Pemberian Ef Slag Dan Kombinasinya Dibandingkan Dengan Dolomit Serta Trass Untuk Peningkatan Serapan Hara Dan Pertumbuhan Padi Di Tanah Gambut
PEMBERIAN EF SLAG DAN KOMBINASINYA
DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS
UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT
NUR FARITA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian EF Slag dan
Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk Peningkatan
Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nur Farita
NIM A14100068
ABSTRAK
NUR FARITA. Pemberian EF Slag dan Kombinasinya dibandingkan dengan
Dolomit serta Trass untuk Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di
Tanah Gambut. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran. Amelioran tanah merupakan bahan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi dilakukan
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan
gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut. Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari kontrol, NPK 50%, 5% EF slag, 5% trass, dolomit (2.5%, 1.9%,
dan 1.3%), 5% dolomit-trass (0.5:1, 0.75:1, dan 1:1), dan 5% kombinasi dolomittrass 1:1 dan EF slag (75:25, 50:50, dan 25:75). Masing-masing perlakuan terdiri
dari 3 (tiga) ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian trass
tunggal atau dolomit tunggal ataupun kombinasi trass dan dolomit tidak efektif
sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah, dan kombinasi trass-dolomit
(1:1) dengan EF slag efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah.
Perlakuan terbaik adalah kombinasi trass-dolomit (1:1) dengan EF slag (25:75),
kombinasi tersebut lebih baik dibanding perlakuan EF slag sendiri.
Kata kunci: dolomit, EF slag, efektivitas serapan hara, gambut, trass.
ABSTRACT
NUR FARITA. Application of EF Slag and Its Combination Compared with
Dolomite and Trass to Increase the Nutrient Uptake and Growth of Paddy on
Peat Soil. Under supervision of ATANG SUTANDI and BUDI NUGROHO.
Peat soil has low fertility and several to die organic acids so it is needed
application of ameliorant. Ameliorantisa soil material which used to improve the
physical, chemical, and biological properties of soil. In addition, amelioration was
done to overcome the high acidity and poor soil fertility which are the two main
limiting factors, in increasing the productivity of peatlands. This research aim to
study the effect of EF slag and its combination with dolomite and trass to increase
soil pH, the nutrient uptake growth of paddy in peat soil. The study was conducted
with the completely randomized design (CRD), which consisted of control, 50%
NPK, 5% EF slag, 5% trass, dolomite (2.5%, 1.9%, and 1.3%), 5% dolomite-trass
(0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5% combination of dolomite-trass 1:1 and EF slag
(75:25, 50:50, and 25:75). Each treatment done three replications. These results
show that the application of single trass or single dolomite or combination trass
and dolomite in effective as ameliorant peat for paddy rice, whereas the
combinations between trass-dolomite (1:1) and EF slag was effective as
ameliorant peat for paddy rice. The best treatmen twas a combination of trassdolomite (1:1) with EF slag (25:75), the combination was better than the EF slag
it self.
Keywords: dolomite, EF slag, nutrient uptake effectivity, peat, trass
PEMBERIAN EF SLAG DAN KOMBINASINYA
DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS
UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT
NUR FARITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberian EF
Slag dan Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk
Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut. Penelitian ini
dilaksanakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015 sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama :
1. Dr Ir Atang Sutandi, MSi sebagai pembimbing skripsi pertama yang telah
membimbing, memberi arahan, masukan dan saran serta motivasi selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi sebagai pembimbing skripsi kedua yang telah
membimbing dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
3. Dr Ir Suwarno, MSc sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
nasihat bagi penyempurnaan skripsi.
4. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta (Yeni, Lila, dan Fasya), serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih
sayang.
5. Seluruh staff Laboratorium dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
6. Nia Liani dan Lohot Jon Piter Sidabutar sebagai teman seperjuangan atas
kebersamaannya dalam penelitian ini.
7. Hasanuddin, Peni Fitria Raharjanti, Hevi Metalika Aprilia, Lilis Solechah,
Denok Ayu Uni Aisandi sebagai sahabat yang menemani selama proses
penulisan skripsi.
8. Seluruh teman-teman BEM KM IPB Kabinet Berani Beda yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan senyumannya.
