Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

PERILAKU MENGGIGIT DAN ISTIRAHAT VEKTOR
PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA
KOTA BOGOR

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Menggigit dan
Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
adalah benar karya Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Sumayanti Eko Listinawati
NIM B04080019

ABSTRAK
SUMAYANTI EKO LISTINAWATI. Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor
Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor. Dibimbing oleh
UPIK KESUMAWATI HADI dan SUSI SOVIANA.
Tahun 2010 wabah demam Chikungunya terjadi di kota Bogor dengan
jumlah kasus mencapai 372 kasus. Penyakit ini ditransmisikan oleh nyamuk, akan
tetapi belum ada informasi mengenai aktivitas menggigit dan istirahat dari vektor
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kepadatan dan mempelajari
perilaku menggigit dan istirahat vektor penyakit Chikungunya di dalam dan di
luar rumah. Penelitian dilaksanakan dengan metode landing collection dan resting
collection di Kelurahan Pasir Kuda mulai pukul 06.00 hingga 18.00 pada bulan
Desember 2010 hingga Maret 2011. Nyamuk yang telah dikoleksi diidentifikasi
dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas menggigit Aedes
aegypti tertinggi di dalam rumah pukul 11.00-12.00 (13,63 nyamuk/orang/jam)
dan di luar rumah pukul 10.00-11.00 (0,25 nyamuk/jam/orang). Adapun aktivitas

menggigit Aedes albopictus terjadi di dalam rumah pukul 15.00-16.00 (0,25
nyamuk/jam/orang) dan di luar rumah pukul 15.00-16.00 (2,38
nyamuk/jam/orang). Ae. aegypti tertangkap beristirahat di dalam rumah selama
periode Desember hingga Maret, sedangkan di luar rumah pada bulan Desember
hingga Januari. Ae. albopictus tertangkap beristirahat di luar rumah selama
periode Desember hingga Maret, sedangkan di dalam rumah pada bulan Desember.
Kata kunci: Ae. aegypti, Ae. albopictus, Chikungunya, Istirahat, Menggigit

ABSTRACT
SUMAYANTI EKO LISTINAWATI. Biting and Resting Behaviour on Vectors
of Chikungunya in Pasir Kuda Subdistrict Bogor. Supervised by UPIK
KESUMAWATI HADI and SUSI SOVIANA.
In 2010, outbreak of Chikungunya fever was occured in Bogor with an
incidence of almost 372 cases. The disease was transmitted by mosquito, however
there were no information about the vectors activity such as biting and resting
behaviour. This research was aimed to measure the biting and resting behaviour of
vectors of Chikungunya at indoor and outdoor. This study was carried out by the
methods mosquitoes landing and resting collection at Pasir Kuda Bogor from
06.00 am to 18.00 pm in December 2010 to March 2011. The collected
mosquitoes were identified and analyzed. The result showed that the biting

activity of Ae. aegypti was peak indoor at 11.00 am to 12.00 pm (13,63
mosquito/man/hour) and outdoor at 10.00 am to 11.00 am (0,25
mosquito/man/hour). While Ae. albopictus was peak indoor at 15.00 pm to 16.00
pm (0,25 mosquito/man/hour) and outdoor at 15.00 pm to 16.00 pm (2,38
mosquito/man/hour). At period of December to March, Ae.aegypti was found

resting indoor, while in December to January it was found outdoor. In addition, Ae.
albopictus was found resting outdoor in December to March. However, in
December it was found resting indoor.
Keywords: Ae. aegypti, Ae. albopictus, Biting activity, Chikungunya,
Resting activity

PERILAKU MENGGIGIT DAN ISTIRAHAT VEKTOR
PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA
KOTA BOGOR

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di
Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Nama
: Sumayanti Eko Listinawati
NIM
: B04080019

Disetujui oleh

drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD
Pembimbing I


Dr drh Susi Soviana, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya
ilmiah ini adalah Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya
di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ibu drh Upik Kesumawati Hadi, MS
PhD dan Ibu Dr drh Susi Soviana, MSi selaku pembimbing, serta Bapak drh
Abdulgani Amri Siregar, MS yang telah banyak memberi saran dan dukungan. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Warga dan Kader di
Kelurahan Pasir Kuda, serta Staf Badan Klimatologi kelas 1 Darmaga, yang telah

membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayah, Ibu, Teman-teman, serta seluruh Keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Sumayanti Eko Listinawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

11


Latar belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Nyamuk Aedes Sebagai Vektor Chikungunya

2


Perilaku Menggigit Aedes

2

Perilaku Istirahat Aedes

3

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Rancangan Penelitian

4


Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Landing Collection

4

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Resting Collection

4

Identifikasi Nyamuk

5

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Jenis Nyamuk yang Tertangkap

5

Perilaku Menggigit Vektor Chikungunya

7

Pengaruh Faktor Cuaca Terhadap Perilaku Menggigit

8

Perilaku Istirahat Vektor Chikungunya

9

Peranan Aedes Dalam Penularan Chikungunya
SIMPULAN DAN SARAN


11
11

Simpulan

11

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode landing
collection dan resting collection di Kelurahan Pasir Kuda Kota
dari bulan Desember 2010 hingga Maret 2011
6
2 Jumlah keseluruhan nyamuk yang tertangkap dengan metode landing
collection di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010
hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
6
3 Jumlah keseluruhan nyamuk yang tertangkap dengan metode resting
collection di dalam dan di luar rumah periode Desember 2010 hingga
Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
7
4 Nilai MHD (nyamuk/jam/orang) Aedes spp selama periode Desember 2010
hingga Maret 2011 di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor
8
5 Nilai MBR (nyamuk/orang/hari) Aedes spp dan indek curah hujan (ICH)
serta kelembaban di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor
9
6 Kepadatan Aedes spp yang tertangkap dengan metode resting collection
Di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010 hingga Maret
2011 di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Data pemanfatan tata guna lahan di kelurahan Pasir Kuda
Foto tempat perkembangbiakan Ae. aegypti dan Ae. albopictus
Nilai MHD Ae. aegypti di dalam dan di luar rumah selama periode
Desember 2010 hingga Maret 2011
5 Nilai MHD Ae. albopictus di dalam dan di luar rumah selama
periode Desember 2010 hingga Maret 2011

