Pengantar Eksploitasi Seksual Komersial Anak ESKA Dan Respon

18 BAB II BELAJAR DARI BEBERAPA KASUS: IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUMNYA

2.1. Pengantar

Berdasarkan catatan ECPAT Indonesia, Pada 2 dua tahun terakhir ini yaitu dari tahun 2015 sampai dengan 2016, menunjukan bahwa kasus-kasus Eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia, mengalami peningkatan, dalam catatan ECPAT Indonesia, pada Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2016, ECPAT Indonesia telah menangani kasus sebanyak 49 kasus dengan menjangkau korban sebanyak 56 korban, semua korban adalah anak perempuan, korban kebanyakan tersebar dari beberapa wilayah yaitu DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Batam, Solo dan ada beberapa kota yang lainnya. Sementara hasil pemantauan media yang dilakukan oleh ECPAT Indonesia pada September sampai dengan November 2016, menunjukan jumlah kasus ESKA sebanyak 24 Kasus dengan jumlah korban sebanyak 335 orang anak yang menjadi korban ESKA, dengan presentasi 55 anak perempuan dan 45 anak laki-laki. Dengan kategori kasus perdagangan anak untuk tujuan seksual sebanyak 46 dan Prositusi anak onlien sebanyak 29 , selain itu pemantauan media ini juga menjelaskan mengenai wilayah terjadinya suatu peristiwa yang kebanyakan terjadi di daerah Jawa barat sebanyak 17 dan Jawa Timur sebanyak 12 dan 8 dari beberapa daerah lainnya diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur. Namun dari beberapa kategori persoalan ESKA, persoalan prostitusi anak mendapatkan posisi teratas, dibandingkan dengan kasus pornografi anak dan perdagangan anak untuk tujuan seksual. Catatan ECPAT Indonesia, menunjukan bahwa dalam penanganan kasus-kasus Prostitusi anak pada proses hukum, penegak hukum lebih cendrung untuk menggunakan Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 20002 tentang Perlindungan Anak, selain itu juga dapat di Jo dengan menggunakan Undang-undang nomor 21 Tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang PTPPO. Persoalan ini tidak terlepas dari karena belum adanya Undang-undang khusus yang memberikan perlindungan bagi anak yang menjadi korban prostitusi. Memang situasi ESKA pada tahun 2015 sampai dengan 2016, kasus-kasus prostitusi anaklah yang mendominasi kasus ESKA, namun yang menjadi perhatian dan point pentingnya adalah bahwa dulunyaptaktek prostitusi kebanyakan terdapat di kafe-kafe, club atau diskotik, namun yang menjadi perubahannya saat ini adalah bahwa praktik prostitusi banyak terjadi di hotel- hotel, apartemen, ataupun rumah di tempat yang elite dan tidak terjangkau dan tersentuh oleh masyarakat. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses ke tempat-tempat tersebut. Selain itu trend terbaru yang muncul juga adalah dengan adanya iklan tentang prostitusi melalui media sosial, ada beberapa media sosial yang dimanfaatkan oleh para pelaku untuk mengiklankan mengenai prostitusi online tersebut. Trend yang lainnya juga adalah adanya pemesanan dan penawaran jasa secara online. Ada beberapa hal yang disampaikan dalam penawaran kepada pelanggan, diantaranya adalah mulai dari penawaran usia, ukuran bodi, gaya dan servis apa saja yang akan diinginkan dan terkadang mucikari memaparkan kemampuan khusus korban dalam memberikan servis bagi pelanggan. Terkadang ada beberapa pelanggan yang tidak ragu untuk meminta dan memesan korban yang dalam kondisi hamil memberikan servis bagi pelanggan. Sepanjang tahun 2013 sampai dengan 2016, ECPAT Indonesia telah melakukan penanganan dan pendampingan terhadap beberapa kasus ESKA.Dalam bagian ini, beberapa kasus merupakan kasus yang ditangani secara langsung oleh ECPAT Indonesia, baik dalam melakukan pendampingan bagi korban sampai dengan monitoringnnya di tingkat Pengadilan.Sedangkan untuk kasus yang terjadi di Surabaya,masuk dalam pemantauan ECPAT Indonesia. 