9. Seluruh teman-teman Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta
teman-teman seperjuangan ITSL 47 yang selalu memberikan semangat, dan
dukungannya.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Bogor, Mei 2015
Nur Farita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan
2
Alat
3
Rancangan Perlakuan
3
Rancangan Percobaan
4
Pelaksanaan
4
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Karakteristik Awal Tanah Gambut
7
Pengaruh Perlakuan EF Slag, Dolomit, dan Trass terhadap pH Tanah
8
Serapan Hara Tanaman Padi
9
Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman
9
Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman
10
Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
11
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan Biomassa
Tanaman
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Komposisi kimia Trass
Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan
Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Sifat kimia tanah gambut
Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan NPK Padi
Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8
MST dan biomassa
2
3
4
6
7
9
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen
8
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Deskripsi varietas padi INPARA 6
Kriteria penilaian sifat kimia gambut
Tabel Analisis Ragam pH H2O
Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Tanah saat Panen
Tabel Analisis Ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg
Tabel Analisis Ragam Serapan Fe, Cu, dan Zn
Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg, Fu, Cu, dan Zn
Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan dan Biomassa
Tanaman
Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Kering Tanaman
RAE Serapan Hara N, P, dan K
Dokumentasi (Tanaman saat Panen)
16
16
17
17
18
19
20
21
22
22
23
24
25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau sebagai pemasok pangan nasional.
Namun saat ini sudah banyak terjadi alih fungsi lahan yang terus berlangsung di
Pulau Jawa sehingga semakin sulit diandalkan lagi. Perluasan lahan pertanian
perlu dilakukan terutama untuk menggantikan lahan-lahan produktif yang
terkonversi serta mengurangi tekanan lahan pertanian yang dikelola terlalu
intensif di Pulau Jawa ini. Menurut Ritung dan Suharta (2007), keterbatasan lahan
produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan
marjinal, salah satunya yaitu lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut apabila
dikelola dengan baik dan sesuai dengan karakteristik gambut, diharapkan dapat
membuat lahan gambut menjadi lahan pertanian berproduktivitas tinggi.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran seperti kapur, fosfat alam, pupuk makro dan
pupuk mikro (Noor 2001). Amelioran merupakan bahan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi untuk mengatasi tingginya
kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor
pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2012).
Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa
(KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu
memperbaiki struktur tanah, memilik kandungan unsur hara yang lengkap, dan
mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Pada penelitian ini bahan amelioran yang diduga potensial untuk
digunakan dan terdapat cukup banyak di Indonesia adalah EF slag (terak baja).
EF slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja
yang mengandung kalsium silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
EF slag Indonesia pada tanah gambut meningkatkan secara nyata ketersediaan Si,
Ca, Mg, serta meningkatkan pH tanah (Suwarno 2002). Selain EF slag, bahan
amelioran yang digunakan pada penelitian ini adalah dolomit dan trass. Dolomit
merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan
mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6% MgCO3 atau 21.9%
MgO dan 54.3% CaCO3 atau 30.4% CaO. Dolomit berasal dari bahan mineral
alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk
dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Sedangkan menurut Utomo (2011) trass
terbentuk dari abu vulkanik telah mengalami perubahan komposisi kimia akibat
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut.
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015
dengan percobaan rumah kaca dan analisis laboratorium. Percobaan rumah kaca
dilakukan dengan menggunakan pot yang bertempat di kebun percobaan
University Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi tanah gambut yang telah diayak
halus dengan ukuran homogen sebagai media tanam yang diperoleh dari Delta
Berbak, Jambi. Amelioran yang digunakan yaitu Dolomit yang diambil dari PT
Indo Bumi Agung, Gresik (MgO 18-22%, CaO ± 30%, DN ± 108.57%) dan trass
yang diperoleh dari pembuat batako tradisional di Cigombong, Bogor dengan
komposisi kimia pada Tabel 1 serta EF slag atau terak baja diperoleh dari PT
Krakatau Steel, Cilegon dengan komposisi kimia pada Tabel 2. Pupuk dasar yang
diberikan meliputi Urea (CO(NH2)2), SP-36, KCl, dan pupuk mikro yaitu CuSO4
dan ZnSO4, sedangkan benih yang digunakan yaitu benih padi varietas inbrida
padi rawa 6 (INPARA 6). Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan pada saat
