Studi abnormalitas gigi pada kuda delman di Kota Bogor

STUDI ABNORMALITAS GIGI PADA KUDA DELMAN
DI KOTA BOGOR

FRIZKY AMELIA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Abnormalitas
Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Frizky Amelia
NIM B04090017

ABSTRAK
FRIZKY AMELIA. Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor.
Dibimbing oleh BUDHY JASA WIDYANANTA dan DENI NOVIANA.
Kuda delman merupakan hewan pekerja yang dimanfaatkan masyarakat
kota Bogor sebagai transportasi wisata. Penelitian mengenai kuda delman belum
banyak dilakukan, termasuk kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi dan mendeskripsikan abnormalitas gigi kuda delman di kota
Bogor melalui dua tahap, yaitu pengisian kuesioner dan wawancara kepada kusir
serta pemeriksaan gigi kuda delman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
abnormalitas gigi kuda delman berupa 100% bit sore, 80% sharp enamel points,
dan 30% laserasi mulut. Abnormalitas gigi seri berupa 20% overjet dan 10%
underjet. Abnormalitas taring berupa 30% pemotongan gigi dan 10%
periodontitis. Premolar 1 dimiliki oleh 50% kuda yang diperiksa. Abnormalitas
geraham berupa 10% stepped mouth, 30% wave mouth, dan 60% cupped out. Kait
gigi terbentuk pada rostral geraham sebesar 10%, caudal 30%, dan rostrocaudal
30%. Abnormalitas gigi pada kuda delman sebagian besar tergolong minor dan
berkaitan erat dengan ukuran bit, usia kuda, pakan, abnormalitas gigi yang lain,

manipulasi manusia, dan genetik.
Kata kunci: kuda delman, kota Bogor, pemeriksaan gigi, abnormalitas gigi

ABSTRACT
FRIZKY AMELIA. Studies on the Delman Horse’s Dental Abnormalities in
Bogor City. Supervised by BUDHY JASA WIDYANANTA and DENI
NOVIANA.
Delman horse is one of the working animal that commonly used by the
Bogor citizen as today tour transportation. Research on delman horse has not been
done, including the dental health. The aim of this study is to identify and describe
dental abnormalities on delman horses in Bogor city. This research was conducted
in two stage, which are filled the questionnaires and interviewed with coachmen
and also examined delman horse’s teeth. The results showed that horses have
100% bit sore, 80% sharp enamel points, and 30% mouth laceration. Incisors
abnormalities were 20% overjet and 10% underjet. Canine abnormalities were
30% canines cutted and 10% canine periodontitis. Wolf teeth owned by 50% of
examined horse. Cheek teeth abnormalities were 10% stepped mouth, 30% wave
mouth, and 60% cupped out. Hooks formed 10% at the rostral cheek teeth, 30%
caudal, and 30% rostrocaudal. Dental abnormalities in delman horses mostly
considered as minor and closely related to the bit size, horse’s age, feed, others

dental abnormalities, human manipulation, and genetic.
Keywords: delman horse, Bogor city, dental exam, dental abnormalities

STUDI ABNORMALITAS GIGI PADA KUDA DELMAN
DI KOTA BOGOR

FRIZKY AMELIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor

Nama
: Frizky Amelia
NIM
: B04090017

Disetujui oleh

drh Budhy Jasa Widyananta, MSi
Pembimbing I

drh Deni Noviana, PhD
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:


Judul Skripsi : Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor
Nama
Frizky Amelia
NIM

: B040900 17

Disetujui oleh

drh Budhy Jasa Widyananta, MSi
Pembimbing I
.

Tanggal Lulus:

drh Delli Noviana, PhD
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai
Maret 2013 ini berjudul Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada drh Budhy Jasa Widyananta, MSi dan
drh Deni Noviana, PhD selaku pembimbing skripsi yang tanpa lelah memberikan
masukan dan saran yang membangun. Disamping itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD selaku
pembimbing akademik yang senantiasa menyemangati penulis untuk belajar lebih
giat. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh Nanda Aditya
Sukma dan segenap kusir delman di kota Bogor yang sudah bekerja sama dan
membantu penulis dalam pengoleksian data. Tak lupa, penulis sampaikan rasa
terima kasih yang besar kepada Papa, Mama, dan Adik-adik, serta seluruh
keluarga besar penulis yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat,
dan cinta yang tulus.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis ini, oleh
karena itu saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis hargai.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Frizky Amelia


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

ManfaatPenelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

6

Bahan

6

Alat


6

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Prosedur Penelitian

7

Analisis data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
13


Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1.
2.


Jenis abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman (n=10)
Keterkaitan hambatan pergerakan rahang dengan abnormalitas gigi

8
13

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Gambaran umum jenis gigi kuda
Pulpar exposure
Ilustrasi abnormalitas cheek teeth dari lateral view
Ilustrasi sharp enamel points
Kejadian mouth laceration dan cupped out
Bit sore
Overjet
Underjet
Masalah pada canine
Wolf teeth dan sharp enamel points
Masalah pada cheek teeth
Cupped out

