal juga bertanggungjawab untuk menilai kecukupan dan keefektifan dari masing-masing sistem pengendalian yang memberikan jaminan kualitas dan integritas dari proses pelaporan keuangan, di samping itu perlunya audit internal dalam membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi, audit internal adalah pakar dalam tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern (Dana et all, 2008).
Untuk mencegah terjadinya kecurangan fraud maka perlunya di terapkan penerapan program anti fraud yang berupa pengendalian internal, Pengendalian intern adalah representasi dari keseluruhan kegiatan di dalam organisasi yang harus dilaksanakan, dimana proses yang dijalankan oleh dewan komisaris ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan pengendalian operasional yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 1992 dalam Hiro Tugiman, 2004).
Kecurangan fraud diterjemahkan penyimpangan, demikian pula dengan error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidak beresan perbedaan dari penyimpangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut merupakan tindakan yang
(19)
disengaja atau tidak, fraud atau penyimpangan dilakukan dengan unsur kesengajaan dalam melakukannya. ACFE’s mendefinisikan fraud sebagai tindakan mengambil keuntungan secara sengaja dengan cara menyalahgunakan suatu pekerjaan/jabatan atau mencuri asset/sumberdaya dalam organisasi (Singleton, 2010).
Kecurangan fraud secara umum meliputi bermacam-macam arti dimana dengan kepandaian manusia seseorang dapat merencanakan untuk memperoleh keuntungan melalui gambaran yang salah (Albrecht et all, 2006:7). Kecurangan fraud dilakukan di organisasi, oleh organisasi atau untuk organisasi, tindakan ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal, secara sengaja, dan disembunyikan (Vona, 2008:6).
Tindakan fraud tidak akan terjadi seandainya semua orang jujur maka perusahaan tidak perlu waspada dengan tindakan fraud, akan tetapi banyak orang mengaku telah melakukan tindakan fraud ketika lingkungan tempat mereka bekerja memiliki integritas yang rendah, kontrol yang rendah dan tekanan yang tinggi. Ketiga hal ini akan memicu orang berprilaku tidak jujur. Tindakan fraud dapat dicegah dengan cara menciptakan budaya kejujuran, sikap keterbukaan dan meminimalisasi kesempatan untuk melakukan tindakan fraud (Albergh, 2010: 86). Contoh Kasus di Indonesia Bank Indonesia (BI) menilai internal audit perbankan di Indonesia belum berjalan optimal bahkan kalangan perbankan kerap mengabaikannya dengan menempatkan seseorang yang kurang berkompeten, peneliti Senior Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Agusman mengatakan, perbankan harusnya memiliki kesadaran risiko finansial maupun
(20)
layanan dalam mengembangkan usahanya, kesadaran tersebut menjadi faktor penting dan memandang internal audit itu sebagai kebutuhan institusi perbankan sehingga kasus-kasus kriminal di industri tersebut bisa berkurang, "Kasus tersebut (kriminal perbankan) memperburuk citra bank, untuk itu, bank harus memperhatikannya," pada pelatihan kebanksentralan BI di Bandung (Agusman, 2013). Agusman mencontohkan, saat ini masih terjadi kesalahan pencatatan transaksi nasabah terutama di kantor-kantor bank di pedalaman, kondisi ini menyebabkan kepercayaan nasabah menjadi hilang sehingga citra bank semakin tercoreng, selain itu pertumbuhan bank akan terganggu, Agusman menuturkan sering melihat bagaimana nasabah menyampaikan berbagai keluhan melalui surat pembaca di media maupun pemberitaan yang menginformasikan pencatatan transaksi yang buruk dari perbankan, hal itu merusak reputasi bank dan akan mengoptimalkan internal audit (Agusman, 2013). Bank sentral, telah melakukan pengetatan aturan yang berkaitan dengan audit internal tersebut, caranya melalui optimalisasi fungsi direktur kepatuhan, sayangnya usaha ini belum disambut secara optimal oleh perbankan sehingga posisinya selalu diisi oleh orang buangan (Agusman, 2013). Disisi lain, otoritas perbankan akan mengedukasi nasabah untuk rajin memantau dana yang disimpan di bank, sebab, fasilitas yang memberi kemudahan transaksi perbankan, sering membuat nasabah kurang memperhatikan pencatatan saldo tabungannya, misalnya bank tetap mencatat transaksi penarikan uang di mesin penarikan tunai, padahal transaksi itu gagal dilakukan (Agusman,2013).
(21)
Masih banyak kejadian-kejadian lain yang menyebabkan citra bank merosot dan nasabah dirugikan, Presiden Direktur Bank NISP Pramukti Surdaudaja mengatakan internal audit terkadang tidak bisa mencegah kejadian negatif pada bank, internal audit hanya memeriksa apa yang sudah terjadi dan melihat sesuatu sudah dilakukan sesuai prosedur yang benar atau tidak untuk pencegahan secara umum, lanjut Pramukti harus ada kerja sama yang baik antara risk, compliance dan audit, selain itu perlu adanya kesadaran terhadap risiko kecurangan maupun pada setiap bagian lainnya (Pramukti Saurdaudaja, 2013). Di NISP, kami sudah mulai menerapkan risk based approach tersebut, disamping itu, audit, compliance dan risk juga dilibatkan hampir pada semua kegiatan bank sehingga bisa mengantisipasi kemungkinan munculnya risiko (Pramukti, 2013).