analisis laboratorium diantaranya yaitu, aquades, KCl, H2SO4, NH4OAc pH 7,
0.05 NHCl, HNO3, H3BO3, NaOH 50%, Indikator PP, Bray-1, larutan lantan, dll.
Tabel 1. Komposisi kimia Trass (ESDM 2011 dalam Putra 2013)
Parameter
P2O5
K2O
CaO
MgO
SiO2
Fe2O3
Al2O3
Cu
Zn
Mn
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
Ppm
Ppm
Ppm
Trass
0.048
1.33
4.75
1.90
64.70
4.19
16.97
20.00
90.00
1100.00
3
Tabel 2. Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Komposisi kimia
Fe2O3
CaO
SiO2
MgO
Al2O3
K2O
P2O5
Na2O
MnO2
Daya Netralisasi (DN)
Satuan
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
%
Suwarno dan Goto
(1997)*
431.80
260.00
127.00
78.60
72.10
0.41
0.53
3.30
66.10
Utami (2012)
455.00
218.00
141.00
109.90
68.40
1.70
4.00
3.00
15.10
66.30
*Hasil analisis rata-rata terak baja tahun 1995 dan 1996
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, ember
(digunakan sebagai pot), ayakan pasir, timbangan, penggaris, meteran, plastik,
hand sprayer, jaring perangkap burung dan beberapa peralatan untuk analisis
tanaman di laboratorium terdiri atas peralatan gelas (gelas piala, gelas ukur,
tabung erlenmeyer, pipet Mohr, pipet volumetric, buret, labu destilasi) dan alat
pengukuran seperti spechtrophotometer, Flamephotometer, Atomic Absorbption,
Spechtrophotometer (AAS), serta peralatan lainnya.
Rancangan Perlakuan
Penelitian ini terdiri dari 13 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan sehingga
terdapat 39 pot perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian kombinasi
EF slag, dolomit, dan trass. Kombinasi perlakuan terdiri atas:
a. Kontrol
b. NPK 50% : Urea + SP-36 + KCl
c. A3
: NPK 50% + 5% EF slag
d. A4
: NPK 50% + 5% Trass
e. A5
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.5:1)
f. A6
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.75:1)
g. A7
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 1:1)
h. A8
: NPK 50% + 2.5% dolomit
i. A9
: NPK 50% + 1.9% dolomit
j. A10
: NPK 50% + 1.3% dolomit
k. A11
: NPK 50% + 5% (75% perlakuan A7 + 25% EF slag)
l. A12
: NPK 50% + 5% (50% perlakuan A7 + 50% EF slag)
m. A13
: NPK 50% + 5% (25% perlakuan A7 + 75% EF slag)
Dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada perlakuan NPK 50%
ditambahkan juga pupuk mikro berupa CuSO4 dan ZnSO4. Pemberian pupuk urea
dilakukan dua kali dengan ½ dosis disaat tanam dan ½ dosis lagi pada hari ke 30
setelah tanam.
4
Tabel 3. Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan
Kode
Perlakuan
Urea
Kontrol
NPK 50%
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
0.00
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
NPK
KCl
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
SP36
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
EF slag
Trass
0.00
0.00
150.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37.50
75.00
112.50
...g/pot...
0.00
0.00
0.00
150.00
72.87
59.49
49.53
0.00
0.00
0.00
37.14
24.78
12.39
Dolomit
CuSO4
ZnSO4
0.00
0.00
0.00
0.00
75.54
90.51
100.47
75.00
57.00
39.00
75.36
50.22
25.11
0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linier
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = µ + ti +
(i:1,2,3,…,13 ; j:1,2,3)
Keterangan:
Yij = Pengaruh perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
ti
= Pengaruh perlakuan ke-i
= Galat Percobaan
Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah anakan, berat
kering bagian atas, serapan N, P, K, Basa-basa (Ca, Mg) dan Mikro (Fe, Cu, Zn)
tanaman, serta pH tanah. Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh nyata
perlakuan terhadap peubah yang diamati menggunakan analysis of variance
(ANOVA) pada selang kepercayaan (α) 1% dan atau 5%. Perlakuan yang
berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan uji Duncan
(Duncan’s Multiple Range Test, DMRT) pada taraf selang kepercayaan (α) 5%
dengan menggunakan software SAS for Windows ver. 9.1.3.
Pelaksanaan
1. Persiapan Inkubasi
Persiapan media tanam yaitu tanah gambut dicampur dan diaduk
dengan tujuan supaya kadar air dalam tanah gambut homogen. Setelah itu
5
dilakukan penetapan kadar air gambut berdasarkan metode gravimetri.
Pengeringan tanah dilakukan pada suhu 105 oC selama 24 jam. Sehingga
dapat ditentukan kadar air (KA) tanah gambut tersebut dengan rumus:
Kadar air yang dihasilkan sebesar 218%. Maka dapat ditentukan
berapa kg tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam pot untuk
diinkubasi bersama dengan kombinasi EF slag, dolomit, dan trass. Adapun
Bobot Kering Mutlak (BKM) yang telah ditentukan sebesar 3 kg/pot,
sehingga tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing pot
yaitu 9.5 kg yang didapat berdasarkan rumus penetapan Bobot Kering Udara
(BKU) sebagai berikut:
BKU = (KA x BKM) + BKM
Selanjutnya, amelioran ditambahkan kedalam media tanam sesuai
dosis yang disajikan diatas pada Tabel 3. Kemudian diaduk rata lalu
diinkubasi dalam rumah kaca selama 15 hari.