2
3
5
6
9
9
10
10
11
11
12
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Delman merupakan transportasi tradisional kota Bogor yang menggunakan
kuda sebagai penarik keretanya. Penelitian mengenai kuda delman tidak banyak
dilakukan dan dipublikasikan, padahal hewan ini merupakan salah satu komoditas
pasien dokter hewan.
Salah satu aspek yang menjadi bagian penting dalam pemeliharaan dan
perawatan kesehatan kuda adalah perawatan gigi. Hal ini dikarenakan gigi
berperan penting dalam kehidupan kuda dan sering mengalami masalah kesehatan
yang 80% diantaranya tidak terdiagnosa karena tidak menunjukkan gejala klinis
(Dixon 2011). Kesehatan gigi dan mulut harus dijaga agar kuda merasa nyaman
saat makan maupun bekerja (Griffin 2013). Beberapa faktor yang memengaruhi
kesehatan gigi kuda antara lain adalah aktivitas kuda, pakan, usia, dan genetik
(Kouskoura et al. 2011).
Kuda delman membutuhkan perawatan kesehatan gigi karena terdapat
beberapa predisposisi abnormalitas gigi, seperti ukuran bit yang tidak sesuai, usia
kuda, pakan, manipulasi manusia, abnormalitas gigi yang lain, dan genetik.
Penelitian mengenai gigi kuda delman di kota Bogor belum pernah
dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai kusir dan
memeriksa gigi kuda delman. Hasil penelitian yang didapat akan berguna sebagai
informasi dasar kesehatan gigi kuda delman di kota Bogor.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
berbagai abnormalitas gigi dan penyebabnya pada kuda delman di kota Bogor.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengenalkan peran dokter hewan,
terutama dalam pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan gigi kuda, khususnya
kepada kusir delman.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sivitas akademika yang bergerak
di bidang kesehatan hewan sebagai informasi dasar mengenai kesehatan gigi kuda
delman di kota Bogor. Data penelitian ini dapat menjadi acuan atau pendukung
penelitian serupa di kemudian hari. Pemeriksaan gigi dan penjabaran singkat
mengenai abnormalitas yang ditemukan dapat menjadi sarana untuk mengenalkan
peran dokter hewan dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi kuda kepada kusir delman.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kuda merupakan hewan hypsodont dengan mahkota gigi yang panjang (long
crown teeth) dan proses erupsi gigi yang lama (Eronen et al. 2009). Jumlah gigi
kuda bervariasi sebanyak 36-44 buah (Griffin 2013) dan akan tererupsi 3-4mm per
tahun (Arnott 2008). Kuda memiliki gigi seri (incisor), taring (canine), serta
premolar dan molar atau cheek teeth (CT) seperti pada Gambar 1. Setiap gigi
memiliki 3 bagian yaitu, crown (bagian mahkota gigi yang tampak), reserve
crown (bagian mahkota gigi yang berada di dalam alveoli), dan akar gigi. Panjang
total gigi kuda adalah 8-10cm dan dapat tereduksi 3-4cm saat berusia tua (Henry
2011;Baratt 2011). Setiap gigi terdiri dari enamel, dentin, cementum, dan pulp
cavity (Arnott 2008).

a

b

c
d
Gambar 1 Gambaran umum jenis gigi kuda. Rahang a) maksila lateral, b) maksila
ventral, c) mandibula lateral, dan d) mandibula dorsal. Sumber: Rouge (2002).

Kuda delman merupakan hewan pekerja yang dimanfaatkan oleh
masyarakat kota Bogor sebagai transportasi wisata. Kuda pekerja ini memiliki
beberapa predisposisi abnormalitas gigi, seperti faktor lingkungan, genetik, usia
kuda, dan abnormalitas gigi yang lain (Kouskoura et al. 2011). Faktor lingkungan
yang menjadi predisposisi masalah gigi diantaranya adalah ukuran bit, pakan, dan
manipulasi manusia.
Predisposisi pertama abnormalitas gigi kuda delman adalah ukuran bit yang
tidak sesuai dengan mulut kuda. Bit merupakan salah satu alat komunikasi kusir
dengan kuda. Pemakaian bit yang terlalu kecil bersifat invasif dan menyakitkan
sehingga pergerakannya tidak leluasa dan justru melukai bibir, mukosa mulut,
gusi, gigi, dan lidah serta mengakibatkan stress (Cook 2003;Bennett 2006).
Predisposisi kedua adalah usia kuda yang secara langsung memengaruhi
kondisi gigi, termasuk kecenderungan abnormalitasnya. Kecenderungan

3
abnormalitas gigi pada kuda berusia muda adalah cacat kongenital dan
pertumbuhan abnormal, sementara pada kuda tua berupa fraktur, tartar, keausan
gigi, dan infeksi (Maslauskas et al. 2008).
Predisposisi ketiga adalah pakan. Rumput merupakan pakan alami kuda
yang banyak mengandung serat kasar dan silika serta mampu mengasah gigi
secara perlahan melalui proses mastikasi. Pakan kuda yang lain adalah konsentrat
yang kandungan energinya lebih besar dari rumput, namun membuat kisaran
gerak rahang menjadi lebih sempit dan memendekkan waktu mastikasi (Masey
O'Neill et al. 2010). Struktur konsentrat mudah hancur sehingga mengurangi
power stroke, yaitu salah satu tahap mastikasi saat mandibula bergerak ke
mediodorsal bersamaan dengan pergerakan lidah (Huthmann et al. 2009).
Pemberian konsentrat memudahkan terbentuknya penajaman enamel atau sharp
enamel points (SEPs) pada daerah buccal maksila dan lingual mandibula (Dacre
2006).
Predisposisi keempat adalah manipulasi manusia, seperti pemotongan dan
pengikiran gigi. Pemotongan gigi terutama dilakukan pada canine yang panjang
keseluruhannya dapat mencapai 7cm (Dixon dan Dacre 2005). Pemotongan
canine bertujuan mengurangi bahaya gigitan kuda, serta mencegah terjepitnya
lidah diantara bit dan canine. Anatomi gigi kuda harus dipahami dengan benar
sebelum melakukan pemotongan gigi untuk mencegah terbukanya rongga gigi
atau pulpar exposure (Gambar 2) yang menyebabkan pulpitis, rasa sakit,
ketidaknyamanan, dan infeksi (Dixon 2011).

Gambar 2 Pulpar exposure. Sumber: Dixon 2011.

Predisposisi kelima adalah abnormalitas gigi yang lain. Gigi yang hilang
atau copot akan menyebabkan terbentuknya stepped mouth pada rahang yang
berlawanan. Contoh lain adalah pembentukan hook pada kuda yang mengalami
overjet (Du Toit dan Dixon 2012).

