Pengaruh Trass dan Kombinasinya dengan Abu Volkan terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi

PENGARUH TRASS DAN KOMBINASINYA DENGAN ABU
VOLKAN TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN
PERTUMBUHAN PADI PADA TANAH GAMBUT DARI
KUMPEH, JAMBI

GALIH PAMUNGKAS

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Trass dan
Kombinasinya dengan Abu Volkan terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan
Padi pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Galih Pamungkas
NIM A14080051

ABSTRAK
GALIH PAMUNGKAS. Pengaruh Trass dan Kombinasinya dengan Abu Volkan
terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi pada Tanah Gambut dari
Kumpeh, Jambi. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.
Permasalahan krisis pangan di Indonesia masih saja terjadi. Peningkatan
jumlah penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan peningkatan kebutuhan
terhadap ketersediaan pangan. Dilain pihak, lahan produktif untuk pertanian
mengalami keterbatasan akibat banyaknya alih fungsi lahan menjadi lahan nonpertanian. Pemanfaatan lahan marjinal seperti lahan gambut merupakan upaya
dalam mengatasi terbatasnya lahan produktif untuk ditanami padi. Tanah gambut
memiliki kriteria kesuburan yang rendah serta bereaksi masam. Kondisi gambut
yang seperti itu memerlukan upaya ameliorasi untuk meningkatkan kesuburan
tanah. Bahan amelioran yang biasa digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah diantaranya adalah trass dan abu volkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh trass dan
kombinasinya dengan abu volkan terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan
padi. Penelitian ini dilakukan melalui percobaan pot di rumah kaca dengan
menggunakan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi sebagai media tanam. Dosis
trass pada percobaan faktor tunggal adalah 0, 3, 6, dan 9% atau 0, 90, 180, dan
270 gram/pot dan dosis pada percobaan kombinasi antara trass dan abu volkan
adalah 0+7.5, 1.875+5.625, 3.75+3.75, 5.625+1.875, dan 7.5+0% atau 0+225,
56.25+168.75, 112.5+112.5, 168.75+56.25, dan 225+0 gram/pot dan perlakuan
standar. Rancangan penelitian yang dipakai adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL).
Hasil penelitian menunjukkan pemberian trass pada setiap perlakuan secara
nyata meningkatkan pH tanah, Al-dd, Zn-tersedia, Mn-tersedia tanah gambut,
tinggi tanaman, anakan produktif, biomassa bobot kering tanaman, serapan K,
serapan Si, dan kadar Zn tanaman. Pemberian perlakuan kombinasi trass dengan
abu volkan secara nyata meningkatkan pH tanah, Al-dd, N-total, Na-dd, Zntersedia, dan Mn-tersedia tanah gambut, tinggi tanaman, anakan produktif,
biomassa bobot kering tanaman, serapan P, serapan K, serapan Si, dan kadar Zn
tanaman. Selain itu, perlakuan trass dan kombinasinya dengan abu volkan secara
nyata meningkatkan efisiensi pupuk P dan K.
Kata kunci: trass, abu volkan, gambut, padi


ABSTRACT
GALIH PAMUNGKAS. The Effect of Trass and Its Combination with Volcanic
Ash on Soil Chemical Properties and Plant Growth of Rice on Peat Soil from
Kumpeh, Jambi. Under supervision : ATANG SUTANDI and BUDI NUGROHO.
Nowadays in Indonesia, the problem of food crisis is still happening, due to
increasing of population annually, needs to increase food availability. On the other
hand, the productive land for agriculture have limitations because the large land
conversion to non-agricultural land. The use of marginal land such as peat is an
attempt to overcome the limited productive land for growing rice. Peat soils have
low soil fertility level and acid soil reaction in nature. The conditions of peat soils
require amelioration to improve soil fertility. The ameliorants that have potential
to increase soil fertility are trass and volcanic ash.
The purpose of this research was to examine the effects of trass and its
combination with volcanic ash on soil chemical properties and rice growth. The
research was conducted in a pot experiment using peat soils from Kumpeh, Jambi.
Doses of trass as a single factor treatment were 0, 3, 6, and 9% or 0, 90, 180, and
270 gram/pot, and doses of the combination treatments between trass and volcanic
ash were 0+7.5, 1.875+5.625, 3.75+3.75, 5.625+1.875, and 7.5+0% or 0+225,
56.25+168.75, 112.5+112.5, 168.75+56.25, and 225+0 grams/pot, the all
treatments compared to standard fertilization. The research design was used

Completely Randomized Design (CRD).
The results showed that giving the trass as a single factor significantly
increased the soil pH, Exchangable Al and Mg, available Zn and Mn, plant height,
productive tillers, plant biomass, uptake of K, Si, and plant Zn. The combination
trass with volcanic ash significantly increased the soil pH, Exchangable Al, totalN, Exchangable Na, available Zn and Mn, plant height, productive tillers, plant
biomass, uptake of P, K, Si, and plant Zn. Beside that, combination trass with
volcanic ash significantly improved the efficiency of P and K fertilization.
Key word: trass, volcanic ash, peat, rice

PENGARUH TRASS DAN KOMBINASINYA DENGAN ABU
VOLKAN TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN
PERTUMBUHAN PADI PADA TANAH GAMBUT DARI
KUMPEH, JAMBI

GALIH PAMUNGKAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengaruh Trass dan Kombinasinya dengan Abu Volkan terhadap
Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi pada Tanah Gambut dari
Kumpeh, Jambi
Nama
: Galih Pamungkas
NIM
: A14080051