2. Penyemaian dan Penanaman
Penyemaian dilakukan menggunakan benih padi varietas INPARA
(inbrida padi rawa) 6 (Lampiran 1) pada tiga buah wadah/baki. Sebanyak
kurang lebih 2 ons benih padi Inpara 6 ditebar pada tiap wadah yang telah
disiapkan. Benih yang digunakan adalah benih yang tenggelam setelah
direndam selama 24 jam dalam larutan garam dapur. Benih yang tenggelam
menunjukkan benih bernas, sedangkan benih yang mengapung
menunjukkan benih hampa. Pada umur 14 hari setelah tanam (HST)
dilakukan pindah tanam pada media tanam (pot) yang telah diinkubasi
dengan menanam satu bibit per pot. Penggenangan tanaman dilakukan
setinggi 5 cm dari permukaan tanah dan genangan terus dipertahankan
dengan melakukan penyiraman setiap 2 hari sekali.
3. Pemeliharaan, Pengamatan, dan Pemanenan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyirami tanaman setiap dua hari
sekali, penyiangan gulma, serta penanggulangan hama seperti walang sangit,
dan wereng. Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan
pestisida dengan bahan aktif Imidakloprid 5% dan Deltrametrin 25 g/l setiap
satu minggu sekali dimulai dari tanaman berusia 6 minggu setelah tanam
(MST).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman dan
jumlah anakan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur
tinggi tanaman mulai dari permukaan media tanam sampai dengan ujung
daun tertinggi setelah diluruskan yang diukur setiap 2 minggu sampai
minggu ke-8, begitu pula dengan jumlah anakan yang dihitung berupa
jumlah anakan maksimum per batang per pot.
6
Panen dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Biomassa tanaman
yang berupa daun dan batang dicuci hingga bersih untuk dilakukan
penimbangan bobot biomassa, lalu dilakukan pengeringan menggunakan
oven pada suhu 65 0C selama kurang lebih tiga hari. Selain itu, pengambilan
contoh tanah untuk analisis dilakukan dengan mengambil sampel tanah
beserta air genangan dengan perbandingan 1:1 dengan botol plastik.
Selanjutnya dilakukan analisis tanah dan tanaman dengan metode pada
Tabel 4.
Tabel 4. Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Parameter
I. Tanah
pH
N-total
C-organik
P tersedia
Ca, Mg, K, Na, KTK
Fe, Cu, Zn
II. Tanaman
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn
Metode
H2O 1:1 dan KCl 1:1
Kjeldhal
Walkley & Black
Bray 1
NH4OAc pH 7
0.05 N HCl
Pengabuan basah ekstrak HNO3 (65%) dan
HClO4 (70-72%) (2:1)
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
Metode penilaian efektivitas perlakuan pada serapan NPK padi yang
diuji dibandingkan dengan standar, dihitung dengan menggunakan metode
RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Metode RAE merupakan suatu
nilai pembanding dalam uji efektivitas pada pemberian perlakuan, di mana
formulanya sebagai berikut:
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Awal Tanah Gambut
Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel 5.
Adapun kriterianya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 5. Sifat kimia tanah gambut
Sifat Kimia Tanah
Nilai
pH H2O (1:1)
3.40
pH KCl (1:1)
2.70
C-org (%)
51.67
N-Total (%)
1.71
P2O5 Bray 1 (ppm)
34.49
Basa-basa dipertukarkan
Ca (me/100g)
14.08
Mg (me/100g)
4.75
K (me/100g)
0.41
Na (me/100g)
0.98
KTK (me/100g)
133.47
Kejenuhan Basa (%)
15.15
Unsur Mikro
Fe (ppm)
11.28
Cu (ppm)
tr
Zn (ppm)
10.83
Keterangan : tr = tidak terdeteksi
Metode
pH Meter
pH Meter
Walkley & Black
Kjeldhal
Bray 1
Kelas
Sangat Masam
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
0.005 N HCl
0.005 N HCl
0.005 N HCl
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH
tanah gambut termasuk kedalam pH yang tergolong sangat masam yaitu 3.40
(H2O). Kemasaman tanah gambut disebakan oleh kandungan asam-asam organik
yang terdapat pada koloid gambut. Dekomposisi bahan organik pada kondisi
anaerob menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat yang
menyebabkan tingginya kemasaman gambut. Selain itu terbentuknya senyawa
fenolat dan karboksilat dapat meracuni tanaman pertanian (Sabiham et al. 1997).
