18
BAB II BELAJAR DARI BEBERAPA KASUS: IMPLEMENTASI
PENEGAKAN HUKUMNYA
2.1. Pengantar
Berdasarkan catatan ECPAT Indonesia, Pada 2 dua tahun terakhir ini yaitu dari tahun 2015 sampai dengan 2016, menunjukan bahwa kasus-kasus Eksploitasi seksual komersial anak di
Indonesia, mengalami peningkatan, dalam catatan ECPAT Indonesia, pada Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2016, ECPAT Indonesia telah menangani kasus sebanyak 49 kasus dengan
menjangkau korban sebanyak 56 korban, semua korban adalah anak perempuan, korban kebanyakan tersebar dari beberapa wilayah yaitu DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Batam, Solo
dan ada beberapa kota yang lainnya.
Sementara hasil pemantauan media yang dilakukan oleh ECPAT Indonesia pada September sampai dengan November 2016, menunjukan jumlah kasus ESKA sebanyak 24 Kasus dengan
jumlah korban sebanyak 335 orang anak yang menjadi korban ESKA, dengan presentasi 55 anak perempuan dan 45 anak laki-laki. Dengan kategori kasus perdagangan anak untuk
tujuan seksual sebanyak 46 dan Prositusi anak onlien sebanyak 29 , selain itu pemantauan media ini juga menjelaskan mengenai wilayah terjadinya suatu peristiwa yang kebanyakan
terjadi di daerah Jawa barat sebanyak 17 dan Jawa Timur sebanyak 12 dan 8 dari beberapa daerah lainnya diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jawa Tengah dan
Kalimantan Timur. Namun dari beberapa kategori persoalan ESKA, persoalan prostitusi anak mendapatkan posisi teratas, dibandingkan dengan kasus pornografi anak dan perdagangan
anak untuk tujuan seksual.
Catatan ECPAT Indonesia, menunjukan bahwa dalam penanganan kasus-kasus Prostitusi anak pada proses hukum, penegak hukum lebih cendrung untuk menggunakan Undang-Undang No
35 Tahun 2014 tentang Pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 20002 tentang Perlindungan Anak, selain itu juga dapat di Jo dengan menggunakan Undang-undang nomor 21
Tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang PTPPO. Persoalan ini tidak terlepas dari karena belum adanya Undang-undang khusus yang memberikan
perlindungan bagi anak yang menjadi korban prostitusi.
Memang situasi ESKA pada tahun 2015 sampai dengan 2016, kasus-kasus prostitusi anaklah yang mendominasi kasus ESKA, namun yang menjadi perhatian dan point pentingnya adalah
bahwa dulunyaptaktek prostitusi kebanyakan terdapat di kafe-kafe, club atau diskotik, namun yang menjadi perubahannya saat ini adalah bahwa praktik prostitusi banyak terjadi di hotel-
hotel, apartemen, ataupun rumah di tempat yang elite dan tidak terjangkau dan tersentuh oleh masyarakat. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses ke tempat-tempat tersebut.
Selain itu trend terbaru yang muncul juga adalah dengan adanya iklan tentang prostitusi melalui media sosial, ada beberapa media sosial yang dimanfaatkan oleh para pelaku untuk
mengiklankan mengenai prostitusi online tersebut. Trend yang lainnya juga adalah adanya pemesanan dan penawaran jasa secara online. Ada beberapa hal yang disampaikan dalam
penawaran kepada pelanggan, diantaranya adalah mulai dari penawaran usia, ukuran bodi, gaya dan servis apa saja yang akan diinginkan dan terkadang mucikari memaparkan
kemampuan khusus korban dalam memberikan servis bagi pelanggan. Terkadang ada beberapa pelanggan yang tidak ragu untuk meminta dan memesan korban yang dalam kondisi hamil
memberikan servis bagi pelanggan.
Sepanjang tahun 2013 sampai dengan 2016, ECPAT Indonesia telah melakukan penanganan dan pendampingan terhadap beberapa kasus ESKA.Dalam bagian ini, beberapa kasus merupakan
kasus yang ditangani secara langsung oleh ECPAT Indonesia, baik dalam melakukan pendampingan bagi korban sampai dengan monitoringnnya di tingkat Pengadilan.Sedangkan
untuk kasus yang terjadi di Surabaya,masuk dalam pemantauan ECPAT Indonesia.
