Penataan institusi untuk peningkatan kinerja persuteraan alam di Sulawesi Selatan : Studi komparasi di Enrekang, Soppeng, dan Louding City, Cina

AM11 SADAPO?TO. Penataan Institusi Untuk Peningkatan Kinerja
Persuteraan Alam di Sulawesi Selatan: Studi Komparasi di Enrekang, Soppeng
dan Luoding City, Gina Dibimbiog oleh HARlPLDI KARTODMARDJO,
HERMANU TRIWIDODO, DUDUNG DARUSMAN, MAPPATOBA SILA.

Persuteraan dam adalah salah satu usaha tani yang sifatnya padat karya
yang banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan dan menrpakan salah satu
kegiatan social forestry yang berfungsi memberikan lapangan kerja masyarakat
sekitar hutan sehingga mencegah masuknya masyarakat untuk merusak hutan.
Sulawesi Selatan merupakan sentra produsen kokon dan benang sutera di
Indonesia yang kondisinya memperlihatkan penurunan sehingga upaya
meningkatkan produksi merupakan s u m upaya yang sangat strategis.
Bertolak dari ha1 tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kebijakan persuteraan dam
sudah ada, mendapatkan
pengetahmu tentang hubungan antara institusi pemeliharaan dan institusi
kemitraan, penlaku petani dan kinerja produktivitas kokon, membandingkan
institusi persuteraan d a m di Guangdong dengan di Sulawesi Selatan dan
menemukan insentif yang dapat meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja pengusahaan sutera d a m di Sulawesi Selatan.
Pendekatan yang di&makan adalah pendekatan SSCP atau situationstructure-condu~-pe~ormarne.-Situation terdiri atas karakteristik lahan

murbei, karakteristik petani, biaya eksklusi, modal sosial. Structure terdiri atas
organisasi, kemitraan, tiga ciri institusi yaitu hak kepernilikan, batas yurisdiksi
dan aturan perwakilan. Conduct meliputi karakteristik budidaya murbei dan
karakteristik pemeliharaan ulat sutera. Pegonname meliputi struktur
pendapatan dan pengaruh faktor produksi terhadap produktivitas kokon.
Luas lahan mudxi per KK di Enrekang rata-rata 1.0 1 hektar, di Soppeng
rata-rata 0.92 hektar, di Luoding City rata-rata 0.56 hektar. Umur petani di
Enrekang didorninasi oleh petani berumur produktif (70%), demikian pula di
Soppeng (66.67%), dan di Luoding City (9W).Modal sosial di Enrekang yaitu
kombong dilaksanakan dalam bentuk gotong royong warga dalarn kegiatan
pembersihan rumah ulat dan desinfeksi, serta pengokonan. Modal sosial di
Soppeng ditunjukkan pada salah satu kelompok tani yang rnenggunakan aturan
berkelompok mulai dari pemesanan bibif pemeliharaan ulat dan pemasaran.
Modal sosial di Luoding City yaitu Guanxi yang mengandung arti relasi antar
individu yang saling berkomitmen, saling percaya dan loyalitas.
Organisasi ASE di Enrekang dibentuk sebagai wadah bagi petani dalam
mengakses bantuan permodalan dan pemasaran yang diberikan oleh Pemda
Enrekang dalam bentuk kontrak kejasama Organisasi APSAS di Soppeng juga
dibentuk oleh petani untuk dapat mengakses bantuan. Organisasi CCSE di
Guangdong memfasilitasi pengusaha-pengusaha sutera dan menerapkan aturanaturan agar proses transaksi bisnis dapat beriangsung l a n w . Kemitraan di

Enrekang pernah terjalin antara ASE, Perusda dan Dinas Kehutanan tapi
kemudian berhenti karena faktor kontrak yang tidak lengkap dan adanya slkap
oportunis dari pelaku.

kg

,. -

signifikan, sedangkan variabel tenaga kerja dan variabel dummy kontrak
'
,
beapengaruh positif tetapi ti& &&fikan.
Hasil analisis proses kebijakan pessuteraan dam di Sulawesi Selatan
pada ketiga periode kebijakan menunjukkan bahwa dalam proses kebijakan
tadapat tiga unsur yang saling berkaitan yaitu narasi kebijakan, politik dan
kepentingaq seata aktor dan jaringan. Periode pertama kebijakan adalah periode
kajasama teknik Indonesia - Jepang (1W4 - 1984), periode kedua adalah
periode Kredit Usahatani Persuteraan Alam (1997 - 2000), dan periode ketiga
adalah periode Klaster persuteaaan dam (2006 - sekarang).
Hasil perbandingan analisis kemitraan antara di Enre.kang dengan di

Luoding City terlrhat bahwa p y e b a b kemacehn dalam hubungan kontrakhlal
di Enrekang adalah kareaa kontrak yang tidak lengkap dalam ha1 standar
kualitas kokon dan benang dan kareaa adanya opommisme dari anggota ASE
yang menjual ke pihak lain dmgan h a r p tinggi walaupun sudah terikat kontrak
dengan Peausda
Untuk memperbaiki kinerja pexsuteraan dam di Sulawesi Selatan, maka
pxh dilakukan pendekatan yang sifatnya komprehensif yaitu pendekatan
regulasi, pendekatan pasar dan p d e k a t a n konsensus-kontrol sosial. Dalam
pendekatan regulasi maka p d u menentukan masalah dengan benar dan
penyempumam kontrak yang sudah pernah ad+, kemudian organisasi yang
sudah ada d i i y a k a n sesuai dengan aspirasi anggota dan organisasi MPAI
dibuat cti d a d Dalam p d e k a t a n pasar peah pemberlakuan harga dasar
kokon dan benang d m g g a petani mendapatkan adanya kepastian usaha
Dalam pendekatan konseasus sosial maka modal sosial yang sudah ada
dikembangkan dan dipertahankan serta aturan dalam kelompok dipeajelas dan

Kata kunci

Institusi, kinaja, persuteraan dam, Sulawesi Selatan


PENATAAN PNSTITUSI UNTUK PENINGKATAN
KINERJA PERSUTERAAN ALAM DI SULAWESI
SELATAN :STUD1 KOMPARASI DI ENREKANG,
SOPPENG, DAN LUODING CITY, CINA

SEKOLAEI PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa disertasi Penataan lnstitusi untuk
Peningkatan Kinerja Perjuteraan Alam Sulawesi Selatan adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimtiing clan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi rnanapun. Sumber informasi yang berasal atau
&tip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.
Bogor, Juli 2010

Andi Sadapotto
NIM E061040041

PENATAAN INSTITUSI UNTUK PENINGKATAN
KINERJA PERSUTERAAN ALAM DI SULAWESI
SELATAN :STUD1 KOMPARASI Dl ENREKANG,
SOPPENG, DAN LUODING CITY, CINA

AND1 SADAPOTTO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARTAIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010