Menurut Noor (2001) gambut yang bersifat masam atau sangat masam (pH
DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS
UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT
NUR FARITA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian EF Slag dan
Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk Peningkatan
Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nur Farita
NIM A14100068
ABSTRAK
NUR FARITA. Pemberian EF Slag dan Kombinasinya dibandingkan dengan
Dolomit serta Trass untuk Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di
Tanah Gambut. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran. Amelioran tanah merupakan bahan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi dilakukan
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan
gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut. Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari kontrol, NPK 50%, 5% EF slag, 5% trass, dolomit (2.5%, 1.9%,
dan 1.3%), 5% dolomit-trass (0.5:1, 0.75:1, dan 1:1), dan 5% kombinasi dolomittrass 1:1 dan EF slag (75:25, 50:50, dan 25:75). Masing-masing perlakuan terdiri
dari 3 (tiga) ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian trass
tunggal atau dolomit tunggal ataupun kombinasi trass dan dolomit tidak efektif
sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah, dan kombinasi trass-dolomit
(1:1) dengan EF slag efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah.
Perlakuan terbaik adalah kombinasi trass-dolomit (1:1) dengan EF slag (25:75),
kombinasi tersebut lebih baik dibanding perlakuan EF slag sendiri.
Kata kunci: dolomit, EF slag, efektivitas serapan hara, gambut, trass.
ABSTRACT
NUR FARITA. Application of EF Slag and Its Combination Compared with
Dolomite and Trass to Increase the Nutrient Uptake and Growth of Paddy on
Peat Soil. Under supervision of ATANG SUTANDI and BUDI NUGROHO.
Peat soil has low fertility and several to die organic acids so it is needed
application of ameliorant. Ameliorantisa soil material which used to improve the
physical, chemical, and biological properties of soil. In addition, amelioration was
done to overcome the high acidity and poor soil fertility which are the two main
limiting factors, in increasing the productivity of peatlands. This research aim to
study the effect of EF slag and its combination with dolomite and trass to increase
soil pH, the nutrient uptake growth of paddy in peat soil. The study was conducted
with the completely randomized design (CRD), which consisted of control, 50%
NPK, 5% EF slag, 5% trass, dolomite (2.5%, 1.9%, and 1.3%), 5% dolomite-trass
(0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5% combination of dolomite-trass 1:1 and EF slag
(75:25, 50:50, and 25:75). Each treatment done three replications. These results
show that the application of single trass or single dolomite or combination trass
and dolomite in effective as ameliorant peat for paddy rice, whereas the
combinations between trass-dolomite (1:1) and EF slag was effective as
ameliorant peat for paddy rice. The best treatmen twas a combination of trassdolomite (1:1) with EF slag (25:75), the combination was better than the EF slag
it self.
Keywords: dolomite, EF slag, nutrient uptake effectivity, peat, trass
PEMBERIAN EF SLAG DAN KOMBINASINYA
DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS
UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT
NUR FARITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberian EF
Slag dan Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk
Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut. Penelitian ini
dilaksanakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015 sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama :
1. Dr Ir Atang Sutandi, MSi sebagai pembimbing skripsi pertama yang telah
membimbing, memberi arahan, masukan dan saran serta motivasi selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi sebagai pembimbing skripsi kedua yang telah
membimbing dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
3. Dr Ir Suwarno, MSc sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
nasihat bagi penyempurnaan skripsi.
4. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta (Yeni, Lila, dan Fasya), serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih
sayang.
5. Seluruh staff Laboratorium dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
6. Nia Liani dan Lohot Jon Piter Sidabutar sebagai teman seperjuangan atas
kebersamaannya dalam penelitian ini.
7. Hasanuddin, Peni Fitria Raharjanti, Hevi Metalika Aprilia, Lilis Solechah,
Denok Ayu Uni Aisandi sebagai sahabat yang menemani selama proses
penulisan skripsi.
8. Seluruh teman-teman BEM KM IPB Kabinet Berani Beda yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan senyumannya.
