Urgensi lajnah pentashih al-qur’an di Indonesia
URGENSI LAJNAH PENTASHIH AL-QUR’AN DI INDONESIA1
Oleh : FAIZAH ALI SYIBROMALISI
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah Kalamullah, selain berfungsi sebagai bukti kebenaran
risalah Nabi besar Muhammad saw., juga berfungsi sebagai petunjuk kepada seluruh
manusia (QS. al-Isra‟ 17/9 dan al-Baqarah 2/185). Setiap muslim wajib memahami
Al-Qur‟an, karena ayat-ayatnya tidak hanya diturunkan khusus untuk orang-orang
Arab di zaman Nabi saw., tetapi juga untuk orang-orang di masa kini dan sesudahnya
sampai hari kiamat.
Kebenaran al-Qur‟an diyakini umat Islam bersifat mutlak, cocok dan relevan
untuk diterapkan di setiap waktu dan tempat, dalam arti konstan ,tidak bisa
dipengaruhi oleh perkembangan waktu maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran alQur‟an mencakup Kandungannya, tulisannya, bacaannya dan bunyinya jika al-Quran
itu dibunyikan.
Pada masa al-Qur‟an diturunkan secara gradual berlangsung, Rasulullah
senantiasa membacakan wahyu yang disampaikan Jibril kepada para sahabatnya.
Setiap ayat yang turun akan dihafal dengan baik oleh Rasulullah saw. sendiri maupun
para Sahabat,. Hafalan para sahabat tersebut dicocokkan dengan bacaan Rasul dengan
cara menyimak bacaan Rasul. Malaikat Jibril juga mengecek bacaan Rasul setiap
bulan Ramadhan, bahkan diakhir tahun kehidupan Nabi, Malaikat Jibril menyimak
bacaan Nabi sebanyak dua kali.2
Para sahabat yang menerima bacaan tersebut dari Nabi Saw. Meriwayatkannya
tanpa melalaikan sedikitpun kalimat, huruf atau harakat yang diterima dari Rasul.
Dari para sahabat inilah berbagai qiraat disampaikan secara turun-temurun dari mulut
ke mulut ( )التلقى المشاف ةsampai saat ini. Dengan cara ini pula qira’at-qira’at tersebut
dapat dilestarikan sampai kini.
Pemeliharaan al-Quran dari sisi tulisan dilakukan dengan cara menunjuk
secara resmi beberapa orang Sahabat sebagai penulis wahyu seperti: „Ali ibn Abi
Thalib, Mu‟awiyah ibn
Makalah dibacakan pada acara pelatihan Pentashih Mushhaf Al-Qur‟an di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada hari senin 20 juni 2011
2
Manna‟ Qattan, Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ah ahruf, Kairo: Maktabah Wahbah, 1991, Cet. Ke1, h. 124
1
Abi Sufyan, Aban ibn Abi Sa‟id, Khalid ibn Walid, Ubay ibn Ka‟ab, Zaid ibn Tsabit
dan Tsabit ibn Qais.3
Selain mengemban tugas resmi sebagai penulisAl-Qur‟an, beberapa orang
sahabat yang disebutkan diatas dan beberapa sahabat lainnya juga memiliki dokumen
atau catatan pribadi yang terkait dengan Al-Qur‟an, seperti Ali ibn Abi Thalib, Ubay
ibn Ka‟ab, Abdullah ibn „Abbas, Abdullah ibn Mas‟ud dan „Aisyah. Media yang
dipakai untuk menulis wahyu sangat sederhana, misalnya pelepah kurma, kulit
binatang, tulang binatang, maupun batu-batuan.Tulisan Al-Qur‟an juga dicek oleh
Rasulullah, Bahkan sebelum Rasulullah wafat, menurut sebuah riwayat, Zaid ibn
Tsabit telah menyerahkan dokumen tertulis yang menga komodir semua tulisan dari
sisi huruf dan qira’at kepada Rasulullah untuk dikoreksi. 4
Begitu ketatnya sahabat menjaga otentisitas bacaan Al-Qur‟an, terlihat pada
sikap Umar bin Khatab ketika mendengar seorang sahabat Hisyam bin Hakim yang
ketika itu menjadi imam shalat, membaca surah al-Furqon dengan qira’at selain
qira’at yang diketahuinya, ia segera bereaksi. Begitu selesai sholat, Umar langsung
mengadukan bacaan Hisyam kepada Rasulullah Saw. Setelah mendengar langsung
bacaan masing-masing, Nabi kemudian membenarkan bacaan keduanya, seraya
bersabda: “Al-Qur‟an ini diturunkan ‘ala sab’ah ahrufin bacalah darinya yang
memudahkan bagimu membacanya.”5
Uraian diatas menegaskan kepada kita bahwa pemeliharaan al-Qur‟an
dilakukan melalui dua cara, yaitu disamping hafalan yang tertanam dalam sanubari
Rasulullah saw dan para Sahabat sebagai landasan utama, juga dalam bentuk tulisan.