4
Predisposisi keenam adalah genetik, misalnya malocclusion. Johnston
(2006) mengungkapkan bahwa abnormalitas ini dibagi menjadi beberapa kelas,
yaitu orthoclusion (kelas 0), neutroclusion (kelas I), mandibular distoclusion
(kelas II), dan mandibular mesioclusion (kelas III). Orthoclusion merupakan
kondisi normal dari rahang dan gigi. Neutroclusion merupakan kondisi posisi dan
bentuk rahang normal, namun gigi tumbuh pada posisi atau arah yang salah.
Mandibular distoclusion merupakan kondisi rahang mandibula yang relatif lebih
pendek dibandingkan dengan maksila, misalnya overjet. Mandibular mesioclusion
merupakan kondisi rahang mandibula yang lebih panjang dibandingkan dengan
maksila, misalnya underjet (Cruz et al. 2008).
Abnormalitas tidak hanya terjadi pada gigi, tetapi juga dapat terjadi pada
bagian lain dari mulut seperti bibir, mukosa pipi, dan lidah. Beberapa
abnormalitas yang umum ditemukan pada kuda adalah laserasi mulut (mouth
laceration), bit sore, overjet, underjet, periodontitis, wolf teeth, stepped mouth,
wave mouth, cupped out, hook, dan SEPs (Dixon dan Dacre 2005).
Mouth laceration merupakan perlukaan pada mukosa mulut atau pipi yang
disebabkan oleh enamel yang tajam, benda asing diantara gusi, pipi, dan gigi,
serta bit yang terlalu kecil (Tell et al. 2008). Sementara bit sore merupakan luka
pada bibir akibat bergesekan dengan bit.
Overjet atau mandibular brachygnatism merupakan kelainan incisor yang
umum ditemukan pada kuda (Dixon dan Dacre 2005) yaitu saat kondisi incisor
maksila terletak lebih rostral dibandingkan dengan permukaan incisor mandibula,
namun keduanya masih bersentuhan. Overjet yang diabaikan dapat menjadi
overbite (Dixon 2011), yaitu kondisi incisor maksila dan mandibula yang tidak
bersentuhan (Peters et al. 2008).
Underjet merupakan kondisi dimana incisor mandibula berada lebih rostral
dibandingkan dengan incisor maksila, namun keduanya masih bersentuhan (Peters
et al. 2008). Kejadian ini lebih banyak ditemukan pada keledai (Du Toit dan
Dixon 2012). Underjet sering disebabkan oleh overgrowth dari incisor tengah
mandibula (Dixon dan Dacre 2005).
Equine periodontal disease (EPD) merupakan gangguan kesehatan
periodontium secara umum pada kuda berbagai usia yang disertai dengan
inflamasi dan infiltrasi sel radang. Abnormalitas ini dapat terjadi akibat impaksi
pakan pada celah gigi (Cox et al. 2012). Terdapat 4 tahap EPD, yaitu ginggivitis,
early periodontitis, moderate periodontitis, dan advance periodontitis. Pada tahap
ginggivitis terjadi penumpukan plak dan calculus serta peradangan gusi di sekitar
gigi. Selanjutnya, early periodontitis, penumpukan plak dan calculus memanjang
ke bagian reserve crown dan terjadi pembentukan kantung (periodontal pocket).
Pada tahap moderate periodontitis, plak dan calculus serta periodontal pocket
memanjang hingga ke akar gigi. Pada tahap akhir, advance periodontitis, kondisi
semakin parah akibat peradangan hebat dan mengakibatkan gigi mudah copot
(Rosenberg 2008).
Wolf teeth merupakan gigi premolar 1 dengan ukuran 1-2cm yang secara
fisiologis tidak dibutuhkan dalam proses mastikasi. Wolf teeth sering menjadi
sasaran benturan bit karena berada di baris depan CT dan menimbulkan rasa sakit
sehingga banyak dicabut, terutama pada kuda olah raga dan pekerja (Dixon dan
Dacre 2005). Gigi ini tidak selalu ada pada setiap kuda dan biasanya muncul pada
usia 6-18 bulan (Easley 1999a).

5
Wave mouth merupakan kondisi crown CT yang tidak sama tinggi sehingga
permukaannya terlihat seperti gelombang dengan presentase kejadian 3-8%
(Peters et al. 2008). Wave mouth dapat disebabkan oleh fraktur gigi atau rahang
dan overbite (Bradley 2002). Kondisi ini menginduksi terjadinya EPD melalui
pembentukan periodontal pocket (Anthony et al. 2010).
Stepped mouth merupakan kondisi peninggian crown CT yang secara
ekstrim tidak rata. Stepped mouth dapat disebabkan oleh hilangnya gigi yang
berhadapan dengan crown tersebut, retained deciduous caps, dan atau keausan
gigi yang tidak merata (Dixon 2011;Peters et al. 2008).
Bentuk abnormalitas lain adalah cupped out dan pembentukan hook.
Cupped out dapat diartikan sebagai hilangnya lipatan enamel gigi yang membuat
permukaan gigi menjadi tidak rata (Du Toit et al. 2008). Cupped out dapat
menjebak makanan di dalam celah gigi dan mengakibatkan periodontitis (Ireland
et al. 2012). Sementara hook terbentuk dari bagian enamel yang menajam dan jika
diabaikan akan semakin tajam seiring dengan bertambahnya usia. Hook dapat
mengakibatkan luka, rasa sakit (Arnott 2008), dan kesulitan dalam mengendalikan
kuda saat dinaiki, namun tidak memengaruhi kecernaan pakan (Carmalt et al.
2005). Ilustrasi abnormalitas pada CT dapat dilihat pada Gambar 3.

a

b

c
d
Gambar 3 Ilustrasi abnormalitas cheek teeth dari lateral view. (a) wave mouth, (b)
stepped mouth, (c) rostral hook, dan (d) caudal hook. Sumber: Johnson
(2000).