19 ECPAT mengakui sangat sulit menemukan dokumentasi kasus-kasus yang terkait ESKA di Indonesia bahkan putusan pengadilannya sekalipun.Oleh karena itulah maka kasus ini perlu disampaikan sebagai sebagai bahan rujukan untuk mengetahui situasi, kondisi dan persoalan- persoalan anak lainnya yang menjadi korban ESKA di Indonesia saat ini. Beberapa kasus yang mewakili kasus ESKA lainnya merupakan kasus yang mewakili persoalan ESKA baik itu perdangan orang untuk tujuan seksual, Prostitusi dan pornografi anak di dunia online. 27 Kebanyakan korban ESKA mengambil kepututusan yang tidak mudah untuk menjalankan proses penegakan hukumnya. Seperti pada umumnya, proses hukum itu sangat lama dan terkadang tidak memberikan ketidakadilan bagi korban. Namun adanya dukungan keluarga dan keinginan korban untuk menempuh proses peradilan merupakan suatu sikap yang patut di dukung walaupun kadangkala tidak sesuai dengan hasil yang mereka harapkan. Pakar Kebijakan Publik UGM, Dr. Agus Heruanto Hadna menyebutkan hukum maupun kebijakan di Indonesia seharusnya diperkuat untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan, eksploitasi, bahkan penelantaran terhadap anak. Namun kebijakan ini belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintahan. Yang ada, sistem hukum maupun kebijakan di Indonesia belum bisa memberikan perlindungan terhadap anak dari berbagai tindak kekerasan dan eksploitasi. 28 Beberapa kasus yang telah ditangani telah menempuh proses peradilan, yang cukup panjang, pengalaman mencatat bahwa putusan pengadilan pada kasus-kasus kejahatan seksual masih banyak yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi korbankeluarga korban dan masyarakat umum seperti masih adanya putusan yang rendah, memojokan dan menyalahkan korban terkait peristiwa yang mereka alami, korban bahkan di viktimisasi ulang karena dianggap memberikan kontribusi pada terjadinya kasus tersebut , belum lagi prosedur konfrontir antara korban dan pelaku yang sangat membebani psikis korban,dan akhirnya banyak Putusan pengadilan yang tidak mengedepankan kepentingan bagi korban khususnya berkaitan dengan hak-hak korban mulai dari hak untuk mendapatkan pemulihan, rehabilitasi dan restitusi. 2.2. Kasus Pornografi Online: Dokter Gigi Lia Halim TJANDRA ADI GUNAWAN Pelaku yang bernama aslinya TJANDRA ADI GUNAWANmerupakan seorang dokter Gigi, namun pelaku menyamar untuk memperkenalkan diri sebagai dokter perempuan dan dalam akun palsu facebooknya tampak seorang wanita berjilbab dengan nama akun Lia Halim, dimana pelaku mengaku sebagai dokter reproduksidengan modus untuk menjerat anak-anak dibawah umur. Tercatat ada enam 6 orang anak yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan olehnya. korban kebanyakan masih anak-anak yang terdiri atas empat siswi pelajar SD serta masing-masing satu siswi dan siswa pelajar SMP. Sebelum menjerat keenam korban, biasanya pelaku mempelajari profil keenam anak-anak tersebut, lalu dia invite korban sebagai teman di Facebook dan mengajak korban chat melalui messenger. Untuk meyakinkan korbannya, terdakwa memberikan penjelasan kesehatan tentang persoalan tubuh korban dan reproduksi pada anak-anak perempuan. pelaku biasanya menyuruh anak-anak untuk menanggalkan pakaian dan mengirimkan foto-foto telanjang kepada pelaku melalui situs Facebook. Pelaku juga biasa meminta korban memfoto alat kelamin dan peyudaranya dengan berbagai pose dengan dalih untuk dipelajari, dan lebih parahnya, anak-anak ini diminta melakukan masturbasi dan onani. Pelaku juga sengaja menyebar foto tanpa busana tersebut ke pada guru dan orang tuanya untuk mengadu domba antara guru dan orang tua sehingga menimbulkan curiga dan menuduh antara yang satu dengan yang lain. Selain itu pelaku juga sengaja membuat akun lain di facebook, dengan menggunakan identitas korban. akun ini digunakan agar tidak terlacak prilaku pelaku, agar terkesan bahwa korban yang mengunggah fotonya ke media sosial. 