Disetujui oleh

Dr Ir Atang Sutandi, MSi
Pembimbing I


Dr Ir Budi Nugroho, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Syaiful Anwar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Trass dan Kombinasinya dengan Abu Volkan terhadap Sifat Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Padi pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Dr Ir Atang Sutandi, MSi dan Dr Ir Budi Nugroho, MSi, atas bimbingan,
teladan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi, dan ilmu yang diajarkan
selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan tugas akhir

skripsi.
2.
Dr Ir Arief Hartono, MSc sebagai Penguji atas masukan dan sarannya.
3.
Ibunda dan ayahanda yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian,
semangat, dukungan moril, lahir batin yang tiada hentinya, serta menjadi
panutan dan motivator bagi penulis.
4.
Kakak-kakak, keponakan, dan sanak saudara yang selalu menyayangi dan
memberikan semangat kepada penulis untuk terus memberikan yang terbaik.
5.
Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta bapak Tatat Sutarman
Abdullah dan bapak Djunaedi A. Rachim atas ilmu yang telah diberikan
selama penulis menuntut ilmu di IPB.
6.
Seluruh staf laboratorium dan tata usaha yang senantiasa membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian.
7.
Putri Setya Utami, SP yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian,

dukungan, dan setia membantu dalam penelitian hingga penyusunan skripsi.
8.
Teman seperjuangan dan keluarga besar ITSL 45 khususnya Imam, Fu’ad,
Ghera, Drajat, Yudhi, Rahmat, Dicky, Faqih, Saeful, Anjar, Ardli, Anto,
Edvan, dan Rezki atas semangat, bantuan, dan dukungan yang tiada
hentinya diberikan kepada penulis.
9.
Teman seperjuangan (Bang Gilang dan Mega) atas kerjasama, semangat,
bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menjalani penelitian sampai
penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
membutuhkan saran dan kritik. Namun, penulis berharap agar tulisan ini dapat
memberikan manfaat dalam rangka pembelajaran bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Maret 2013
Galih Pamungkas

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

BAHAN DAN METODE

8

Bahan

8

Alat

8


Metode Penelitian

8

Metode Efisiensi Pemupukan

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Sifat Kimia Tanah

12

Pertumbuhan Padi

16

Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan dan Kadar Hara Tanaman

17

Efisiensi Penggunaan Pupuk

20

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
Kriteria Tingkat Kesuburan Tanah Gambut
Komposisi Trass dari Nagrek dan Muriah
Dosis pupuk dan bahan percobaan per pot
Rataan pH tanah, Al-dd, P-tersedia, N-total, dan C-organik pada masingmasing perlakuan
Rataan basa-basa dapat ditukar, KTK, dan KB pada masing-masing
perlakuan
Rataan unsur mikro pada masing-masing perlakuan
Pertumbuhan 11 MST, anakan produktif, dan bobot biomassa kering
tanaman pada setiap perlakuan
Serapan hara N, P, K, Ca, Mg, dan Si padi pada setiap perlakuan
Kadar hara Cu dan Zn tanaman pada setiap perlakuan
Efisiensi pupuk N, P, dan K pada masing-masing perlakuan

3
7
9
12
14
15
16
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
Perlakuan Trass Tunggal
Perlakuan Kombinasi Trass dengan Abu Volkan

30
30

DAFTAR LAMPIRAN
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap pH Tanah, Al-dd, P-Tersedia,
N-Total, dan C-organik Tanah
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, K-dd,
KTK, dan KB Tanah
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Mn, Zn, dan Cu Tanah
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Tinggi Tanaman 11 MST,
Anakan Produktif, dan Bobot Kering Tanaman
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Serapan Hara N, P, K, Ca,
Mg, dan Si Tanaman
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Unsur Mikro Cu dan Zn
Tanaman
Analisis Ragam pada Taraf α=5% terhadap Efisiensi Pupuk N, P, dan K

25
26
27
27
28
29
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras terbesar di
dunia. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Hal ini ditunjukkan dengan laju peningkatan penduduk dari tahun 2000-2010
mencapai nilai rata-rata 1.83% pertahun (BPS 2013). Peningkatan jumlah
penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan ketersediaan pangan khususnya
beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia. Ketersediaan pangan saat ini
mengalami keterbatasan akibat berkurangnya lahan pertanian produktif di
Indonesia.
Lahan sawah sebagai pemasok utama beras saat ini, banyak mengalami alih
fungsi lahan menjadi non pertanian. Hal tersebut sangat mempengaruhi
kemampuan menyediakan pangan di Indonesia. Untuk mengatasi kondisi tersebut,
banyak dilakukan usaha perluasan areal pertanian dengan memanfaatkan lahan
marjinal seperti lahan gambut. Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang
tersusun dari bahan organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang
melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Wahyunto et al. 2005).
Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu sekitar
21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (BB
Litbang SDLP 2008). Namun demikian tidak semua lahan gambut layak untuk
dijadikan areal pertanian karena variabilitas lahan ini yang sangat tinggi, baik dari
segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya. Tanah gambut yang
berkesuburan rendah dan memiliki sifat bereaksi masam, sehingga diperlukan
upaya ameliorasi untuk menaikkan nilai pH-nya. Amelioran adalah bahan yang
dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia.
Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kandungan basa
(KB) yang tinggi, mampu meningkatkan pH secara nyata, mampu memperbaiki
struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mampu
menetralisir senyawa beracun terutama asam-asam organik (Susilawati et al.
2011).
Bahan amelioran yang biasa digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
diantaranya adalah trass dan abu volkan. Trass terbentuk dari batuan volkanik
yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah (Utomo 2011). Abu volkan
merupakan partikel-partikel halus yang terhembus pada saat letusan gunung
berapi. Trass dan abu volkan merupakan amelioran yang dapat digunakan sebagai
sumber silikat untuk tanaman padi dan dapat meningkatkan pH pada tanah masam.
Tujuan Penelitian
1.

2.

Penelitian ini bertujuan untuk :
Mempelajari dan mengevaluasi pengaruh trass dan kombinasinya dengan
abu volkan terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut
Mengevaluasi pengaruh trass dan kombinasinya dengan abu volkan
terhadap efisiensi pupuk