Sharp enamel points merupakan abnormalitas yang secara normal dapat
terbentuk karena kuda memiliki maksila 30% lebih lebar dibandingkan dengan
mandibula (Dixon dan Dacre 2005). Kondisi ini mengakibatkan perbedaan lebar
permukaan CT, serta arah dan tekanan gerakan dalam siklus mastikasi (Dacre
2006). Sharp enamel points yang tidak dihilangkan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan karena menyebabkan iritasi, perlukaan, peradangan, serta
penebalan mukosa pipi dan atau lidah (Arnott 2008). Sharp enamel points

6
(Gambar 4) merupakan abnormalitas yang paling banyak ditemukan pada kuda
(Maslauskas et al. 2008;Peters et al. 2008).

Gambar 4 Ilustrasi sharp enamel points. Sumber: Johnson (2000).

Abnormalitas gigi dapat dideteksi melalui penyimpangan perilaku seperti
kolik, halitosis, quidding, anoreksia, nasal discharge, sensitif terhadap
penggunaan bit, hipersalivasi, penurunan bobot badan, dan crib-biting (Dixon dan
Dacre 2005;Du Toit et al. 2008;Johnson dan Porter 2010). Quidding merupakan
perilaku menjatuhkan makanan saat mengunyah. Sementara crib-biting
merupakan kebiasaan menggigit dan menahan suatu objek dengan incisor maksila
kemudian melengkungkan dan menarik mundur otot leher secara berlebihan
(Henry 2011;Johnson dan Porter 2010).

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh ekor kuda
delman berjenis kelamin jantan dengan rentang usia 2,5-27 tahun. Sampel kuda
berasal dari dua shelter yaitu, Cimanggu dan Cibalagung, Bogor.
Alat
Peralatan yang dibutuhkan saat pengambilan data kuesioner dan wawancara
adalah kuesioner, alat tulis, dan kamera digital. Peralatan yang dibutuhkan saat
pemeriksaan kesehatan umum dan gigi pada kuda delman adalah spoit 50mL,
mouth gag (spekulum), lampu senter atau head lamp, kertas pemeriksaan gigi, pita
pengukur bobot dan tinggi badan kuda, stetoskop, termometer, dan kamera digital.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data kuesioner dan wawancara dilakukan di sekitar pasar dan
Istana Bogor, serta rumah kusir. Sementara pemeriksaan kesehatan umum dan
gigi dilakukan di kandang kuda delman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2012 sampai dengan Maret 2013.

7
Prosedur Penelitian
Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data utama dan data pendukung.
Data utama merupakan hasil pemeriksaan gigi kuda delman, meliputi kondisi
normal dan abnormal yang ditemukan. Sementara data pendukung merupakan
hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan dengan kusir serta pemeriksaan
kesehatan secara umum.
Data pendukung diambil sebelum data utama, yang meliputi data kusir,
anamnesa, sinyalemen, status present, perilaku abnormal kuda saat makan atau
menarik kereta delman, perawatan kesehatan secara menyeluruh, serta perawatan
kesehatan gigi. Data ini merupakan informasi dasar mengenai kusir dan kuda
delman.
Data utama didapatkan dengan melakukan pemeriksaan eksternal dan
internal gigi dari sepuluh ekor kuda delman yang dipilih secara acak. Inspeksi,
palpasi, dan perkusi dilakukan secara bertahap. Inspeksi dilakukan dengan
mengamati regio kepala kuda untuk melihat ada tidaknya abnormalitas (kelainan
bentuk), perubahan bentuk (atrofi) pada otot masseter, kesimetrisan dan
keseimbangan kepala, serta lesio pada area bibir (Henry 2011). Inspeksi
dilanjutkan pada bagian hidung yang meliputi kesimetrisan aliran udara,
kebengkakan sinus, dan discharge (Du Toit 2011).
Palpasi dilakukan pada limfonodus (ln) regio kepala yaitu ln.
Retropharyngeal dan ln. Submandibularis. Palpasi mendalam dilakukan pada pipi
yang sejajar dengan CT untuk melihat ada tidaknya SEPs melalui respons sakit.
Palpasi dilanjutkan pada persendian tulang temporal dan mandibula untuk melihat
ada tidaknya rasa sakit atau tidak nyaman pada bagian tersebut (Baratt 2011).
Perkusi dilakukan pada area sinus paranasalis untuk mengecek ada tidaknya
kebengkakan (Gerard et al. 2006).
Bibir maksila kuda dibuka ke atas dan bibir mandibula ke bawah untuk
melihat incisor. Jumlah, bentuk, dan kesimetrisan incisor diamati dari depan dan
samping. Kemudian dilakukan penentuan usia kuda dengan melihat bentuk,
warna, bintang gigi, dan galvayne’s grooves pada incisor. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan terhadap canine. Pengamatan dilakukan terhadap kelainan
posisi, bentuk, dan tartar dari canine.
Dua manipulasi gerak dilakukan berupa rostrocaudal mobility (RCM) dan
lateral jaw excursion (LJE) untuk melihat fleksibilitas gerak rahang saat
mastikasi. Gerak RCM merupakan perubahan posisi mandibula terhadap maksila
saat rahang digerakkan ke atas dan bawah yang dapat ditingkatkan 0-4mm dengan
pengikiran gigi (Carmalt et al. 2003). Sementara gerak LJE merupakan gerakan
rahang mandibula ke sisi kiri dan kanan secara bergantian sejauh 1-2cm (Rucker
2002). Manipulasi gerakan ke arah lateral dapat menggambarkan lebar kontak dua
permukaan gigi maksila dan mandibula saat proses mastikasi berlangsung (Griffin
2013).
Setelah pemeriksaan eksternal dilakukan, prosedur selanjutnya adalah
pemeriksaan internal gigi kuda. Mouth gag dipasang di mulut kuda. Pencucian
mulut kuda dilakukan dengan syringe 50mL yang berisi air untuk menghilangkan
sisa pakan di dalam mulut. Senter atau head lamp digunakan untuk membantu
mengamati bagian dalam mulut. Inspeksi dilakukan untuk melihat permukaan,
jumlah, serta abnormalitas gigi, gusi, lidah, palatum, dan mukosa (Henry 2011).

