Bahasa Rupa Gambar 2D Anak :(Studi Eksperimen Dongeng Kancil Dan Buaya Pada Anak Umur 6-7 Tahun Di SDN Cangkuang VI Kabupaten Bandung)

(1)

BAHASA RUPA GAMBAR 2D ANAK:

(STUDI EKSPERIMEN DONGENG ‘KANCIL DAN

BUAYA’ PADA ANAK UMUR 6-7 TAHUN

DI SDN CANGKUANG VI KABUPATEN BANDUNG)

DK 38315/Skripsi Semester II 2010/2011

Oleh:

Endah Suprafti NIM: 51907045 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Bahasa Rupa Gambar 2D Anak: (Studi Eksperimen Dongeng ‘Kancil dan Buaya’ Pada Anak Umur 6-7

Tahun di SDN Cangkuang VI Kabupaten Bandung)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam mencapai program Strata-1 (S1) pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandung, 11 Juli 2011


(3)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia anak–anak tidak akan terlepas dari dunia imajinasi yang kaya akan daya khayal yang tinggi. Menggambar adalah bentuk kegiatan seni rupa yang paling sederhana. Kegiatan menggambar sering dilakukan oleh anak-anak dan telah terbudaya sejak masa Prasejarah. Gambar dapat dibuat dengan goresan dari batu, arang, hingga masa kini menggunakan pensil atau spidol.

Anak–anak dan gambar erat kaitannya dengan dunia anak–anak, karena sebelum anak–anak bisa berbicara maka melalui gambarlah anak–anak bisa berkomunikasi dengan lingkungannya yang bisa kita sebut bahasa rupa anak.

“Gambar anak–anak merupakan termasuk ke dalam salah satu gambar “pendahulu” atau gambar primitif (lukisan prasejarah, relief candi, wayang beber, wayang kulit dan wayang golek)”. (Tabrani, 2005, h. 21)

Bahasa rupa anak merupakan cara kreatif anak menceritakan kembali pikirannya dengan sudut pandang yang khas dan unik melalui gambar. Anak–anak bebas menuangkan bentuk ekspresinya dan mencurahkan isi hatinya lewat gambar. Biasanya anak–anak


(4)

  menggambarkan apa yang menjadi pengalaman mereka, baik itu yang dilihat atau yang dirasakannya serta kerjasama semua indera-inderanya. “Yang digambar anak, bukan semata apa yang dilihatnya, tapi merupakan hasil kerjasama semua indera–inderanya, yang ia rasakan dan imajinasikan serta cetuskan jadi sebuah gambar” (Tabrani , 2005, h. 3).

Tabrani (2005, h. v) menjelaskan “membagi bahasa rupa menjadi dua, pertama bahasa rupa modern dari barat dengan sistem menggambarnya NPMnya (naturalis-perspektif-momenopname) dan kedua bahasa rupa ‘tradisi’ dengan sistem menggambar yang disebut RWD (ruang-waktu-datar)”

Gambar merupakan hasil karya cipta manusia dalam bentuk dua dimensi. Biasanya gambar dituangkan dalam media kertas atau dalam media–media lain yang menunjang. Gambar dibuat sebagai bentuk penyampaian komunikasi atau informasi kepada lingkungannya.

Kegiatan menggambar bagi anak penting untuk mengembangkan kemampuan berfikir dengan rupa (membayangkan) dan kata akan memperlancar proses kreasi. Pengaruh media–media yang ada seperti sekarang ini internet, televisi, media-media luar ruang seperti poster-poster dan masih banyak lagi dapat mempengaruhi gambar anak.

Dengan adanya media-media seperti yang disebutkan diatas yang pada masa sekarang ini begitu banyak kemungkinan adanya pengaruh dari bahasa rupa barat sistem menggambar NPM (naturalis-perspektif-momen opname). Dengan demikian adakah pengaruh media terhadap


(5)

  gambar anak sekolah dasar. Maka memilih judul penelitian ini untuk lebih jauh mengetahui objek apa saja yang anak gambarkan (wimba), cara penggambarannya (cara wimba), dan melihat dari cara menyususn berbagai wimba termasuk cara wimbanya agar gambar dapat bercerita (tata ungkapan).