Dengan demikian orisinalitas Al-Qur‟an dan otentisitasnya yang memang sudah
dijamin oelh Allah SWT,6 baik dari sisi tulisan, hafalan maupun bacaan tetap terjaga
Meskipun Allah swt
telah menjamin pemeliharaan al-Qur‟an dari sisi
otentisitas dan orisinalitasnya (QS Al-Hijr /15: 9) namun keterlibatan peran manusia
yaitu umat Islam dalam pemeliharaan tersebut termasuk didalamnya. Pemeliharaan alQuran saat ini mencakup dua sisi, pertama adalah pemeliharaan dari sisi esensi atau
kandungannya
seperti
membaca,
mempelajari,
menghafal,
memahami
dan
mengamalkannya yang terus berlangsung sejak zaman Nabi sampai saat ini. Kedua
3
Abd al-Fattah al-Qadhi,Tarikh al-Mushaf al-syarif,Kairo:Maktabah al-Husaini,t.th,
Manna‟ Qattan, Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ah ahruf, h. 124
5
Shahih al-Bukhari, Kitab al-khusumat,Bab Fadhail Al-Qur‟an jilid 5 hal 27.
6
Lihat firman Allah: QS Al-Hijr/15:9 (Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya)
4
dari sisi fisik (tampilan al-Qur‟an dalam bentuk mushaf dan tulisannya atau rekaman
suaranya).
Dalam rangka menjaga dan memelihara al-Qur‟an ini maka setiap Negara
yang berpenduduk muslim termasuk Indonesia pasti memiliki badan atau lembaga dan
institusi yang bertugas mengembangkan dan menjaga otentisitas al-Quran dan
orisinalitasnya. Pemerintah misalnya mendirikan Lembaga Pengembangan Tilawah
al-Qur‟‟an (LPTQ), Lembaga Penelitian dan Pengembangan al-Qur‟an ( LITBANG
al-Qur‟an), mendukung pembangunan Institusi al-qur‟an seperti Institut Ilmu alQur‟an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‟an (PTIQ) menyelenggarakan Taman
Pembelajaran al-Qur‟an (TPA). Pemerintah dan masyarakat juga
bekerja sama
menggelar MTQ secara berkala, mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat Nasional,
dari level TPA sampai level mahasiswa. Materi yang dilombakan juga beragam
mencakup seluruh kandungan al-Qur‟an, mulai dari tilawah, qira‟at, tahfiz, tafsir,
syarh al-Qur‟an, fahm al-Qur‟an, menulis kandungan al-Qur‟an bahkan menulis indah
al-Quran atau kaligrafi.
Tulisan singkat ini akan memaparkan secara ringkas peran pemerintah
Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim, dalam upaya dan
aktivitas pemeliharaan al-Qur‟an , dalam hal ini diwakili oleh Lajnah Pentashhih alQur‟an.
B. Urgensi mendirikan Lajnah Pentashhih al_Qur’an
Sebagaimana diketahui mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Menurut
catatan KEMENAG tahun 2003 saja populasi Muslim dari total penduduk Indonesia
yang mencapai jumlah 201241199 dua ratus satu juta ,dua atus empat puluh ribu
,seratus Sembilan puluh Sembilan jiwa , penduduk muslimnya mencapai jumlah
177528772 seratus tujuh puluh tujuh juta, lima ratus dua puluh delapan ribu, seratus
tujuh puluh tujuh jiwa. Kalau kita andaikan seperempat saja dari total jumlah kaum
muslimin tersebut memiliki al-Qur‟an , tentu bisa kita bayangkan berapa jumlah
Mushhaf yang beredar di masyarakat dan yang harus disediakan oleh pemerintah.
