Respon Tanaman Padi terhadap Campuran Dolomit-Trass yang Dibakar 700 ℃ Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan Dolomit serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi

RESPON TANAMAN PADI TERHADAP CAMPURAN
DOLOMIT-TRASS YANG DIBAKAR 700℃ DIBANDINGKAN
DENGAN TRASS, TERAK BAJA, DAN DOLOMIT SERTA
KOMBINASINYA PADA TANAH GAMBUT DELTA BERBAK,
JAMBI

LOHOT JON PITER SIDABUTAR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Tanaman Padi
terhadap Campuran Dolomit-Trass yang Dibakar 700 ℃ Dibandingkan dengan
Trass, Terak Baja, dan Dolomit serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta

Berbak, Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Lohot Jon Piter Sidabutar
NIM A14100006

ii

ABSTRAK
LOHOT JON PITER SIDABUTAR. Respon Tanaman Padi terhadap Campuran
Dolomit-Trass yang Dibakar 700℃ Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan
Dolomit serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi.
Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.
Pemberian bahan amelioran pada tanah gambut penting dilakukan guna
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyediakan hara bagi tanaman. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk membandingkan respon tanaman padi di tanah gambut
terhadap campuran dolomit-trass yang dibakar 700 ℃ dibandingkan dengan trass,
terak baja, dan dolomit serta kombinasinya. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari kontrol, NPK 50%, 5% terak baja,
5% trass, dolomit (2.5%, 1.9%, dan 1.3%), 5% dolomit/trass 700℃ (0.5:1, 0.75:1,
dan 1:1), dan 5% kombinasi terak baja dan dolomit/trass 1:1 (25:75, 50:50, dan
75:25) dengan masing-masing tiga ulangan per perlakuan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi terak baja dengan dolomit-trass 1:1
700℃ (25:75) dapat lebih baik dalam meningkatkan pH tanah, tinggi tanaman,
jumlah anakan, dan bobot kering tanaman dibandingkan dengan dolomit-trass
700℃, terak baja, dolomit, NPK 50%, trass, dan kontrol. Selain itu, pemberian
kombinasi terak baja dengan dolomit-trass 1:1 700 ℃ (25:75) juga lebih baik
dalam meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn serta
meningkatkan RAE serapan N, P, dan K dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Kata kunci: Dolomit, gambut, terak baja, trass, respon tanaman
ABSTRACT
LOHOT JON PITER SIDABUTAR. Response of Paddy on 700 ℃ Burned
Dolomite-Trass Mixture with Trass, Steel Slag, Dolomite and Its Combinations on
Berbak Delta Peat Soil, Jambi. Supervised by ATANG SUTANDI and BUDI
NUGROHO.

Application of ameliorant on peat soil is important to do for improvement
the soil quality for supporting plant growth. The aims of this research is to
compare paddy’s response on peat soil with applying 700℃ burned dolomite-trass
mixture with trass, steel slag, dolomite and its combinations. This research use
randomized complete design that included of control, 50% NPK, 5% steel slag,
5% trass, dolomite (2.5%, 1.9%, and 1.3%), 5% 700 ℃ burned dolomite/trass
(0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5% combination of steel slag and dolomite-trass 1:1
(25:75, 50:50, and 75:25). Each treatments is perfomed in three replications. The
result showed that application the combination of steel slag and 700℃ burned
dolomite-trass 1:1 (25:75) was better to increase soil pH, plant height, tiller, and
dry weight of plant than the other treatments. Beside that, application the
combination of steel slag and 700℃ burned dolomite-trass 1:1 (25:75) is also
better to increase N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, and Zn uptake and also to increase the
RAE of N, P, and K than the others.
Key word: Dolomite, plant’s response, peat, steel slag, trass

RESPON TANAMAN PADI TERHADAP CAMPURAN
DOLOMIT-TRASS YANG DIBAKAR 700℃ DIBANDINGKAN
DENGAN TRASS, TERAK BAJA, DAN DOLOMIT SERTA
KOMBINASINYA PADA TANAH GAMBUT DELTA BERBAK,

JAMBI

LOHOT JON PITER SIDABUTAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Respon Tanaman Padi terhadap Campuran Dolomit-Trass yang
Dibakar 700 ℃ Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan
Dolomit serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta Berbak,
Jambi

Nama
: Lohot Jon Piter Sidabutar
NIM
: A14100006

Disetujui oleh

Dr Ir Atang Sutandi, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Budi Nugroho, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul “Respon Tanaman Padi terhadap Campuran DolomitTrass yang Dibakar 700℃ Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan Dolomit
serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Atang Sutandi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan “orang tua”
penulis selama studi di IPB. Terima kasih pak atas guidance, advice, and
motivasinya baik selama penelitian dan studi di IPB. Bersyukur bisa
mengenal dan menjadi mahasiswa bimbingan bapak.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas
bimbingan dan saran agar skripsi ini bisa jadi lebih baik lagi. Terima kasih
juga pak buat sharing nya selama dilapang.
3. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas segala koreksi dan
saran agar skripsi ini lebih baik lagi.
4. Dr Ir Dyah Tj Suryaningtyas Mappl.Sc, Bambang H Trisasongko SP MSc,
dan Dr Ir Arief Hartono, MSc atas bimbingannya sehingga penulis menjadi
pribadi yang lebih baik lagi dalam “menulis”.
5. Seluruh staf Laboratoriukm dan staf Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, terkhusus buat bu Siti Rustini terima kasih bu buat

masakan lezatnya dikala penulis sedang pusing dan lapar di perpustakaan
mengerjakan skripsi.
6. Bapa dan mamak atas segala perhatian, kasih sayang, dan doa yang tidak
putus-putus untuk penulis. Sangat bersyukur pada Tuhan, penulis bisa
mengenal dan merasakan Kasih-Nya melalui bapa dan mamak.
7. Keenam saudara perempuan penulis K’Albert, K’Aldo, K’Markiano, K’Juna,
K’Delima, Royani Sidabutar dan juga keponakan Aldo, Anggi, Albert, dan
Markiano atas doa, semangat, dan penghiburannya selama studi di IPB
maupun waktu lagi pusing-pusing mengerjakan penelitian dan skripsi.
8. Nia Liani dan Nurfarita atas kerjasamanya selama penelitian.
9. Youth of Nations Ministry (YoNM) buat persekutuan dan kebersamaannya
selama studi di IPB.
10. Temen-temen soiler dan soilermoon 47 atas kebersamaanya selama studi di
Ilmu Tanah IPB.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.