Penelitian ini mengkaji fenomena pengaruh media-media yang tampak dalam gambar karya anak-anak Sekolah Dasar Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung. Sekolah Dasar Negeri Cangkuang VI merupakan Sekolah Dasar Negeri yang paling favorit di daerah Kampung Citamiang, dengan setiap angkatan kelulusan tiap tahunnya melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

• Cara menggambar anak yang cenderung meniru apa yang

dilihatnya baik teman, media, dan lain-lain.

• Kebiasaan teknik penggambaran yang berpola yang diterapkan

pada sekolah seperti penggambaran gunung yang bentuknya menyerupai segitiga sampai sekarang masih terjadi.

• Kebebasan anak dalam menuangkan ekspresi dan isi hatinya

kadang memiliki hambatan dalam fasilitas dan prasarana.

• Penyampaian sebuah cerita atau dongeng yang guur

sampaikan kurang interaktif terhadap anak-anak yang mendengarkan.


(6)

 

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana wimba gambar anak SD kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana cara wimba gambar anak SD kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana tata ungkapan dalam gambar anak SD kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah ini dipusatkan pada bagaimana cara anak memvisualisasikan sebuah dongeng kedalam gambar di SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung dilihat dari wimba, cara wimba dan tata ungkapan dalam. Wimba, cara wimba dan tata ungkapan dalam sesuai dengan teori yang diperkenalkan oleh Primadi Tabrani. Warna dan garis tidak akan dianalisa karena pembahasan warna dan garis memerlukan sebuah penelitian tersendiri dengan data-data pendukung yang lebih lengkap.

Pemilihan usia 6-7 tahun dilakukan dengan teori perkembangan bahasa rupa dan gambar anak (Primadi Tabrani) bahwa pada usia 6-7 tahun berada pada masa perkembangan integrasi indera dan perkembangan konsep ruang dan waktu.


(7)

 

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana anak–anak menangkap sebuah cerita dan menggambarkannya.

2. Membuktikan penggunaan sistem bahasa rupa Ruang-Waktu-Datar pada anak-anak usia 6-7 tahun.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memperkaya khasanah tentang bahasa rupa yang terdapat pada gambar hasil karya anak–anak.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang ingin memajukan kecerdasan dan kreativitas anak-anak generasi bangsa.

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya yang tertarik pada kajian gambar anak.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen yaitu metode yang dijalankan dengan menggunakan suatu perlakuan tertentu pada sekelompok orang atau beberapa kelompok, kemudian hasil perlakuan tersebut dievaluasi. (Kartiko Widi, 2010, h.78). Dibantu dengan penggunaan pendekatan kualitatif pada saat menganalisa gambar. Sedangkan penggunaan pendekatan kuantitatif pada waktu pengumpulan data (eksperimen) yang dilakukan selama 2 jam di kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung.


(8)

 

1.7. Teknik Pencarian Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Field Research (penelitian lapangan)

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh data primer secara langsung dari objek penelitian. Adapun cara yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu kegiatan pengamatan untuk mengumpulkan dan mencatat data–data dari objek penelitian dimana penulis mengamati dan mengikuti pelaksanaan penelitian.

b. Library Research (penelitian kepustakaan)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder. Data dan informasi diperoleh dengan membaca dan mengkaji literatur– literature yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sebagai landasan teoritis dalam penyusunan laporan ini.