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Gambut
Dalam sistem klasifikasi baru, tanah gambut disebut Histosols (histos =
tissue = jaringan). Dalam sistem klasifikasi lama, tanah gambut disebut dengan
Organosols yaitu tanah yang tersusun dari bahan tanah organik (Soil Survey Staff
1998).
Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah
organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan
ketebalan lebih dari 50 cm (Wahyunto et al. 2005). Menurut Sitorus (2003),
gambut merupakan deposit bahan organik dalam keadaan tergenang sehingga
desintegrasi bahan organik (sisi tumbuhan) lebih dominan daripada proses
mineralisasi dan hasil akhir memberikan kemasaman yang tinggi pada
lingkungannya. Proses terjadinya tanah gambut memerlukan waktu yang cukup
lama. Penggunaan lahan gambut yang tidak sesuai dengan kemampuannya
dikhawatirkan akan mengancam kelestarian gambut.
Pembentukan Tanah Gambut
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik
yang sudah melapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses
dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya
yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah
yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses
pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik
(Hardjowigeno 1986).
Proses pembentukan gambut dimulai dari adanya danau dangkal yang secara
perlahan ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah. Tanaman yang
mati dan melapuk secara bertahap membentuk lapisan yang kemudian menjadi
lapisan transisi antara lapisan gambut dengan substratum (lapisan di bawahnya)
berupa tanah mineral. Tanaman berikutnya tumbuh pada bagian yang lebih tengah
dari danau dangkal ini dan membentuk lapisan-lapisan gambut sehingga danau
tersebut menjadi penuh. Bagian gambut yang tumbuh mengisi danau dangkal
tersebut disebut dengan gambut topogen karena proses pembentukannya
disebabkan oleh topografi daerah cekungan. Gambut topogen biasanya relatif
subur (eutrofik) karena adanya pengaruh tanah mineral. Tanaman tertentu masih
dapat tumbuh subur di atas gambut topogen. Hasil pelapukannya membentuk
lapisan gambut baru yang lama kelamaan membentuk kubah (dome) gambut yang
permukaannya cembung. Gambut yang tumbuh di atas gambut topogen dikenal
dengan gambut ombrogen, yang pembentukannya ditentukan oleh air hujan.
Gambut ombrogen lebih rendah kesuburannya dibandingkan dengan gambut
topogen karena hampir tidak ada pengkayaan mineral (Agus dan Subiksa 2008).

3
Kesuburan Tanah Gambut
Gambut di Indonesia umumnya dikategorikan pada tingkat kesuburan
oligotrofik, yaitu gambut dengan tingkat kesuburan yang rendah. Kesuburan
gambut oligotrofik ini dijumpai pada gambut ombrogen, yaitu gambut pedalaman
yang terdiri dari gambut tebal dan miskin unsur hara, sedangkan pada gambut
pantai pada umumnya tergolong ke dalam gambut eutrofik karena adanya
pengaruh air pasang surut. Pengklasifikasian kesuburan tanah gambut terdiri dari
tiga tingkat kesuburan, yaitu oligotrofik (tingkat kesuburan rendah), mesotrofik
(tingkat kesuburan sedang), dan eutrofik (tingkat kesuburan tinggi) (Barchia
2006).
Tabel 2.1. Kriteria Tingkat Kesuburan Tanah Gambut
Tingkat Kesuburan

Kandungan hara (% bobot kering)
N

K2 O

P2O5

CaO

Abu

Eutrofik

2.50

0.10

0.25

4.00

10.00

Mesotrofik

2.00

0.10

0.20

1.00

5.00

Oligotrofik
0.80
0.03
Sumber : Driessen dan Soepraptohardjo, 1974

0.05

0.25

2.00

Data hasil analisis tanah gambut dari berbagai wilayah di Sumatera,
Kalimantan, dan Papua memperlihatkan bahwa Histosols bereaksi masam ekstrem
(pH 3.5 atau kurang) sampai sangat masam (pH 3.6-4.5). Kandungan bahan
organik seluruh lapisan sangat tinggi (6-91%), dan kandungan nitrogen di seluruh
lapisan gambut sebagian besar juga sangat tinggi (>0.75%). Rasio C/N tergolong
tinggi sampai sangat tinggi (16-69), yang berarti walaupun kandungan N tinggi,
tetapi tidak dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Kandungan P dan K-potensial di
lapisan atas (0-50 cm) tergolong sedang sampai tinggi, lebih baik daripada di
lapisan bawah yang umumnya sangat rendah. Pada gambut dangkal dan gambut
eutrofik (subur) kandungan P dan K-potensial termasuk sedang sampai tinggi.
Pada tipe lain, hanya lapisan atas yang kandungannya sedang sampai tinggi.
Jumlah basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na) sebagian besar
tergolong sangat rendah sampai rendah. Lapisan atas memiliki kandungan sedikit
lebih tinggi dibandingkan lapisan dibawahnya. Kandungan ion Ca dan K hampir
semuanya sangat rendah sampai rendah, KTK tanah sangat tinggi (60-135
cmol/kg tanah) karena kandungan bahan organik tinggi. Sebaliknya nilai KB
termasuk sangat rendah (1-15%). Oleh karena itu, potensi kesuburan alami
Histosols sangat rendah sampai rendah. Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa kandungan hara mikro, khususnya Cu, Zn, Bo, dan Mo, berada pada taraf
sangat rendah sehingga Histosols sering mengalami kahat unsur mikro (Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi 2009).
Pengelolaan Tanah Gambut
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem “marginal”, pengelolaannya
memerlukan perencanaan yang teliti, didukung dengan pemanfaatan dan

4
penerapan teknologi yang sesuai, memegang prinsip pengembangan lahan yang
seimbang, dan menjalankan pengelolaan tanah dan air yang tepat. Keberhasilan
pengelolaan lahan gambut memerlukan ketepatan konsep, dan penerapannya serta
didukung oleh pengembangan dan inovasi dari kedua komponen tersebut.
Pengelolaan juga bisa dikatakan berhasil jika mampu memberikan manfaat untuk
hari ini dan masa mendatang. Kehati-hatian dan kajian yang mendalam harus
menjadi pangkal dari setiap rencana pengelolaan dan pengembangan (Wahyunto
et al. 2005).
Tanah gambut di Indonesia pada umumnya digunakan untuk pertanaman
kelapa. Kelapa ditanam pada tempat-tempat yang ditinggikan, sehingga akar
tanaman kelapa tidak terganggu pertumbuhannya. Disekitar pohon kelapa digali
saluran-saluran yang seringkali berhubungan satu sama lain dan bermuara di
sungai, serta dapat berfungsi sebagai saluran drainase. Disamping kelapa, padi
ditanam di tanah gambut. Pada umumnya padi tidak dipupuk, di sekitar
pertanaman padi digali saluran-saluran drainase yang juga bermuara di sungai.
Kadang-kadang air di daerah pertanaman tidak selalu tergenang seperti halnya
sawah. Ini terutama tergantung dari cara penggalian dan jarak antar saluran yang
digali. Hal demikian merupakan salah satu upaya cara pengelolaan menanam di
tanah gambut. Pengolahan gambut, meskipun lebih mudah daripada tanah mineral,
dilakukan hampir sama tetapi harus dangkal, terutama setelah akar mulai
berkembang (Soepardi 1983).
Tanaman Padi
Berdasarkan Taksonomi Tumbuhan, tanaman padi (Oryza sativa L.)
dikelompokkan menjadi :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Graminae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa
Terdapat 25 spesies Oryza, yang paling dikenal adalah O. Sativa dengan dua
subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi di bedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan
(Suparyono dan Setyono 1994).
Pertumbuhan Tanaman Padi
Menurut Yoshida (1981), pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi 3
bagian, yaitu fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan. Fase vegetatif meliputi
pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan inisiasi primordia
malai; fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga
(heading), dan fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk
satu varietas berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka fase vegetatif
memerlukan 60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.