9. Seluruh teman-teman Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta
teman-teman seperjuangan ITSL 47 yang selalu memberikan semangat, dan
dukungannya.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Bogor, Mei 2015
Nur Farita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan
2
Alat
3
Rancangan Perlakuan
3
Rancangan Percobaan
4
Pelaksanaan
4
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Karakteristik Awal Tanah Gambut
7
Pengaruh Perlakuan EF Slag, Dolomit, dan Trass terhadap pH Tanah
8
Serapan Hara Tanaman Padi
9
Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman
9
Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman
10
Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
11
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan Biomassa
Tanaman
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Komposisi kimia Trass
Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan
Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Sifat kimia tanah gambut
Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan NPK Padi
Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8
MST dan biomassa
2
3
4
6
7
9
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen
8
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Deskripsi varietas padi INPARA 6
Kriteria penilaian sifat kimia gambut
Tabel Analisis Ragam pH H2O
Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Tanah saat Panen
Tabel Analisis Ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg
Tabel Analisis Ragam Serapan Fe, Cu, dan Zn
Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg, Fu, Cu, dan Zn
Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan dan Biomassa
Tanaman
Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Kering Tanaman
RAE Serapan Hara N, P, dan K
Dokumentasi (Tanaman saat Panen)
16
16
17
17
18
19
20
21
22
22
23
24
25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau sebagai pemasok pangan nasional.
Namun saat ini sudah banyak terjadi alih fungsi lahan yang terus berlangsung di
Pulau Jawa sehingga semakin sulit diandalkan lagi. Perluasan lahan pertanian
perlu dilakukan terutama untuk menggantikan lahan-lahan produktif yang
terkonversi serta mengurangi tekanan lahan pertanian yang dikelola terlalu
intensif di Pulau Jawa ini. Menurut Ritung dan Suharta (2007), keterbatasan lahan
produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan
marjinal, salah satunya yaitu lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut apabila
dikelola dengan baik dan sesuai dengan karakteristik gambut, diharapkan dapat
membuat lahan gambut menjadi lahan pertanian berproduktivitas tinggi.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran seperti kapur, fosfat alam, pupuk makro dan
pupuk mikro (Noor 2001). Amelioran merupakan bahan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi untuk mengatasi tingginya
kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor
pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2012).
Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa
(KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu
memperbaiki struktur tanah, memilik kandungan unsur hara yang lengkap, dan
mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Pada penelitian ini bahan amelioran yang diduga potensial untuk
digunakan dan terdapat cukup banyak di Indonesia adalah EF slag (terak baja).
EF slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja
yang mengandung kalsium silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
EF slag Indonesia pada tanah gambut meningkatkan secara nyata ketersediaan Si,
Ca, Mg, serta meningkatkan pH tanah (Suwarno 2002). Selain EF slag, bahan
amelioran yang digunakan pada penelitian ini adalah dolomit dan trass. Dolomit
merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan
mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6% MgCO3 atau 21.9%
MgO dan 54.3% CaCO3 atau 30.4% CaO. Dolomit berasal dari bahan mineral
alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk
dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Sedangkan menurut Utomo (2011) trass
terbentuk dari abu vulkanik telah mengalami perubahan komposisi kimia akibat
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut.
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015
dengan percobaan rumah kaca dan analisis laboratorium. Percobaan rumah kaca
dilakukan dengan menggunakan pot yang bertempat di kebun percobaan
University Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi tanah gambut yang telah diayak
halus dengan ukuran homogen sebagai media tanam yang diperoleh dari Delta
Berbak, Jambi. Amelioran yang digunakan yaitu Dolomit yang diambil dari PT
Indo Bumi Agung, Gresik (MgO 18-22%, CaO ± 30%, DN ± 108.57%) dan trass
yang diperoleh dari pembuat batako tradisional di Cigombong, Bogor dengan
komposisi kimia pada Tabel 1 serta EF slag atau terak baja diperoleh dari PT
Krakatau Steel, Cilegon dengan komposisi kimia pada Tabel 2. Pupuk dasar yang
diberikan meliputi Urea (CO(NH2)2), SP-36, KCl, dan pupuk mikro yaitu CuSO4
dan ZnSO4, sedangkan benih yang digunakan yaitu benih padi varietas inbrida
padi rawa 6 (INPARA 6). Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan pada saat