19
ECPAT mengakui sangat sulit menemukan dokumentasi kasus-kasus yang terkait ESKA di Indonesia bahkan putusan pengadilannya sekalipun.Oleh karena itulah maka kasus ini perlu
disampaikan sebagai sebagai bahan rujukan untuk mengetahui situasi, kondisi dan persoalan- persoalan anak lainnya yang menjadi korban ESKA di Indonesia saat ini.
Beberapa kasus yang mewakili kasus ESKA lainnya merupakan kasus yang mewakili persoalan ESKA baik itu perdangan orang untuk tujuan seksual, Prostitusi dan pornografi anak di dunia
online.
27
Kebanyakan korban ESKA mengambil kepututusan yang tidak mudah untuk menjalankan proses penegakan hukumnya. Seperti pada umumnya, proses hukum itu sangat
lama dan terkadang tidak memberikan ketidakadilan bagi korban. Namun adanya dukungan keluarga dan keinginan korban untuk menempuh proses peradilan merupakan suatu sikap
yang patut di dukung walaupun kadangkala tidak sesuai dengan hasil yang mereka harapkan.
Pakar Kebijakan Publik UGM, Dr. Agus Heruanto Hadna menyebutkan hukum maupun kebijakan di Indonesia seharusnya diperkuat untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan, eksploitasi,
bahkan penelantaran terhadap anak. Namun kebijakan ini belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintahan. Yang ada, sistem hukum maupun kebijakan di Indonesia belum bisa
memberikan perlindungan terhadap anak dari berbagai tindak kekerasan dan eksploitasi.
28
Beberapa kasus yang telah ditangani telah menempuh proses peradilan, yang cukup panjang, pengalaman mencatat bahwa putusan pengadilan pada kasus-kasus kejahatan seksual masih
banyak yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi korbankeluarga korban dan masyarakat umum seperti masih adanya putusan yang rendah, memojokan dan menyalahkan korban terkait
peristiwa yang mereka alami, korban bahkan di viktimisasi ulang karena dianggap memberikan kontribusi pada terjadinya kasus tersebut , belum lagi prosedur konfrontir antara korban dan
pelaku yang sangat membebani psikis korban,dan akhirnya banyak Putusan pengadilan yang tidak mengedepankan kepentingan bagi korban khususnya berkaitan dengan hak-hak korban
mulai dari hak untuk mendapatkan pemulihan, rehabilitasi dan restitusi. 2.2.
Kasus Pornografi Online: Dokter Gigi Lia Halim TJANDRA ADI GUNAWAN
Pelaku yang bernama aslinya TJANDRA ADI GUNAWANmerupakan seorang dokter Gigi, namun pelaku menyamar untuk memperkenalkan diri sebagai dokter perempuan dan dalam akun
palsu facebooknya tampak seorang wanita berjilbab dengan nama akun Lia Halim, dimana pelaku mengaku sebagai dokter reproduksidengan modus untuk menjerat anak-anak dibawah
umur. Tercatat ada enam 6 orang anak yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan olehnya. korban kebanyakan masih anak-anak yang terdiri atas empat siswi pelajar SD serta
masing-masing satu siswi dan siswa pelajar SMP. Sebelum menjerat keenam korban, biasanya pelaku mempelajari profil keenam anak-anak
tersebut, lalu dia invite korban sebagai teman di Facebook dan mengajak korban chat melalui messenger. Untuk meyakinkan korbannya, terdakwa memberikan penjelasan kesehatan
tentang persoalan tubuh korban dan reproduksi pada anak-anak perempuan. pelaku biasanya menyuruh anak-anak untuk menanggalkan pakaian dan mengirimkan foto-foto telanjang
kepada pelaku melalui situs Facebook. Pelaku juga biasa meminta korban memfoto alat kelamin dan peyudaranya dengan berbagai pose dengan dalih untuk dipelajari, dan lebih parahnya,
anak-anak ini diminta melakukan masturbasi dan onani. Pelaku juga sengaja menyebar foto tanpa busana tersebut ke pada guru dan orang tuanya
untuk mengadu domba antara guru dan orang tua sehingga menimbulkan curiga dan menuduh antara yang satu dengan yang lain. Selain itu pelaku juga sengaja membuat akun lain di
facebook, dengan menggunakan identitas korban. akun ini digunakan agar tidak terlacak prilaku pelaku, agar terkesan bahwa korban yang mengunggah fotonya ke media sosial.