15
15
16
17
17

PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyakit Chikungunya termasuk satu diantara re-emerging disease yang
akhir-akhir ini kembali mewabah di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia
termasuk Kota Bogor. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor (2010)
selama tiga tahun terakhir penyakit Chikungunya menyebar hampir ke seluruh
kecamatan. Attack rate penyakit tersebut setiap tahun berturut-turut yaitu 1,35‰
(1328 orang) tahun 2008, 0,26‰ (260 orang) tahun 2009 dan bulan Januari
sampai Oktober tahun 2010, 0,33‰ (331 orang).
Nyamuk dari genus Aedes merupakan vektor Chikungunya virus (CHIKV).
Vektor Chikungunya di kawasan negara Asia Tenggara adalah Ae. aegypti dan Ae.
albopictus. Adapun di kawasan negara-negara Afrika adalah Ae. furcifer dan Ae.
africanus (Abraham & Sridharan 2007). Strategi pengendalian nyamuk yang ideal
harus didasarkan pada pemahaman yang baik tentang bioekologi nyamuk tersebut
meliputi pola perkembangbiakan, aktivitas dan perilaku menggigit, serta aktivitas
dan perilaku istirahat. Nyamuk Aedes berkembang biak pada air bersih dan
tempat-tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di luar rumah.
Kelurahan Pasir Kuda yaitu kelurahan di Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor yang merupakan wilayah endemis penyakit Chikungunya pada akhir tahun
2010 hingga awal tahun 2011. Terdapat 41 orang warga kelurahan Pasir Kuda
yang menderita Chikungunya pada bulan September 2010 (Dinkes Kota Bogor
2010). Sebagian penduduk kelurahan ini menggunakan penampungan air yang
sangat memungkinkan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Beberapa
faktor fisik yang menyebabkan daerah Kelurahan Pasir Kuda berpotensi sebagai
sumber penyebaran penyakit Chikungunya antara lain curah hujan yang cukup
tinggi, padat permukiman, dan rata-rata sanitasi yang kurang memadai. Survei
terhadap vektor penyakit Chikungunya belum pernah dilakukan di Kelurahan
Pasir Kuda Kota Bogor. Padahal informasi tersebut sangat penting sebagai dasar
pengendalian vektor.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengukur kepadatan populasi nyamuk Aedes serta
mempelajari perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Aedes sebagai vektor
penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor.

Manfaat Penelitian
Diperoleh informasi mengenai kepadatan populasi, perilaku menggigit dan
istirahat vektor penyakit Chikungunya sehingga dapat digunakan sebagai data
dasar pengendalian vektor.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Nyamuk Aedes Sebagai Vektor Chikungunya
Vektor dominan penyakit Chikungunya pada umumnya adalah nyamuk
famili Culicidae, subfamili Culicinae, berasal dari genus Aedes (Diallo et al.
1999). Di daerah Asia yang menjadi vektor Chikungunya yaitu Ae. aegypti dan Ae.
albopictus (Eapen et al. 2010). Sementara itu di daerah Afrika yaitu Ae. furcifer
dan Ae. taylori (Diallo et al. 1999). Berdasarkan penelitian Pialoux (2007), vektor
Chikungunya di Reunion Island adalah Ae. albopictus dan di India adalah Ae.
aegypti. Demikian juga pada saat terjadi wabah Chikungunya di India selatan,
yang menjadi vektor adalah Ae. aegypti (Kaur et al. 2006). Hasil penelitian yang
dilakukan di Italia dan Singapura, Ae. albopictus diidentifikasi sebagai vektor
penyakit ini (Lee et al. 2009). Di Indonesia menurut Hadi & Koesharto (2006),
vektor yang berperan dalam penularan Chikungunya adalah Ae. aegypti dan Ae.
albopictus.
Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus hidup di lingkungan sekitar
manusia. Ae. aegypti terutama hidup di dalam dan sekitar rumah di daerah
perkotaan (urban). Tempat perkembangbiakan (breeding place) dari nyamuk ini di
dalam atau sekitar rumah dalam radius 100 meter dari rumah (Abdalmagid &
Alhusein 2008). Kebiasaan hidup stadium pradewasa Ae. aegypti adalah pada
bejana buatan manusia yang berada di dalam maupun di luar rumah. Tempat
perindukan yang disukai pada umumnya adalah air bersih, tempat yang tidak
terkena cahaya matahari langsung dan tidak berhubungan langsung dengan tanah
(Surtess 1997), tetapi pada tahap penelitian laboratorium nyamuk ini juga dapat
meletakkan telurnya pada pada air tercemar yaitu air sabun (Sudarmaja &
Mardihusodo 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi & Soekirno
(2004) didapatkan larva nyamuk Ae. aegypti paling banyak ditemukan pada
tempayan (66,7%), drum (32,6%), bak mandi sebesar 18,8% dan paling sedikit
ember (5,4%). Ae. albopictus lebih menyukai tempat perkembangbiakan yang
alami di luar rumah, di kebun dan di halaman rumah seperti kelopak daun keladi,
daun pisang, tunggul bambu kaleng, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung
terbuka, talang rumah, bambu pagar, tempurung kelapa, ban bekas dan semua
bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih (Hadi & Koesharto 2006; Lee
et al. 2009).