5
Fase pertumbuhan vegetatif merupakan fase yang menyebabkan terjadinya
perbedaan umur panen, sebab lama fase-fase reproduktif dan pemasakan tidak
dipengaruhi oleh varietas maupun lingkungan. Selama fase pertumbuhan vegetatif,
anakan bertambah dengan cepat, tanaman bertambah tinggi, dan daun tumbuh
secara regular. Anakan aktif ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat
sampai tercapai anakan maksimal. Stadia anakan maksimal dapat bersamaan,
sebelum atau sesudah inisiasi primordia malai. Fase tumbuh dari anakan
maksimal sampai inisiasi malai disebut vegetative-lag phase yang merupakan
sasaran pemuliaan untuk memperpendek umur tanaman. Setelah anakan maksimal
tercapai, sebagian dari anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai. Anakan
tersebut dinamakan anakan yang tidak efektif. Yoshida (1981)
mengidentifikasikan adanya suatu stadia tumbuh yang merupakan akhir dari
anakan efektif, yaitu stadia dimana jumlah anakan sama dengan jumlah malai
pada stadia masak.
Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas
pada batang, yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah.
Disamping itu, stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah
anakan, munculnya daun bendera, bunting, dan pembungaan (heading). Inisiasi
primordia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading. Stadia inisiasi ini
hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai
berbunga. Oleh sebab itu stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan ruasruas. Inisiasi primordia malai hanya dapat dilihat secara mikroskopik.
Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis
segera mulai setelah heading. Oleh sebab itu, heading diartikan sama dengan
antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu rumpun komunitas tanaman,
fase pembungaan memerlukan waktu 10-14 hari. Apabila 50% bunga telah keluar,
maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan. Antesis telah mulai
bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang malai telah tampak
keluar. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk antesis,
tetapi pada umunya hanya 5 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai komponen
pertumbuhan dan hasil telah mencapai maksimal sebelum bunganya sendiri keluar
dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak bertambah
lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah
ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu,
ukuran sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum
antesis. Setelah antesis, pertumbuhan memasuki stadia pemasakan yang terdiri
dari masak susu dough (masak bertepung), menguning, dan masak panen. Periode
pemasakan ini memerlukan waktu kira-kira 30 hari dan ditandai dengan penuaan
daun (Manurung dan Ismunadji 1988).
Padi Varietas Ciherang
Padi varietas Ciherang merupakan kelompok padi sawah varietas unggul
hasil beberapa kali persilangan. Padi jenis ini memiliki karakteristik berumur
cukup pendek yaitu 116-125 hari. Bentuk tanamannya tegak, tingginya mencapai
107-115 cm, menghasilkan anakan produktif 14-17 batang, warna kaki hijau,
warna batang hijau, warna daun hijau, posisi daun tegak, bentuk gabah panjang

6
ramping, warna gabah kuning bersih, tekstur nasi pulen, rata-rata produksi 6
hingga 8.5 ton/ha, dan tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 (Suprihatno et
al. 2010).
Bahan Amelioran
Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik adalah memiliki
kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan nilai pH secara nyata,
mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara yang
lengkap, dan mampu menetralisir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Amelioran yang
banyak mengandung kation polivalen seperti Al, Fe, Cu, Zn dapat mengurangi
pengaruh buruk asam-asam organik beracun (Susilawati et al. 2011).
Trass
Menurut Hariyanto et al. (2009), trass adalah bahan hasil letusan gunung api,
berbutir halus yang mengandung oksida silika (SiO2) yang telah mengalami
pelapukan hingga derajat tertentu. Trass terbentuk dari batuan volkanik yang
memiliki kandungan unsur kalsium dan silikat. Kandungan unsur kalsium dan
silikat pada trass berpotensi untuk pengapuran serta sebagai bahan pupuk silikat
(Utomo 2011).
Trass dapat berupa bahan-bahan alami bukan produk buatan. Trass alam
umumnya berasal dari tuff volkanik. Kandungan unsur kalsium dan silikat pada
trass merupakan sifat yang menguntungkan yaitu adanya silikat larut bersamaan
dengan CaO yang bergabung menjadi kalsium silikat. Bemmelen (1949) telah
mengemukakan kandungan hara yang terdapat pada trass berasal dari daerah
Nagrek dan Muriah. Berikut komposisi kandungan hara pada trass yang berasal
dari daerah Nagrek dan Muriah.

7
Tabel 2.2. Komposisi Trass dari Nagrek dan Muriah
Constituents

Weathered Tuff of
Nagrek (%)

Pumiceous Obsidian of
Nagrek (%)

Muriah Trass
(%)

SiO2

62.85

72.85

50.13

P2O2

0.00

0.00

_

Al2O3

18.18

16.12

30.36

Fe2O3

4.99

1.66

3.89

FeO

_

_

_

MnO

0.06

0.03

0.37

MgO

0.14

CaO

0.00

0.00

0.29

Na2O

1.86

1.96

1.00

K2O

3.45

3.35

5.20

TiO2

_

_

_

SO3

_

_

0.16

H2O

_

_

_

Loss on ignition

9.03

_

7.94

Total
Sumber : Bemmelen, 1949

100.42

95.97

99.50

Abu Volkan
Abu volkan merupakan partikel-partikel halus yang terhembus pada saat
letusan gunung berapi. Abu volkan sebagai bahan amelioran memiliki kandungan
hara seperti Fe, Al, Ca, Mg, Mn, S, P, K, Na, Cu, Zn, Ti, dan Si. Penggunaan abu
volkan sebagai bahan amelioran dapat mengurangi degradasi hara serta dapat
menyuplai hara (Barchia 2006). Abu volkan memiliki komposisi yang lebih
lengkap daripada kapur, mengandung unsur hara makro dan mikro, memiliki daya
penetralan terhadap kemasaman 40 persen setara CaCO3 (Subiksa et al. 1997).