Disisi lain Pemerintah juga harus menjamin Mushhaf yang dibaca dan beredar
di masyarakat benar-benar sesuai standar dimana keutuhan otentisitas dan orisinalitas
al-Qur‟annya terpenuhi, bebas dari berbagai kesalahan , baik dari sisi penambahan
dan pengurangan huruf atau ayat , maupun dari sisi penulisan dan penerbitannya, baik
itu disebabkan oleh ke khilafan maupun oleh kesengajaan. Dari sini perintah merasa
perlu mendirikan Lajnah Pentashhih al-Qur‟an.
Lajnah Pentashhih al_Qur‟an
adalah lembaga yang membantu mentri Agama
dalam pentashhihan al-Qur‟an,
berada dibawah kementrian Agama. Tepatnya
dibawah tanggung jawab mentri Agama. yang dimaksud dengan al-Qur‟an disini
adalah :
1. Mushhaf
al-Qur‟an yaitu kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an yang terdiri dari 30
juz,yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah penulisan al-Qur‟an.
2. Al-Qur‟an braille yaitu kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an yang terdiri dari 30
juz,yang ditulis dengan huruf Braille,berdasarkan kaidah-kaidah penulisan alQur‟an.
3. Al-Qur‟an dan terjemahannya yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan
terjemahan kedalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
4. Tafsir al-Qur‟an yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan terjemahan dan
tafsiran tentang kandungan makna yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut.
5. Al-Qur‟an elektronik ialah kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an , yang di produk melalui
media elektronik, baik berupa kaset, CD (kompac Disc), DVD, Digital maupun
penemuan elektronik lainnya.
Lembaga pentashhih al-Qur‟an di Indonesia
didirikan pada tahun 1957,
berdasarkan keputusan mentri Agama no 1,tahun 1957, seputar pengawasan mushhaf
yang dicetak di Indonesia. Tujuan dari pendirian lajnah ini adalah pertama menjaga
otentisitas Al-Qur‟an yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia, menjaganya dan
melindunginya dari berbagai kesalahan, baik dari sisi tulisan maupun cetakan. Kedua
melindungi tulisan al-Qur‟an dari unsur-unsur yang datang dari luar, yang mengubah
otentisitasnya ketiga menyediakan mushhaf yang terbaik bagi masyarakat.
C. Tugas lajnah pentashhih al-Quran adalah sebagai berikut:
1. Lajnah bertugas mengoreksi mushhaf sebelum dicetak, baik mushhaf itu berupa
manuskrip atau berupa rekaman dipita kaset atau sarana elektronik yang lainnya.
2. Lajnah bertugas memberi petunjuk pengertian dan pengarahan kepada pemilik
percetakan untuk menjaga otentisitas dan orisinalitas tulisan teks
al-Qur‟an,
disamping memperingatkan mereka hukuman yang diancamkan kepada orang
yang melanggar undang-undang yang berlaku.
3. Bertugas memberi penerangan dan petunjuk kepada masyarakat muslim untuk
mencermati mushhaf-mushhaf yang datang dari luar ( dari Saudi Arabia misalnya)
baik dari sisi bentuk tulisan (rasm) yang digunakan, maupun bacaan (qira‟at)
yang diikuti dan tertulis dalam Mushhaf itu.
4. Bertugas memberi penerangan
kepada masyarakat Muslim seputar penulisan
Mushhaf, terjemah makna-makna al-Qur‟an dan tafsirnya.
5. Bertugas mengawasi dan memantau berbagai kesalahan, baik akibat kesalahan
cetak maupun kesalahan-kesalahan lainnya pada Mushhaf yang sudah selesai di
koreksi sampai betul-betul tidak ada lagi kesalahan.
6. Bertugas memantau secara berkesinambungan Mushhaf-Mushhaf yang sudah
dicetak yang tersebar diseluruh wilayah Republik Indonesia.
7. Lajnah juga bertugas mengawasi dan mencek ke akuratan tarjamah al-Qur‟an
dalam bahasa Indonesia dan tafsir al-Qura‟an dalam bahasa Indonesia.
Demikianlah sekilas tentang motivasi pendirian Lajnah pentashhih al-Qur‟an, urgensi,
tujuan dan tugasnya .semoga bermanfa‟at.