Perilaku Menggigit Aedes
Menggigit yaitu suatu perilaku yang dilakukan oleh nyamuk kepada inang
untuk mendapatkan makanan. Nyamuk Aedes betina dewasa menggigit inang
untuk mendapatkan darah sebagai sumber protein dan energi untuk proses bertelur.
Sedangkan nyamuk Aedes jantan dewasa menghisap nektar dari tanaman (Merrit
& Cummins 1978). Nyamuk Ae. aegypti diketahui bersifat antropofilik
(Siriyasatien et al. 2010). Hasil penelitian Ponwalat & Harington yang dilakukan
tahun 2003 dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir
sepenuhnya (99%) menghisap darah manusia. Namun beberapa hasil penelitian

3
sebelumnya menunjukkan bahwa Ae. aegypti mempunyai inang selain manusia
yaitu anjing, kucing, sapi, dan kuda. Perilaku Aedes menghisap darah pada pagi
hari sampai sore hari. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina
sering menggigit lebih dari satu orang dengan jarak terbang sekitar 100 meter
(Agoes 2009). Ae. aegypti dan Ae. albopictus efektif menggigit pada suhu 29,6˚31,5˚C di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur (Novelani 2007).
Perilaku menggigit Aedes dipengaruhi oleh faktor cuaca antara lain curah
hujan, kelembaban udara, dan suhu. Peningkatan Kelembaban udara dan curah
hujan berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk. Suhu yang
optimum bagi siklus hidup nyamuk antara 25-27˚C (Epstein et al. 1998).
Kelembaban udara yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, sebaliknya
kelembaban tinggi akan memperpanjang umur nyamuk.

Perilaku Istirahat Aedes
Perilaku beristirahat nyamuk atau hinggap dikenal dengan istilah resting.
Perilaku ini dilakukan setelah kenyang menghisap darah. Nyamuk betina perlu
beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes
mempunyai dua cara beristirahat, istirahat yang sebenarnya yaitu selama waktu
menunggu proses pematangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
sebelum dan sesudah menghisap darah. Tempat yang lebih disukai Ae. aegypti
untuk beristirahat adalah di dalam rumah, yaitu yang menggantung dan memiliki
permukaan licin, seperti pakaian yang digantung, gorden atau alat-alat rumah
tangga. Nyamuk ini lebih menyukai tempat gelap dan lembab. Demikian juga
dengan hasil penelitian yang dilakukan di Panama, menemukan bahwa nyamuk Ae.
aegypti beristirahat di kamar tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi (Perich et al.
2000). Nyamuk Ae. albopictus lebih memilih beristirahat di luar rumah, seperti
rumput-rumputan dekat tempat perkembangbiakan yang tidak terpapar sinar
matahari, dan tanaman hias di halaman rumah. Dalam mengetahui kepadatan
populasi nyamuk, dikenal istilah Resting rate, yaitu angka yang menunjukkan
jumlah Aedes yang tertangkap pada penangkapan nyamuk hinggap atau istirahat
tiap rumah (DEPKES 2007).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 di
Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Tempat penelitian
meliputi 2 RW yang terdiri atas RW 3 sebanyak 3 RT (2, 3, 6) dan RW 4
sebanyak 3 RT (1, 3, 4). Pemilihan lokasi didasarkan pada sebaran kejadian
penyakit Chikungunya di kelurahan ini.

4
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei lapangan selama periode empat
bulan. Kegiatan survei dilakukan pada rumah penduduk yang bersedia di lokasi
penelitian. Jumlah rumah yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
n = N/1+N(d2)
N
= Jumlah keseluruhan rumah di Kelurahan Pasir Kuda
N
= Jumlah sampel rumah
d
= Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0,05 (Notoatmodjo 2002)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 124 rumah untuk diambil sampel
nyamuk yang aktif menggigit dan beristirahat.

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Landing Collection
Penangkapan nyamuk dilakukan oleh dua orang kolektor di setiap rumah,
satu orang melakukan penangkapan nyamuk di dalam rumah dan satu orang di
luar rumah. Setiap kolektor selain sebagai penangkap juga berperan sebagai
umpan. Kolektor duduk dalam suatu ruangan yang ditentukan (dalam rumah) atau
di halaman rumah (luar rumah), dengan menggulung ujung celana sampai lutut,
tidak beralas kaki, tidak makan dan minum, tidak merokok serta menunggu
nyamuk yang datang untuk menggigit kemudian ditangkap dengan aspirator.
Nyamuk yang tertangkap kemudian ditempatkan ke dalam wadah (paper cup) dan
dibekukan dalam freezer kemudian diidentifikasi dengan kunci identifikasi
DEPKES RI. Penangkapan tersebut dilakukan selama 25 menit pada tiap rumah
mulai dari pukul 06.00 pagi hingga 18.00 sore dua kali seminggu pada bulan
Desember hingga Maret.

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Resting Collection
Pengumpulan nyamuk yang istirahat dilakukan oleh kolektor setelah
melakukan penangkapan nyamuk yang menggigit. Penangkapan dilakukan
menggunakan aspirator pada nyamuk yang hinggap di dinding, baju, furnitur, vas
bunga, dsb untuk yang di dalam rumah, atau di tanaman, pagar, sekitar ternak, dsb
untuk yang di luar rumah. Penangkapan dilakukan selama 5 menit pada tiap
rumah mulai pukul 06.00 pagi hingga 18.00 sore dua kali seminggu selama bulan
Desember hingga Maret. Nyamuk yang ditangkap dimasukkan ke dalam paper
cup kemudian dibekukan dalam freezer dan diidentifikasi.

5
Identifikasi Nyamuk
Nyamuk yang telah terkumpul diidentifikasi sesuai kunci identifikasi
DEPKES (2008). Nyamuk dipisahkan berdasarkan genus, jam penangkapan,
metode penangkapan, dan lokasi penangkapan (dalam rumah atau luar rumah).

Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan dikomparasikan
dengan data dari penelitian lain yang terkait. Analisis data yang digunakan berupa
pengukuran MHD (Man Hour Density), MBR (Man Biting Rate), Resting per
rumah (Resting density) yang menunjukkan parameter indeks kepadatan populasi
nyamuk (WHO 2002; DEPKES 2007). Nilai MBR kemudian dianalisis korelasi
dengan faktor cuaca (indeks curah hujan dan kelembaban udara) di lokasi
penelitian menggunakan software uji statistik Minitab 14®.
MHD

=

Jumlah nyamuk Aedes tertangkap umpan orang
Jumlah penangkap x jam penangkapan

MBR

=

Jumlah nyamuk Aedes tertangkap umpan orang
Jumlah hari x jumlah umpan orang

Resting
per rumah =

Jumlah nyamuk Aedes tertangkap pada penangkapan
nyamuk hinggap
Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan

Indeks
curah hujan =

Curah hujan x hari hujan
Jumlah hari pada bulan yang dihitung

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Nyamuk yang Tertangkap
Jumlah nyamuk yang tertangkap seluruhnya selama penangkapan empat
bulan adalah 1663 ekor, sebanyak 230 ekor (13,83%) dikumpulkan dengan
metode landing collection dan 1433 ekor (87,77%) dengan metode resting
collection. Nyamuk yang ditangkap dengan metode resting collection lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan nyamuk yang ditangkap dengan metode
Landing Collection. Jenis nyamuk yang tertangkap disajikan dalam Tabel 1. Hasil
identifikasi menunjukkan nyamuk yang tertangkap yaitu Ae. aegypti, Ae.
albopictus, Culex, dan Armigeres. Jumlah terbanyak adalah Culex yaitu 828 ekor
(49,8%), kemudian Ae. aegypti 706 ekor (42,4%), Ae. albopictus 94 ekor (5,7%),
dan Armigeres dengan jumlah terendah yaitu 35 ekor (2,1%).

6
Tabel 2 menunjukkan bahwa nyamuk tertangkap menggigit orang di
dalam rumah adalah Ae. aegypti sebanyak 85,5%, Armigeres 6,5%, Culex 4,3%,
dan Ae. albopictus 4,3%. Persentase nyamuk tertangkap menggigit orang di luar
rumah yang paling tinggi adalah Ae.albopictus sebesar 75,8% dari keseluruhan
nyamuk yang tertangkap menggigit di luar rumah. Selanjutnya adalah Armigeres
sebanyak 15,8%, serta Ae. aegypti dan Culex memiliki besar persentase yang
sama yaitu 4,2%.
Tabel 3 menunjukkan bahwa penangkapan nyamuk beristirahat di dalam
rumah yang paling banyak adalah Culex, sebanyak 58,3% dari jumlah keseluruhan
nyamuk tertangkap di dalam rumah. Urutan selanjutnya adalah Ae. aegypti
sebanyak 41,2%, Ae. albopictus 0,4%, dan Armigeres 0,2%. Nyamuk yang paling
banyak ditangkap beristirahat di luar rumah adalah Ae. albopictus sebanyak
33,3% dari keseluruhan jumlah yang tertangkap beristirahat. Selanjutnya adalah
Ae. aegypti 25%, kemudian Armigeres 22,2% dan Culex 19,4%. Berdasarkan
Tabel 3, Ae. aegypti lebih banyak ditangkap sedang beristirahat di dalam rumah
sedangkan Ae. albopictus di luar rumah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Novelani (2007) di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur bahwa Ae. aegypti lebih
suka beristirahat di dalam rumah (endofilik) sedangkan Ae. albopictus di luar
rumah (eksofilik).
Tabel 1 Jenis dan jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode landing
collection dan resting collection di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
dari bulan Desember 2010 hingga Maret 2011
Jenis Nyamuk
Ae. Aegypti
Ae. Albopictus
Culex
Armigeres
Jumlah

Tabel 2

Jumlah nyamuk yang tertangkap
Total
Desember Januari Pebruari Maret (nyamuk)
147
211
268
80
706
41
21
17
15
94
19
123
242
444
828
25
6
1
3
35
232
361
528
542
1663

%
42.5
5.7
49.8
2.1
100

Jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap dengan metode landing
collection di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010
hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Jenis Nyamuk

Ae. aegypti
Ae. albopictus
Culex
Armigeres
Total

Dalam Rumah
Total
(nyamuk)
118
5
6
9
138

%
85,5
3,6
4,3
6,5
100

Luar Rumah
Total
(nyamuk)
4
72
4
15
95

%
4,2
75,8
4,2
15,8
100

7
Tabel 3 Jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap dengan metode resting collection
di dalam dan di luar rumah periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di
Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Jenis Nyamuk