27
Kasus-kasus yang ditangani oleh ECPAT Indonesia Tahun 2014 sampai dengan 2015
28
http:ugm.ac.ididberita8958-hukum.indonesia.belum.mampu.lindungi.anak
20
Pelaku mengunggah foto-foto tersebut tidak hanya ke media sosial milik ke 6 korban, tetapi juga dikirimkan ke akun facebook miliknya sendiri. Foto-foto yang berada di akun facebook
pelaku mendapatkan tanggapan atau komentar dari teman-teman pelaku yang berasal dari berbagai negara.
Kepolisian menilai bahwa pelaku terlibat dalam jaringan paedofilia internasional, hal ini terlihat dari beberapa percakapan yang dilakukan oleh pelaku di facebook dengan teman-temannya.
Selain itu banyak teman-teman pelaku yang mengajak untuk saling tukar koleksi dan jual beli foto porno anak-anak.
Kasus Pornografi Anak Online, Ini Modus Tersangka
Tjandra Adi Gunawan, Manajer Quality Assurance PT KSM, mengaku sebagai dokter reproduksi di media sosial Facebook untuk menjerat anak-anak di bawah umur. Tercatat, enam anak menjadi korban
kejahatan yang dilakukan oleh alumni sekolah kedokteran gigi sebuah universitas negeri di Jawa Timur itu.
Untuk menjerat korban, Tjandra memakai nama akun dokter palsu di Facebook dengan nama perempuan Lia Halim. Yang tampak di Facebook, wanitanya cantik, kata Direktur Tindak Pidana
Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu, 16 April 2014. Sebelum menjerat korban, kata Arief, Tjandra
mempelajari profil enam anak-anak tersebut. Dia lalu invite korban sebagai teman di Facebook dan mengajak korban chat melalui messenger, ujarnya. Baca: Sebar 10 Ribu Pornografi Anak, Manajer
Ditangkap Setelah itu, Arief menambahkan, Tjandra meminta para korban memfoto alat kelamin dan payudaranya
dengan berbagai pose. Lebih parah lagi, anak-anak ini diminta melakukan masturbasi dan onani, tuturnya. Tjandra lalu mengirim foto-foto ke akun Facebook orang tua dan guru para korban. Tak hanya
Facebook, Tjandra juga menyebarnya di Kaskus. Dia lalu menggunakan identitas korban untuk mencari korban lainnya, ujar Arief. Sedangkan tujuan Tjandra mengirim foto ke orang tua korban, menurut
Arief, adalah sebagai bentuk pemerasan dan adu domba. Orang tua dengan orang tua dan orang tua dengan guru. Lalu, orang tua menuduh gurunya yang menyebar foto-foto tersebut, katanya.
Kepolisian juga menduga Tjandra berafiliasi dengan jaringan pedofilia internasional. Sebab, di laptop tersangka ditemukan percakapan dengan sejumlah warga negara asing. Tersangka menerima tawaran
untuk saling tukar dan jual-beli gambar pornografi anak, ujarnya. Adapun para korban terdiri atas empat siswi pelajar sekolah dasar dan masing-masing satu siswi dan siswa sekolah menengah.
Dampaknya atas kejadian ini, para korban merasa depresi, malu, dan tidak mau sekolah, tutur Arief.
Tempo. Kamis, 17 April 2014 | 16:21 WIB. https:m.tempo.coreadnews20140417063571393kasus-pornografi-anak-online-ini-modus-tersangka
Untuk proses penegakan hukumnya, Kepolisian menggunakan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang terdapat pada Pasal 29 dan Pasal 27 Ayat 1 jo Pasal 52
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan ancaman hukuman paling lama 12 tahun danatau denda paling banyak Rp 6 miliar. Ancaman
hukuman ditambahkan sepertiga dari maksimum ancaman pidana karena melibatkan anak- anak menjadi obyek pada kasus ini.
Dalam dakwaan modus dari pelaku di jabarkan sebagai berikut
29
; Bahwa terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat
lagi pada bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014 atau setidak – tidaknya pada
waktu lain dalam bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014 bertempat di PT. KSM
29
Lihat Putusan Nomor : 2191 Pid.B2014PN.Sby
21
Jl. Kendang sari Gang III No. 30 Surabaya Jawa Timur atau setidak-tidaknya disuatu tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Surabaya, terdakwa
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa
kejahatan, Perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :
Berawal ketika pada awal bulan November 2013 terdakwa mengirimkan permintaan perte a a kepada de ga aku fa e ook EVI URWATUL WU“QO ke udia para saksi
menerima permintaan perte a a dari pe ilik aku fa e ook EVI URWATUL WU“QO
akun milikterdakwa, setelah para saksi mengkonfirmasi akun facebook milik terdakwa para saksi mulai berteman via facebook, dengan cara terdakwa mengirimkan chatobrolan
ke inboxpesan masuk akun facebook milik para saksi Bahwa pada saat itu terdakwa memperkenalkan diri sebagai Dokter Obgyn dengan nama EVI URWATUL WUSQO yang
bekerja di RS Mitra Keluarga Cibubur.