Sebelum kasus Citibank mencuat, kejahatan yang melibatkan orang dalam di banyak institusi perbankan nasional sebenarnya telah berlangsung lama, sepanjang empat tahun terakhir setidaknya tercatat sembilan bank yang telah menjadi korban pembobolan: Bank Mandiri, BRI, BNI ’46, BII, BPR, Bank Danamon, Bank Victoria, Bank Panin, dan terakhir Citibank (Launa, 2011). Angka kerugian yang diakibatkan kecurangan internal ini cukup fantastis, Bank Mandiri merugi Rp 18,7 miliar (angka itu belum termasuk penggelapan dana PT Taspen di Mandiri senilai Rp 110 miliar), BRI Rp 29 miliar, BNI Rp 4,5 miliar, BII Rp 3,6 miliar, Bank Panin Rp 2,5 miliar, Bank Danamon Rp 3 miliar, Bank Victoria Rp 7 miliar, BPR Rp 7 miliar, dan Citibank sekitar Rp 17 miliar, menurut harian Bisnis Indonesia total kerugian yang harus ditanggung negara akibat aksi kejahatan perbankan ini mencapai Rp 202,3 miliar, data Pusat Pelaporan dan
(22)
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) juga menunjukkan, penipuan adalah modus yang mendominasi kasus-kasus kejahatan di dunia perbankan, dari 119 kasus transaksi keuangan mencurigakan yang dilaporkan ke kepolisian, sebanyak 59 kasus atau 44,5 persen-nya merupakan kasus penipuan di dunia perbankan (Launa, 2011). Data di atas menunjukkan, fenomena kecurangan internal yang menimpa dunia perbankan adalah cermin rapuhnya sistem pengawasan internal perbankan nasional (Launa, 2011).
Berdasarakan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh audit internal dan Pencegahan fraud Terhadap Risiko fraud (Survey Pada PT. BRI di Wilayah Bandung)”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat fenomena yaitu :
1. Masih belum optimalnya audit internal pada perbankan dalam mengurangi tindakan kecurangan.
2. Pentingnya porsedur audit internal yang tepat untuk mencegah kecurangan.
3. Perlu adanya kesadaran audit internal untuk mengantisipasi munculnya risiko fraud.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dilakaukan dapat dirumuskan dengan beberapa pertanyaan yaitu :
(23)
1. Bagaimana pengaruh audit internal terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
2. Bagaimana pengaruh pencegahan fraud terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit internal dan Pencegahan fraud terhadap Risiko fraud pada pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh audit internal terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pencegahan fraud terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap resiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
(24)
1.4 Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki kegunaan bagi pihak-pihak yang erat hubungannya dengan penelitian yang dilakukan maupun objek dari penelitian tersebut, kegunaan tersebut antara lain :
1.4.1 Keguanaan Praktis
Bagi Perusahaan dengan melihat hasil analisis diatas dapat memberikan informasi dan bahan evaluasi mengenai manfaat pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis
Dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap resiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi dalam pengkajian topik-topik yang berkaitan dengan pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap resiko fraud pada PT. BRI di Wilayah Bandung.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Tempat
Mengenai lokasi penelitian yang dipergunakan sebagai tempat penulis mengadakan penelitian untuk mendapatkan data adalah PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Jl. Asia Afrika No. 57-59 Bandung).
(25)
1.5.2 Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai tahap akhir yang digambarkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NO
Prosedur
Bulan & Tahun Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agustus 2014
I TahapPersiapan
1. Membuat Outline dan Proposal Usulan Penelitian 2. Mengambil
Formulir dan Penyusunan UP 3. Menentukan
Tempat Penelitian II TahapPelaksanaan
1. Membuat outline dan Proposal UP 2. Meminta surat
pengantar perusahaan 3 Penelitian di
perusahaan 4 Penyusunan UP
dan bimbingan UP
5 Seminar Sidang UP
6 Revisi UP setelah seminar UP
7 Bimbingan Skripsi 8 Pendaftaran
Sidang Skripsi 9 Sidang Skripsi III Tahap Akhir
1. Revisisetelah sidang skripsi
(26)
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit Internal
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal
Pemeriksaan audit internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang kelengkapan dan keefektivan sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas suatu pelaksanaan tanggung jawab yang di tugaskan.
Pengertian Audit Internal menurut Hiro Tugiman (2006;11) adalah sebagai berikut:
“Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan”.
Pengertian dari auditor internal menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:14) adalah sebagai berikut:
“Pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan”. Terkait Auditing dalam Haryono Yusuf (2001: 11) dikemukan bahwa Auditing adalah :
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian
(27)
antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Pengertian lain mengenai audit internal menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Internal Auditing, adalah sebagai berikut :
“Audit internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas (independen)
didalam suatu organisasi meninjau kegiatan-kegiatan perusahaan guna
memenuhi kebutuhan pimpinan”.
Sedangkan Bambang (1999:20) mengemukakan bahwa internal audit adalah :
“Suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan guna memberikan saran-saran kepada manajemen”.
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan intern adalah :
1. Pemeriksaan dilaksanakan oleh karyawan perusahaan. 2. Pemeriksa berfungsi sebagai staf pembantu manajemen.
3. Pemeriksa menilai dan membahas prosedur dan keuangan serta pembukuan.
4. Pemeriksa haruslah independen terhadap bendahara dan kepala pembukuan tetapi juga harus siap untuk menanggapi kebut dan keinginan semua unsur pimpinan.