Ae. aegypti
Ae. albopictus
Culex
Armigeres
Total

Dalam Rumah
Total
(nyamuk)
575
5
814
3
1397

Luar Rumah
%
41,2
0,4
58,3
0,2
100

Total
(nyamuk)
9
12
7
8
36

%
25
33,3
19,4
22,2
100

Perilaku Menggigit Vektor Chikungunya
Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan aktif mengisap darah inang pada
siang hari (diurnal) dan mempunyai waktu mengisap darah pada jam tertentu
yaitu pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore jam 15.00-17.00 (DEPKES 2008). Nilai
MHD memperlihatkan aktivitas serta puncak menggigit nyamuk Aedes pada
lokasi penelitian. Berdasarkan Tabel 4 serta lampiran 3 dan 4 terlihat bahwa MHD
Ae. aegypti di dalam rumah tinggi pada jam 11.00-12.00 (13,63
nyamuk/jam/orang). Nilai MHD Ae. aegypti di dalam rumah (Tabel 4) fluktuatif
sepanjang hari di mulai dari jam 06.00-18.00. Ae. aegypti memiliki nilai MHD
tertinggi pada jam 10.00-11.00 (0,25 nyamuk/jam/orang) di luar rumah. Tabel 4
juga tersaji nilai MHD di dalam dan di luar rumah untuk Ae. albopictus. Nyamuk
ini lebih padat populasinya di luar rumah daripada di dalam rumah. Hal tersebut
terlihat dari nilai MHD Ae. albopictus di luar rumah secara keseluruhan lebih
tinggi daripada di dalam rumah dengan angka tertinggi pada jam 15.00-16.00
(2,38 nyamuk/jam/orang).
Berdasarkan nilai rataan MHD baik di dalam maupun di luar rumah, Ae.
aegypti mempunyai puncak menggigit di siang hari pada pukul 11.00-12.00 (6,81
nyamuk/jam/orang) dan Ae. albopictus mempunyai puncak menggigit di sore hari
pada pukul 15.00-16.00 (1,31 nyamuk/jam/orang). Hasil ini berbeda dengan
penelitian Thavara et al. (2001) di kepulauan Samui Thailand yang menyatakan
bahwa aktivitas menggigit Ae. aegypti berlangsung selama pukul 08.00-17.00
dengan puncak menggigit tertinggi pada pagi hari (08.00-10.00) di perumahan
padat penduduk (perkotaan). Sementara Novelani (2007) menemukan bahwa Ae.
aegypti memiliki aktivitas puncak menggigit pada pukul 08.00-12.00 dan 16.0018.00 di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur.

8
Tabel 4 Nilai MHD (nyamuk/jam/orang) Aedes spp selama periode Desember
2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor dari
pukul 06.00 hingga pukul 18.00
Jam
penangkapan
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00

Ae. aegypti
Dalam
rumah
0,75
2,63
4,25
4,38
5,63
13,63
0,88
11,75
13
6,38
2,88
5,75

Luar
rumah
0
0
0,13
0
0,25
0
0
0
0
0,13
0
0

Ae. albopictus
Rataan
0,38
1,31
2,19
2,19
2,94
6,81
0,44
5,88
6,50
3,25
1,44
2,88

Dalam
rumah
0
0
0
0,13
0
0
0
0,13
0
0,25
0,13
0

Luar
rumah
0,13
0,75
2,25
0,38
0,25
1,38
0,25
0
0,13
2,38
0
1

Rataan
0,06
0,44
1,13
0,25
0,13
0,69
0,13
0,06
0,06
1,31
0,06
0,50

Perbedaan puncak aktivitas menggigit vektor penyakit Chikungunya ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penelitian serta perilaku dan aktivitas
masyarakat di lingkungan penelitian. Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda pada
siang hari lebih banyak beristirahat (tidur) di dalam rumah sehingga Ae. aegypti
yang beristirahat di dalam rumah dapat dengan mudah menggigit inang dengan
puncak aktivitas menggigit pada pukul 11.00-12.00 (13,63 nyamuk/orang/jam).
Sebaliknya, Ae. albopictus memiliki puncak menggigit pada pukul 15.00-16.00
(2,38 nyamuk/orang/jam) karena pada jam tersebut banyak masyarakat Kelurahan
Pasir Kuda yang beraktivitas di luar rumah seperti membersihkan kandang ternak,
menyapu halaman, membersihkan rumput, dan sekedar duduk bersantai di teras
rumah. Hal tersebut sesuai dengan perilaku Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang
bersifat antropofilik dan antropofagik. Ae. aegypti merupakan nyamuk yang
sering ditemukan di daerah perkotaan dan pinggiran perkotan yang berpenduduk
padat (Braks et al. 2003). Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian
yang dilakukan di wilayah Kelurahan Pasir Kuda ini karena wilayah ini
merupakan pinggiran perkotaan dengan penduduk yang padat.

Pengaruh Faktor Cuaca Terhadap Kepadatan Aedes
Kepadatan Ae. aegypti dan Ae. albopictus tidak lepas dari pengaruh curah
hujan dan kelembaban. Hasil perhitungan statistik kelembaban udara tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan Ae. aegypti baik di dalam
rumah (p=0,110) maupun di luar rumah (p=0,147). Demikian juga pada Ae.
albopictus, kelembaban udara tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
kepadatan Ae. albopictus di dalam rumah (p=0,405) maupun di luar rumah
(p=0,595). Meskipun uji statistik menyatakan tidak memiliki hubungan yang
bermakna, rata-rata kepadatan Ae. aegypti dan Ae. albopictus meningkat seiring
dengan meningkatnya kelembaban udara (Tabel 5). Kelembaban mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kebiasaan nyamuk mengisap darah. Kelembaban yang
rendah akan memperpendek umur nyamuk, sebaliknya kelembaban tinggi

9
memperpanjang umur nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk akan
menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit. Peningkatan kelembaban udara
dan curah hujan berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk (Epstein
et al. 1998)
Curah hujan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan
Ae.aegypti baik di dalam rumah (p=0,643) maupun di luar rumah (p=0,096) tetapi
memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan Ae. albopictus di dalam
rumah (p=0,052). Kepadatan Ae. albopictus di dalam rumah 95,2% dipengaruhi
oleh curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, Ae. albopictus banyak mengisap
darah atau mencari mangsa di dalam rumah dan sebaliknya ketika curah hujan
mulai turun, nyamuk tersebut lebih banyak mencari mangsa di luar rumah (Tabel
5). Hal ini berkaitan dengan sifat Ae. albopictus yang antropofilik dan
antropofagik, ketika hujan turun sepanjang hari masyarakat tidak banyak
melakukan aktivitas di luar rumah sehingga aktivitas menggigit Ae. albopictus
pun juga tidak jauh dari aktivitas masyarakat (di dalam rumah). Selain itu, curah
hujan yang tinggi juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk. Indeks curah
hujan tidak secara langsung mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, tetapi
berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Curah hujan ideal artinya air hujan tidak
sampai menimbulkan banjir dan air menggenang di suatu wadah atau media yang
dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman dan relatif masih
bersih (Wahyono et al. 2010). Curah hujan di Kelurahan Pasir Kuda selama bulan
Desember 2010 hingga Maret 2011 cukup tinggi (117-179 mm) (BMKG 2010).
Hal tersebut mempengaruhi curah hujan ideal sehingga Ae. albopictus lebih
memilih mencari mangsa dan tempat meletakkan telur yang aman di dalam
rumah.
Tabel 5 Nilai MBR (nyamuk/orang/hari) Aedes spp dan indeks curah hujan (ICH)
serta kelembaban di Kelurahan Pasir Kuda selama periode Desember
2010 hingga Maret 2011
Bulan
Desember
Januari
Pebruari
Maret