8
Palpasi dilakukan setelah inspeksi untuk menentukan bentuk, posisi, dan jumlah
gigi, serta merasakan ketajaman enamel (Easley 1999a). Kecermatan sangat
diperlukan dalam pemeriksaan internal gigi kuda karena kebanyakan masalah gigi
tidak terdiagnosa meskipun menyebabkan rasa sakit (Dixon dan Dacre 2005).
Setelah itu, dilakukan pencatatan terhadap kondisi gigi.
Analisis Data
Data utama berupa abnormalitas gigi dikumpulkan dan dibuat prevalensi
kejadiannya untuk kemudian dijelaskan secara deskriptif. Sementara data
pendukung menjadi informasi untuk merunut penyebab abnormalitas gigi yang
ditemukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kisaran jumlah gigi sepuluh ekor kuda delman di kota Bogor adalah 40-42
gigi dengan rataan 41 gigi per ekor yang menunjukkan bahwa sebagian besar kuda
berusia dewasa. Adapun berbagai abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda
delman dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman (n=10)
No.
Jenis Abnormalitas
Jumlah (%)
1
Laserasi mulut (mouth laceration)
30
2
Bit sore
100
3
Pergerakan rahang
10
a. Lateral jaw excursion (LJE)
60
b. Rostrocaudal mobility (RCM)
4
Seri (Incisor)
20
a. Overjet
10
b. Underjet
5
Taring (Canine)
30
a. Pemotongan taring (canine cutted)
10
b. Periodontitis
6
Premolar 1 (wolf teeth)
20
a. Kiri atas
10
b. Kanan atas
20
c. Kiri dan kanan atas
7
Premolar dan molar atau cheek teeth (CT)
10
a. Stepped mouth
30
b. Wave mouth
60
c. Cupped out
d. Kait gigi (hook)
10
– Rostral
30
– Caudal
30
– Rostrocaudal
Penajaman enamel atau Sharp enamel points
8
80
(SEPs)

9
Abnormalitas tidak hanya terjadi pada gigi, tetapi juga dapat terjadi pada
bagian lain dari mulut seperti bibir, mukosa pipi, dan lidah. Abnormalitas pada
mukosa pipi berupa mouth laceration terjadi sebanyak 30% dari total kuda yang
diperiksa (Gambar 5). Mouth laceration pada kuda delman tergolong besar
(>0,5cm) serta disebabkan oleh ukuran bit yang tidak sesuai dan SEPs (Tell et al.
2008). Sebanyak 80% kuda delman memiliki SEPs, namun hanya 20%
diantaranya yang mengalami mouth laceration. Sharp enamel points terjadi akibat
kurangnya pemberian pakan berserat tinggi seperti rumput yang mampu mengasah
enamel secara alami melalui proses mastikasi. Sharp enamel points yang dimiliki
kuda delman tergolong minor karena berukuran ±2mm dan tidak banyak
menimbulkan gangguan mastikasi. Kuda dengan dominasi pakan rumput seperti
kuda delman cenderung memiliki SEPs yang lebih sedikit (Masey O'Neill et al.
2010).

Gambar 5 Kejadian mouth laceration dan cupped out. Mouth laceration pada mukosa pipi
(panah besar) dan cupped out (panah kecil). Sumber: dokumentasi pribadi.

Berdasarkan pemeriksaan gigi, 100% kuda delman memiliki bit sore atau
luka pada bibir akibat ukuran bit yang tidak sesuai (Gambar 6). Bit merupakan
salah satu alat komunikasi kusir dengan kuda melalui prinsip pressure and release
(Bennett 2006). Penggunaan bit dapat mengakibatkan rasa takut dan sakit serta
mengganggu sistem pernapasan (Cook 2003). Pemakaian bit yang terlalu kecil
menjadi predisposisi utama terjadinya bit sore dan mouth laceration (Tell et al.
2008).

Gambar 6 Bit sore. Tanda panah menunjukkan bit sore akibat pemakaian bit yang terlalu
kecil. Sumber: dokumentasi pribadi.

Overjet merupakan contoh class II malocclusion (mandibular distoclusion)
dan disebabkan oleh faktor genetik (Klugh 2004). Overjet (Gambar 7) terjadi

10
sebanyak 20% dan menghambat RCM karena incisor maksila berada di depan
incisor mandibula dan membatasi pergerakannya. Overjet dapat menyebabkan
terbentuknya hook pada bagian rostral dan caudal CT (Du Toit dan Dixon 2012).
Hal ini dibuktikan dengan adanya rostral dan caudal hook pada 50% kuda yang
mengalami overjet.

a

b

Gambar 7 Overjet. Dilihat dari (a) lateral view dan (b) front view. Incisors maksila
berada di rostral incisors mandibula (ditunjukkan oleh tanda panah).
Sumber: dokumentasi pribadi.

Underjet merupakan contoh class III malocclusion (mandibular
mesioclusion) dan dipengaruhi secara kuat oleh faktor genetik (Cruz et al. 2008).
Underjet (Gambar 8) terjadi 10% dan lebih sulit dikenali dibandingkan dengan
overjet, namun mudah dilihat dari sisi lateral.

Gambar 8 Underjet. Incisors mandibula berada di rostral incisors maksila (ditunjukkan
oleh tanda panah). Sumber: dokumentasi pribadi.

Kelainan canine pada kuda delman berupa 30% pemotongan canine dan
10% periodontitis. Pemotongan canine merupakan bentuk abnormalitas gigi
akibat manipulasi manusia untuk membuat canine terlihat belum tumbuh/panjang
dan mengurangi bahaya gigitan kuda. Sementara periodontitis merupakan
peradangan pada gigi dan bagian di sekitar gigi. Abnormalitas ini lebih banyak
ditemukan pada kuda dewasa (Crabill dan Schumacher 1998) dan utamanya
disebabkan oleh adanya celah antar gigi (Dixon et al. 2013). Periodontitis juga
dapat disebabkan oleh akumulasi pakan dan bakteri pada gigi sehingga
membentuk plak atau calculus serta trauma pada gigi dan daerah sekitarnya.
Gambar 9 menunjukkan periodontitis tahap 1 (ginggivitis) yang terjadi di sekitar
taring yang rusak. Baik pemotongan taring maupun periodontitis dapat
memungkinkan terjadi infeksi karena adanya pulpar exposure.