8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tiga tahapan yaitu tahap
persiapan bahan, tahap percobaan rumah kaca, dan tahap analisis laboratorium.
Tanah gambut sebagai media tanam berasal dari Desa Arang-arang, Kecamatan
Kumpeh, Jambi. Percobaan rumah kaca dilakukan di Kebun Percobaan University
Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Januari 2013.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanah gambut
yang telah diayak halus dengan ukuran homogen sebagai media tanam. Bahan
amelioran trass berasal dari Desa Ciampea dan abu volkan yang berasal dari
Gunung Merapi, diambil dari Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, yang keduanya telah diayak halus dengan
menggunakan ayakan 100 Mesh. Benih padi yang digunakan adalah varietas
Ciherang. Pupuk dasar yang diberikan meliputi pupuk makro (urea, SP-18, KCl)
dan pupuk mikro (CuSO4 dan ZnSO4). Bahan-bahan kimia yang digunakan pada
saat analisis di laboratorium meliputi Aquades, KCl, NaOH, HCl, NaF, H2O2,
NH4OAc, H2SO4, H3BO3, DTPA, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan persiapan
dan percobaan rumah kaca seperti cangkul, sendok semen, timbangan, karung,
ember (digunakan sebagai pot), saringan, meteran, penggaris, plastik, jaring
perangkap burung, tali rafia, dan bambu. Sedangkan alat-alat yang digunakan
untuk analisis tanah dan tanaman di laboratorium yaitu peralatan gelas (gelas piala,
gelas ukur, pipet Mohr, pipet volumetrik, tabung erlenmeyer, buret, dan labu
destilasi) dan peralatan pengukuran seperti spectrophotometer, flamephotometer,
timbangan neraca, atomic absorption spectrophotometer (AAS), serta peralatan
lainnya.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Percobaan pot dirumah kaca terdiri dari dua rangkaian percobaan yaitu
percobaan faktor tunggal yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dengan masingmasing 4 ulangan dan percobaan kombinasi yang terdiri dari 5 taraf perlakuan
serta satu perlakuan standar. Sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 40 unit.
Rancangan yang dipakai adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model
matematika dari rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut :

9
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
= Hasil pengamatan/pengukuran pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Galat
Hasil pengukuran berbagai variabel yang diperoleh selanjutnya dianalisis
statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada selang kepercayaan
(α) 5%, dan apabila berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α =
5%.
Persiapan Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari media tanam yaitu
tanah gambut, dan bahan amelioran yaitu trass dan abu volkan. Tanah gambut
yang telah diayak lebih halus dicampur dan diaduk lalu diinkubasi selama kurang
lebih satu minggu dengan tujuan menghomogenkan kadar air. Setelah itu
dilakukan penetepan kadar air dengan metode Gravimetri. Kadar air dari sampel
tanah gambut didapatkan 136.67%. Tanah gambut kemudian dimasukkan ke
dalam pot percobaan (ember) masing-masing 3 Kg bobot kering mutlak (BKM),
sehingga besarnya jumlah tanah gambut kering udara (BKU) yang dimasukkan ke
dalam masing-masing pot yaitu 7.1 Kg. Trass dan abu volkan ditimbang sesuai
dengan perlakuan, selanjutnya ditambahkan kedalam media tanam dan diaduk rata.
Dosis perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 3.1. Selanjutnya media
tanam yang telah mendapatkan perlakuan diinkubasi selama 40 hari di rumah kaca.
Tabel 3.1. Dosis Pupuk dan Bahan Percobaan per Pot

Perlakuan

Trass

Abu
Urea
SP-18
KCl
ZnSO4 CuSO4
Volkan
...........................................g/kg...........................................

faktor tunggal (trass)
Standar

0

0

1.5

1.5

0.75

0.05

0.05

Kontrol (0%)

0

0

0

0

0

0

0

Trass 3%

30

0

0.75

0.75

0. 38

0

0

Trass 6%

60

0

0.75

0.75

0. 38

0

0

Trass 9%

90

0

0.75

0.75

0. 38

0

0

75

0.75

0.75

0. 38

0

0

dua faktor (trass + abu volkan)
(0+7.5)%
0
(1.875+5.625)%

18.75

56.25

0.75

0.75

0. 38

0

0

(3.75+3.75)%

37.5

37.5

0.75

0.75

0. 38

0

0

(5.625+1.875)%

56.25

18.75

0.75

0.75

0. 38

0

0

(7.5+0)%

75

0

0.75

0.75

0. 38

0

0

10
Percobaan Rumah Kaca
Percobaan yang dilakukan di rumah kaca terdiri dari beberapa tahapan,
antara lain :
1.

Penanaman dan Pemeliharaan

Varietas padi yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah varietas
Ciherang. Benih padi disemai pada media kompos dan tanah mineral dengan
perbandingan 1 : 5 sampai berumur 14 hari. Bibit yang sudah berumur 14 hari
dipindahkan ke dalam pot yang sudah berisi tanah gambut dan sudah diinkubasi
selama 40 hari, setiap pot diberikan 2 batang bibit. Pada saat penanaman,
pemberian pupuk dengan cara ditebar dilakukan berdasarkan dosis yang tertera
pada Tabel 3.1. Pupuk urea diaplikasikan setengahnya pada saat tanam, dan
setengahnya lagi pada saat tanaman berumur 35 hari. Sedangkan pupuk SP-18 dan
KCl diaplikasikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk mikro (ZnSO4 dan CuSO4)
diberikan hanya pada perlakuan standar dan diaplikasikan seluruhnya pada saat
tanam. Penanaman dilakukan setelah selesai inkubasi selama 40 hari dengan cara
membuat dua buah lubang ditengah media tanam dalam pot dan masing-masing
ditanam satu bibit.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga kadar air media tanam pada
kondisi tergenang lebih kurang 2 cm dan dipertahankan selama percobaan
berlangsung. Untuk mempertahankan kadar air pada kondisi diatas, dilakukan
penambahan air setiap 1-2 kali dalam seminggu. Pembersihan gulma yang berupa
lumut dilakukan seminggu sekali atau apabila dirasakan mengganggu tanaman
percobaan.
2.

Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah variabel pertumbuhan
vegetatif dan produksi biomassa tanaman. Variabel pertumbuhan vegetatif yang
diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, dan anakan
produktif. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sampai minggu
ke-11 yang dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah
gambut sampai dengan ujung daun tertinggi setelah diluruskan. Pada saat tanaman
tumbuh malai, maka pengukuran tinggi tanaman dihentikan. Variabel produksi
biomassa tanaman diukur berdasarkan biomassa tanaman basah dan biomassa
tanaman kering. Pemasangan jaring perangkap burung dilakukan pada saat malai
mulai tumbuh (77 hari setelah tanam) untuk mencegah serangan hama burung.
3.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 16 sampai 18 minggu.
Pemanenan pada perlakuan faktor tunggal dan dua faktor dilakukan untuk
produksi biomassa tanaman saja. Produksi biomassa tanaman dilakukan dengan
pengambilan bagian batang, daun tanaman, dan malai yang terdapat pada tanaman,
lalu ditimbang sebagai biomassa basah tanaman kemudian dicuci bersih dan

11
dikeringkan untuk dilakukan penimbangan biomassa kering serta untuk analisis
tanaman.
Setelah pemanenan produksi biomassa tanaman, contoh tanah pada masingmasing pot diambil untuk keperluan analisis tanah setelah percoban. Pengambilan
contoh tanah dilakukan dengan cara komposit, yaitu pengambilan contoh tanah
pada tiga titik dalam setiap satu pot, kemudian ketiga contoh tanah dicampur.
Contoh tanah yang sudah dicampur, ditetapkan kadar airnya. Kemudian contoh
tanah dan tanaman dianalisis berdasarkan parameter dengan metode
pengukurannya masing-masing. Analisa tanah dan tanaman dilakukan
berdasarkan untuk : pH, Al-dd, P-tersedia, KTK, KB, Ca, Mg, Na dan K dapat
ditukar, N-total, Mn, Cu, Zn tersedia, dan C-organik (tanah) serta serapan N, P, K,
Ca, Mg, Si, kadar Cu, dan Zn jaringan tanaman.
Metode Penilaian Efisiensi Pupuk
Perhitungan efisiensi pupuk dilakukan atas dasar serapan hara dan
digunakan untuk menilai sampai sejauh mana tanaman dapat memanfaatkan unsur
hara yang ditambahkan dalam tanah. Rumus perhitungan efisiensi pupuk adalah
sebagai berikut :
Efisiensi Pupuk (%) =

x 100%

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah
Perlakuan trass dan abu volkan baik tunggal maupun dalam kombinasi
menunjukkan pengaruh terhadap sifat-sifat kimia tanah, antara lain pH tanah, Aldd, P-tersedia, N-total, C-organik, basa-basa dapat ditukar, Kapasitas Tukar
Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), dan unsur mikro.
Pengaruh Perlakuan Trass dan Abu Volkan terhadap pH Tanah, Al-dd, PTersedia, N-Total, dan C-Organik Tanah
Hasil pengukuran sifat kimia akibat perlakuan trass dan abu volkan pada
tanah gambut disajikan pada Lampiran 1. Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan
tersebut terhadap pH tanah, Al dapat ditukar, P-tersedia, N-total, dan C-organik
tanah gambut setelah percobaan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rataan pH Tanah, Al-dd, P-Tersedia, N-Total, dan C-Organik pada
masing-masing Perlakuan.
Perlakuan

pH H2O

Al-dd

P-tersedia

N-total

C-Organik

(1:1)

(me/100 g)

(ppm)

(%)

(%)

Standar

3.45c

1.36b

113.00a

1.69c

55.40a

kontrol (0%)

3.65bc

2.69ab

42.00b

1.67c

53.97b

3%

3.90ab

2.61ab

52.43b

1.64c

52.83bc

6%

3.88ab

3.24a

57.20b

1.56c

52.45cd

9%

3.94ab

3.23a

83.82ab

1.70c

51.24de

(0+7.5)%

4.00a

2.52ab

114.45a

2.75b

52.11cde

(1.875+5.625)%

3.94ab

3.40a

69.95ab

2.73b

50.83e

(3.75+3.75)%

3.88ab

3.69a

112.27a

3.16ab

51.80cde

(5.625+1.875)%

4.01a

3.83a

43.19b

2.89ab

52.00cde

Trass

Trass+Abu Volkan

(7.5+0)%
4.03a
2.82a
43.58b
3.78a
52.15cd
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis ragam pada taraf α=5% (Lampiran 1) menunjukkan bahwa
setiap perlakuan amelioran trass dan kombinasinya dengan abu volkan
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai pH tanah, kadar Al-dd, P-tersedia, Ntotal, dan C-organik tanah gambut. Tabel 4.1 menunjukkan semua perlakuan trass
dan kombinasinya dengan abu volkan mempunyai nilai pH tanah nyata lebih
tinggi dibandingkan standar. Perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)%,
(5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol,
sedangkan perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dibandingkan standar walaupun
pH lebih tinggi pada kontrol. Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan

13
trass+abu volkan (7.5+0)% dengan nilai 4.03, sedangkan nilai terendah terdapat
pada perlakuan standar dengan nilai 3.45.
Peningkatan pH pada setiap perlakuan yang diberikan trass dan abu volkan
disebabkan adanya tambahan kation pada campuran bahan amelioran yang
diberikan. Kation didalam tanah akan terhidrolisis membentuk persenyawaan
hidroksida, selanjutnya ion OH- akan menetralkan H+ membentuk H2O (Soepardi
1983).
Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan trass 6%, 9%, trass+abu volkan
(1.875+5.625)%, (3.75+3.75)%, (5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% mempunyai nilai
Al dapat ditukar nyata lebih tinggi dibandingkan standar. Sedangkan, jika
dibandingkan dengan perlakuan kontrol, setiap perlakuan tidak berbeda nyata.
Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (5.625+1.875)% dengan
nilai 3.83 me/100 g, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan standar
dengan nilai 1.36 me/100 g. Secara umum, kombinasi amelioran trass dan abu
volkan yang diberikan menyebabkan peningkatan Al dapat ditukar. Hal tersebut
terjadi karena tingginya kandungan Al pada campuran bahan amelioran terutama
berasal dari trass.
Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan kontrol (0%), trass 3%, 6%, trass+abu
volkan (5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% mempunyai nilai P-tersedia nyata lebih
rendah dibandingkan standar. Perlakuan standar, trass+abu volkan (0+7.5)%, dan
(3.75+3.75)% nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol. Nilai P-tersedia tertinggi
terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)% dengan nilai 114.45 ppm,
sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan kontrol (0%) dengan nilai 42.00
ppm. Secara umum, kadar P-tersedia tanah gambut pada setiap perlakuan lebih
rendah dibandingkan nilai standar. Kadar P-tersedia pada perlakuan standar tinggi
karena pupuk P larut yang ditambahkan paling tinggi. Perlakuan kombinasi
trass+abu volkan (0+7.5)% dan trass+abu volkan (3.75+3.75)% menunjukkan
kemampuan perlakuan untuk meningkatkan ketersediaan P.
Tabel 4.1 menunjukkan semua perlakuan kombinasi trass+abu volkan
mempunyai nilai N-total nyata lebih tinggi dibandingkan standar maupun kontrol.
Nilai N-total tertinggi terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (7.5+0)% dengan
nilai 3.78 persen, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan trass 6%
dengan nilai 1.56 persen. Perlakuan kombinasi menunjukkan kemampuan
perlakuan untuk meningkatkan kandungan N-total. Secara umum, kandungan Ntotal tanah gambut pada setiap perlakuan termasuk tinggi, yaitu antara 1.56-3.78
persen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kriteria kandungan N-total tanah gambut
menurut Barchia (2006) berkisar antara 1.14-1.30 persen.
Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan kontrol (0%), trass 3%, 6%, 9%,
trass+abu volkan (0+7.5)%, (1.875+5.625)%, (3.75+3.75)%, (5.625+1.875)%, dan
(7.5+0)% mempunyai nilai C-organik nyata lebih rendah dibandingkan standar.
Perlakuan trass 6%, 9%, trass+abu volkan (0+7.5)%, (1.875+5.625)%,
(3.75+3.75)%, (5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% nyata lebih rendah dibandingkan
kontrol, sedangkan perlakuan standar nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Nilai C-organik tertinggi terdapat pada perlakuan standar dengan nilai 55.40
persen, sedangkan nilai C-organik terendah terdapat pada perlakuan trass+abu
volkan (1.875+5.625)% dengan nilai 50.83 persen.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian trass dan abu volkan pada setiap
perlakuan dapat meningkatkan nilai pH tanah dan Al dapat ditukar. Pemberian

14
perlakuan trass saja tidak dapat meningkatkan nilai P-tersedia maupun N-total,
sedangkan perlakuan kombinasi dapat mengimbangi nilai P-tersedia dan
mengungguli nilai N-total dari perlakuan standar. Pemberian trass dan
kombinasinya dengan abu volkan tidak dapat meningkatkan nilai C-organik tanah
gambut.
Pengaruh Perlakuan Trass dan Abu Volkan terhadap Basa-basa dapat
ditukar, Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kejenuhan Basa (KB) Tanah
Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan trass dan abu volkan terhadap basabasa dapat ditukar, KTK, dan KB tanah gambut disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rataan Basa-basa dapat ditukar, KTK, dan KB pada masing-masing
Perlakuan.

Standar

Na-dd
(me/100
g)
1.63bc

K-dd
(me/100
g)
1.42a

Ca-dd
(me/100
g)
7.02

Mg-dd
(me/100
g)
1.58

KTK
(me/100
g)
101.77

9.33

kontrol (0%)

1.67bc

1.28ab

6.49

2.41

137.67

6.17

3%

1.44c

1.06bc

5.86

2.28

107.84

6.87

6%

1.50c

1.03bc

6.21

2.45

115.45

6.60

9%

1.50c

0.93c

6.13

2.31

110.73

6.42

2.10a

0.99c

8.28

2.48

143.36

6.18

(1.875+5.625)%

2.02a

0.94c

9.49

3.35

133.64

6.91

(3.75+3.75)%

1.66bc

0.92c

7.67

2.47

141.73

5.78

(5.625+1.875)%

1.82ab

0.98c

11.38

4.33

138.77

7.38

Perlakuan

KB
(%)

Trass

Trass+Abu Volkan
(0+7.5)%

(7.5+0)%
1.60bc
0.80c
10.62
2.97
133.83
6.00
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis ragam pada taraf α=5% (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
setiap perlakuan amelioran trass dan kombinasinya dengan abu volkan
berpengaruh nyata terhadap nilai Na-dd dan K-dd, sebaliknya tidak berpengaruh
nyata terhadap Ca-dd, Mg-dd, KTK, dan KB. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa
perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)% dan (1.875+5.625)% mempunyai nilai Nadd nyata lebih tinggi dibandingkan standar maupun kontrol. Nilai Na-dd tertinggi
terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)% dengan nilai 2.10 me/100 g,
sedangkan nilai Na-dd terendah terdapat pada perlakuan trass 3% dengan nilai
1.44 me/100 g.
Tabel 4.2 juga menunjukkan semua perlakuan trass dan kombinasinya
dengan abu volkan mempunyai nilai K-dd nyata lebih rendah dibandingkan
standar dan kontrol. Semua perlakuan kecuali trass 3% dan 6% nyata lebih rendah
dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan kontrol tidak berbeda nyata
dibandingkan standar. Nilai K-dd tanah gambut tertinggi terdapat pada perlakuan

15
standar dengan nilai 1.42 me/100 g, sedangkan nilai K-dd terendah terdapat pada
perlakuan trass+abu volkan (7.5+0)% dengan nilai 0.80 me/100 g. Kalium
merupakan unsur yang diikat lemah oleh gambut, akibatnya unsur ini lebih cepat
hilang dari tanah gambut (Andriesse 1997).
Secara umum, pemberian trass yang dikombinasikan dengan abu volkan
dapat meningkatkan nilai Na-dd tanah, sedangkan pemberian trass saja tidak dapat
meningkatkan nilai Na-dd tanah. Pemberian trass saja maupun yang
dikombinasikan dengan abu volkan tidak dapat meningkatkan nilai K-dd tanah
gambut.
Pengaruh Perlakuan Trass dan Abu Volkan terhadap Unsur Mikro Tanah
Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan trass dan abu volkan terhadap unsur
mikro tanah gambut disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rataan Unsur Mikro pada masing-masing Perlakuan.
Perlakuan

Mikro
Mn (ppm)

Zn (ppm)

Cu (ppm)

Standar

46.90cd

37.51c

0.82

kontrol (0%)