2. Tahapan penelitian

Proses penelitian dibagi dalam beberapa tahap a. Persiapan

Pada tajap persiapan terlebuh dahulu penulis/yang melakukan eksperimen mepersiapkan bahan eksperimennya seperti: mempersiapkan alat-alat gambar seperti kertas gambar, pensil dan penghapus untuk anak-anak menggambar nantinya. Media


(9)

  atau alat gambar untuk mewarnai gambar dibebaskan pada anak-anaknya sendiri. Setelah itu peneliti mempersiapkan sebuah dongeng ‘Kancil dan Buaya’ sebagai bahan materi cerita pada eksperimennya.

b. Bercerita

Setelah tahapan persiapan selesai maka peneliti memeulai bercerita dongeng terlebih dahulu. Cerita dongeng yang dipilih yaitu berjudul ‘Kancil dan Buaya’. Pemilihan dongeng ‘Kancil dan Buaya’ karena kebanyakan dari melihat buku-buku mata pelajarannya, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak dongeng yang menggunakan tokoh-tokoh binatang (fabel). c. Menggambar

Setelah mendongeng “Kancil dan Buaya” anak–anak diperkenankan menggambarkan apa yang anak simak dan dengarkan dari dongeng tersebut.

d. Diolah

Mengumpulkan hasil gambar yang telah anak–anak gambarkan. Lalu dipilah dan dipilih berdasarkan objek yang digambarkan lengkap dan gambar yang khas memiliki ciri khas seperti yang dimiliki kelebihan anak–anak.

e. Analisa

Hasil gambar yang telah dikumpulkan tadi kemudian dianalisa menggunakan analisa bahasa rupa (Primadi Tabrani).


(10)

 

f. Hasil penelitian

Setelah dianalisa maka akan mendapatkan hasil penelitian yang diperoleh dan menjadi sebuah kesimpulan.

Gambar anak yang diambil yaitu sebagai sampel objek adalah gambar representatif, yaitu gambar yang mewakili objek yang digambar hingga objek tersebut mudah dikenali. Sementara sampel subjek adalah anak-anak usia 6-7 tahun di SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung.

Tujuan pengambilan sampel gambar representatif adalah agar terlihat dengan kasat mata objek-objek yang digambar dan bahasa rupa anak tersebut yang menggambar. Karena, bahasa rupa sebuah gambar representatif merupakan kasat mata, oleh sebab itu bahasa rupa gambar dalam arti yang luas sering digunakan untuk menyebutkan seluruh hal yang berhubungan dengan rupa sebuah gambar. (Febrianto , 2006, h. 3).

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan agar proses pembuatan dokumentasi laporan dapat dibuat secara terstruktur dan sistematis, sehingga akan mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak yang akan menggunakannya. Sistematika penulisan laporan dapat dijelaskan sebagai berikut :


(11)

  Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang gambaran umum penelitian yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah batasan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Bahasa Rupa, Anak dan Gambar Anak, menguraikan tentang teori-teori bahasa rupa dan perkembangan anak dalam menggambar yang di kemukakan oleh peneliti terdahulu yang berasal dari buku dan risalah ujian yang terkait dengan objek penelitian, yaitu Primadi Tabrani, Taswadi dan Agus Sujanto.

Bab III SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung, merupakan bab yang menguraikan data – data dari SDN Cangkuang VI sebagai objek yang akan diteliti baik data primer atau sekunder.

Bab IV Wimba, Cara wimba dan Tata ungkapan dalam Gambar 2D Anak, merupakan bab yang menguraikan pembahasan permasalahan dari objek penelitian dengan menggunakan landasan teori Primadi Tabrani.

Bab V Kesimpulan, merupakan bab yang menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian.


(12)

 

BAB II

BAHASA RUPA, ANAK DAN GAMBAR ANAK

2.1. Pengertian Bahasa Rupa

Untuk bisa memahami apa yang anak gambar sebagai bentuk ekspresinya dan mencurahkan isi hatinya maka diperlukan pemahaman supaya bisa mengerti apa yang ingin anak sampaikan melalui bahasa rupa anak. Bahasa rupa merupakan hal yang sangat penting untuk bisa memahami gambar anak. Adapun pengertian bahasa rupa menurut ahlinya antara lain:

Dalam buku Bahasa Rupa, menggunakan istilah bahasa rupa dalam pengertiannya yang sangat khusus, tetapi pada umumnya yaitu suatu gambar atau karya visual yang bercerita. Melalui bahasa rupa maka dapat membaca gambar anak. (Tabrani, 2005)

Bahasa rupa yang dimaksud adalah untuk karya visual seperti hasil gambar karya lukisan anak-anak, gambar karya manusia primitif, lukisan prasejarah, relief candi, wayang beber, wayang kulit dan wayang golek, gambar ilustrasi, gambar periklanan, film, sinetron, dan karya seni visual yang bercerita lainnya.