Ae. aegypti
Dalam
Luar
3,50
0
3,50
0,17
11,17
0,33
1,50
0,17

Rataan
1,75
1,84
5,75
0,84

Ae. albopictus
Dalam
Luar
0,17
5,00
0,33
2,17
0,33
2,33
0,17
2,33

Rataan
2,58
2,50
5,32
1,25

ICH
(mm)
60,39
51,97
48,75
49,68

Kelembaban
(%)
83
83
84
82

Perilaku Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya
Nyamuk Aedes memerlukan tempat untuk mematangkan telur dan
berkembangbiak setelah menggigit inang dan mengisap darah. Resting atau
beristirahat adalah perilaku yang dilakukan Aedes untuk mematangkan telur
sebelum mencari tempat perkembangbiakan. Selama penelitian berlangsung, Ae.
aegypti banyak ditangkap sedang beristirahat atau hinggap di gantungan baju, vas
bunga, untaian kabel yang berwarna gelap dan merah, tumpukan buku-buku yang
usang, sepatu, tas, topi, tirai, dan peralatan dapur. Ae. aegypti cenderung lebih

10
suka hinggap pada benda-benda yang berwarna gelap dan terlindung dari cahaya.
Ae.albopictus banyak tertangkap beristirahat pada benda-benda di luar rumah.
Tabel 6 menunjukkan nilai resting per rumah Ae. aegypti dan Ae. albopictus
yang tertangkap istirahat baik di dalam maupun di luar rumah. Resting dalam
rumah tertinggi Ae. aegypti pada bulan Januari (1,62 nyamuk/rumah). Pada bulan
Februari hingga Maret sama sekali tidak tertangkap Ae. aegypti yang beristirahat
di luar rumah. Nilai resting per rumah Ae. albopictus di luar rumah tertinggi yaitu
0,05 nyamuk/rumah pada bulan Januari. Pada bulan Maret sama sekali tidak
tertangkap Ae. albopictus yang beristirahat di luar rumah. Selama periode
Desember 2010 hingga Maret 2011, Ae. albopictus hanya tertangkap beristirahat
di dalam rumah pada bulan Desember (0,04 nyamuk/rumah). Pada bulan Januari
hingga Maret sama sekali tidak tertangkap Ae. albopictus yang beristirahat di
dalam rumah. Nilai resting per rumah yang cenderung kecil dimungkinkan karena
waktu penangkapan nyamuk yang beristirahat atau hinggap hanya 5 menit serta
didukung perilaku Aedes itu sendiri yang sangat aktif terbang.
Ae. albopictus selain cenderung beristirahat di luar rumah (eksofilik), tidak
terlalu banyak ditangkap beristirahat di benda-benda seperti buku, tas, baju, dan
sepatu di luar rumah. Nyamuk ini banyak ditangkap sedang hinggap pada daundaun tanaman di teras, dinding luar rumah, pagar, dan tumpukan barang bekas
yang ada di luar rumah. Wilayah penelitian merupakan pinggiran perkotaan yang
kepadatan penduduknya tinggi sehingga nyamuk yang tertangkap beristirahat
didominasi oleh Ae. aegypti. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil
Novelani (2007) di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur yang menyatakan bahwa
Ae. aegypti banyak ditangkap beristirahat di baju yang digantung, dapur, ruang
keluarga, tumpukan buku di sekolah, dan kamar mandi.
Tabel 6 Kepadatan Aedes spp yang tertangkap dengan metode Resting Collection
di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010 hingga Maret
2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Bulan
penangkapan
Desember
Januari
Februari
Maret
Rataan

Ae. aegypti
Ae. albopictus
Resting per rumah (nyamuk/rumah)
Dalam rumah
Luar rumah
Dalam rumah
Luar rumah
0,99
0,008
0,04
0,04
1,62
0,071
0
0,05
1,50
0
0
0,008
0
0
0
0,64
0,03
0,01
0,01
0,98

Menurut Camara (2010), Ae. albopictus adalah nyamuk pedesaan yang
mempunyai tempat perkembangbiakan alamiah dan berada di wilayah yang
kepadatan penduduknya rendah. Akan tetapi hasil penelitian ini masih
mendapatkan cukup banyak Ae. albopictus meskipun tempat penelitian
merupakan pinggiran kota yang berpenduduk padat. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh pemanfaatan tata guna tanah di lokasi penelitian yang cukup bervariasi
mulai dari kompleks padat penduduk, perkampungan, perkantoran, perikanan,
perkebunan hingga lahan persawahan sehingga masih terdapat cukup banyak
tempat perkembangbiakan alamiah bagi Ae. albopictus (Lampiran 2). Larva Ae.
albopictus di lokasi penelitian banyak ditemukan pada tanaman yang dapat
tergenang oleh air. Selain itu, banyak ditemukan larva Ae. albopictus dan Ae.

11
aegypti pada penampungan air buatan manusia seperti bak mandi, tempayan dan
peralatan rumah tangga yang berisi air (Lampiran 3).