Ciputat 20 juni 2011
Faizah Ali Syibromalis
Oleh : FAIZAH ALI SYIBROMALISI
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah Kalamullah, selain berfungsi sebagai bukti kebenaran
risalah Nabi besar Muhammad saw., juga berfungsi sebagai petunjuk kepada seluruh
manusia (QS. al-Isra‟ 17/9 dan al-Baqarah 2/185). Setiap muslim wajib memahami
Al-Qur‟an, karena ayat-ayatnya tidak hanya diturunkan khusus untuk orang-orang
Arab di zaman Nabi saw., tetapi juga untuk orang-orang di masa kini dan sesudahnya
sampai hari kiamat.
Kebenaran al-Qur‟an diyakini umat Islam bersifat mutlak, cocok dan relevan
untuk diterapkan di setiap waktu dan tempat, dalam arti konstan ,tidak bisa
dipengaruhi oleh perkembangan waktu maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran alQur‟an mencakup Kandungannya, tulisannya, bacaannya dan bunyinya jika al-Quran
itu dibunyikan.
Pada masa al-Qur‟an diturunkan secara gradual berlangsung, Rasulullah
senantiasa membacakan wahyu yang disampaikan Jibril kepada para sahabatnya.
Setiap ayat yang turun akan dihafal dengan baik oleh Rasulullah saw. sendiri maupun
para Sahabat,. Hafalan para sahabat tersebut dicocokkan dengan bacaan Rasul dengan
cara menyimak bacaan Rasul. Malaikat Jibril juga mengecek bacaan Rasul setiap
bulan Ramadhan, bahkan diakhir tahun kehidupan Nabi, Malaikat Jibril menyimak
bacaan Nabi sebanyak dua kali.2
Para sahabat yang menerima bacaan tersebut dari Nabi Saw. Meriwayatkannya
tanpa melalaikan sedikitpun kalimat, huruf atau harakat yang diterima dari Rasul.
Dari para sahabat inilah berbagai qiraat disampaikan secara turun-temurun dari mulut
ke mulut ( )التلقى المشاف ةsampai saat ini. Dengan cara ini pula qira’at-qira’at tersebut
dapat dilestarikan sampai kini.
Pemeliharaan al-Quran dari sisi tulisan dilakukan dengan cara menunjuk
secara resmi beberapa orang Sahabat sebagai penulis wahyu seperti: „Ali ibn Abi
Thalib, Mu‟awiyah ibn
Makalah dibacakan pada acara pelatihan Pentashih Mushhaf Al-Qur‟an di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada hari senin 20 juni 2011
2
Manna‟ Qattan, Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ah ahruf, Kairo: Maktabah Wahbah, 1991, Cet. Ke1, h. 124
1
Abi Sufyan, Aban ibn Abi Sa‟id, Khalid ibn Walid, Ubay ibn Ka‟ab, Zaid ibn Tsabit
dan Tsabit ibn Qais.3
Selain mengemban tugas resmi sebagai penulisAl-Qur‟an, beberapa orang
sahabat yang disebutkan diatas dan beberapa sahabat lainnya juga memiliki dokumen
atau catatan pribadi yang terkait dengan Al-Qur‟an, seperti Ali ibn Abi Thalib, Ubay
ibn Ka‟ab, Abdullah ibn „Abbas, Abdullah ibn Mas‟ud dan „Aisyah. Media yang
dipakai untuk menulis wahyu sangat sederhana, misalnya pelepah kurma, kulit
binatang, tulang binatang, maupun batu-batuan.Tulisan Al-Qur‟an juga dicek oleh
Rasulullah, Bahkan sebelum Rasulullah wafat, menurut sebuah riwayat, Zaid ibn
Tsabit telah menyerahkan dokumen tertulis yang menga komodir semua tulisan dari
sisi huruf dan qira’at kepada Rasulullah untuk dikoreksi. 4
Begitu ketatnya sahabat menjaga otentisitas bacaan Al-Qur‟an, terlihat pada
sikap Umar bin Khatab ketika mendengar seorang sahabat Hisyam bin Hakim yang
ketika itu menjadi imam shalat, membaca surah al-Furqon dengan qira’at selain
qira’at yang diketahuinya, ia segera bereaksi. Begitu selesai sholat, Umar langsung
mengadukan bacaan Hisyam kepada Rasulullah Saw. Setelah mendengar langsung
bacaan masing-masing, Nabi kemudian membenarkan bacaan keduanya, seraya
bersabda: “Al-Qur‟an ini diturunkan ‘ala sab’ah ahrufin bacalah darinya yang
memudahkan bagimu membacanya.”5
Uraian diatas menegaskan kepada kita bahwa pemeliharaan al-Qur‟an
dilakukan melalui dua cara, yaitu disamping hafalan yang tertanam dalam sanubari
Rasulullah saw dan para Sahabat sebagai landasan utama, juga dalam bentuk tulisan.