46.29d

47.64bc

1.52

3%

55.52bcd

60.21abc

1.88

6%

61.61abc

59.98abc

2.18

9%

57.21bcd

55.48abc

1.93

(0+7.5)%

65.85ab

76.75a

1.93

(1.875+5.625)%

65.11ab

59.32abc

1.43

(3.75+3.75)%

62.92ab

69.50ab

1.95

(5.625+1.875)%

59.85abcd

71.71ab

2.08

Trass

Trass+Abu Volkan

(7.5+0)%
73.29a
71.45ab
2.11
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa setiap perlakuan
amelioran trass dan kombinasinya dengan abu volkan berpengaruh nyata terhadap
ketersediaan Mn dan Zn, sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap Cu-tersedia.
Tabel 4.3 menunjukkan perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)%, (1.875+5.625)%,
(3.75+3.75)%, dan (7.5+0)% mempunyai nilai Mn-tersedia nyata lebih tinggi
dibandingkan standar. Perlakuan trass 6%, trass+abu volkan (0+7.5)%,
(1.875+5.625)%, (3.75+3.75)%, dan (7.5+0)% nyata lebih tinggi dibandingkan
kontrol, sedangkan perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dibandingkan standar.
Ketersediaan Mn tertinggi terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (7.5+0)%
dengan nilai 73.29 ppm, sedangkan Mn-tersedia terendah terdapat pada perlakuan
kontrol (0%) dengan nilai 46.29 ppm.
Tabel 4.3 menunjukkan perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)%,
(3.75+3.75)%, (5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% mempunyai Zn-tersedia nyata lebih

16
tinggi dibandingkan standar. Perlakuan trass+abu volkan (0+7.5)% nyata lebih
tinggi dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan kontrol tidak berbeda nyata
dibandingkan standar walaupun bernilai lebih tinggi. Zn-tersedia tertinggi
berdasarkan hasil uji wilayah berganda Duncan terdapat pada perlakuan trass+abu
volkan (0+7.5)% dengan nilai 76.75 ppm, sedangkan Zn-tersedia terendah
terdapat pada perlakuan standar dengan nilai 37.51 ppm. Walaupun tidak
ditambah pupuk Zn perlakuan trass dan kombinasinya dengan abu volkan dapat
meningkatkan Zn tersedia mengimbangi standar yang dipupuk dengan pupuk
ZnSO4.
Secara umum, pemberian trass saja maupun yang dikombinasikan dengan
abu volkan dapat meningkatkan ketersediaan Mn dan Zn. Menurut Saragih (1996),
bahan amelioran yang mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu, Zn dapat
dimanfaatkan untuk tanah gambut. Bahan amelioran dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun.
Pertumbuhan Padi
Pemberian perlakuan trass dan abu volkan baik pemberian tunggal maupun
kombinasi berpengaruh terhadap pertumbuhan padi.
Pengaruh Perlakuan Trass dan Abu Volkan terhadap Pertumbuhan
Tanaman
Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan trass dan abu volkan terhadap
pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pertumbuhan 11 MST, Anakan Produktif, dan Bobot Biomassa Kering
Tanaman pada masing-masing Perlakuan.

Perlakuan

Tinggi Tanaman 11
MST
(cm)

Standar

26.88d

kontrol (0%)

Anakan Produktif

Bobot Kering

(batang/pot)

(gram/pot)

0.00c

4.79e

35.75cd

0.50c

5.32de

3%

49.00bc

1.50b

6.43bcd

6%

55.75ab

1.50b

7.28abc

9%

61.00ab

2.00ab

8.21a

(0+7.5)%

48.25bc

1.75ab

6.25cd

(1.875+5.625)%

57.00ab

2.25a

6.93abc

(3.75+3.75)%

49.50bc

2.25a

7.04abc

(5.625+1.875)%

68.50a

2.00ab

7.91ab

Trass

Trass+Abu Volkan

(7.5+0)%
60.25ab
2.00ab
6.80abc
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

17
Hasil analisis ragam pada taraf α=5% (Lampiran 4) menunjukkan bahwa
setiap perlakuan amelioran trass dan kombinasinya dengan abu volkan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 11 MST,
jumlah anakan produktif, dan bobot biomassa kering tanaman. Tabel 4.4
menunjukkan semua perlakuan trass dan kombinasinya dengan abu volkan
mempunyai nilai tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan standar.
Perlakuan trass 6%, 9%, trass+abu volkan (1.875+5.625)%, (5.625+1.875)%, dan
(7.5+0)% nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan kontrol
tidak berbeda nyata dibandingkan standar. Nilai tinggi tanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan kombinasi trass+abu volkan (5.625+1.875)% dengan nilai 68.50
cm, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan standar dengan nilai 26.88
cm.
Tanaman yang diberikan perlakuan amelioran terlihat lebih segar serta
daunnya terlihat lebih tegak dan hijau (Gambar Lampiran 1 dan 2) dibandingkan
tanaman standar. Pertumbuhan yang cukup baik setelah diberikan perlakuan
disebabkan oleh adanya kandungan SiO2 yang tinggi pada trass dan abu volkan
yang berfungsi mempertegak daun serta meningkatkan klorofil daun (Yoshida
1981).
Tabel 4.4 menunjukkan semua perlakuan trass dan kombinasinya dengan
abu volkan mempunyai nilai rata-rata jumlah anakan produktif nyata lebih tinggi
dibandingkan standar maupun kontrol. Nilai rata-rata tertinggi jumlah anakan
produktif terdapat pada perlakuan trass+abu volkan (1.875+5.625)% dan
(3.75+3.75)% dengan nilai 2.25 batang/pot, sedangkan nilai rata-rata terendah
terdapat pada perlakuan standar tidak terdapat anakan produktif.
Tabel 4.4 juga menunjukkan semua perlakuan trass dan kombinasinya
dengan abu volkan mempunyai nilai rata-rata bobot kering tanaman nyata lebih
tinggi dibandingkan standar. Perlakuan trass 6%, 9%, trass+abu volkan
(1.875+5.625)%, (3.75+3.75)%, (5.625+1.875)%, dan (7.5+0)% nyata lebih tinggi
dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan kontrol tidak berbeda nyata
dibandingkan standar. Nilai tertinggi bobot kering biomassa padi terdapat pada
perlakuan kombinasi trass 9% dengan nilai 8.21 g/pot, sedangkan nilai terendah
terdapat pada perlakuan standar dengan nilai 4.79 g/pot. Hasil bobot biomassa
tanaman didapatkan berdasarkan bobot keseluruhan tanaman.
Secara umum, pemberian trass saja maupun yang dikombinasikan dengan
abu volkan dapat meningkatkan tinggi tanaman, rata-rata jumlah anakan produktif,
dan bobot biomassa tanaman kering.
Pengaruh Perlakuan Trass dan Abu Volkan ter