Bogor, Maret 2015
Lohot Jon Piter Sidabutar


vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitan


1

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Rancangan Perlakuan

2

Rancangan Percobaan


4

Pelaksanaan Percobaan

4

Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Sifat Kimia Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi

6

Perubahan pH Tanah


7

Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi, Jumlah Anakan, dan Biomassa Tanaman8
Serapan Hara Tanaman Padi
Relative Agronomic Effectiveness (RAE)
SIMPULAN DAN SARAN

9
11
12

Simpulan

12

Saran

12

LAMPIRAN

14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Dosis pupuk dan perlakuan
Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Sifat kimia tanah gambut Delta Berbak, Jambi
Pengaruh perlakuan terhadap tinggi dan jumlah anakan tanaman pada
8 MST dan biomassa
Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg
tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan N, P, dan K

3
5
6
8
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Deskripsi varietas padi INPARA 6
Kriteria penilaian sifat kimia gambut
Komposisi hara trass
Tabel analisis ragam pH H2O
Tabel analisis ragam biomassa tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah saat panen
Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tanaman
Tabel analisis ragam tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8 MST
Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan tanaman
Tabel analisis ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg
Tabel analisis ragam Fe, Cu, dan Zn
Serapan hara tanaman N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn
RAE serapan N, P, dan K
Dokumentasi tanaman saat panen

14
14
15
15
15
15
16
16
16
17
17
18
18
18
20
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia diperkirakan memiliki luas lahan gambut sekitar 20 juta hektar
atau 6-7% dari total luas lahan gambut dunia yang menyebar di pulau Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Pemanfaatan lahan gambut di Indonesia khususnya untuk
budidaya padi dimulai pada abad ke-18 oleh suku Bugis dari Sulawesi Selatan dan
suku Banjar dari Kalimantan Selatan secara tradisional (Sumawinata dan
Darmawan 2009). Saat ini, pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya padi
semakin intensif dilakukan, akibat semakin terbatasnya lahan produktif di
Indonesia.
Namun, budidaya padi di lahan gambut tidak semudah di tanah mineral.
Beberapa karakteristik tanah gambut yang menjadi kendala bagi pertumbuhan
tanaman yaitu tingkat kemasaman tinggi, ketersediaan hara rendah, miskin unsur
mikro dan silikat (Si), kapasitas tukar kation tinggi, kejenuhan basa rendah, dan
tingginya kandungan asam-asam organik yang bersifat meracun bagi tanaman
(Prasetyo 1996; Saragih 1996). Walaupun demikian, permasalahan tersebut masih
dapat diatasi selain dengan melakukan pemupukan hara makro dan mikro,
pemberian bahan-bahan amelioran pun perlu dilakukan. Menurut Salampak
(1999), pemberian bahan amelioran ke dalam tanah gambut akan mampu
meningkatkan kandungan dan ketersediaan hara bagi tanaman serta mengurangi
tingkat keracunan asam-asam organik. Salah satu bahan amelioran yang potensial
digunakan dan ketersediaannya cukup melimpah yakni terak baja (steel slag).
Terak baja (steel slag) merupakan produk samping yang terbentuk dalam
proses pembuatan baja. Electric furnace slag (EF slag) merupakan salah satu jenis
terak baja yang potensial digunakan karena mengandung kalsium (Ca), silikat (Si),
magnesium (Mg), fosfor (P) dan kalium (K) serta hara mikro lainnya seperti besi
(Fe), mangan (Mn) dan boron (B) (Suwarno dan Goto 1997). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian EF slag Indonesia pada tanah gambut
meningkatkan secara nyata ketersediaan Si, Ca, Mg, serta meningkatkan pH tanah
(Suwarno 2002). Selain itu, sumber bahan amelioran lain yang dapat digunakan
yakni trass dan dolomit. Trass merupakan batuan volkanik telah mengalami
perubahan komposisi kimia akibat pelapukan yang memiliki kandungan Si yang
tinggi (Bemmelem 1949), sedangkan dolomit merupakan bahan mineral alam
yang mengandung Ca dan Mg yang cukup tinggi. Penelitian Putra (2013)
menunjukkan, pemberian kedua bahan amelioran ini secara bersamaan tanpa ada
perlakuan khusus mampu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, namun
tidak terlalu berpengaruh nyata peningkatakannya. Diduga kelarutan hara dari
campuran kedua bahan amelioran tersebut rendah. Upaya yang dapat dilakukan
guna mengatasi hal tersebut yakni dengan melakukan pembakaran suhu tinggi
pada kedua campuran bahan amelioran dengan harapan tingkat kelarutan hara
yang diperoleh lebih tinggi.
Tujuan Penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon tanaman padi di
tanah gambut terhadap campuran dolomit-trass yang dibakar 700 ℃ dibandingkan
dengan trass, terak baja, dan dolomit serta kombinasinya.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015.
Percobaan pot tanaman dilakukan di rumah kaca, Kebun Percobaan Cikabayan,
Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis tanah dan tanaman dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu tanah dan
Sumberdaya Lahan, IPB.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi tanah gambut yang diambil dari
Delta Berbak, Jambi dengan ketebalan gambut 2 meter. Bahan amelioran yang
digunakan (1) terak baja (EF slag) diperoleh dari PT Krakatau Steel, Cilegon
(Lampiran 1), (2) trass diperoleh dari pembuat batako tradisional di Cigombong,
Bogor, (3) dolomit diperoleh dari PT Indo Bumi Agung, Gresik (MgO 18-22%,
CaO ±30%, DN ±108.57%). Pupuk yang diberikan meliputi urea (CO(NH2)2), SP36, KCl, CuSO4, dan ZnSO4. Varietas tanaman padi yang digunakan adalah
inbrida padi rawa 6 (INPARA 6). Bahan-bahan kimia meliputi HNO3, NH4OAc
pH 7, H3BO3, H2SO4, KCl, 0.05 N HCl, HClO4, Bray-1, NaOH 50%, Indikator PP,
HCl 0.1 N, Lantan, dan aquades.
Alat-alat yang digunakan untuk percobaan tanam meliputi ember (sebagai
pot tanaman), timbangan, timbangan digital, paranet, dan mistar. Alat yang
digunakan di laboratorium antara lain labu erlenmeyer, tabung reaksi, gelas piala,
pipet, shaker, saringan 2 mm, tanur, Spectrophotometer, Flame photometer,
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
Rancangan Perlakuan
Penelitian ini terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kontrol
NPK50% : Urea + SP-36 + KCl
C3 : NPK 50% + 5% terak baja
C4 : NPK 50% + 5% trass
C5 : NPK 50% + 5% (dolomit + trass (0.5:1) 700℃ = TD1)
C6 : NPK 50% + 5% (dolomit + trass (0.75:1) 700℃ = TD2)
C7 : NPK 50% + 5% (dolomit + trass (1:1) 700℃ = TD3)
C8 : NPK 50% + 2.5% dolomit
C9 : NPK 50% + 1.9% dolomit
C10 : NPK 50% + 1.3% dolomit
C11 : NPK 50% + 5% (25% terak baja + (75% TD1))
C12 : NPK 50% + 5% (50% terak baja + (50% TD2))
C13 : NPK 50% + 5% (75% terak baja + (25% TD3))

Dosis lengkap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Pada perlakuan NPK
50% ditambahkan juga pupuk mikro berupa CuSO4 dan ZnSO4. Pemberian pupuk
urea dilakukan sebanyak dua kali dengan ½ dosis disaat tanam dan ½ dosis lagi
pada hari ke 30 setelah tanam.