Kemudian dalam obrolan chat akun facebook terdakwa menanyakan perihal menstruasi dan pubertaskepada para saksi dengan alasan terdakwa akan melakukan analisa terhadap
organ intim kewanitaan para saksi, sehingga terdakwa memerlukan foto telanjang para saksi dan juga foto setelah mengeluarkan cairan dari kemaluan para saksi, dengan alasan
tersebut terdakwa meminta kepada para saksi agar mengirimkan foto
– foto bagian tubuh tanpa mengenakan pakaian telanjang sesuai permintaan terdakwa seperti bagian
pa udara, ke alua para saksi ke aku fa e ook ilik terdak a aitu EVI URWATUL WU“QO ;
Kemudian pada tanggal 9 November 2013 terdakwa mendapatkan kiriman foto – foto tela ja g ilik para saksi a g asuk ke aku fa e ook terdak a aitu EVI URWATUL
WU“QO setelah terdak a e dapatka foto – foto telanjang milik para saksi melalui akun facebook
EVI URWATUL WU“QO terdak a e i pa foto-foto tersebut di flasdish merk Kingston warna biru ukuran 16 GB milik terdakwa; Kemudian sekitar bulan Desember 2013
tesangka membuat akunfacebook baru yaitu iveyaphilia dan HEN WEI, dan pada bulan Maret 2014 dengan akun facebook milik terdakwa yaitu iveyaphilia terdakwa mengapload
foto
– foto tela ja g ilik para saksi ke i o guru dari “DN. PETRA de ga judul He oh De o Bugil Bare g A ak Kelas “D PETRA “ura a a a g ada di flasdish terdak a
dengan menggunakan laptop merk ACER dan merk Lenovo milik kantor PT. KSM kantor tempat terdakwa bekerja dan menggunakan jaringan internet Speedy PT. Telkom dan
menggunakan modem AXIS milik kantor PT.KSM;
Bahwa selain akun facebook diatas terdakwa juga memiliki akun facebook yang lain yaitu RECCA HANABISHI dan akun tersebut terdakwa gunakan untuk menerimameminta foto
telanjang dari saksi lain dimana terdakwa juga berpura – pura sebagai dokter obgyn dokter
kandungan dimana terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa mengetahui perkembangan tubuh dengan melihat anatomi bagian tubuh seseorang, kemudian terdakwa meminta foto
bagian tubuh tanpa mengenakan pakaian telanjang kepada saksi sesuai permintaan terdakwa seperti bagian kemaluan dan payudara dan setelah terdakwa mendapatkan foto
– foto telanjang milik saksi foto
– foto tersebut terdakwa simpan di flasdish milik terdakwa ; Bahwa maksud dan tujuan terdakwa menyimpan foto – foto telanjang milik saksi
kedalamflasdishadalahuntukdokumentasi; Bahwa maksud dan tujuan terdakwa meminta foto telanjang dari para saksi hanya untuk iseng saja dan untuk menyadarkan para orang
tua, agar lebih memperhatikan anaknya yang masih dibawah umur yang menggunakan facebook dikarenakan sangat berbahaya apabila tidak dikontrol seperti studi kasus yang
terdakwa lakukan;
30
30
Pernyataan yang di masukkan dalam dakwaan justru melemahkan surat dakwaan
22
Jaksa penuntun mendakwa terdakwa secara kumulatif yakni pertama diancam pidana dalam Pasal 27 ayat 1 Jo Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan kedua, diancam pidana dalam pasal 29 Jo Pasal 4 ayat 1 huruf d, e dan f UU RI No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP
31
. Setalah melakukan pemeriuksaan atas saksi dan hali maka Jaksa Penuntut Umum kemudian
menuntut terdakwa
32
: Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
beberapa tindak pidana tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan bersalah melakukan beberapa tindak pidana menyebarluaskan pornografi yang memuat ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan, alat kelamin atau pornografi anak sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu Pasal 27 ayat 1 Jo Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008
tentangInformasi Dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan Dakwaan Kedua Pasal 29 Jo Pasal 4 ayat 1 huruf d, e dan f UU RI No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi Jo
Pasal 65 ayat 1 KUHP;
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN dengan pidana penjara selama 4 empat tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan,dengan perintah
terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah subsidair 6 enam bulan kurungan
Pengadilan Negeri Surabaya kemudian menjatuhkan putusan
33
Menyatakan terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN Als. RECCA HANABISHI, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak mendistribusikan
danatau menstransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan
bersalah melakukan beberapa tindak pidana menyebarluaskan pornografi yang memuat ketelanjangan atau tampilan yangmengesankan ketelanjangan, alat kelamin atau pornografi
anak.