Dengan demikian orisinalitas Al-Qur‟an dan otentisitasnya yang memang sudah
dijamin oelh Allah SWT,6 baik dari sisi tulisan, hafalan maupun bacaan tetap terjaga
Meskipun Allah swt
telah menjamin pemeliharaan al-Qur‟an dari sisi
otentisitas dan orisinalitasnya (QS Al-Hijr /15: 9) namun keterlibatan peran manusia
yaitu umat Islam dalam pemeliharaan tersebut termasuk didalamnya. Pemeliharaan alQuran saat ini mencakup dua sisi, pertama adalah pemeliharaan dari sisi esensi atau
kandungannya
seperti
membaca,
mempelajari,
menghafal,
memahami
dan
mengamalkannya yang terus berlangsung sejak zaman Nabi sampai saat ini. Kedua
3
Abd al-Fattah al-Qadhi,Tarikh al-Mushaf al-syarif,Kairo:Maktabah al-Husaini,t.th,
Manna‟ Qattan, Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ah ahruf, h. 124
5
Shahih al-Bukhari, Kitab al-khusumat,Bab Fadhail Al-Qur‟an jilid 5 hal 27.
6
Lihat firman Allah: QS Al-Hijr/15:9 (Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya)
4
dari sisi fisik (tampilan al-Qur‟an dalam bentuk mushaf dan tulisannya atau rekaman
suaranya).
Dalam rangka menjaga dan memelihara al-Qur‟an ini maka setiap Negara
yang berpenduduk muslim termasuk Indonesia pasti memiliki badan atau lembaga dan
institusi yang bertugas mengembangkan dan menjaga otentisitas al-Quran dan
orisinalitasnya. Pemerintah misalnya mendirikan Lembaga Pengembangan Tilawah
al-Qur‟‟an (LPTQ), Lembaga Penelitian dan Pengembangan al-Qur‟an ( LITBANG
al-Qur‟an), mendukung pembangunan Institusi al-qur‟an seperti Institut Ilmu alQur‟an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‟an (PTIQ) menyelenggarakan Taman
Pembelajaran al-Qur‟an (TPA). Pemerintah dan masyarakat juga
bekerja sama
menggelar MTQ secara berkala, mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat Nasional,
dari level TPA sampai level mahasiswa. Materi yang dilombakan juga beragam
mencakup seluruh kandungan al-Qur‟an, mulai dari tilawah, qira‟at, tahfiz, tafsir,
syarh al-Qur‟an, fahm al-Qur‟an, menulis kandungan al-Qur‟an bahkan menulis indah
al-Quran atau kaligrafi.
Tulisan singkat ini akan memaparkan secara ringkas peran pemerintah
Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim, dalam upaya dan
aktivitas pemeliharaan al-Qur‟an , dalam hal ini diwakili oleh Lajnah Pentashhih alQur‟an.
B. Urgensi mendirikan Lajnah Pentashhih al_Qur’an
Sebagaimana diketahui mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Menurut
catatan KEMENAG tahun 2003 saja populasi Muslim dari total penduduk Indonesia
yang mencapai jumlah 201241199 dua ratus satu juta ,dua atus empat puluh ribu
,seratus Sembilan puluh Sembilan jiwa , penduduk muslimnya mencapai jumlah
177528772 seratus tujuh puluh tujuh juta, lima ratus dua puluh delapan ribu, seratus
tujuh puluh tujuh jiwa. Kalau kita andaikan seperempat saja dari total jumlah kaum
muslimin tersebut memiliki al-Qur‟an , tentu bisa kita bayangkan berapa jumlah
Mushhaf yang beredar di masyarakat dan yang harus disediakan oleh pemerintah.