1
Tabel 1 Dosis pupuk dan perlakuan
Urea KCl
SP-36
Slag
Trass
Dolomit
TD1
TD2
TD3
CuSO4
ZnSO4
Perlakuan
.......................................................................................g/pot..................................................................................
Kontrol
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
NPK 50%
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.15
0.15
C3
2.25
1.14
1.14
150.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C4
2.25
1.14
1.14
0.00
150.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C5
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
0.00 150.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C6
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
0.00
0.00
150.00
0.00
0.00
0.00
C7
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
150.00
0.00
0.00
C8
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
70.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C9
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
57.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C10
2.25
1.14
1.14
0.00
0.00
39.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
C11
2.25
1.14
1.14
37.50
0.00
0.00
0.00
0.00
112.50
0.00
0.00
C12
2.25
1.14
1.14
75.00
0.00
0.00
0.00
0.00
75.00
0.00
0.00
C13
2.25
1.14
1.14
112.50
0.00
0.00
0.00
0.00
37.50
0.00
0.00
Keterangan: Rekomendasi pupuk:
Urea (CO(NH2)2) = 150 kg/ha
SP-36
= 76 kg/ha
KCl
= 76 kg/ha
CuSO4
= 10 kg/ha
ZnSO4
= 10 kg/ha

3

4
Rancangan Percobaan
Adapun rancangan yang dipakai pada penelitian ini yakni rancangan acak
lengkap (RAL) sebagai berikut:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij: Hasil pengamatan/pengukuran pada perlakuan ke-i,
ulangan ke-j
µ : Rataan umum
αi : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Galat
Analisis statistik menggunakan analysis of variance (ANOVA) pada
selang kepercayaan (α) 1% dan atau 5% dan apabila berpengaruh nyata dilakukan
uji lanjut menggunakan Duncan’s multiple range test (DMRT) atau uji wilayah
Duncan pada taraf selang kepercayaan (α) 1% dan atau 5% dengan menggunakan
software SAS for windows 9.1.3 portable.

Pelaksanaan Percobaan
1.

Persiapan tanah
Langkah awal persiapan tanah yakni mengambil contoh tanah gambut dan
menetapan kadar air secara gravimetri dengan pengeringan gambut pada suhu
105℃ selama 24 jam. Hasil perhitungan kadar air gambut yaitu 218%. Tanah
gambut yang dibutuhkan untuk percobaan tanam adalah 3 kg bobot kering mutlak
(BKM), sehingga tanah gambut yang dibutuhkan untuk percobaan tanam sebesar
9.5 kg bobot kering udara (BKU).
BKU = % KA x BKM + BKM
= 218/100 x 3 kg + 3 kg
= 9.5 kg/pot
Setelah itu, tanah dicampur dengan masing-masing dosis perlakuan, lalu
dimasukkan ke dalam pot dan diinkubasi selama dua minggu.
2.

Persiapan bahan amelioran
Bahan amelioran EF slag, trass, dan dolomit dihaluskan terlebih dahulu
sampai berukuran 2 mm. Selanjutnya, dolomit dan trass dicampur (0:1, 0.5:1,
0.75:1, 1:1) lalu dibakar pada suhu 700 ℃ selama 2 jam menggunakan tanur.
Sebagai pembanding dilakukan pembakaran juga terhadap trass tunggal,
sedangkan terak baja tidak dilakukan pembakaran. Lalu hasil pembakaran
campuran dolomit-trass dan trass tunggal diekstrak menggunakan asam sitrat 4%.
Hasil pembakaran menunjukan kandungan SiO2 pada trass tunggal sebesar
0.071%, dolomit-trass 0.5:1 sebesar 0.245%, dolomit-trass 0.75:1 sebesar 0.250%,
dan dolomit-trass 1:1 sebesar 0.285%. Oleh karena itu, terak baja dikombinasikan
dengan dolomit-trass 1:1 karena kelarutan SiO2 lebih tinggi dibandingkan dengan
dosis lainnya.

5
3.

Penyemaian, Penanaman, Pemeliharaan, Pengamatan, dan Pemanenan
Penyemaian dilakukan menggunakan benih padi varietas INPARA
(inbrida padi rawa) 6 (Lampiran 2) pada media tanam gambut dengan
mempertahankan media tetap basah. Pada umur 14 hari bibit padi dipindah ke pot
(satu bibit per pot) dan setelah masa inkubasi berakhir. Penggenangan tanaman
dilakukan 5 cm dari permukaan tanah dan genangan terus dipertahankan dengan
melakukan penyiraman 2 hari sekali.
Peubah pengamatan pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman dan
jumlah anakan yang diamati pada 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam (MST).
Pemanenan padi dilakukan pada 10 MST, dengan memotong bagian tanaman dari
permukaan tanah sampai ujung daun, sehingga yang tertinggal hanya bagi pangkal
dan akar tanaman pot. Selanjutnya dilakukan penimbangan bobot biomassa, lalu
dilakukan pengeringan menggunakan oven suhu 65 ℃ selama tiga hari.
Selanjutnya, dilakukan proses analisis terhadap tanah dan tanaman dengan metode
pada Tabel 2.
Tabel 2 Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
Parameter
Metode
Tanah
pH
H2O 1:1 dan KCl 1:1
N-total
Kjeldahl
C-organik
Walkley & Black
P tersedia
Bray 1
Ca, Mg, K, Na, KTK
NH4OAc pH 7
Fe, Cu, dan Zn
0.05 N HCl
Tanaman
Pengabuan basah ekstrak HNO3
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn
(65%) dan HClO4 (70-72%) (2:1)

Relative Agronomic Effectiveness (RAE)
Perhitungan relative agronomic effectiveness (RAE) didasarkan pada
serapan N, P, dan K tanaman. Adapun metode perhitungan relative agronomic
effectiveness (RAE) serapan N, P, dan K menggunakan persamaan berikut:
RAE (%)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi
Hasil analisis awal tanah gambut yang diambil dari Delta Berbak, Jambi
disajikan pada Tabel 3. Penentuan kelas sifat kimia tanah gambut ini
mempertimbangkan (konversi) bobot isi (BI) tanah gambut dengan asumsi sebesar
0.1 g cm-3, kriterianya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 3 Sifat kimia tanah gambut Delta Berbak, Jambi
Sifat Kimia Tanah
Nilai
pH H2O (1:1)
3.40
pH KCl (1:1)
2.70
C-org (%)
51.67
N-Total (%)
1.71
P2O5 Bray 1 (ppm)
34.49
Basa-basa dipertukarkan
Ca (me/100g)
14.08
Mg (me/100g)
4.75
K (me/100g)
0.41
Na (me/100g)
0.98
KTK (me/100g)
133.47
Kejenuhan Basa (%)
15.15
Unsur mikro
Fe (ppm)
11.28
Cu (ppm)
tr
Zn (ppm)
10.83

Metode
pH Meter
pH Meter
Walkley & Black
Kjeldahl
Bray 1

Kelas
Sangat Masam

N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0

Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang

0.05 N HCl
0.05 N HCl
0.05 N HCl

Rendah
Rendah
Rendah

Sedang
Sedang

Keterangan: tr = tidak terdeteksi

Hasil analisis menunjukkan bahwa pH tanah gambut tergolong sangat
masam yakni 3.40 (H2O). Rendahnya pH tanah disebabkan oleh asam-asam
organik dalam larutan tanah tinggi, akibat proses dekomposisi bahan organik
dalam keadaan anaerob (Prasetyo 1996). Kadar C-org dan N-total gambut
diperoleh sebesar 51.67% dan 1.71%, sedangkan kadar P sekitar 34.49 ppm.
Kadar N-total dan P tanah gambut termasuk sedang, namun bukan berarti
ketersediaannya mencukupi kebutuhan tanaman. Jika nisbah C/N lebih dari 30 dan
nisbah C/P lebih dari 300, maka akan terjadi imobilisasi N dan P oleh
mikroorganisme untuk kebutuhan hidupnya sehingga tidak tersedia bagi tanaman
(Tisdale dan Nelson 1975).
Hasil analisis juga menunjukkan kandungan kation basa-basa tanah
gambut tergolong rendah kecuali Ca yang tergolong sedang, sedangkan KTK dan
KB tergolong sedang. Selain itu, hasil analisis unsur mikro gambut menunjukkan
bahwa kandungannya tergolong rendah, bahkan unsur Cu tidak terukur. Hal ini
disebabkan kandungan unsur mikro di tanah gambut memang rendah. Selain itu,
diduga unsur mikro membentuk ikatan ligan organik membentuk senyawa
komplek (khelat) sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Menurut Stevenson
(1982) bahwa bahan organik lebih mengikat kuat Cu > Zn > Fe, sehingga
ketersediaanya Cu dan Zn lebih rendah dibandingkan Fe.