Adapun pengertian lain bahasa rupa menurut Taswadi dalam jurnal tesisnya Menilik Perbendaharaan Bahasa Rupa, bahasa rupa adalah suatu gambar atau karya visual yang bercerita. (Taswadi, 2000, h.1)


(13)

 

2.2. Jenis – jenis Bahasa Rupa

Secara garis besar jenis-jenis bahasa rupa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, zaman, dan sifat. (Taswadi, 2000, h.3)

2.2.1. Berdasarkan Bentuk

Bentuk karya seni rupa ada 2 macam, yaitu karya seni rupa dua dimensi (dwi matra), dan karya seni rupa tiga dimensi (tri matra). Bahasa rupa pun sama yaitu ada bahasa rupa dua dimensi (dwi matra), dan bahasa rupa tiga dimensi (tri matra). 2.2.2. Berdasarkan Zaman

Secara garis besar para ahli bahasa rupa menggolongkan jenis bahasa rupa berdasarkan zaman, terbagi dua kelompok, yaitu bahasa rupa tradisi dan bahasa rupa modern.

• Bahasa rupa tradisi ialah bahasa rupa yang digunakan dan

bersumber dari kelompok karya seni rupa tradisi (patung, relief, lukisan, gambar, bangunan, kerajinan/kria), karya seni rupa gambar anak-anak, gambar mausia dan patung, serta bangunan, dan kerajinan primitif, dan karya seni rupa pasejarah (lukisan, patung, bangunan, dan kerajinan). • Bahasa rupa modern adalah bahasa rupa yang digunakan

dan bersumber dari karya seni rupa modern (ukisan, gambar, kerajinan /kria, bangunan, desain, gambar poster, periklanan, film, sinetron, dan karya-karya seni rupa modern lainnya).


(14)

 

2.2.3. Berdasarkan Sifat

Klasifikasi berdasarkan sifat terdiri dari bahasa rupa statis dan bahasa rupa dinamis. Bahasa rupa statis adalah bahasa rupa yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang tidak bergerak, sedangkan dinamis adalah yang bersumber dan digunakan dalam karya-karya visual yang bergerak.

2.3. Perbendaharaan Bahasa Rupa

Kemudian bahasa rupa memiliki perbendaharaan yang disebut wimba, cara wimba, teknik penghubung, dan tata ungkapan.

2.3.1. Wimba

Wimba adalah suatu obyek yang dicandera (digambar atau dideskripsikan). Misalkan dalam bidang karya seni rupa berupa gambar, ada obyek binatang sapi, maka wimba gambar tersebut adalah sapi. Wimba = Objek gambar.

Gambar 1. Gambar penjelasan wimba Sumber : Materi Presentasi (Dr. Yasraf Amir Piliang


(15)

 

2.3.2. Cara Wimba

Cara Wimba adalah bagaimana cara objek atau wimba itu digambar, sehingga bercerita. Misalkan dalam bidang gambar terdapat objek seekor sapi yang digambarkan ekornya banyak, itu mengandung isi cerita bahwa ekor sapi tersebut sedang bergerak-gerak (Tabrani, 1991, h.31). Cara wimba = Cara menggambarkan.

Cara wimba

Gambar 2. Gambar penjelasan cara wimba Sumber : Materi Presentasi (Yasraf Amir Piliang

Nuning Damayanti ) ITB.