5. Pemeriksaan terhadap berbagai aktivitas perusahaan adalah terus menerus.
6. Pemeriksaan terhadap operasi dan pengendalian intern dilaksanakan untuk melakukan perbaikan serta untuk mendorong
(28)
ketaatan pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan (tidak terbatas pada masalah keuangan).
2.1.1.2 Definisi Audit Internal
Aktivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam Perusahaan adalah independen. Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai berikut:
“Audit Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan
Perusahaan”.
Definisi internal audit menurut American Accounting Association dalam Sawyer, et al. (2009: 8) adalah :
“Suatu proses yang sistematis secara objektif untuk memperoleh dan mengevaluasi asersi tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis. Penilaian tersebut dilakukan untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi dengan kinerja yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pihak yang berkepentingan”.
Dari definisi diatas sudah jelas bahwa Audit Internal merupakan jaminan, independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance.
Sedangkan Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:
“Internal audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
(29)
operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif semua”.
2.1.1.3 Tujuan Audit Internal
Menurut (Tugiman, 1997:99) Tujuan internal audit adalah :
“Membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang sedang diperiksa”.
Menurut Tunggal (2000:2), tujuan internal audit adalah :
“Untuk membantu anggota organisasi dalam pelaksanaan yang efektif dari
tanggung jawab mereka”.
Sedangkan menurut Menurut Hery (2010:39) tujuan dari Audit Internal adalah :
“Audit Internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenap
anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa”.
2.1.1.4 Indikator Audit Internal
Menurut Hery (2010:73) standar profesional Audit Internal terbagi atas empat macam diantaranya yaitu :
1. Independensi.
2. Kemampuan Professional. 3. Ruang Lingkup Pekerjaan. 4. Pelaksanaan Pekerjaan Audit.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Independensi
Independensi auditor internal dapat dicapai jika direktur departemen audit internal bertanggung jawab kepada seseorang dalam organisasi yang memiliki
(30)
kewenangan memadai untuk memastikan cakupan audit yang luas serta pertimbangan yang cukup.
2. Kemampuan Profesional
Standar praktek mengakui perlunya keahlian, kompetensi, dan kemahiran dalam melaksanakan audit internal, selain itu auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan disiplin untuk melaksankan tanggung jawab audit.
3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan internal auditor harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektifitas system pengendalian intern serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikannya.
4. Pelaksanaan Pekerjaan Audit
Pelaksanaan pekerjaan audit menetapkan sasaran pelaksanaan, dalam standar ini berkaitan dengan tindak lanjut yang mengharuskan auditor internal untuk terlibat dalam menilai tindakan yang diambil berdasarkan temuan audit yang dilaporkan dan setiap rekomendasi yang diberikan.
2.1.2 Pencegahan fraud
2.1.2.1 Pengertian Pencegahan fraud
Menurut Sawyer’s (2004; 556) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar menjelaskan bahwa :
“Fraud (kecurangan) adalah suatu tindakan pelanggaran hukum yang dicirikan dengan penipuan, menyembunyikan, atau melanggar
(31)
Sedangkan menurut Menurut Joseph T.Wells (2005; 8), menjelaskan pengertian tentang fraud,yaitu :
“Dalam penegertian luas, fraud dapat meliputi segala macam bentuk kriminal dengan menggunakan tipu muslihat sebagai dasar modus
operansinya”.
Menurut Zabihollah Rezaee, Richard Riley (2005: 7) mengenai Pencegahan fraud adalah:
“Aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu ; keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum &
peraturan yang berlaku”.
Menurut (Tri Ciptaningsih, 2012) :
“Strategi anti fraud adalah strategi Bank dalam mengendalikan fraud yang dirancang dengan mengacu pada proses terjadinya fraud dengan memperhatikan karakteristik dan jangkauan dari potensi fraud yang tersusun secara komprehensif-integralistik dan diimplementasikan dalam bentuk system pengendalian fraud. Penerapan strategi anti fraud merupakan bagian dari penerapan Manajemen Risiko, khususnya yang terkait dengan aspek sistem pengendalian intern”.
Dalam rangka mencegah terjadinya kasus-kasus penyimpangan operasional pada perbankan, khususnya fraud yang dapat merugikan nasabah atau Bank maka diperlukan peningkatan efektifitas pengendalian intern, sebagai upaya meminimalkan risiko Fraud dengan cara menerapkan strategi anti fraud. (Tri Ciptaningsih, 2012).
Pendektesian tindakan fraud, dapat dilakukan dengan cara pengamatan (surveillance), anonymous tips, Audit mendadak, melakukan tuntutan hukum,
(32)
penegakan etika dan kebijakan atas tindakan fraud. Hal lainnya yang dapat mengurangi tindakan fraud adalah memberikan penghargaan kepada pegawai yang telah berkontribusi dalam mendeteksi perilaku kecurangan serta menegakan budaya anti fraud (Singleton, 2010).
2.1.2.2 Tujuan Pencegahan fraud
Fraud diterjemahkan penyimpangan, demikian pula dengan error dan irregularities masing- masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan. Perbedaan dari penyimpangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut merupakan tindakan yang disengaja atau tidak. Fraud atau penyimpangan dilakukan dengan unsur
kesengajaan dalam melakukannya. ACFE’s mendefinisikan fraud sebagai tindakan mengambil keuntungan secara sengaja dengan cara menyalahgunakan suatu pekerjaan/jabatan atau mencuri asset/sumberdaya dalam organisasi (Singleton, 2010).