27 Kasus-kasus yang ditangani oleh ECPAT Indonesia Tahun 2014 sampai dengan 2015 28 http:ugm.ac.ididberita8958-hukum.indonesia.belum.mampu.lindungi.anak 20 Pelaku mengunggah foto-foto tersebut tidak hanya ke media sosial milik ke 6 korban, tetapi juga dikirimkan ke akun facebook miliknya sendiri. Foto-foto yang berada di akun facebook pelaku mendapatkan tanggapan atau komentar dari teman-teman pelaku yang berasal dari berbagai negara. Kepolisian menilai bahwa pelaku terlibat dalam jaringan paedofilia internasional, hal ini terlihat dari beberapa percakapan yang dilakukan oleh pelaku di facebook dengan teman-temannya. Selain itu banyak teman-teman pelaku yang mengajak untuk saling tukar koleksi dan jual beli foto porno anak-anak. Kasus Pornografi Anak Online, Ini Modus Tersangka Tjandra Adi Gunawan, Manajer Quality Assurance PT KSM, mengaku sebagai dokter reproduksi di media sosial Facebook untuk menjerat anak-anak di bawah umur. Tercatat, enam anak menjadi korban kejahatan yang dilakukan oleh alumni sekolah kedokteran gigi sebuah universitas negeri di Jawa Timur itu. Untuk menjerat korban, Tjandra memakai nama akun dokter palsu di Facebook dengan nama perempuan Lia Halim. Yang tampak di Facebook, wanitanya cantik, kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu, 16 April 2014. Sebelum menjerat korban, kata Arief, Tjandra mempelajari profil enam anak-anak tersebut. Dia lalu invite korban sebagai teman di Facebook dan mengajak korban chat melalui messenger, ujarnya. Baca: Sebar 10 Ribu Pornografi Anak, Manajer Ditangkap Setelah itu, Arief menambahkan, Tjandra meminta para korban memfoto alat kelamin dan payudaranya dengan berbagai pose. Lebih parah lagi, anak-anak ini diminta melakukan masturbasi dan onani, tuturnya. Tjandra lalu mengirim foto-foto ke akun Facebook orang tua dan guru para korban. Tak hanya Facebook, Tjandra juga menyebarnya di Kaskus. Dia lalu menggunakan identitas korban untuk mencari korban lainnya, ujar Arief. Sedangkan tujuan Tjandra mengirim foto ke orang tua korban, menurut Arief, adalah sebagai bentuk pemerasan dan adu domba. Orang tua dengan orang tua dan orang tua dengan guru. Lalu, orang tua menuduh gurunya yang menyebar foto-foto tersebut, katanya. Kepolisian juga menduga Tjandra berafiliasi dengan jaringan pedofilia internasional. Sebab, di laptop tersangka ditemukan percakapan dengan sejumlah warga negara asing. Tersangka menerima tawaran untuk saling tukar dan jual-beli gambar pornografi anak, ujarnya. Adapun para korban terdiri atas empat siswi pelajar sekolah dasar dan masing-masing satu siswi dan siswa sekolah menengah. Dampaknya atas kejadian ini, para korban merasa depresi, malu, dan tidak mau sekolah, tutur Arief. Tempo. Kamis, 17 April 2014 | 16:21 WIB. https:m.tempo.coreadnews20140417063571393kasus-pornografi-anak-online-ini-modus-tersangka Untuk proses penegakan hukumnya, Kepolisian menggunakan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang terdapat pada Pasal 29 dan Pasal 27 Ayat 1 jo Pasal 52 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan ancaman hukuman paling lama 12 tahun danatau denda paling banyak Rp 6 miliar. Ancaman hukuman ditambahkan sepertiga dari maksimum ancaman pidana karena melibatkan anak- anak menjadi obyek pada kasus ini. Dalam dakwaan modus dari pelaku di jabarkan sebagai berikut 29 ;  Bahwa terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi pada bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014 atau setidak – tidaknya pada waktu lain dalam bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014 bertempat di PT. KSM 29 Lihat Putusan Nomor : 2191 Pid.B2014PN.Sby 21 Jl. Kendang sari Gang III No. 30 Surabaya Jawa Timur atau setidak-tidaknya disuatu tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Surabaya, terdakwa dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, Perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :  Berawal ketika pada awal bulan November 2013 terdakwa mengirimkan permintaan perte a a kepada de ga aku fa e ook EVI URWATUL WU“QO ke udia para saksi menerima permintaan perte a a dari pe ilik aku fa e ook EVI URWATUL WU“QO akun milikterdakwa, setelah para saksi mengkonfirmasi akun facebook milik terdakwa para saksi mulai berteman via facebook, dengan cara terdakwa mengirimkan chatobrolan ke inboxpesan masuk akun facebook milik para saksi Bahwa pada saat itu terdakwa memperkenalkan diri sebagai Dokter Obgyn dengan nama EVI URWATUL WUSQO yang bekerja di RS Mitra Keluarga Cibubur.  