analisis laboratorium diantaranya yaitu, aquades, KCl, H2SO4, NH4OAc pH 7,
0.05 NHCl, HNO3, H3BO3, NaOH 50%, Indikator PP, Bray-1, larutan lantan, dll.
Tabel 1. Komposisi kimia Trass (ESDM 2011 dalam Putra 2013)
Parameter
P2O5
K2O
CaO
MgO
SiO2
Fe2O3
Al2O3
Cu
Zn
Mn
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
Ppm
Ppm
Ppm
Trass
0.048
1.33
4.75
1.90
64.70
4.19
16.97
20.00
90.00
1100.00
3
Tabel 2. Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Komposisi kimia
Fe2O3
CaO
SiO2
MgO
Al2O3
K2O
P2O5
Na2O
MnO2
Daya Netralisasi (DN)
Satuan
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
%
Suwarno dan Goto
(1997)*
431.80
260.00
127.00
78.60
72.10
0.41
0.53
3.30
66.10
Utami (2012)
455.00
218.00
141.00
109.90
68.40
1.70
4.00
3.00
15.10
66.30
*Hasil analisis rata-rata terak baja tahun 1995 dan 1996
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, ember
(digunakan sebagai pot), ayakan pasir, timbangan, penggaris, meteran, plastik,
hand sprayer, jaring perangkap burung dan beberapa peralatan untuk analisis
tanaman di laboratorium terdiri atas peralatan gelas (gelas piala, gelas ukur,
tabung erlenmeyer, pipet Mohr, pipet volumetric, buret, labu destilasi) dan alat
pengukuran seperti spechtrophotometer, Flamephotometer, Atomic Absorbption,
Spechtrophotometer (AAS), serta peralatan lainnya.
Rancangan Perlakuan
Penelitian ini terdiri dari 13 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan sehingga
terdapat 39 pot perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian kombinasi
EF slag, dolomit, dan trass. Kombinasi perlakuan terdiri atas:
a. Kontrol
b. NPK 50% : Urea + SP-36 + KCl
c. A3
: NPK 50% + 5% EF slag
d. A4
: NPK 50% + 5% Trass
e. A5
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.5:1)
f. A6
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.75:1)
g. A7
: NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 1:1)
h. A8
: NPK 50% + 2.5% dolomit
i. A9
: NPK 50% + 1.9% dolomit
j. A10
: NPK 50% + 1.3% dolomit
k. A11
: NPK 50% + 5% (75% perlakuan A7 + 25% EF slag)
l. A12
: NPK 50% + 5% (50% perlakuan A7 + 50% EF slag)
m. A13
: NPK 50% + 5% (25% perlakuan A7 + 75% EF slag)
Dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada perlakuan NPK 50%
ditambahkan juga pupuk mikro berupa CuSO4 dan ZnSO4. Pemberian pupuk urea
dilakukan dua kali dengan ½ dosis disaat tanam dan ½ dosis lagi pada hari ke 30
setelah tanam.
4
Tabel 3. Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan
Kode
Perlakuan
Urea
Kontrol
NPK 50%
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
0.00
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
NPK
KCl
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
SP36
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
EF slag
Trass
0.00
0.00
150.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37.50
75.00
112.50
...g/pot...
0.00
0.00
0.00
150.00
72.87
59.49
49.53
0.00
0.00
0.00
37.14
24.78
12.39
Dolomit
CuSO4
ZnSO4
0.00
0.00
0.00
0.00
75.54
90.51
100.47
75.00
57.00
39.00
75.36
50.22
25.11
0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linier
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = µ + ti +
(i:1,2,3,…,13 ; j:1,2,3)
Keterangan:
Yij = Pengaruh perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
ti
= Pengaruh perlakuan ke-i
= Galat Percobaan
Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah anakan, berat
kering bagian atas, serapan N, P, K, Basa-basa (Ca, Mg) dan Mikro (Fe, Cu, Zn)
tanaman, serta pH tanah. Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh nyata
perlakuan terhadap peubah yang diamati menggunakan analysis of variance
(ANOVA) pada selang kepercayaan (α) 1% dan atau 5%. Perlakuan yang
berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan uji Duncan
(Duncan’s Multiple Range Test, DMRT) pada taraf selang kepercayaan (α) 5%
dengan menggunakan software SAS for Windows ver. 9.1.3.
Pelaksanaan
1. Persiapan Inkubasi
Persiapan media tanam yaitu tanah gambut dicampur dan diaduk
dengan tujuan supaya kadar air dalam tanah gambut homogen. Setelah itu
5
dilakukan penetapan kadar air gambut berdasarkan metode gravimetri.
Pengeringan tanah dilakukan pada suhu 105 oC selama 24 jam. Sehingga
dapat ditentukan kadar air (KA) tanah gambut tersebut dengan rumus:
Kadar air yang dihasilkan sebesar 218%. Maka dapat ditentukan
berapa kg tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam pot untuk
diinkubasi bersama dengan kombinasi EF slag, dolomit, dan trass. Adapun
Bobot Kering Mutlak (BKM) yang telah ditentukan sebesar 3 kg/pot,
sehingga tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing pot
yaitu 9.5 kg yang didapat berdasarkan rumus penetapan Bobot Kering Udara
(BKU) sebagai berikut:
BKU = (KA x BKM) + BKM
Selanjutnya, amelioran ditambahkan kedalam media tanam sesuai
dosis yang disajikan diatas pada Tabel 3. Kemudian diaduk rata lalu
diinkubasi dalam rumah kaca selama 15 hari.