Disisi lain Pemerintah juga harus menjamin Mushhaf yang dibaca dan beredar
di masyarakat benar-benar sesuai standar dimana keutuhan otentisitas dan orisinalitas
al-Qur‟annya terpenuhi, bebas dari berbagai kesalahan , baik dari sisi penambahan
dan pengurangan huruf atau ayat , maupun dari sisi penulisan dan penerbitannya, baik
itu disebabkan oleh ke khilafan maupun oleh kesengajaan. Dari sini perintah merasa
perlu mendirikan Lajnah Pentashhih al-Qur‟an.
Lajnah Pentashhih al_Qur‟an
adalah lembaga yang membantu mentri Agama
dalam pentashhihan al-Qur‟an,
berada dibawah kementrian Agama. Tepatnya
dibawah tanggung jawab mentri Agama. yang dimaksud dengan al-Qur‟an disini
adalah :
1. Mushhaf
al-Qur‟an yaitu kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an yang terdiri dari 30
juz,yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah penulisan al-Qur‟an.
2. Al-Qur‟an braille yaitu kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an yang terdiri dari 30
juz,yang ditulis dengan huruf Braille,berdasarkan kaidah-kaidah penulisan alQur‟an.
3. Al-Qur‟an dan terjemahannya yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan
terjemahan kedalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
4. Tafsir al-Qur‟an yaitu mushhaf yang didalamnya disertai dengan terjemahan dan
tafsiran tentang kandungan makna yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut.
5. Al-Qur‟an elektronik ialah kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an , yang di produk melalui
media elektronik, baik berupa kaset, CD (kompac Disc), DVD, Digital maupun
penemuan elektronik lainnya.
Lembaga pentashhih al-Qur‟an di Indonesia
didirikan pada tahun 1957,
berdasarkan keputusan mentri Agama no 1,tahun 1957, seputar pengawasan mushhaf
yang dicetak di Indonesia. Tujuan dari pendirian lajnah ini adalah pertama menjaga
otentisitas Al-Qur‟an yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia, menjaganya dan
melindunginya dari berbagai kesalahan, baik dari sisi tulisan maupun cetakan. Kedua
melindungi tulisan al-Qur‟an dari unsur-unsur yang datang dari luar, yang mengubah
otentisitasnya ketiga menyediakan mushhaf yang terbaik bagi masyarakat.
C. Tugas lajnah pentashhih al-Quran adalah sebagai berikut:
1. Lajnah bertugas mengoreksi mushhaf sebelum dicetak, baik mushhaf itu berupa
manuskrip atau berupa rekaman dipita kaset atau sarana elektronik yang lainnya.
2. Lajnah bertugas memberi petunjuk pengertian dan pengarahan kepada pemilik
percetakan untuk menjaga otentisitas dan orisinalitas tulisan teks
al-Qur‟an,
disamping memperingatkan mereka hukuman yang diancamkan kepada orang
yang melanggar undang-undang yang berlaku.
3. Bertugas memberi penerangan dan petunjuk kepada masyarakat muslim untuk
mencermati mushhaf-mushhaf yang datang dari luar ( dari Saudi Arabia misalnya)
baik dari sisi bentuk tulisan (rasm) yang digunakan, maupun bacaan (qira‟at)
yang diikuti dan tertulis dalam Mushhaf itu.
4. Bertugas memberi penerangan
kepada masyarakat Muslim seputar penulisan
Mushhaf, terjemah makna-makna al-Qur‟an dan tafsirnya.
5. Bertugas mengawasi dan memantau berbagai kesalahan, baik akibat kesalahan
cetak maupun kesalahan-kesalahan lainnya pada Mushhaf yang sudah selesai di
koreksi sampai betul-betul tidak ada lagi kesalahan.
6. Bertugas memantau secara berkesinambungan Mushhaf-Mushhaf yang sudah
dicetak yang tersebar diseluruh wilayah Republik Indonesia.
7. Lajnah juga bertugas mengawasi dan mencek ke akuratan tarjamah al-Qur‟an
dalam bahasa Indonesia dan tafsir al-Qura‟an dalam bahasa Indonesia.
Demikianlah sekilas tentang motivasi pendirian Lajnah pentashhih al-Qur‟an, urgensi,
tujuan dan tugasnya .semoga bermanfa‟at.
Ciputat 20 juni 2011
Faizah Ali Syibromalis