Kemudian dalam obrolan chat akun facebook terdakwa menanyakan perihal menstruasi dan pubertaskepada para saksi dengan alasan terdakwa akan melakukan analisa terhadap organ intim kewanitaan para saksi, sehingga terdakwa memerlukan foto telanjang para saksi dan juga foto setelah mengeluarkan cairan dari kemaluan para saksi, dengan alasan tersebut terdakwa meminta kepada para saksi agar mengirimkan foto – foto bagian tubuh tanpa mengenakan pakaian telanjang sesuai permintaan terdakwa seperti bagian pa udara, ke alua para saksi ke aku fa e ook ilik terdak a aitu EVI URWATUL WU“QO ;  Kemudian pada tanggal 9 November 2013 terdakwa mendapatkan kiriman foto – foto tela ja g ilik para saksi a g asuk ke aku fa e ook terdak a aitu EVI URWATUL WU“QO setelah terdak a e dapatka foto – foto telanjang milik para saksi melalui akun facebook EVI URWATUL WU“QO terdak a e i pa foto-foto tersebut di flasdish merk Kingston warna biru ukuran 16 GB milik terdakwa; Kemudian sekitar bulan Desember 2013 tesangka membuat akunfacebook baru yaitu iveyaphilia dan HEN WEI, dan pada bulan Maret 2014 dengan akun facebook milik terdakwa yaitu iveyaphilia terdakwa mengapload foto – foto tela ja g ilik para saksi ke i o guru dari “DN. PETRA de ga judul He oh De o Bugil Bare g A ak Kelas “D PETRA “ura a a a g ada di flasdish terdak a dengan menggunakan laptop merk ACER dan merk Lenovo milik kantor PT. KSM kantor tempat terdakwa bekerja dan menggunakan jaringan internet Speedy PT. Telkom dan menggunakan modem AXIS milik kantor PT.KSM;  Bahwa selain akun facebook diatas terdakwa juga memiliki akun facebook yang lain yaitu RECCA HANABISHI dan akun tersebut terdakwa gunakan untuk menerimameminta foto telanjang dari saksi lain dimana terdakwa juga berpura – pura sebagai dokter obgyn dokter kandungan dimana terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa mengetahui perkembangan tubuh dengan melihat anatomi bagian tubuh seseorang, kemudian terdakwa meminta foto bagian tubuh tanpa mengenakan pakaian telanjang kepada saksi sesuai permintaan terdakwa seperti bagian kemaluan dan payudara dan setelah terdakwa mendapatkan foto – foto telanjang milik saksi foto – foto tersebut terdakwa simpan di flasdish milik terdakwa ;  Bahwa maksud dan tujuan terdakwa menyimpan foto – foto telanjang milik saksi kedalamflasdishadalahuntukdokumentasi; Bahwa maksud dan tujuan terdakwa meminta foto telanjang dari para saksi hanya untuk iseng saja dan untuk menyadarkan para orang tua, agar lebih memperhatikan anaknya yang masih dibawah umur yang menggunakan facebook dikarenakan sangat berbahaya apabila tidak dikontrol seperti studi kasus yang terdakwa lakukan; 30 30 Pernyataan yang di masukkan dalam dakwaan justru melemahkan surat dakwaan 22 Jaksa penuntun mendakwa terdakwa secara kumulatif yakni pertama diancam pidana dalam Pasal 27 ayat 1 Jo Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan kedua, diancam pidana dalam pasal 29 Jo Pasal 4 ayat 1 huruf d, e dan f UU RI No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP 31 . Setalah melakukan pemeriuksaan atas saksi dan hali maka Jaksa Penuntut Umum kemudian menuntut terdakwa 32 :  Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan beberapa tindak pidana tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan bersalah melakukan beberapa tindak pidana menyebarluaskan pornografi yang memuat ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, alat kelamin atau pornografi anak sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu Pasal 27 ayat 1 Jo Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentangInformasi Dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan Dakwaan Kedua Pasal 29 Jo Pasal 4 ayat 1 huruf d, e dan f UU RI