Peranan Aedes Dalam Penularan Chikungunya
Penularan dan penyebaran penyakit terjadi karena adanya interaksi antara
host atau inang, agen penyakit, dan lingkungan atau dikenal dengan segitiga
epidemiologi. Dalam hal ini Aedes berperan sebagai vektor alphavirus penyebab
penyakit Chikungunya. Penyebaran penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir
Kuda berlangsung begitu cepat sehingga menimbulkan terjadinya kejadian luar
biasa (KLB) pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011. Penularan penyakit
Chikungunya di masyarakat Kota Bogor khususnya Kelurahan Pasir Kuda bukan
hanya didukung oleh kepadatan vektor yang tinggi melainkan juga faktor
lingkungan dan perilaku masyarakat Kelurahan Pasir Kuda.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai parameter kepadatan nyamuk kepadatan
Ae. aegypti dan Ae. albopictus cukup tinggi sehingga mendukung penyebaran
penyakit Chikungunya. Perilaku menggigit Aedes yang bersifat multiple bitter
(Schwartz & Albert 2010) juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
penularan yang cepat diantara masyarakat dimana sifat tersebut adalah menggigit
lebih dari satu inang dalam waktu yang singkat. Faktor lain yang juga mendukung
cepatnya penularan adalah puncak aktivitas Aedes di siang hari dimana
masyarakat sedang aktif sehingga belum hingga kenyang mengisap darah pada
satu orang nyamuk tersebut sudah terbang karena pergerakan orang tersebut
hingga mengisap darah lagi ke orang yang lain hingga kenyang.
Selain itu rumah penduduk yang sangat berdekatan juga mendukung
penyebaran penyakit Chikungunya secara cepat. Ae. aegypti dan Ae. albopictus
betina mempunyai daya terbang sejauh 50-100 meter bahkan pernah dilaporkan
nyamuk ini mampu terbang dengan mudah dan cepat dalam mencari tempat
perkembangbiakan sejauh 320 meter (Hadi & Koesharto 2006). Jarak rumah
penduduk satu dengan yang lain sangat dekat sehingga nyamuk dengan mudah
berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mengisap darah dan
menularkan penyakit. Penyebaran penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda
juga didukung oleh pengetahuan masyarakat Pasir Kuda yang tergolong baik
namun tidak diikuti dengan sikap dan perilaku yang baik dalam menghadapi
penyebaran penyakit tersebut (Riwu 2011).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aktivitas menggigit Ae. aegypti lebih tinggi di dalam rumah (MHD 13,63
nyamuk/jam/orang) dibandingkan di luar rumah (0,25 nyamuk/jam/orang).
Aktivitas Ae. albopictus lebih tinggi di luar rumah (2,38 ekor/jam/orang)
dibandingkan di dalam rumah (0,25 nyamuk/jam/orang). Ae. aegypti memiliki

12
puncak aktivitas menggigit pada pukul 11.00-12.00 (6,81 nyamuk/jam/orang)
sedangkan Ae. albopictus memiliki puncak aktivitas menggigit pada pukul 15.0016.00 (1,31 nyamuk/jam/orang). Ae. aegypti menghisap darah di dalam rumah
(endofagik) sedangkan Ae. albopictus menghisap darah di luar rumah (eksofagik).
Ae. aegypti cenderung beristirahat di dalam rumah (endofilik) sedangkan Ae.
albopictus di luar rumah (eksofilik).

Saran
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit Chikungunya dan
vektornya disarankan lebih ditingkatkan supaya terjadi sinkronisasi antara
Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pemerintah dengan
tanggapan serta pengetahuan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdalmagid & Alhusein. 2008. Entomological investigation of Aedes aegypti in
Kassala and Elgadarief States, Sudan. Sudanese J Pub Hlth. 3(2):77-80.
Abraham AS & Sridharan. 2007. Chikungunya virus infection-a resurgent scourge.
Indian J Med Res. 126:502-506.
Agoes R. 2009. Peran nyamuk dalam ilmu kedokteran. Didalam Natadisastra
D & R Agoes, Editor. Parasitologi Kedokteran. Jakarta (ID): ECG.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor (ID). 2010. Data Curah Hujan dan Kelembaban Udara
Cibalagung.
Braks M, SA Juliano, Lounibos. 2007. Superior reproductive succes on human
blood without sugar is not limited to highly anthropophilic mosquito species.
Med Vet Entomol. 20(1):53-59.
Camara TN. 2010. Activity patterns of Ae.aegypti and Ae.albopictus (diptera:
culicidae) under natural and artificial conditions. Oecol Aust. 14(3):737-744.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit
Chikungunya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta (ID): Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes.
Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
lingkungan.
[Dinkes Kota Bogor] Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2010. Data Penderita Demam
Chikungunya Di Kota Bogor.
Diallo M, Thonnon J, Traoré-Lamizana M, Fontenille D. 1999. Vectors of
chikungunya virus in Senegal: current data and transmission cycles. Am J
Trop Med Hyg. 60 (2):281-286.
Eapen A, Ravindran KJ, Dash AP. 2010. Breeding potential of Aedes
albopictus (Skuese, 1985) in chikungunya affected areas of Kerala, India.
Indian J Med Res. 132 (6):733-735.