Upaya untuk mengurangi tindakan fraud dibagi kedalam 3 (tiga) fase. Pada fase pertama yaitu fase pencegahan tindakan fraud. Cara yang paling efektif adalah melalui perubahan perilaku dan budaya organisasi yang memberikan perhatian lebih atas tindakan kecurangan. Upaya yang dilakukan adalah melalui struktur corporate governance, tone at the top, penentuan tujuan yang realistis dan kebijakan serta prosedur yang dapat mencegah tindakan penyimpangan (Singleton, 2010).
(33)
2.1.2.3 Indikator Pencegahan fraud
Menurut Tuanakotta (2007:162) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan : "Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan pengendalian internal. Pengendalian internal yang aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal yang paling banyak diterapkan. Ia seperti pagarpagar yang menghalangi pencuri masuk ke halaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali untuk melakukannya".
Selanjutnya pencegahan fraud itu sendiri dapat dilaukan dengan adanya kesadaran dari setiap individu - individu, terutama harus diadakannya sistem pengoprasian yang sangat memadai untuk mengurangi tingkat kecurangan dalam suatu perusahaan, bagi pihak auditor internal itu sendiri haris memiliki skill (keahlian) dalam mendeteksi adanya indikasi tindak kecurangan dalam perusahaan, kecurangan tersebut dapat memiliki beragam bentuk kecurangan seperti kecurangan berupa pencurian asset dan memanipulasi laporan keuangan. Kecurangan ini banyak halnya di temukan dalam suatu perusahaan dan hal yang menjadikan tindak kecurangan tersebut ialah faktor dorongan dari diri seseorang baik secara genetik (umum) maupun individual. Ada beberapa penerapan agar tindak kecurangan (fraud) dapat diminimalkan dengan penerapan antara lain : 1. Risk Analysis
Desain kebijakan anti korupsi harus diawali dengan melakukan analisa apa saja pola korupsi yang mungkin terjadi. Kemudian ditindaklanjuti dengan desain progam anti korupsi yang sejalan dengan analisa tersebut.
2. Implementasi
Melakukan sosialisasi kebijakan anti korupsi, pelatihan anti korupsi, dan evaluasi proses bisnis untuk menghindari korupsi.
(34)
3. Sanksi
Harus ada sosialisasi kepada seluruh karyawan mengenai sanksi atas korupsi. Sanksi itu dapat berupa pengurangan kompensasi, tidak naik jabatan, atau bahkan pemecatan dan/atau proses hukum.
4. Monitoring
Melakukan evaluasi program anti korupsi secara berkala dan mengambil langkah perbaikan secara terus menerus.
Sedangkan menurut Zabihollah Rezaee dan Richard Riley (2005:7) menjelaskan ada tiga unsur yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan bila ingin mencegah terjadinya tindakan fraud, yaitu:
“1. Menciptakan dan mengembalikan budaya yang menghargai kejujuran dan nilai-nilai etika yang tinggi.
2. Penerapan dan evaluasi Proses Pengendalian anti kecurangan. 3. Pengembangan Proses Pengawasan (Oversight Process)”. 2.1.3 Risiko Fraud
2.1.3.1 Pengertian Risiko Fraud
Risiko adalah sebuah aktifitas yang dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan atau penurunan kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. Pendapat lainnya, penilaian risiko adalah mengkuantitatifkan atau menggolongkan tingkatan risiko agar mudah dikelola dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai prinsip Cost and Benefit. Penentuan resiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor (Muhammad Badrus, 2013).
(35)
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah :
“Unsur dari risiko murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan dari kedua macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah merupakan dampak dari suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih karena dalam menjaga agar tidak terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan”.
Pengertian risiko menurut Anoraga (2004:327) :
”1. Risiko adalah kemungkinan kerugian peluang, kerugian biasanya digunakan untuk menunjukkan keadaan yang memiliki suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risiko adalah ketidak pastian, yaitu adanya risiko karena adanya kepastian. 3. Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapakan, yaitu penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan ketidak pastian secara statistik. 4. Risiko adalah probabilitas sesuai hasil berbada dari hasil yang diharapkan yaitu bahwa risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi beberapa hasil, yang berbada dari yang diharapkan”.
Sedangkan menurut Darmawi (1990: V) :
“Risiko dapat dikatakan merupakan akibat (atau penyimpangan realisasi sari rencana) yang mungkin terjadi secara tak terduga. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih baik”.
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:11) fraud adalah sebagai berikut :
“Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran. Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain”. Risiko fraud adalah suatu kejadian dimana terdapat masalah atau hal-hal yang tidak di inginkan dikarenakan adanya tindakan kecurangan di dalam suatu organisasi baik di dalam perusahaan maupun yang lainya, kondisi tersebut sangat memungkinkan apabila ada pihak-pihak yang terkait baik dari individu maupun
(36)
umum. Risiko kecurangan tersebut dapat terjadi karena adanya faktor-faktor pendorong yang menimbulkan tindak kecurangan itu terjadi.
