Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, kajian dan analisis yang dilakukan pada Bab I sampai dengan Bab IV, penulis merumuskan beberapa kesimpulan berdasarkan pertanyaan dalam perumusan masalah sebagai berikut: 1. Pada dasarnya para pihak dapat menentukan dengan bebas mengenai hak dan kewajiban dalam Pejanjian kerja dengan sistem outsourcing terdapat keseimbangan hak dan kewajiban bagi pekerja berdasarkan kesepakatan. Hak dan kewajiban dalam perjanjian kerja dengan sistem outsourcing tidak boleh kurang dari syarat yang ditentukan oleh perundang-undangan ketenagakerjaan, Peraturan Perusahaan, dan Perjanjian Kerja Bersama. Hubungan antara perusahaan pemberi kerja, perusahaan penyedia pekerjaperusahaan pemborong dan pekerja itu sendiri seharusnya menciptakan triple alliance suatu hubungan yang saling membutuhkan. Namun dalam kenyataannya, sering kali terdapat perselisihan. Hal ini bisa dihindari jika para pihak menyadari hak dan kewajibannya. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah jenis perjanjian apa yang mengikat para pihak. 2. Perlindungan hukum terhadap pekerja dalam perjanjian kerja dengan sistem outsourcing diatur dalam pasal 64 sampai dengan pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dan untuk perusahaan outsourcing-nya sendiri telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.101MenVI2004 Tahun 2004 Universitas Sumatera Utara tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa PekerjaBuruh Kepmen 1012004. Perusahaan outsourcing atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh adalah perusahaan berbadan hukum yang dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerjaburuh untuk dipekerjakan di perusahaan pemberi pekerjaan. 3. Hubungan kerja outsourcing memiliki karakteristik tersendiri dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga penerimaan upah tidak teratur, jika harus diikutsertakan dalam program Jamsostek seperti pekerja tetap, hal ini akan membebani perusahaan. Beberapa program seperti jaminan pensiun mensyaratkan adanya premi yang diambil dari sebagian penghasilan pekerja dan iuran pengusaha yang dilakukan tiap bulan secara teratur. Hal tesebut bukan berarti pekerja kontrak tidak diikutsertakan dalam Jamsostek kerena akan bertentangan dengan ketentuan Pasal 28H ayat 3 dan Pasal 34 ayat 2 UUD 1945 mengenai hak terhadap jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara memberikan perlindungan minimum kepada pekerja. Berdasarkan Kep No. 150Men1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Para pekerja kontrak sangat penting untuk mempelajari dan memahami isi dari kontrak kerja sebelum menandatangani atau menyetujui kontrak. Jika dalam klausul perjanjian kerja dinyatakan bahwa pekerja kontrak diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja, Universitas Sumatera Utara berarti perusahaan hanya memberi fasilitas sesuai dengan standar jamsostek dan bukan standar penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat yang lebih baik.

B. Saran