11
Abnormalitas gigi juga dapat ditemui pada CT, salah satunya adalah wolf
teeth (Gambar 10). Sebanyak 40-80% kuda domestik memiliki lebih dari 1 wolf
teeth (Easley 1999b). Wolf teeth dimiliki oleh 50% kuda delman dan 20%
diantaranya sulit dikendalikan saat berbelok ke kiri maupun kanan. Hal ini
dikarenakan saat tali kendali ditarik, bit membentur wolf teeth dan mengakibatkan
rasa sakit sehingga kuda akan menolak untuk berbelok. Wolf teeth muncul pada
usia 6-18 bulan dan cenderung dimiliki oleh kuda jantan (Easley 1999a).

Gambar 9

a
b
Masalah pada canine. Tanda panah menunjukkan a) canine cutted dan
b) Periodontitis. Sumber: dokumentasi pribadi.

Gambar 10 Wolf tooth dan sharp enamel points. Wolf teeth ditunjukkan oleh panah kecil
dan SEPs panah besar. Sumber: dokumentasi pribadi.

Stepped mouth, wave mouth, dan hook merupakan abnormalitas gigi yang
tergolong ke dalam class I malocclusion (neutroclusion), yaitu kondisi panjang
rahang yang normal namun gigi tumbuh pada posisi atau arah yang salah (Baratt
2011). Stepped mouth terjadi sebanyak 10% dan wave mouth 30% (Gambar 11).
Stepped mouth dimiliki oleh 1 ekor kuda yang berusia 27 tahun. Wave mouth
dimiliki oleh 3 ekor kuda yang masing-masing berusia 17, 20, dan 23 tahun. Wave
mouth dan stepped mouth cenderung terjadi pada kuda yang berusia tua (Anthony
et al. 2010), terutama jika terdapat gigi yang hilang atau copot pada salah satu
rahang.
Hook dapat terbentuk pada bagian rostral, caudal, maupun rostrocaudal
(Gambar 11). Rostral hook terbentuk pada premolar 2 dan dapat mengakibatkan
rasa sakit, bit pressure points, dan buccal surface ulcus (Baker 2005a). Sementara
caudal hook terbentuk pada molar 3. Sebanyak 25% kuda yang memiliki rostral
hook juga memiliki caudal hook (Peters et al. 2008) seperti 3/7 ekor kuda delman

12
yang diperiksa. Hook dapat terbentuk akibat adanya overjet ataupun kurangnya
pemberian pakan berserat tinggi seperti rumput.

Gambar 11

a
b
Masalah pada cheek teeth. a) stepped mouth, cupped out, rostral hook dan
caudal hook. b) wave mouth, rostral hook, dan caudal hook. Tanda
menunjukkan cupped out, tanda panah menunjukkan rostral hook. Sumber:
dokumentasi pribadi.

Kasus lain yang banyak ditemukan pada CT adalah cupped out sebanyak
50% (Gambar 5, 11a, dan 12). Cupped out merupakan kondisi terlepasnya cup
gigi yang secara alami dapat terjadi pada kuda yang berusia lebih dari 15 tahun
(Ireland et al. 2012). Usia kuda delman yang mengalami cupped out berkisar
antara 13 sampai 27 tahun.

Gambar 12 Cupped out. Tanda panah menunjukkan gigi yang mengalami cupped out.
Sumber: dokumentasi pribadi.

Mayoritas abnormalitas gigi pada kuda delman dapat dikenali melalui
penyimpangan perilaku kuda, misalnya quidding 56%, anoreksia 24%, sulit
dikendalikan saat berbelok 18%, dan crib-biting 45%. Abnormalitas gigi juga
dapat dikenali dengan terhambatnya gerakan LJE 10% dan RCM 60%.
Keterkaitan hambatan gerak LJE dan RCM dengan abnormalitas gigi yang
ditemukan pada kuda delman dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hambatan gerak LJE berkaitan erat dengan
overjet, wave mouth, dan hook, sementara RCM berkaitan erat dengan hook dan
cupped out. Hook secara mekanik dapat menghambat gerak LJE karena mengunci
rahang saat kuda menggerakkan kepalanya ke atas dan bawah (Dixon dan Dacre
2005). Permukaan CT yang tidak rata, misalnya akibat cupped out, wave mouth,
dan stepped mouth, dapat mengakibatkan overgrowth pada area gigi yang

13
berlawanan serta membatasi gerak rahang, baik LJE maupun RCM (Dixon 2011;
Courtemanche 2012). Hambatan gerak rahang dapat diperbaiki dengan
menghilangkan overgrowth melalui pengikiran gigi (Carmalt et al. 2003).