2.1.3.2 Faktor-faktor Terjadinya Risiko Fraud
Valery G Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong terjadinya risiko fraud adalah sebagai berikut :
1. Desain pengendalian internal 2. Praktek audit internal
3. Pemantauan dan pengandalian 4. Evaluasi
1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga meninggalkan
“celah” risiko.
2. Praktek yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common business sense) yang berlaku.
3. Pemantauan / pengendalian yang tidak konsisten terhadap implementasi business process.
4. Evaluasi yang tidak berjalan terhadap business process yang berlaku. Simanjuntak (2008:4) dalam Nur Asiah (2012) menyatakan terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu :
1. Greed (keserakahan). 2. Opportunity (kesempatan). 3. Need (kebutuhan).
4. Exposure (pengungkapan).
1. Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal bersifat sangat personal dan diluar kendali Perusahaan sehingga sulit sekali dapat dihilangkan oleh ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya alasan kebutuhan ditambah dengan motivasi yang mendorongnya, maka sikap serakah seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan aturan.
(37)
2. Opportunity dan Exposure disebut sebagai faktor genetik karena merupakan faktor yang masih di dalam kendali Perusahaan sebagai korban perbuatan fraud. Pada umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong seseorang untuk berbuat fraud kerena pelaku cenderung berpikir bahwa kapan lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara exposure berkaitan dengan proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap sanksi terhadap pelaku fraud tergolong ringan sehingga para karyawan Perusahaan tidak merasa takut apabila melakukan fraud.
Pada umumnya faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud adalah tekanan, baik itu tekanan finansial maupun non finansial yang didukung dengan adanya kesempatan karena Perusahaan tidak menindak tegas pelaku fraud sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku fraud.
2.1.3.3 Definisis Risiko Fraud
Definisi risiko menurut Hiro Tugiman (2002:3) risiko adalah:
“Konsep untuk menunjukan tingkat ketidak pastian yang berdampak
secara material dan merugikan terhadap tujuan usaha organisasi”.
Sedangkan definisi nrisiko menurut Amin Widjaja (2008:88) adalah:
“Sebagai suatu keadaan yang dapat menghambat organisasi dalam usaha
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dan definisi risiko Menurut Darmawi (2004:17) yaitu:
“Manajemen risiko adalah suatu usaha yang mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahan dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi”.
(38)
Menurut (Albercht, 2003). Gejala tindakan fraud terdiri dari ketidaknormalan catatan akuntansi, internal control yang rendah, ketidak normalan dalam menganalisis, perubahan gaya hidup, perilaku yang tidak biasa dan tips serta keluhan. Fraud didefenisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan pengertian risiko fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti. Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu :
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. 2. Peluang untuk melakuakn fraud.
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perbedaan dan perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu seperti dibawah ini :
(39)
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Dan Tahun
Judul Sumber Hasil Penelitian
(kesimpulan) 1 Mularia CJ
sirat (2009)
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Dan Auditor Internal Terhadap Fraud
Jurnal Auditor Volume 2. No.3 Mei 2009
Walaupun sistem pengendalian internal sudah baik namun jika
kebutuhan dasar manusia belum terpenuhi maka niat untuk melakukan fraud akan tetap ada dan akan di
gunakan ketika ada kesmpatan
2 Yusar Sagara (2013)
PROFESIONALISME INTERNAL
AUDITOR DAN INTENSI
MELAKUKAN WHISTLEBOWING
Jurnal Liquiditi Vol. 2, No. 1, Januari-Juni Hlm 34-44
Internal auditor dengan
profesionalismenya diharapkan dapat mendeteksi segala bentuk fraud. 3 J. Efrim
Boritz (2008)
Planning Fraud Detection Procedures: Fraud Specialists vs. Auditors
Accounting Research Vol. 21 No. 2 (Summer 2004)
Previous studies indicate that auditors are able to identify fraud risk factors, but may not be able to translate this knowledge into an audit plan that effectively takes them into account and
enhances their chances of detecting the fraud if it exists. Fraud specialists may be able to compensate for such limitations
(40)
4 Lusy Suprajadi (2009)
Teori Kecurangan, Fraud AWARENESS, Dan
Metodologi Uuntuk Mendeteksi
Kecurangan
Pelaporan Keuangan
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2009
Langkah sistematis untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman teori
kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan memahami skenario kecuranlan
(awareness) serta metodologi yang didisain untuk menemukan
kecurangan. Disain metodologi sangat tergantung pada ruang lingkup audit 5 Tri
Ciptaningsih
MEMAHAMI LEBIH LANJUT
PENERAPAN STRATEGI ANTI FRAUD BAGI BANK UMUM
DI INDONESIA (Further
Understanding About The Implementation of Anti-Fraud Policy for Commercial Banks in Indoensia)Perspective
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Nopember 2012, Hal: 159 - 174 Vol. 1, No. 2ISSN: 1979-4878
Adanya kasus Fraud yang terjadi dalam lingkungan perbankan di Indonesia memunculkan gagasan bagi Bank Indonesia untuk mewajibkan
setiap Bank Umum untuk memiliki kebijakan Anti Fraud. 6 Muhammad
miqdad (2008)
Mengungkap Praktik Kecurangan (Fraud) Pada Korporasi dan Organisasi publik Melalui Auditor Forensik
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, No 2, Mei 2008
Untuk mencegah tindakan fraud dapat dilakukan beberapa cara: 1) Membangun struktur pengendalian internal yang baik. 2) Meningkatkan kultur organisasi melalui
implementasi prinsip-prinsip dasar Corporate Govermence. 3)
(41)
Mengefektifkan fungsi internal audit.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.2.1 Hubungan Pengaruh Audit Internal Terhadap Risiko fraud Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:65)
“Audit Internal memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti fraud telah berjalan efektif. Aktivitas Audit Internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi risiko fraud”.