7
Perubahan pH Tanah
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen disajikan pada
Gambar 1. Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian terak
baja (C3), kombinasi dolomit-trass (C5, C6, dan C7), dolomit (C8, C9, dan C10)
ataupun kombinasi terak baja dan dolomit-trass (C11, C12, dan C13) sangat
berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah gambut dibandingkan perlakuan
kontrol dan NPK 50%, tetapi perlakuan trass (C4) tidak berpengaruh nyata
meningkatkan pH tanah.
7
6

pH Tanah (H2O)

5

5.55bc
4.72e
4.47f

5.73a 5.57ab

5.73a 5.74a
5.44bc

5.39c 5.16d 5.06d

5.53bc

4.57ef

4
3
2
1
0

Perlakuan
Gambar 1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen
Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan C7 dengan pemberian 5%
dolomit-trass (0.75:1) suhu 700℃, sedangkan pH tanah gambut terendah terdapat
pada perlakuan kontrol dan trass (C4). Peningkatan pH diikuti dengan semakin
meningkatnya perbandingan dosis dolomit-trass terhadap terak baja. Peningkatan
pH ini diduga pada pembakaran suhu 700℃, dolomit dan trass telah bereaksi
membentuk Kalsium Silikat (Ca2SiO4) dan Magnesium Silikat (Mg2SiO4) dengan
reaksi sebagai berikut:
2 CaMg(CO3)2 + 2 SiO2
Ca2SiO4 + Mg2SiO4 + 2 CO2 + 2 O2
Reaksi yang terjadi pada Kalsium Silikat dan Magnesium Silikat dalam
larutan tanah sehingga mampu meningkatkan pH tanah sebagai berikut:
Ca2SiO4 + 4 H2O
2 Ca2+ + Si (OH)4 + 4 OHMg2SiO4 + 4 H2O
2 Mg2+ + Si (OH)4 + 4 OHPada kondisi ini, anion OH- akan menetralkan ion H+ dalam larutan tanah,
sehingga pH tanah akan meningkat. Selanjutnya, kation Ca2+ dan Mg2+ akan
menggantikan posisi ion H+ dalam kompleks jerapan. Peningkatan pH juga terjadi
pada perlakuan C3 (terak baja), hal ini disebabkan kandungan Kalsium Silikatnya
(Suwarno 2002). Mekanisme peningkatan pH pada pemberian terak baja juga
sama halnya dengan proses reaksi kimia di atas. Pemberian perlakuan dolomit
juga mampu meningkatkan pH tanah gambut seiring dengan peningkatan dosis.
Adapun reaksinya sebagai berikut:
CaMg(CO3)2 + H2O
Ca2+ + Mg2+ + 2 HCO3- + 2 OHPeningkatan pH tanah gambut juga terjadi pada perlakuan kombinasi terak
baja dan dolomit-trass, namun antar perbandingan dosis tidak tidak berpengaruh
nyata.

8
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi, Jumlah Anakan, dan Biomassa
Tanaman
Pengaruh perlakuan terhadap tinggi, jumlah anakan, dan biomassa
tanaman disajikan pada Tabel 4. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian
terak baja (C3), trass (C4), kombinasi dolomit-trass (C5, C6, dan C7), dolomit
(C8, C9, dan C10) ataupun kombinasi terak baja dan dolomit-trass (C11, C12, dan
C13) berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan
kontrol, namun terhadap perlakuan NPK 50% peningkatan tinggi tanaman tidak
berbeda nyata kecuali pada perlakuan C11.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi dan jumlah anakan tanaman pada 8
MST dan biomassa
Tinggi Tanaman
Jumlah Anakan
Biomassa
Perlakuan
-1
............cm..........
....batang pot .... ........g pot-1.........
Kontrol
77.6 d
1f
1.4 h
NPK 50%
101.6 bc
8 cde
15.6 ef
C3
104.3 abc
10 bcd
23.2 cd
C4
96.3 c
5 ef
2.7 g
C5
102.3 abc
8 bcde
14.2 fg
C6
102.6 abc
11 abc
27.2 bc
C7
108.0 ab
11 abc
21.5 cde
C8
107.6 ab
8 bcde
17.3 def
C9
104.0 abc
7 cde
15.4 ef
C10
100.0 c
6 de
12.1 fg
C11
114.6 a
15 a
38.9 a
C12
109.6 ab
12 ab
30.3 b
C13
109.3 ab
10 bc
27.1 bc
Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
= 1% dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT)

Tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kombinasi terak baja dan
dolomit-trass yaitu C11, 12, dan C13. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
kombinasi terak baja dan dolomit-trass, peningkatan dosis terak baja terhadap
dolomit-trass tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, sebaliknya peningkatan
dosis dolomit-trass terhadap terak baja berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman.
Pada perlakuan dolomit (C8, C9 dan C10), tinggi tanaman meningkat seiring
dengan peningkatan dosis dolomit. Pola yang sama juga ditunjukkan oleh
perlakuan dolomit-trass (C5, C6, dan C7), dimana peningkataan tinggi tanaman
diikuti dengan peningkatan perbandingan dosis dolomit terhadap trass. Perlakuan
terak baja (C3) dan trass (C4) tunggal berpengaruh nyata meningkatkan tinggi
tanaman dibandingkan kontrol sebesar 14.65% dan 10.73%.
Tabel 4 juga menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan
tanaman. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian terak baja (C3),
kombinasi dolomit-trass (C5, C6, dan C7), dolomit (C8, C9, dan C10) ataupun
kombinasi terak baja dan dolomit-trass (C11, C12, dan C13) berpengaruh sangat
nyata meningkatkan jumlah anakan dibandingkan kontrol, namun terhadap
perlakuan NPK 50% peningkatan jumlah anakan tidak berpengaruh nyata kecuali
perlakuan C11, dan C12. Jumlah anakan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan

9
kombinasi terak baja dan dolomit-trass (C11), sedangkan jumlah anakan terendah
ditunjukkan oleh perlakuan kontrol.
Selain tinggi dan jumlah anakan tanaman, pertumbuhan tanaman juga
dapat dilihat dari besarnya nilai bobot kering tanaman (biomassa). Tabel 4
menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tanaman. Hasil uji
Duncan menunjukkan bahwa pemberian terak baja (C3), trass (C3), kombinasi
dolomit-trass (C5, C6, dan C7), dolomit (C8, C9, dan C10) ataupun kombinasi
terak baja dan dolomit-trass (C11, C12, dan C13) berpengaruh sangat nyata
meningkatkan bobot kering tanaman dibandingkan kontrol, namun terhadap NPK
50% tidak berbeda nyata kecuali perlakuan C3, C6, C11, C12, dan C13. Bobot
kering tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan C11 yakni 38.9 g pot-1,
sedangkan terendah pada perlakuan kontrol dan yakni 1.47 g pot-1. Peningkatan
tinggi tanaman, jumlah anakan, dan bobot kering tanaman tidak terlepas dari
kemampuan bahan amelioran tersebut dalam menyediakan unsur hara bagi
tanaman guna mendukung pertumbuhannya (Maftu’ah et al 2013).
Serapan Hara Tanaman Padi
Serapan N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman
Serapan hara merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk
mengetahui jumlah hara yang masuk (diserap) ke dalam jaringan tanaman.
Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg tanaman disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg tanaman
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

N

P

K

Ca

Mg

-1

.............................................. mg pot .........................................................
2.8 g
84.4 fg
254.2 cd
72.8 fg
117.6 efg
181.1 efg
159.5 def
311.5 c
235.8 cde
166.1 def
738.9 a
513.1 b
103.7 efg

3.4 g
36.3 def
57.8 bcde
24.8 fg
29.3 efg
70.5 bc
73.2 b
61.6 bcd
42.2 cdef
35.6 def
113.3 a
86.0 ab
66.8 bc

24.9 f
255.8 de
445.9 bc
189.6 e
313.1 cde
503.3 ab
487.0 ab
401.7 bcd
267.4 de
208.5 e
635.1 a
474.1 b
429.1 bc

3.5 f
51.5 cde
79.6 bc
24.1 ef
47.5 de
87.4 b
88.6 b
75.6 bcd
46.8 de
24.3 ef
143.8 a
96.7 b
85.6 b

3.1 f
41.2 ef
115.4 bc
29.9 ef
61.9 de
124.9 bc
115.8 bc
94.9 cd
55.5 de
41.0 ef
233.4 a
151.0 b
127.7 bc

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
= 1% dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan terak baja, kombinasi
dolomit-trass, dolomit, ataupun kombinasi terak baja dan dolomit-trass
berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg

10
tanaman dibandingkan kontrol, sedangkan pada perlakuan trass tunggal,
peningkatan serapan hara tidak berbeda nyata terhadap kontrol kecuali pada
serapan K. Serapan N, P, K, Ca, dan Mg tanaman tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan C11, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Pada
perlakuan kombinasi terak baja dan dolomit-trass, peningkatan dosis terak baja
terhadap dolomit-trass tidak diikuti peningkatan serapan hara, namun sebaliknya
peningkatan dosis dolomit-trass terhadap terak baja diikuti dengan peningkatan
serapan hara oleh tanaman baik N, P, K, Ca, dan Mg. Pola serupa ditunjukkan
oleh perlakuan dolomit-trass, peningkatan dosis diikuti dengan peningkatan
serapan hara. Oleh karena itu, peran dolomit-trass diduga lebih baik dibandingkan
terak baja dalam meningkat ketersediaan hara bagi tanaman. Walaupun, jika
dibandingkan antara perlakuan terak baja tunggal dengan perlakuan dolomit-trass
nilai serapan hara baik N, P, K, Ca, dan Mg tidak berbeda nyata. Perlakuan
dolomit juga menunjukkan pola yang sama, peningkatan dosis diikuti oleh
peningkatan serapan hara oleh tanaman. Berbeda dengan pemberian bahan
amelioran lain, pemberian trass tunggal hanya berpengaruh nyata meningkatkan
serapan hara K, sedangkan N, P, Ca dan Mg tidak berpengaruh nyata
dibandingkan kontrol. Hal yang sama juga dilaporkan Putra (2013) bahwa
pemberian trass tunggal sebagai bahan amelioran pada tanah gambut tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan hara tanaman.
Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman
Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit, sehingga jika kandungannya berlebih maka tanaman akan
mengalami keracunan. Namun, ketersediaan unsur mikro dalam tanah khususnya
tanah gambut sangat rendah, sehingga dibutuhkan upaya penambahan hara mikro
agar ketersediaanya mencukupi bagi tanaman (Prasetyo 1996).
Tabel 6 Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman
Fe
Cu
Zn
Perlakuan
..................................... mg pot-1.............................................
Kontrol
0.29 c
0.01 e
0.08 g
NPK 50%
3.60 bc
0.06 bcd
0.91 defg
C3
6.31 b
0.10 ab
1.91 cd
C4
2.16 bc
0.02 de
0.29 fg
C5
2.60 bc
0.02 cde
1.13 defg
C6
4.18 bc
0.05 cde
1.79 cde
C7
6.20 b
0.06 bcd
2.43 bc
C8
5.84 b
0.09 b
1.86 cd
C9
2.84 bc
0.06 bcd
1.19 def
C10
1.96 bc
0.04 cde
0.78 efg
C11
12.24 a
0.14 a
4.39 a
C12
6.08 b
0.07 bc
3.00 b
C13
3.28 bc
0.03 cde
2.30 bc
Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
= 1% dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT)

Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara mikro Fe, Cu, dan Zn tanaman
disajikan pada Tabel 6. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa serapan hara mikro

11
Fe, Cu, dan Zn tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan C11 yaitu kombinasi terak
baja dengan dolomit-trass, sedangkang serapan mikro terendah ditunjukkan oleh
perlakuan kontrol. Tingginya serapan hara mikro pada perlakuan C11 yakni
kombinasi terak baja dengan dolomit-trass diduga karena sumbangan hara mikro
dari terak baja dan trass serta ketesediaan hara mikro di tanah juga meningkat
sehingga serapan mikro tanaman meningkat (Suwarno and Goto 1997; Putra
2013). Pada perlakuan kontrol rendahnya serapan hara mikro disebabkan adanya
pengkhelatan oleh bahan organik sehingga ketersediaannya sangat rendah dan
kandungan hara mikro pada tanah gambut juga rendah (Agus dan Subiksa 2008;
Prasetyo 1996). Oleh karena itu, tanaman yang diusahakan di lahan gambut sering
mengalami defisiensi jika tidak ada penambahan unsur mikro.
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa serapan hara mikro Fe tanaman lebih
tinggi dibandingkan Zn dan Cu (Fe > Zn > Cu). Hal ini diduga karena bahan
organik lebih mengikat kuat Cu dan Zn dibandingkan Fe, sehingga ketersediaanya
lebih tinggi bagi tanaman (Stevenson 1982). Pada tanaman padi, kandungan unsur
mikro tanah agar tidak mengalami defisiensi setidaknya untuk Fe >75 ppm, Zn >
15 ppm (Yoshida 1981), dan Cu > 30 ppm (Cuevas et al 2014). Namun, tanaman
padi akan mengalami keracunan atau toksik jika pada Fe > 300 ppm, Zn > 400
ppm (Yoshida 1981), dan Cu > 300 ppm (Cuevas et al 2014).
Relative Agronomic Effectiveness (RAE)
Relative Agronomic Effectiveness (RAE) merupakan ukuran aktual untuk
melihat seberapa efektif pupuk perlakuan yang diberikan terhadap pupuk standar.
Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan N, P, dan K disajikan pada Tabel 7.
Perhitungan RAE ini menggunakan data serapan N, P, dan K tanaman.
Berdasarkan nilai RAE Tabel 7, menunjukkan perlakuan terak baja, dolomit-trass,
kombinasi terak baja dengan dolomit-trass lebih efektif meningkatkan serapan N,
P, dan K tanaman dimana nilai RAE diatas 100%, sedangkan perlakuan dolomit
hanya efektif meningkatkan serapan N saja.
Tabel 7 Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan N, P, dan K
Perlakuan
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