13
Epstein PR, Diaz HR, Elias S, Grabherr G, Graham NE, Martenz WJM, Thomson
EM, Suskind J. 1998. Biological and physical signs of climate change :
focused on mosquito-borne diseases. Bul Amer Meterol Soc. 79:409.
Hadi UK & FX Koesharto. 2006. Nyamuk. Di dalam: SH Sigit, UK Hadi, dkk,
editor. Hama Permukiman Indonesia. Unit Kajian Pengendalian Hama
Permukiman (UKPHP) FKH IPB. Bogor (ID):23-51.
Hasyimi M & Soekirno M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti
pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air
olahan. J Eko Kes. 3(1):37-42.
Kaur P, Manicham P, Manoj V, Vidya R, Ramakhrisnan R, Hari K, Vanamail P,
Akhiles C, Mohan D. 2006. Chikungunya outbreak, South India 2006. J
Med Entomol. 43:189-191.
Lee CN, Tan LK, Tan CH, Tan SSY, Hapuarachchi HC, Pok KY, Lai YL,
Pua SG, Bucht G, Lin RTP, Leo YS, Tan BH, Han HK, Ooi PL, James L,
Khoo SP. 2009. Entomologic and virologic investigation of chikungunya
Singapore. Emerg Infect Dis. 15 (8):1243-1249.
Merrit RW & KW Cummins. 1978. An Introduction to The Aquatic Insect of
North America. Kendall (US): Hunt Publishing Company.
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Novelani BA. 2007. Studi habitat dan perilaku menggigit nyamuk Aedes serta
kaitannya dengan kasus demam berdarah di Kelurahan Utan Kayu Utara
Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Pialoux G, Bernard A, Stephane J, Michel S. 2007. Chikungunya, an epidemic
arbovirus. Lanc Infect Dis. 7(5):319-327.
Perich MJ, Davila G, Turner A, Garcia A, Nelson M. 2000. Behavior of
resting Aedes aegypti (Culicidae: Diptera) and its relation to ultra-low
volume adulticide efficacy in Panama City, Panama. J Med Entomol. 37
(4):541-546
Ponwalat A & LC Harrington. 2005. Blood feeding patterns of Ae.aegypti and
Ae.albopictus in Thailand. J Med Entomol. 42:844-849.
Riwu YR. 2011. Bioekologi nyamuk Aedes spp dan deteksi keberadaan virus
chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat [tesis].
Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Schwartz O & Albert ML. 2010. Biology and pathogenesis of chikungunya virus.
Nat Rev Microbiol. 8: 491-500.
Sembel DT. 2009. Entolmologi Kedokteran. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Siriyasatien P, Pengsakul T, Kittichai V, Phumee A, Kaewsaitiam S, Thavara U,
Tawatsin A, Asavadachanukorn P, Mulla MS. 2010. Identification of blood
meal of field caught Ae.aegypti (l.) by multiplex PCR. Southeast Asian J
Trop Med Pub Hlth. 41(1):43-47
Sudarmaja IM & Mardihusodo SJ. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk
Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. J Vet. 10(4):
205-207.
Surtess G. 1997. Mosquito breeding in the kuching area, serawak with special
reference to the epidemiology of dengue fever. J Med Entomol. 7(2):596694.

14
Thavara U, Tawatsin A, Pengsakul T, Bhakdeenuan P, Chanama S,
Anantapreecha S, Molito C, Chompoosri J, Thammapalo S, Sawanpanyalert
P, Siriyasatien P. 2009. Outbreak of chikungunya fever in Thailand and
virus detection in field population of vector mosquitoes, Ae.aegypti (L) and
Ae.albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Southeast Asian J Trop Med
Pub Hlth. 40(5):951-962.
Wahyono TYM, Haryanto B, Mulyono S, Adiwibowo A. 2010. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan kejadian DBD dan upaya pengendaliannya di
Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Buletin Jendela Epidemiologi.
2: 26-31.
[WHO] World Health Organization. 2002. Pencegahan dan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue: Panduan Lengkap. Palupi W, penerjemah:
Salmiyatun, Editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Prevention and
Control of Dengue Haemorragic Fever: Comprehensive Guidelines.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor tahun
2010
Bulan
Puskesmas
Rumah Sakit Rumah Sakit Jumlah kasus
Pancasan
Karya Bakti
PMI
Chikungunya
Januari
0
2
2
4
Februari
0
4
2
6
Maret
0
1
2
3
April
0
0
0
0
Mei
0
0
0
0
Juni
0
0
0
0
Juli
0
0
0
0
Agustus
15
0
0
15
September
16
0
0
16
Oktober
0
0
0
0
Nopember
0
0
0
0
Desember
0
0
0
0
Jumlah
31
7
6
44
Lampiran 2 Pemanfataan tata guna lahan di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Pemanfaatan lahan
Luas (Ha)
Perumahan kampung
136,1
Kompleks perumahan
12
Perkantoran
10,8
Kolam perikanan
0,6
Sarana jalan
3
Sarana pendidikan
0,7
Lahan sawah
3
Perkebunan
24
Pemakaman
0,7

16
Lampiran 3
Habitat larva nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda

a

B

c

d

e

g

f

h

Keterangan:
 Tempat Penampungan Air: a) bakmandi/WC; b) tempayan
 Bukan Tempat Penampungan Air : c) ban bekas; d) vas bunga; e) kaleng bekas;
f) genangan air di taman
 Tempat Penampungan Alamiah: g dan h) kelopak daun

17

Lampiran 3 Nilai MHD Ae.aegypti di dalam dan di luar selama periode
Desember 2010 hingga Maret 2011

Lampiran 4 Nilai MHD Ae.albopictus di dalam dan di luar rumah selama
Periode Desember 2010 hingga Maret 2011

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, pada tanggal 14 Januari 1990. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Hariyanto dan S. Sumiati.
Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1996-2002 di SDN Wonoketro
I. Pada tahun 2003-2005 Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Jetis,
kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun
2008. Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
Selama menjadi mahasiswa IPB Penulis memiliki pengalaman organisasi
antara lain anggota organisasi mahasiswa daerah asal Ponorogo Manggolo Putro,
sekretaris Mipro Ornithologi dan perunggasan, sekretaris II Badan Eksekutif
Mahasiswa FKH IPB, anggota Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan cabang FKH
IPB, Panitia Masa Orientasi Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2010, dan
Pemeriksaan Hewan Kurban tahun 2010, 2011, dan 2012.