2. Penyemaian dan Penanaman
Penyemaian dilakukan menggunakan benih padi varietas INPARA
(inbrida padi rawa) 6 (Lampiran 1) pada tiga buah wadah/baki. Sebanyak
kurang lebih 2 ons benih padi Inpara 6 ditebar pada tiap wadah yang telah
disiapkan. Benih yang digunakan adalah benih yang tenggelam setelah
direndam selama 24 jam dalam larutan garam dapur. Benih yang tenggelam
menunjukkan benih bernas, sedangkan benih yang mengapung
menunjukkan benih hampa. Pada umur 14 hari setelah tanam (HST)
dilakukan pindah tanam pada media tanam (pot) yang telah diinkubasi
dengan menanam satu bibit per pot. Penggenangan tanaman dilakukan
setinggi 5 cm dari permukaan tanah dan genangan terus dipertahankan
dengan melakukan penyiraman setiap 2 hari sekali.
3. Pemeliharaan, Pengamatan, dan Pemanenan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyirami tanaman setiap dua hari
sekali, penyiangan gulma, serta penanggulangan hama seperti walang sangit,
dan wereng. Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan
pestisida dengan bahan aktif Imidakloprid 5% dan Deltrametrin 25 g/l setiap
satu minggu sekali dimulai dari tanaman berusia 6 minggu setelah tanam
(MST).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman dan
jumlah anakan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur
tinggi tanaman mulai dari permukaan media tanam sampai dengan ujung
daun tertinggi setelah diluruskan yang diukur setiap 2 minggu sampai
minggu ke-8, begitu pula dengan jumlah anakan yang dihitung berupa
jumlah anakan maksimum per batang per pot.
6
Panen dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Biomassa tanaman
yang berupa daun dan batang dicuci hingga bersih untuk dilakukan
penimbangan bobot biomassa, lalu dilakukan pengeringan menggunakan
oven pada suhu 65 0C selama kurang lebih tiga hari. Selain itu, pengambilan
contoh tanah untuk analisis dilakukan dengan mengambil sampel tanah
beserta air genangan dengan perbandingan 1:1 dengan botol plastik.
Selanjutnya dilakukan analisis tanah dan tanaman dengan metode pada
Tabel 4.
Tabel 4. Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Parameter
I. Tanah
pH
N-total
C-organik
P tersedia
Ca, Mg, K, Na, KTK
Fe, Cu, Zn
II. Tanaman
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn
Metode
H2O 1:1 dan KCl 1:1
Kjeldhal
Walkley & Black
Bray 1
NH4OAc pH 7
0.05 N HCl
Pengabuan basah ekstrak HNO3 (65%) dan
HClO4 (70-72%) (2:1)
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi
Metode penilaian efektivitas perlakuan pada serapan NPK padi yang
diuji dibandingkan dengan standar, dihitung dengan menggunakan metode
RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Metode RAE merupakan suatu
nilai pembanding dalam uji efektivitas pada pemberian perlakuan, di mana
formulanya sebagai berikut:
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Awal Tanah Gambut
Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel 5.
Adapun kriterianya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 5. Sifat kimia tanah gambut
Sifat Kimia Tanah
Nilai
pH H2O (1:1)
3.40
pH KCl (1:1)
2.70
C-org (%)
51.67
N-Total (%)
1.71
P2O5 Bray 1 (ppm)
34.49
Basa-basa dipertukarkan
Ca (me/100g)
14.08
Mg (me/100g)
4.75
K (me/100g)
0.41
Na (me/100g)
0.98
KTK (me/100g)
133.47
Kejenuhan Basa (%)
15.15
Unsur Mikro
Fe (ppm)
11.28
Cu (ppm)
tr
Zn (ppm)
10.83
Keterangan : tr = tidak terdeteksi
Metode
pH Meter
pH Meter
Walkley & Black
Kjeldhal
Bray 1
Kelas
Sangat Masam
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
0.005 N HCl
0.005 N HCl
0.005 N HCl
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH
tanah gambut termasuk kedalam pH yang tergolong sangat masam yaitu 3.40
(H2O). Kemasaman tanah gambut disebakan oleh kandungan asam-asam organik
yang terdapat pada koloid gambut. Dekomposisi bahan organik pada kondisi
anaerob menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat yang
menyebabkan tingginya kemasaman gambut. Selain itu terbentuknya senyawa
fenolat dan karboksilat dapat meracuni tanaman pertanian (Sabiham et al. 1997).
Menurut Noor (2001) gambut yang bersifat masam atau sangat masam (pH