N

P

K

..................................... % .............................................
100.0
445.7
79.7
224.3
350.4
349.7
768.6
445.7
214.2
1434.0
1078.0
219.6

100.0
201.0
67.0
107.8
194.9
239.0
234.9
141.3
93.5
398.4
277.7
227.4

100.0
227.2
81.7
159.4
238.3
239.7
229.6
130.6
88.6
359.2
257.3
217.4

12
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa nilai RAE N, P, dan K tertinggi
ditunjukkan oleh perlakuan C11 yakni kombinasi terak baja dengan dolomit-trass
dengan nilai masing-masing 1434.0%, 398.45%, dan 359.2%, sedangkan nilai
RAE N, P, dan K terendah ditunjukkan oleh perlakuan C4 yakni trass tunggal
dengan nilai masing-masing 79.7%, 67.0%, dan 81.7%. Perlakuan terak baja
tunggal juga menunjukkan nilai RAE lebih tinggi dibandingkan NPK 50%,
sehingga penambahan terak baja untuk pemupukan N, P, dan K sangat efektif
dalam meningkatkan serapan hara tanaman. Pada perlakuan dolomit-trass
peningkatan dosis diikuti dengan peningkatan nilai RAE yang diperoleh. Pola
yang sama juga ditunjukkan oleh perlakuan kombinasi terak baja dengan dolomittrass, dimana peningkatan nilai RAE seiring dengan meningkatnya dosis dolomittrass terhadap terak baja, bahkan pada serapan N nilai RAE 14 kali lebih tinggi
dibandingkan NPK 50%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberian trass tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, tinggi
tanaman, jumlah anakan, bobot kering, serapan N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan
Zn serta RAE serapan N, P, dan K dibandingkan kontrol dan NPK 50%.
2. Pemberian dolomit berpengaruh nyata seiring dengan peningkatan dosis dalam
meningkatkan pH tanah, tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering, serapan
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn serta RAE serapan N, P, dan K dibandingkan
kontrol dan NPK 50%.
3. Pemberian terak baja berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, tinggi
tanaman, jumlah anakan, bobot kering, serapan N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan
Zn serta RAE serapan N, P, dan K dibandingkan kontrol dan NPK 50%.
4. Pemberian kombinasi dolomit-trass berpengaruh nyata seiring dengan
peningkatan dosis dalam meningkatkan pH tanah, tinggi tanaman, jumlah
anakan, bobot kering, serapan N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn serta RAE
serapan N, P, dan K dibandingkan kontrol dan NPK 50%.
5. Pemberian kombinasi terak baja dengan dolomit-trass berpengaruh nyata
seiring dengan peningkatan dosis dolomit-trass terhadap terak baja dalam
meningkatkan pH tanah, tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering, serapan
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn serta RAE serapan N, P, dan K dibandingkan
kontrol dan NPK 50%.

Saran
1. Penelitian ini masih sampai tahap respon tanaman, perlu dilakukan penelitian
sampai tahap produksi.
2. Penelitian yang dilakukan masih dalam skala rumah kaca, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut di lapangan sehingga pengaruh perlakuan terhadap
tanaman lebih terlihat jelas.

13

DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Subiksa IG. 2008. Lahan gambut: potensi untuk pertanian dan aspek
lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian tanah dan World Agroforestry
Centre (ICRAF).
Bemmelem RWV. 1949. The Geology of Indonesia Volume II: Economy Geology.
The Hague: Government Printing Office.
Cuevas VC, Orojay JI, Lagman Jr. 2014. Rice straw compost as amendment to
reduce soil copper toxicity in lowland rice paddy field. Philippine
Science Letters 7(2): 350-355.
Fatmawaty E. 2013. Pemanfaatan trass sebagai pupuk silika dan pemberian
dolomit untuk padi di tanah gambut dari Kumpeh, Jambi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Maftu’ah E, Maas A, Syukur A, Purwanto BH. 2013. Efektivitas amelioran pada
lahan gambut terdegradasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan
NPK tanaman jagung manis (Zea mays L. Var. Saccharata). J. Agron.
Indonesia 41(1): 16-23.
Prasetyo TB. 1996. Perilaku asam-asam organik meracun pada tanah gambut yang
diberi garam Na dan beberapa unsur mikro dalam kaitannya dengan hasil
padi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putra GS. 2013. Aplikasi slag dan kombinasinya dengan trass untuk memperbaiki
sifat kimia tanah gambut dan produksi padi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Salampak. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut yang disawahkan
dengan pemberian bahan amelioran tanah mnineral berkadar besi tinggi
[tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saragih ES. 1996. Pengendalian asam-asam fenolat meracun dengan penambahan
Fe (III) pada tanah gambut dari Jambi, Sumatera [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Stevenson FJ. 1982. Humus chemistry. Genesis, Composition, Reactions. John
Wiley & Sons.
Sumawinata B dan Darmawan. 2009. Current issue of tropical peatland in
Indonesia. Di dalam: Sudarsono, Hatano R, Inoue T, Limin S,
Djajakirana G, dan Suwardi, editor. The Proper Use of Tropical Peatland.
Proceedings of Palangkaraya International Symposium and Workshop
on Tropical Peatland Management. 2009 Okt 14-15; Bogor Indonesia.
Bogor (ID): IPB, IFES-GCOE. pp 1-10.
Suwarno. 2002. Utilization of steel slag in wetland rice cultivation on peat soil. In
Proceedings of the International Symposium on Land Management and
Biodiversity in South East Asia. 2002 Sep 17-20; Bali (ID): Hokkaido
univeristy dan LIPI. pp 211-215.
Suwarno dan Goto I. 1997. Mineralogical and chemical properties of Indonesia
electric furnace slag and its application effect as soil amendment. Jour of
Agri Sci. Tokyo Nogyo Daigaku 42 (3) : 151-162.
Tisdale SL and Nelson WL. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. 3rd ed. MacMillan
Publ. Co. New York.
Yoshida S. 1981. Fundamentals of rice crop science. The International Rice
Research Institute. Philippines.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)
Komposisi kimia

Satuan

Fe2O3
CaO
SiO2
MgO
Al2O3
K2O
P2O5
Na2O
MnO2
Daya netralisasi (DN)

g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
g kg-1
%

Suwarno and Goto
(1997)*
431.80
260.00
127.00
78.60
72.10
0.41
0.53
3.30
66.10

Utami (2012)
455.00
218.00
141.00
109.90
68.40
1.70
4.00
3.00
15.10
66.30

*Hasil analisis rata-rata terak baja tahun 1995 dan 1996
Lampiran 2 Deskripsi varietas padi
Rawa 2009)
Nomor seleksi
Asal
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Kerebahan
Kerontokan
Bentuk gabah
Warna gabah
Tekstur nasi
Kadar amilosa(%)
Indeks glikemik
Rata-rata hasi
Potensi hasil
Bobot 1000 butir
Ketahanan tehadap cekaman biotik
Anjuran Tanam
Pemulia
Dilepas tahun