Sedangkan menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:36) Audit Internal memiliki peranan dalam :
“A. Pencegahan Fraud (Fraud Prevention), B. Pendeteksian Fraud (Fraud Detection), dan
Pengertian fraud berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud”.
Temuan penelitian juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusnardi (2008) bahwa audit internal kontrol memiliki pengaruh positif terhadap pencegahan fraud pada BUMN terbuka di Indonesia dan penelitian yang dilakukan oleh Singleton (2002) bahwa kebijakan bisnis dan hukum yang berlaku pada perusahaan membutuhkan manajemen yang menekankan pada keefektifan pengendalian internal dan kekuatan pada lingkungan pengendalian untuk melin-dungi aset perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya fraud.
(42)
2.2.2 Hubungan Pencegahan fraud Terhadap Risiko Fraud
Cara untuk mencegah tindakan fraud dapat dilakukan melalui upaya untuk menciptakan budaya kejujuran, sikap keterbukaan dan meminimalisasi kesempatan untuk melakukan tindakan fraud (Albercht, 2003).
Adapun pengertian fraud menurut Amin Widjaja Tunggal (2012: 2) adalah sebagai berikut :
“Fraud, sebagaimana yang umumnya dimengerti dewasa ini, berarti ketidakjujuran dalam bentuk suatu penipuan yang disengaja atau suatu
kesalahan penyajian yang dikehendaki atas suatu fakta yang material”.
Menurut Zabihollah Rezaee dan Richard Riley (2005:7) :
“Fraud tidak akan terjadi tanpa persepsi adanya kesempatan dan menyembunyikan perbuatannya organisasi hendaknya proaktif mengurangi kesempatan dengan :
1. Mengidentifikasi dan mengukur resiko fraud 2. Pengurangan resiko fraud
3. Implementasi dan monitoring pengendalian intern”.
Untuk mencegah dan menangkal kecurangan secara efektif, entitas hendaknya memiliki fungsi pengawasan yang tepat, pengawasan dalam berbagai jenis dan bentuk ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain Komite audit, Manajemen, Internal audit, guna mencegah terjadinya risko kecurangan.
Pilar pencegahan merupakan bagian dari system pengendalian Fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka mengurangi potensi risiko terjadinya fraud, yang paling kurang mencakup anti fraud awareness, identifikasi kerawanan, dan know your employee. (Tri Ciptaningsih, 2012).
Penjelasan mengenai pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud dapat dilihat secara singkat melalui kerangka pemikiran.
(43)
Kerangka pemikiran yang dibuat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, Gambar 2.1 adalah skema kerangka pemikiran dari penelitian mengenai pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud dengan pengaruh audit internal dan pencegahan fraud sebagai variabel independen dan risiko fraud sebagai variabel dependen.
Gambar 2.1
Gambar Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2009:93) adalah sebagai berikut :
"Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan".
(X1) Pengaruh audit Internal Widjaja Tunggal (2012:65)
(Y) Risiko fraud (Muhammad Badrus. 2013) (X2) Pencegahan fraud
Zabihollah Rezaee dan Richard Riley (2005:7)
(44)
Dari kerangka pemikiran di atas, maka penulis mengemukakan suatu hipotesis sebagai berikut :
H1 : Audit internal berpengaruh terhadap risiko fraud. H2 : Pencegahan fraud berpengaruh terhadap risiko fraud.
(45)
30 3.1 Objek Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu perlu ditentukan objek penelitian. Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sumber topik untuk penelitian.Menurut Sugiyono (2009:41) menerangkan bahwa :
“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan
studi pendahuluan pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, tanpa mengetahui terlebih dahulku permasalahan yang ada di obyek penelitian”.
Penelitian adalah sesuatu yang peneliti perlu tentukan sebagai sasaran ilmiah untuk melakukan penelitian agar ada kejelasan tentang apa yang akan diteliti. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Pengaruh audit internal dan Pencegahan fraud terhadap Risiko fraud.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:2). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2005:21) dalam Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan metode deskriptif adalah sebagai berikut:
(46)
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Menurut Masyhuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Metode Kuantitatif menurut Mudrajat Kuncoro (2000:2-1) adalah :
“Pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan menejerial dan ekonomi. Di mana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, penyusunan model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisa hasil, dan
mengimplementasikan”.
Sedangkan metode kuantitatif dikemukakan oleh sugiyono (2009:8) sebagai berikut :
“Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada sifat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik”.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
(47)
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian merupakan semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Desain menurut Moh. Nazir (2003:84) dalam Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan desain penelitian adalah sebagai berikut:
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. 3. Menetapkan rumusan masalah.
4. Menetapkan tujuan penelitian.
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. 6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan.
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data.