Tabel 2 Keterkaitan hambatan pergerakan rahang dengan abnormalitas gigi
Jenis Abnormalitas
Overjet (%)
Wave mouth (%)
Stepped mouth (%)
Rostral hook (%)
Caudal hook (%)
Cupped out (%)

LJE (n = 1)
100
100
0
100
100
0

RCM (n = 6)
33
33
17
50
67
50

Abnormalitas pada salah satu gigi dapat mengganggu proses erupsi dan
keausan gigi yang lain (Baker 2005b). Abnormalitas gigi dalam bentuk apapun
dapat menyebabkan rasa sakit, serta menurunkan efisiensi proses mastikasi dan
produksi meskipun jumlah abnormalitasnya tidak berasosiasi dengan kecernaan
pakan (Carmalt et al. 2005). Pemeriksaan dan perawatan gigi yang rutin dapat
menurunkan kejadian abnormalitas gigi dapatan (Crabill dan Schumacher 1998),
serta meningkatkan performa, efisiensi pakan, dan kesejahteraan kuda (Scoggins
2004).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Abnormalitas gigi kuda delman diantaranya adalah bit sore, mouth
laceration, sharp enamel points, overjet, underjet, canine cutted, periodontitis,
wolfteeth, stepped mouth, wave mouth, cupped out, dan hook. Abnormalitas gigi
tersebut tergolong minor dan tidak banyak menimbulkan masalah. Abnormalitas
gigi pada kuda delman di kota Bogor berkaitan erat dengan ukuran bit, usia kuda,
pakan, manipulasi manusia, abnormalitas gigi yang lain, dan genetik. Pemeriksaan
gigi dan penjabaran singkat mengenai abnormalitas gigi yang ditemukan pada
kuda delman membuat kusir menyadari peran dokter hewan dalam pemeliharan
kesehatan kuda.
Saran
Penelitian lanjutan mengenai abnormalitas gigi kuda delman perlu
dilakukan di wilayah lain untuk melengkapi data dan mendapatkan informasi yang
komprehensif mengenai kesehatan gigi kuda delman di Indonesia. Selain itu,
diperlukan peran aktif dari sivitas kedokteran hewan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan kuda delman.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anthony J, Waldner C, Grier C, Laycock AR. 2010. A survey of equine oral
pathology. J Vet Dent. 27(1):12-16.
Arnott R. 2008. Dentistry [internet]. [diacu 2012 September 8]. Tersedia pada:
http://www.aaep.org/health_articles_view. php?id=318.
Baker GJ. 2005a. Abnormalities of wear and periodontal disease. Di dalam: Baker
GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-2. Philadelphia (US):
Elsevier/Saunders. hlm 111-119.
Baker GJ. 2005b. Abnormalities of development and eruption. Di dalam: Baker
GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-2. Philadelphia (US):
Elsevier/Saunders. hlm 69-77.
Baratt RM. 2011. How to recognize and clinically manage class 1 malocclusion in
the horse. AAEP-Focus Meeting: Focus on Dentistry; 2011 September 1820; Albuquerque, USA. Lexington (US): AAEP. 57.
Bennett DG. 2006. An overview of bits and bitting. AAEP-Focus Meeting; 2006
Juli 30-Agustus 1; Indianapolis, USA. Lexington (US): AAEP. 52.
Bradley PG. 2002. Dental care in the older horse. Vet Clin North Am Equine
Pract. 18:509-522.
Carmalt JL, Townsend HG, Allen AL. 2003. Effect of dental floating on the
rostrocaudal mobility of the mandible of horses. J Am Vet Med Assoc.
223(5):666-674.
Carmalt JL, Cymbaluk NF, Townsend HGG. 2005. Effect of premolar and molar
occlusal angle on feed digestibility, water balance, and fecal particle size in
horses. J Am Vet Med Assoc. 227(1):110-112.
Cook WR. 2003. Bit-induced pain: a cause of fear, flight, fight and facial
neuralgia in the horse. Pferdeheilkunde. 19(1):75-82.
Courtemanche M. 2012. The Basics [internet]. [diacu 2013 Juli 5]. Tersedia pada:
http://blog.mpequine.com/2012/03/the-basics/.
Cox A, Dixon PM, Smith S. 2012. Histopathological lesions associated with
equine periodontal disease. Vet J. 194:386-391.
Crabill MR, Schumacher J. 1998. Pathophysiology of acquired dental diseases of
the horse. Vet Clin North Am Equine Pract. 14(2):291-307.
Cruz RM, Krieger H, Ferreira R, Mah J, Hartsfield J Jr, Oliveira S. 2008. Major
gene and multifactorial inheritance of mandibular prognathism. Am J Med
Genet A . 46A(1):71-77.
Dacre IT. 2006. Physiology of mastication. AAEP-Focus Meeting; 2006 Juli 30Agustus 1; Indianapolis, USA. Lexington (US): AAEP. 52.
Dixon PM, Dacre I. 2005. A review of equine dental disorders. Vet J. 169:165253. doi: 10.1016/j.tvjl.2004.03.022.
Dixon PM. 2011. Acquired disorders of equine teeth. AAEP-Focus Meeting:
Focus on Dentistry; 2011 September 18-20; Albuquerque, USA. Lexington
(US): AAEP. 57.
Dixon PM, Ceen S, Barnett T, O'Leary JM, Parkin T, Barakzai S. 2013. A longterm study on the clinical effects of mechanical widening of cheek teeth
diastemata for treatment of periodontitis in 202 horses (2008-2011). Equine
Vet J.