INPARA 6 (Balai Penelitian Pertanian Lahan
: IR64/IRBB21/IR51672
: IR69256/IR43524-55-1-3-2
: 117 Hari
: Tegak
: 99 cm
: 13 anakan
: Tahan
: Sedang
: Sedang
: Kuning
: Sedang
: 24.0
:: 4,7 ton/ha GKG
: 6,0 ton/ha GKG
: 26 gram
: Toleran keracunan Fe
: Pasang surut potensial dan lebak
: Aris Hairmansis dkk
: 2010

15
Lampiran 3 Kriteria penilaian sifat kimia gambut (Fatmawaty 2013)
Sifat tanah
N-total (%)
P Bray (ppm)
Susunan Kation
K-dd (me/100g)
Na-dd (me/100g)
Mg-dd (me/100g)
Ca-dd (me/100g)
KTK (me/100g)
KB (%)
Unsur Mikro
Fe (ppm)
Mn (ppm)
Zn (ppm)
Cu (ppm)
pH

Rendah
< 1.0
< 20.0

Sedang
1.0 - 2.5
20.0 - 40.0

Tinggi
> 2.5
> 40.0

Acuan
Fleischer
Tim IPB 1976

< 1.3
< 2.0
< 6.7
< 12.0
< 100.0
< 15.0

1.3 - 3.3
2.0 - 4.7
6.7 - 13.3
12.0 - 25.0
100.0 - 160.0
15.0 - 30.0

> 3.3
> 4.7
> 13.3
> 25.0
> 160.0
> 30.0

Tim PPT 1983*
Tim PPT 1983*
Tim PPT 1983*
Tim PPT 1983*
Tim PPT 1983*
Halim

< 110.0
< 140.0
< 29.0
< 8.0
Sangat
Masam
< 4.0

120.0 - 240.0
> 240.0
150.0 - 290.0
> 290.0
30.0 - 50.0
> 50.0
8.0 - 12.0
> 12.0
Masam
Agak Masam

Jones Jr 2001*
Jones Jr 2001*
Jones Jr 2001*
Jones Jr 2001*

4.5 - 5.0

Tim IPB 1976

> 5.0

*Hasil konversi dengan bobot isi (BI) dengan asumsi BI gambut 0.1 g cm-3
Lampiran 4 Komposisi hara trass (ESDM 2011 dalam Putra 2013)
Parameter
Satuan
Trass
P2O5
%
0.04
K2O
%
1.33
CaO
%
4.75
MgO
%
1.90
SiO2
%
64.70
Fe2O3
%
4.19
Al2O3
%
16.97
Cu
ppm
20.00
Zn
ppm
90.00
Mn
ppm
1100.00
Lampiran 5 Tabel analisis ragam pH H2O
Sumber
Keragaman
(pH H2O)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi

Derajat
Bebas
12
26
38

Jumlah
Kuadrat

Derajat
Tengah

F-Hitung

Pr > F

7.270
0.220
7.670

0.600
0.008

68.93*

< 0.0001

Lampiran 6 Tabel analisis ragam biomassa tanaman
Sumber
Keragaman
(biomassa)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi

Derajat
Bebas
12
26
38

Jumlah
Kuadrat
3647.47
359.88
4007.35

Derajat
Tengah
303.95
13.84

F-Hitung

21.96*

Pr > F

< 0.0001

16
Lampiran 7 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah saat panen
Perlakuan

pH
2
4.40
4.69
5.69
4.51
5.44
5.79
5.74
5.37
5.08
5.05
5.67
5.65
5.59

1
4.59
4.82
5.46
4.68
5.61
5.75
5.76
5.44
5.18
5.18
5.85
5.58
5.60

Kontrol
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

3
4.44
4.66
5.52
4.54
5.29
5.67
5.74
5.36
5.23
4.97
5.69
5.50
5.42

Rata-rata
4.47
4.72
5.55
4.57
5.44
5.73
5.74
5.39
5.16
5.06
5.73
5.57
5.53

Lampiran 8 Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tanaman
Bobot Kering (g pot-1)
Perlakuan
Rata-rata
1
1.30
14.90
21.30
4.70
12.90
28.70
21.50
15.50
20.10
13.70
39.80
32.70
34.90

Kontrol
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

2
1.50
14.20
27.70
13.20
13.50
24.70
26.40
14.30
15.50
12.40
41.30
28.20
25.80

3
1.60
17.70
20.60
5.40
16.30
28.40
16.70
22.10
10.70
10.20
35.80
30.20
20.80

1.47
15.60
23.20
2.76
14.23
27.26
21.53
17.30
15.43
12.10
38.96
30.36
27.16

Lampiran 9 Tabel analisis ragam tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8 MST
Sumber
Keragaman
(Tinggi
Tanaman)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Jumlah
Anakan)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

12
26
38
Derajat
Bebas

2903.23
1074.66
3977.89
Jumlah
Kuadrat

12
26
38

446.92
126.66
573.58

Derajat
Tengah

241.93
41.33
Derajat
Tengah

37.24
4.87

F-Hitung

Pr > F

5.85*

< 0.0001

F-Hitung

Pr > F

7.64*

< 0.0001

17
Lampiran 10 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

2 MST
32.50
42.25
40.00
37.50
36.75
39.50
37.75
39.25
43.50
43.75
46.25
44.75
45.00

Umur Tanaman
4 MST
6 MST
...cm...
49.50
67.50
67.00
91.25
73.75
99.50
60.00
85.25
61.75
86.75
69.50
94.00
66.00
91.50
70.00
93.50
70.00
89.50
67.00
87.00
79.00
103.75
72.00
95.25
69.75
96.75

8 MST
77.66
101.66
106.00
96.33
102.33
102.66
108.00
107.33
104.00
107.33
114.66
109.66
110.00

Lampiran 11 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan tanaman
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

2 MST
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00

Umur Tanaman
4 MST
6 MST
-1
Batang pot
1.00
1.00
2.25
5.00
1.15
7.00
1.00
2.00
1.50
4.75
2.75
8.50
2.00
6.00
2.25
5.50
1.75
5.50
1.25
4.25
3.00
11.75
2.25
7.25
2.50
6.75

8 MST
1.33
8.00
11.00
5.00
8.66
13.33
11.66
8.33
7.66
6.00
15.00
12.33
10.66

18
Lampiran 12 Tabel analisis ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg
Sumber
Keragaman
(Serapan N)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan P)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan K)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan Ca)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan Mg)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Derajat
Tengah