(48)
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tujuan Pe ne litian
De sain Pe ne litian
Je nis Pe ne litian Me tode yang Digunakan Unit Analisis Time Horiz on
T -1 Verifikatif
Descriptive dan verifikatif
PT . BRI di Wilayah Bandung
Cross Sectional
T -2 Verifikatif
Descriptive dan verifikatif
PT . BRI di Wilayah Bandung
Cross Sectional
T -3 Verifikatif
Descriptive dan verifikatif
PT . BRI di Wilayah Bandung
Cross Sectional
Sumber: Umi Narimawati (2010:31)
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Pengaruh audit internal (X1)
Widjaja Tunggal (2012:65)
Risiko fraud (Y) Pencegahan fraud (X2)
Zabihollah Rezaee dan Richard Riley (2005:7)
(49)
Keterangan :
X1 = Pengaruh audit internal X2 = Pencegahan fraud Y = Risiko fraud
3.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut Jonathan Sarwono (2006:67), operasionalisasi variable bermanfaat untuk :
“1). Mengidentifikasi criteria yang dapat diobservasi yang sedang
didefinisikan.
2) Menunjukan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi opersaional.
3) Mengetahui bahwa definisi perasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi terebut harus digunakan”.
Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala No. Kuisioner Pengaruh
audit internal (X1)
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
1. Independensi
Ordinal
1 2 2. Kemampuan
Professional
3 3. Ruang
Lingkup Pekerjaan
4 5 4. Pelaksanaan
Pekerjaan Audit Institute of Internal Auditor (IIA) (2008:32-34) 6 7
(50)
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder adalah data primer.
Menurut Sugiyono (2010:137), mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut: ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif—semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Sawyer (2005: 10) Pencegahan
fraud (X2)
Pencegahan fraud dan pemberantasan penyimpangan. Bentuk penyimpangan dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) yaitu:
penyimpangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting), asset misappropriation (penyalahgunaan aset) dan
corruption (Singelton, 2010: 73).
1. Risk analis
Ordinal
8
2. Implementasi 9
3. Sanksi 10
4. Monitoring Tuanakotta (2007:162) 11 Risiko fraud (Y)
Risiko fraud adalah tindakan mengambil keuntungan secara sengaja dengan cara menyalahgunakan suatu pekerjaan/jabatan atau mencuri asset/sumberdaya dalam organisasi
(Singleton, 2010)
1. Desain pengandalian internal
Ordinal
12
2. Praktek audit internal 13 3. Pemantauan dan pengendalian 14 4. Evaluasi Valery G Kumaat (2011:139)
(51)
“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data”.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini pada PT. Bank Rakyat Indonesia di Wilayah Bandung.
3.5 Alat Ukur Penelitian
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan atau pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.
3.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Purbayu, 2005: 247). Uji validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu pengujian atau instrument. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur.
(52)
Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Tabel 3.3
Standar Penilaian Untuk Validitas
Criteria Validity
Good 0.50
Acceptable 0,30
Marginal 0,20
Poor 0,10
(Sumber: Barker et al, 2002:70)
Seperti yang telah dijelaskan padan metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0, 30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0, 30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi.
Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masingmasing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 20 for windows dengan metode korelasi untuk mencari koefisien
(53)
korelasi antara variabel pengaruh audit internal dan risiko fruad, Variabel pencegahan fraud dan risiko fraud.
3.5.2 Uji Realibilitas
Menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah:
“Derajad konsistensi/ keajegan data dalam interval waktu tertentu.”
Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.
Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujiasn reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode alpha cronbach dari Spearman-Brown menurut Sugiono dengan lankah-langkah sebagai berikut:
1. Butir-butir instrument di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan genap.
(54)
2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing- masing responden.
3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan analisis korelasi 4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman
Brown sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2010:131)
Keterangan :
ri = realiabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua. Tabel 3.4
Standar Penilaian Untuk Realiabiltas
Criteria Reliability
Good 0,80
Acceptable 0,70
Marginal 0,60
Poor 0,50
(Sumber: Barker et al, 2002:70)
Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrument menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2007:70) sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0, 60.
(55)
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel
Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukan mengenai populasi dan sampel.
1. Populasi
Menurut Umi Narimawati (2008:161) Populasi adalah:
“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang
ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.
Menurut Sugiyono (2011:80) mendefinisikan populasisebagai berikut:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah 30 auditor internal pada PT. Bank Rakya Indonesia yang berada di wilayah Bandung.
2. Sampel
Penarikan sempel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampling jenuh yaitu 30 auditor internal PT. Bank Rakya Indonesia yang berada di wilayah Bandung. Menurut Sugiyono (2011:85) menjelaskan bahwa :
“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi reratif keil, kurangdari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dmana semua anggota populasi menjadi sampel”.
(56)
Dalam penelitian ini penulis memggunakan sampling jenuh karena penulis menggunakan seluruh populasi yaitu 30 auditor internal pada PT. Bank Rakya Indonesia yang berada di wilayah Bandung.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Yaitu dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Wawancara atau interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Penulis mengadakan hubungan langsung dengan pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam teknik wawancara ini, penulis mengadakan tanya jawab kepada sumber yang dapat memberikan data atau informasi. Informasi itu berupa yang berkaitan dengan pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud. b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawab untuk memperoleh pengumpulan data efesiensi waktu
(57)
serta sebagai petunjuk pengalaman, pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud pada PT. BRI di wilayah Bandung.
2. Studi Kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.
3.7.1 Uji MSI (Methode of Successive Interval)
Karena penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dala operasionalisasi variabel sebelumnya, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pernyataan.
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.
(58)
3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
4. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap pilihan jawaban.