No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP;  Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN dengan pidana penjara selama 4 empat tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan,dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah subsidair 6 enam bulan kurungan Pengadilan Negeri Surabaya kemudian menjatuhkan putusan 33  Menyatakan terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN Als. RECCA HANABISHI, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan bersalah melakukan beberapa tindak pidana menyebarluaskan pornografi yang memuat ketelanjangan atau tampilan yangmengesankan ketelanjangan, alat kelamin atau pornografi anak.  Menjatuhkan pidana kepada terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN Als. RECCA HANABISHI, tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 empat tahun dan denda sebesar Rp.1.000.000.000.000,- satu milyar rupah dengan catatan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana selama 6 enam bulan kurungan Terbukti Bersalah, Dokter Pedofil Dihukum Empat Tahun Penjara Tjandra Adi Gunawan, dokter yang menjadi terdakwa kasus peadofil harus mendekam di dalam penjara selama empat tahun. Dia juga diwajibkan membayar denda Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan penjara. Majelis hakim pada sidang di Pengadilan Negeri PN Surabaya, Senin 191 dalam amar putusannya menyatakan bahwa terdakwa terbukti melanggar pasal 27 ayat 1 UU No 1 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE, junto pasal 45 ayat 1 UU No 1 tahun 2008 tentang ITE, dan pasal 65 KUHP tentang Pornografi. Putusan ini sama dengan tuntutan jaksa penuntut umum JPU, Ririn Dwi Aryani, pada sidang sebelumnya. Artinya, hakim dan jaksa sepakat tentang pelanggaran yang dilakukan oleh alumnus Kedokteran Gigi Unair tersebut. 31 Lihat Putusan Nomor : 2191 Pid.B2014PN.Sby 32 ibid 33 ibid 23 Dalam persidangan, terdakwa terbukti dengan sengaja mendistribusikan dan meng-upload foto-foto korban, rata-rata anak di bawah umur, yang tanpa mengenakan busana. Foto-foto itu di-upload di jejaring sosial Facebook milik terdakwa. Perbuatan terdakwa telah mempermalukan keluarga korban, sekolah korban, dan psikologis korban. Perbuatan terdakwa juga telah meresahkan masyarakat, terutama bagi anak-anak perempuan, ujar Ketua Majelis Hakim Manungku dalam amar putusannya, Senin 1912015. Hal yang memberatkan, terdakwa tidak mengakui perbuatannya dan berbelit-belit dalam memberikan keterangan di persidangan, sambungnya. Atas putusan ini, terdakwa melalui tim kuasa hukumnya menyatakan pikir- pikir. Mereka menggunakan waktu satu minggu untuk memutuskan menerima atau banding atas vonis ini. Sementara jaksa Muhklis yang mewakili JPU Ririn langsung menyatakan banding. Alasannya, masa penahanan terdakwa akan berakhir dalam beberapa hari ke depan. Jika tidak banding, terdakwa bisa lepas demi hukum, karena masa penahanannya akan habis pada 21 januari besok, jawabnya. Kasus ini bermula saat terdakwa mencari korbannya dengan cara menyamar sebagai dokter perempuan di dunia maya. Dia menyaru dokter kesehatan reproduksi remaja, dia mengundang korbannya lewat facebook. Setelah berteman, terdakwa mulai melancarkan aksinya. Untuk meyakinkan korbannya, terdakwa memberikan penjelasan kesehatan tentang reproduksi. Lantas terdakwa meminta korban untuk memfoto dirinya sendiri mulai dari berpakaian lengkap hingga telanjang. Terdakwa kemudian meminta para korban mengirimkan foto telanjangnya dengan dalih untuk dipelajari, tetapi setelah foto dikirim, malah di-upload dan disebarkan oleh terdakwa. Tak tanggung- tanggung, ada sekitar 10.236 foto dan semuanya anak-anak. Polisi akhrinya mengungkap kasus ini terdakwa Tjandra Adi Gunawan diciduk di tempat kerjanya di Surabaya pada Senin 2432014 sekitar pukul 13.00 WIB . TRIBUNNEWS.COM Senin, 19 Januari 2015 21:45 WIB http:www.tribunnews.comregional20150119terbukti-bersalah-dokter-pedofil-dihukum-empat-tahun- penjara

2.3. Kasus Paedofill Wisata Sex di Bali : JAN JACOBUS VOGEL Alias JAN VOGEL