F-Hitung

12
26
38
Derajat
Bebas

1451262.32
128005.67
1579267.99
Jumlah
Kuadrat

120938.52
4923.29

24.56*

Derajat
Tengah

F-Hitung

12
26
38
Derajat
Bebas

30684.34
6953.42
37637.76
Jumlah
Kuadrat

2557.02
267.43

9.56*

Derajat
Tengah

F-Hitung

12
26
38
Derajat
Bebas

975158.42
193117.53
1168275.95
Jumlah
Kuadrat

81263.20
7427.59
Derajat
Tengah

F-Hitung

12
26
38
Derajat
Bebas

50836.30
7219.76
58056.06
Jumlah
Kuadrat

4236.35
277.68

15.26*

Derajat
Tengah

F-Hitung

12
26
38

138471.09
15590.05
154061.14

11539.25
599.61

10.94*

19.24*

Pr > F

< 0.0001

Pr > F

< 0.0001

Pr > F

< 0.0001

Pr > F

< 0.0001

Pr > F

< 0.0001

Lampiran 13 Tabel analisis ragam Fe, Cu, dan Zn
Sumber
Keragaman
(Serapan Fe)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan Cu)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi
Sumber
Keragaman
(Serapan Zn)
Perlakuan
Galat
Total Koreksi

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Derajat
Tengah

12
26
38
Derajat
Bebas

326.49
146.17
472.67
Jumlah
Kuadrat

27.20
5.62

12
26
38
Derajat
Bebas

0.05
0.01
0.06
Jumlah
Kuadrat

12
26
38

49.60
8.43
58.04

Derajat
Tengah
0.004
0.006
Derajat
Tengah
4.13
0.32

F-Hitung

Pr > F

4.84*

< 0.0004

F-Hitung

Pr > F

7.20*

F-Hitung

12.74*

< 0.0001

Pr > F

< 0.0001

19
Lampiran 14 Serapan hara tanaman N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn
N
P
K
Ca
Mg
Kode
tanaman
...mg pot-1...
Kontrol
1.83
3.41
24.92
0.00
0.00
Kontrol
2.11
3.86
26.65
4.95
4.17
Kontrol
4.50
3.18
23.32
5.61
5.12
NPK 50%
125.66
45.55 303.44
37.94
48.37
NPK 50%
99.80
44.15 340.22
55.49
52.94
NPK 50%
27.83
19.26 123.87
61.14
22.45
C3
209.57
50.40 450.79
78.55 101.66
C3
350.42
65.54 475.98
84.62 130.49
C3
202.69
57.64 410.94
75.68 114.27
C4
166.99
16.07 310.99
13.39
16.22
C4
28.81
43.54 121.97
45.59
57.83
C4
22.77
14.87 135.85
13.60
15.77
C5
181.32
21.68 301.35
48.11
61.96
C5
56.93
27.59 331.54
50.24
52.14
C5
114.56
38.77 306.50
44.20
71.85
C6
173.59
95.17 547.41 102.29 155.81
C6
199.60
87.88 589.72
98.90 141.98
C6
170.22
28.68 373.05
61.17
77.14
C7
107.53
74.64 497.95
79.87 112.45
C7
185.54
87.09 557.93 118.06 146.63
C7
185.54
58.13 405.21
68.11
88.31
C8
216.46
52.71 352.80
65.05
73.66
C8
283.23
54.61 362.60
63.16
83.30
C8
434.89
77.48 489.79
98.83 127.76
C9
283.23
54.34 343.52
63.77
74.52
C9
210.56
31.60 217.91
39.60
47.63
C9
213.65
40.85 240.89
37.26
44.55
C10
261.44
48.03 251.65
35.66
58.42
C10
172.05
43.16 274.93
28.49
43.88
C10
64.94
15.60
98.95
8.84
20.76
C11
671.31 122.69 589.57 150.60 240.51
C11
870.77 109.44 595.48 132.53 242.80
C11
674.69 107.77 720.52 148.38 217.16
C12
551.56 106.74 307.00 105.75 183.22
C12
436.02
86.69 602.46 118.36 130.68
C12
551.84
64.68 512.98
66.08 139.31
C13
85.60
57.15 393.15
84.37 169.89
C13
108.79
82.44 499.67 101.19 121.23
C13
116.95
61.07 394.53
71.26
92.10

Fe

Cu

Zn

0.36
0.25
0.26
2.67
6.51
1.63
5.67
4.49
8.78
1.07
3.50
1.93
2.34
2.73
2.73
4.25
6.81
1.48
4.70
9.16
4.75
4.85
2.19
10.49
3.44
2.77
2.31
2.77
1.81
1.30
17.30
11.27
8.17
5.87
3.77
8.61
3.53
3.13
3.18

0.01
0.01
0.01
0.08
0.07
0.04
0.08
0.13
0.11
0.01
0.02
0.03
0.02
0.03
0.03
0.06
0.04
0.05
0.04
0.10
0.06
0.09
0.08
0.12
0.07
0.06
0.06
0.04
0.06
0.02
0.10
0.22
0.12
0.07
0.05
0.10
0.04
0.04
0.03

0.06
0.08
0.10
1.25
0.92
0.57
1.51
2.35
1.89
0.32
0.21
0.36
1.07
1.40
0.94
2.28
2.04
1.06
2.18
3.33
1.79
1.14
1.97
2.47
1.62
0.95
1.00
0.78
0.90
0.67
3.58
5.62
3.97
3.72
2.02
3.26
2.88
1.97
2.05

20
Lampiran 16 RAE serapan N, P, dan K
Kode Tanaman
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13
Kode Tanaman
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

Kode Tanaman
NPK 50%
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13

RAE N (%)
1
100.0
167.7
133.3
144.9
138.7
85.3
173.3
227.2
209.6
540.0
443.9
67.6
1
100.0
111.5
30.0
43.3
217.7
169.0
117.0
120.0
105.8
283.0
245.2
127.5

1

2
100.0
356.5
27.3
56.1
202.1
187.7
287.7
213.3
173.9
889.2
444.1
109.2
RAE P (%)
2
100.0
153.1
98.5
58.9
208.5
206.6
125.9
68.8
97.5
262.0
205.6
195.0

RAE K (%)
2

3
100.0
849.4
78.3
471.6
710.2
775.9
1844.5
896.3
259.0
2872.2
2345.7
481.9
3
100.0
338.5
72.6
221.2
158.5
341.6
461.9
234.2
77.2
650.2
382.3
359.8

3

100.0

100.0

100.0

152.9
102.7
99.2
187.5
169.8
117.7
114.3
81.4
202.7
101.2
132.2

143.3
30.4
97.2
179.5
169.4
107.1
60.9
89.1
181.4
183.6
150.8

385.5
111.9
281.6
347.8
379.8
463.9
216.3
95.2
693.3
486.9
369.1

21
Lampiran 17. Dokumentasi tanaman saat panen

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Naga Jaya II pada tanggal 17 Nopember 1992 dari
pasangan Bapak Tiaman Partorhis Sidabutar dan Ibu Keryana Nainggolan. Penulis
merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar dan pada tahun yang sama diterima di
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama studi di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan
antara lain Komisi Pelayanan Siswa (KPS) sebagai leader sekolah, Youth of
Nation Ministry (YoNM) sebagai anggota, dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
(HMIT) IPB sebagai Kepala Divisi Akademi dan Profesi (AKPRO). Penulis juga
pernah menjadi asisten responsi Agama Kristen (2011) dan praktikum Pengantar
Ilmu Tanah (2014).
Tahun 2013 penulis berkesempatan mempresentasikan karya tulisnya pada
acara “The 10th Hokkaido Indonesia Scientific Meeting” 2013 di Hokkaido
University, Jepang. Selain itu, pada tahun 2013 penulis juga meraih juara II pada
Lomba Karya