5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan.
Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program software MSI. 3.8 Metode Pengujian Data
3.8.1 Rancangan Analisis
Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:
“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.
(1)
Hipotesis penelitian ini dapat diterjemahkan dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho1 : � = 0 : Audit internal tidak berpengaruh terhadap risiko fraud.
Ha1 : � ≠ 0 : Audit internal berpengaruh terhadap risiko fraud.
Hipotesis Kedua
Pencegahan fraud berpengaruh terhadap risiko fraud.
Hipotesis penelitian ini dapat diterjemahkan dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho2 : � = 0 :Pencegahan fraud tidak berpengaruh terhadap risiko fraud.
Ha2 : � ≠ 0 : Pencegahan fraud berpengaruh terhadap risiko fraud.
Hipotesis Ketiga
Audit internal dan pencegahan fraud berpengaruh terhadap risiko fraud.
Hipotesis penelitian ini dapat diterjemahkan dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho3 : � = 0 : Audit internal dan pencegahan fraud tidak berpengaruh
terhadap risiko fraud.
Ha3 : � ≠ 0 : Audit internal dan pencegahan fraud berpengaruh terhadap
(2)
58
2. Menguji tingkat signifikansi
Untuk mencari makna pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y maka peneliti
melakukan uji signifikasi terhadap hasil korelasi pearson product moment tersebut menggunakan statistik uji t student dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Sritua Arief (2006:9)
Keterangan:
b = Koefisien Regresi ganda Se (b) = Standar eror
Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya hipotesis penelitian, Riduwan dan Sunarto mengungkapkan kaidah yang digunakan dalam pengujian terhadap hipotesis penelitian sebagaimana dikutip berikut ini:
“Kaidah pengujian:
Jika : t hitung ≥ ttabel, maka tolak H
o artinya signifikan dan,
thitung ≤ ttabel, maka terima H
o artinya tidak signifikan”.
Nilai t tabel bisa ditemukan dengan bantuan tabel distribusi t student yang
sudah tersedia secara umum, dengan ketentuan pencarian α = 0, 05 dan derajat kebebasan atau df = (jumlah data/n-k-1) atau 18-2-1= 15.
3. Menggambar daerah penerimaan dan penolakan
Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut:
( ) hitung b t Se b
(3)
a. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya
antara variabel X1, X2 dan variabel Y ada pengaruhnya;
b. Jika thitung ≤ ttabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya
antara variabel X1, X2 dan variabel Y tidak ada pengaruhnya;
c. thitung : dicari dengan rumus perhitungan thitung; dan
d. ttabel: dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan sebagai berikut:
α = 0,05 dan df = (jumlah data/n-k-1) atau 18-2-1=15
Sumber: Sugiyono (2011:185)
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 4. Penarikan Kesimpulan Hipotesis
Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan dan berlaku sebaliknya. Jika t hitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan) maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisien regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, independensi auditor dan profesionalisme auditor berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap kualitas audit. Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05) artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95% maka
(4)
60
kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukkan adanya (tidak adanya) pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut. Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan alternatif (Ha).
(5)
115 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh audit internal dan pencegahan
fraud terhadap risiko fraud survey pada PT. BRI di wilayah Bandung, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa :
1. Pelaksanaan audit internal di PT.BRI wilayah Bandung berada pada kriteria cukup baik, hal ini terlihat dari indikator audit internal berada pada kriteira baik dan cukup baik, namun demikian masih terdapat indikator yang tidak baik yaitu dalam pelaksanaan audit pernah mendapatkan tekanan dari pihak luar dan Pengawasan yang dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan audit.
2. Pelaksanaan pencegahan fraud di PT.BRI wilayah Bandung berada pada kriteria cukup baik, hal ini terlihat dari indikator pencegahan fraud berada pada kriteria cukup baik, namun demikian masih terdapat indikator yang tidak bak yaitu Implementasi dan pelatihan anti korupsi.
3. Pelaksanaan risiko fraud di PT.BRI wilayah Bandung berada pada kriteria cukup baik, hal ini terlihat dari indikator resiko fraud berada pada kriteira baik dan cukup baik, namun demikian masih terdapat indikator yang tidak baik yaitu Untuk mengurangi risiko fraud, Perlunya pengawasan terhadap proses audit.
(6)
116
5.2 Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh audit internal dan pencegahan fraud terhadap risiko fraud, maka penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh PT. BRI yang berada di wilayah Bandung, yaitu sebagai berikut:
1. Agar audit internal perbankan dapat berjalan dengan baik perlunya suatu pengawasan dan pengendalian yang baik pada setiap bagian audit, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya risiko fraud atau kecurangan yang terjadi di dalam perbankan dengan mengedepankan sikap independensi dan profesionalisme bagi para auditor.
2. Agar kecurangan fraud dapat terjaga, maka sebaiknya auditor junior yang baru pada PT. BRI di Wilayah Bandung untuk selalu diberikan pelatihan– pelatihan, supervisi-supervisi maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diarahkan langsung oleh auditor yang lebih berpengalaman karena auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi guna mencegah terjadinya risiko fraud. 3. Agar audit internal dan pencegahan fraud serta risiko fraud tetap terjaga
dengan baik, maka sebaiknya seluruh auditor secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya serta auditor harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang diperoleh dari penerapan SPAP dan yang berlaku di Internasional dan di Indonesia.