15
Du Toit N, Gallagher J, Burden FA, Dixon PM. 2008. Post mortem survey of
dental disorders in 349 donkeys from an aged population (2005–2006). Part
2: Epidemiological studies. Equine Vet J. 40(3):209-213.
Du Toit N. 2011. Aetiology and diagnosis of periapical dental disease in equids.
Equine Vet Educ. 23(11):559-561. doi: 10.1111/j.2042-3292.2011.00237.x.
Du Toit N, Dixon PM. 2012. Common dental disorders in the donkey. Equine Vet
Educ. 24 (1):45-51. doi: 10.1111/j.2042-3292.2011.00236.x.
Easley J. 1999a. Dental and oral examination. Di dalam: Baker GJ, Easley J,
editor. Equine dentistry. Ed ke-1. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm
107-126.
Easley J. 1999b. Equine tooth removal (exodontia). Di dalam: Baker GJ, Easley J,
editor. Equine dentistry. Ed ke-1. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm
223-224.
Eronen JT, Evans AR, Fortelius M, Jernvall J. 2009. The impact of regional
climate on the evolution of mammals: a case study using fossil horses.
Evolution. 64(2):398-408. doi:10.1111/j.1558-5646.2009.00830.x.
Gerard MP, Wotman KL. Komáromy AM. 2006. Infections of the head and ocular
structures in the horse. Vet Clin North Am Equine Pract. 22(2):591-631.
Griffin C. 2013. Back to basics: Equine dental terminology and anatomy
[internet]. [diacu 2013 Maret 27]. Tersedia pada: http://www.thehorse.com.
Henry T. 2011. Promoting oral health in horses through modern equine dentistry.
The Horse Report. 29(4): 2-8.
Huthmann S, Staszyk C, Jacob HG, Rohn K, Gasse H. 2009. Biomechanical
evaluation of the equine masticatory action: Calculation of the masticatory
forces occurring on the cheek tooth battery. J Biomech. 42:67-70.
Ireland JL, Clegg PD, McGowan CM, McKane SA, Chandler KJ, Pinchbeck GL.
2012. Disease prevalence in geriatric horses in the United Kingdom:
veterinary clinical assessment of 200 cases. Equine Vet J. 44(1):101-106.
Johnson TJ. 2000. Common equine dental malocclusion [internet]. [diacu 2013
April 23]. Tersedia pada: http://www.discerninghandsequinedentistry.com/
malocclusions.html.
Johnson TJ, Porter CM. 2010. Common disorders of incisor teeth and treatment.
AAEP-Focus Meeting; 2010 Desember 4-8; Maryland, USA. Lexington
(US): AAEP. 56.
Johnston N. 2006. Crunch Time: Approaches to Bite Abnormalities and
Malocclusions [Internet]. [diacu 2013 Februari 12]. Tersedia pada:
http://www.dentalvets.co.uk/docs/BiteAndMalocclusionVetTimesDec06.pdf
.
Klugh DO. 2004. Acrylic bite plane for treatment of malocclusion in a young
horse. J Vet Dent. 21 (2):84-90.
Kouskoura T, Fragou N, Alexiou M, John N, Sommer L, Graf D, Katsaros C,
Mitsiadis TA. 2011. The genetic basis of craniofacial and dental
abnormalities. Schweiz Monatsschr Zahnmed. 21(7-8):636-46.
Masey O'Neill HV, Keen J, Dumbell L. 2010. A comparison of the occurrence of
common dental abnormalities in stabled and free-grazing horses. Animal. 4
(10):1697-701.

16
Maslauskas K, Tulamo RM, McGowan T, Kučinskas A. 2008. A descriptive
study of the dentition of lithuanian heavy-drought horses. Vet Med Zoot.
43(65):62-67.
Peters JWE, de Boer B, Broeze-ten GBM, Broeze J, Wiemer P, Sterk T,
Spoormakers TJP. 2008. Survey of common dental abnormalities in 483
horses in the Netherlands. Tijdschr Diergeneeskd. 133(7): 272-279.
Rosenberg S. 2008. The Stages Of Periodontal Disease [internet]. [diacu 2013 Juli
29]. Tersedia pada: http://www.drsimonrosenberg.com/stages_of_periodon
tal_disease.html.
Rouge M. 2002. Dental anatomy of horses [internet]. [diacu 2013 Juni 20].
Tersedia pada: http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion
/pregastric/horsepage.html.
Rucker BA. 2002. Utilizing cheek teeth angle of occlusion to determine length of
incisor shortening. AAEP-Focus Meeting; 2002 Desember 4-8; Florida,
USA. (US): AAEP. 48:448-452.
Scoggins RD. 2004. Evolution of equine dentistry. JEVS. 24(6):260.
doi:10.1016/j.jevs.2004.05.013.
Tell A, Egenvall A, Lundström T, Wattle O. 2008. The prevalence of oral
ulceration in Swedish horses when ridden with bit and bridle and when
unridden. Vet J. 178:405-410.

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1991 dari ayah Chatur
Subeno dan ibu Lestariatun. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara. Penulis memiliki dua orang adik, Fachri Muhammad Ikhsan dan
Fidella Luthfia Ernesta Evanthe. Setelah lulus dari SMA Negeri 68 Jakarta pada
tahun 2009, penulis meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi editor majalah
kampus, Vetzone!, pada tahun 2010-2011. Penulis merupakan Ketua Divisi Kuda
Himpro HKSA tahun 2011-2012 dan Sekretaris Departemen PPSDM BEM FKH
IPB pada tahun yang sama. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan PKM yang
diselenggarakan oleh DIKTI, baik sebagai ketua pelatihan PKM FKH maupun
sebagai peserta PKM P dan PKM GT pada tahun 2012. Penulis merupakan salah
satu pencetus kegiatan Help Our Delman yang didedikasikan untuk kuda-kuda
delman, khususnya di kota Bogor, oleh Divisi Kuda HKSA.
Penulis mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation sejak semester 3 dan
merupakan anggota Himpro HKSA dengan kinerja dan perolehan hasil ujian
tingkat basic terbaik pada tahun 2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan di
luar kampus, seperti seminar dan pelatihan, baik tingkat nasional maupun
internasional. Beberapa seminar tingkat internasional yang diikuti oleh penulis
pada tahun 2013 adalah seminar ilmiah “More Closer with Dog’s Neurological
Diseases” dan “Colostomy in Dog with the Extraluminal Obstructive Neoplasia &
Ballon Dilatation of the Esophageal Strictures in Cats” di Bangkok-Thailand
serta The 4th International Veterinary Students Association (IVSA) Asia
Conference di Chiangmai-Thailand. Pada tahun yang sama penulis juga
berkesempatan mengikuti pelatihan singkat selama dua minggu di Kasetsart
University Veterinary Teaching Hospital, Bangkok-Thailand.
Tulisan penulis bersama dengan dosen pembimbing skripsi yang berjudul,
“The Welfare of Delman Horses in Bogor City, Indonesia”, yang merupakan
bagian lain dari penelitian ini, telah diterima untuk dipresentasikan dalam The 13th
World Equine Veterinary Association Congress di Budapest-Hungary. Penulis
terpilih menjadi mahasiswa berprestasi FKH IPB peringkat kedua pada tahun
2013.