Menjatuhkan pidana kepada terdakwa TJANDRA ADI GUNAWAN Als. RECCA HANABISHI, tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 empat tahun dan denda sebesar
Rp.1.000.000.000.000,- satu milyar rupah dengan catatan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana selama 6 enam bulan kurungan
Terbukti Bersalah, Dokter Pedofil Dihukum Empat Tahun Penjara
Tjandra Adi Gunawan, dokter yang menjadi terdakwa kasus peadofil harus mendekam di dalam penjara selama empat tahun. Dia juga diwajibkan membayar denda Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan
penjara. Majelis hakim pada sidang di Pengadilan Negeri PN Surabaya, Senin 191 dalam amar putusannya menyatakan bahwa terdakwa terbukti melanggar pasal 27 ayat 1 UU No 1 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik ITE, junto pasal 45 ayat 1 UU No 1 tahun 2008 tentang ITE, dan pasal 65 KUHP tentang Pornografi.
Putusan ini sama dengan tuntutan jaksa penuntut umum JPU, Ririn Dwi Aryani, pada sidang sebelumnya. Artinya, hakim dan jaksa sepakat tentang pelanggaran yang dilakukan oleh alumnus
Kedokteran Gigi Unair tersebut.
31
Lihat Putusan Nomor : 2191 Pid.B2014PN.Sby
32
ibid
33
ibid
23 Dalam persidangan, terdakwa terbukti dengan sengaja mendistribusikan dan meng-upload foto-foto
korban, rata-rata anak di bawah umur, yang tanpa mengenakan busana. Foto-foto itu di-upload di jejaring sosial Facebook milik terdakwa.
Perbuatan terdakwa telah mempermalukan keluarga korban, sekolah korban, dan psikologis korban. Perbuatan terdakwa juga telah meresahkan masyarakat, terutama bagi anak-anak perempuan, ujar
Ketua Majelis Hakim Manungku dalam amar putusannya, Senin 1912015. Hal yang memberatkan, terdakwa tidak mengakui perbuatannya dan berbelit-belit dalam memberikan keterangan di
persidangan, sambungnya. Atas putusan ini, terdakwa melalui tim kuasa hukumnya menyatakan pikir- pikir. Mereka menggunakan waktu satu minggu untuk memutuskan menerima atau banding atas vonis
ini.
Sementara jaksa Muhklis yang mewakili JPU Ririn langsung menyatakan banding. Alasannya, masa penahanan terdakwa akan berakhir dalam beberapa hari ke depan. Jika tidak banding, terdakwa bisa
lepas demi hukum, karena masa penahanannya akan habis pada 21 januari besok, jawabnya.
Kasus ini bermula saat terdakwa mencari korbannya dengan cara menyamar sebagai dokter perempuan di dunia maya. Dia menyaru dokter kesehatan reproduksi remaja, dia mengundang korbannya lewat
facebook. Setelah berteman, terdakwa mulai melancarkan aksinya. Untuk meyakinkan korbannya, terdakwa memberikan penjelasan kesehatan tentang reproduksi. Lantas terdakwa meminta korban
untuk memfoto dirinya sendiri mulai dari berpakaian lengkap hingga telanjang.
Terdakwa kemudian meminta para korban mengirimkan foto telanjangnya dengan dalih untuk dipelajari, tetapi setelah foto dikirim, malah di-upload dan disebarkan oleh terdakwa. Tak tanggung-
tanggung, ada sekitar 10.236 foto dan semuanya anak-anak. Polisi akhrinya mengungkap kasus ini terdakwa Tjandra Adi Gunawan diciduk di tempat kerjanya di Surabaya pada Senin 2432014 sekitar
pukul 13.00 WIB .
TRIBUNNEWS.COM Senin, 19 Januari 2015 21:45 WIB http:www.tribunnews.comregional20150119terbukti-bersalah-dokter-pedofil-dihukum-empat-tahun-
penjara
2.3. Kasus Paedofill Wisata Sex di Bali : JAN JACOBUS VOGEL Alias JAN VOGEL