Cara Wimba 1 (Ukuran pengambilan) Cara Wimba 2 (Sudut pengambilan) Cara Wimba 3 (Skala) Cara Wimba 4 (Penggambaran) Cara Wimba 5 (Cara dilihat) Cara Modern: Ektra Close Up

Sudut bawah Lebih kecil dari aslinya

Naturalis Sudut lihat atas

Very Close Up

Sudut wajar Sama dengan aslinya

Perspektif Sudut lihat wajar

Big Close Up Sudut atas Lebih besar dari

aslinya

Stilasi Sudut lihat bawah

Close Up Tampak Burung

Ukuran raksasa

Ekspresif Daerah lihat optimal

Medium Close Up

Aneka tampak Distorsi Daerah

lihat minimal

Midshot Sinar-X Skematis Jarak lihat minimal


(16)

 

Medium Shot Dekoratif Arah lihat wajar

Medium Long Shot

Blabar Arah lihat kiri kanan

Long Shot Garis Arah lihat

atas bawah

Very Long Shot

Siluet Arah lihat kanan kiri/kiri kanan

Extra Long Shot

Volume Arah lihat bawah atas

Cara Khas:

Ada yang diperbesar

Warna Arah lihat tengah pinggir Ada yang

diperkecil

Bidang Arah lihat pinggir tengah Dari kepala

kaki

Moment Opname Arah lihat berhadapan

Kejadian Arah lihat

berkejaran Aneka tampak Arah lihat

rata-rata

Perwakilan Arah lihat

berkeliling

Arah lihat

dari mana saja

Tabel 1. Cara Wimba (Tabrani, 2005. h. 182)

2.3.3. Teknik Penghubung

Teknik penghubung itu biasanya jenis perbendaharaan bahasa rupa yang berlaku dalam karya seni rupa yang berseri, atau bersambung, antara satu karya dengan karya lainnya saling berkaitan.

2.3.4. Tata Ungkapan

Tata ungkapan adalah cara menyusun wimba dan cara wimbanya dalam satu bidang gambar atau antar bidang gambar sehingga bercerita. (Tabrani, 1991, h.149).


(17)

  Ada dua jenis tata ungkapan, yaitu tata ungkapan dalam, dan tata ungkapan luar. Tata ungkapan dalam adalah cara menyusun gambar atau cara menggambar dalam satu bidang gambar, sehingga bercerita, sedangkan tata ungkapan luar adalah cara menyusun atau menggambar sehingga masing-masing bidang gambar yang bersambung tersebut bercerita. Fungsi dari perbendaharaan ini adalah untuk mempermudah menganalisa gambar menurut cara Primadi agar terlihat perbedaannya.

TU Dalam 1 (Menyatakan

Ruang)

TU Dalam 2 (Menyatakan

Gerak)

TU Dalam 3 (Menyatakan

Waktu & Ruang)

TU Dalam 4 (Menyatakan

penting)

Cara Modern :

Pengambilan Gabungan

Garis-garis Ekspresif

Komposisi Pengambilan Gabungan

Naturalis Perspektif

Skala Gabungan

Imaji Jamak Skala Gabungan Naturalis Stilasi Distorsi Belahan/ Kisi-kisi Di tengah Gabungan Framing & Sakala nisbi Bentuk Dinamis

Campuran (mix) Di kiri/ atas

Relief dan barik

Latar Belakang

Kabur

Aneka ruang dan Waktu (dream time)

Komposisi

Depth of Field Yang Bergerak

Kabur

Kembar Aksen

Cara Khas :

Ruang angkasa

Imaji jamak Ciri waktu dan ruang

Depth of Field

Digeser Ciri gerak Dismix Diperbesar

Sejumlah Latar Lapisan datar Rinci Diperbesar Tepi bawah =

Garis tanah

Urutan di suatu Layar

Tampak Khas

Garis tanah Garis tanah

Jamak

Sinar-X

Rebahan Kronologis Di kanan/bawah

Identifikasi ruang

Kilas balik Frekuensi

penampilan

Kilas maju

Tabel 2. Tata Ungkap Dalam (Tabrani, 2005. h. 183)


(18)

 

2.4. Gambar Hasil Karya Anak-anak

Menurut Kak Seto (Okky, 2008, h.24), definisi anak-anak bisa dilihat secara psikologis dan hukum. Secara hukum (konvensi anak), usia yang termasuk kategori anak-anak adalah usia 18 tahun kebawah dan kemudian ketentuan ini sudah disahkan menjadi Undang-undang Perlindungan Anak. Dalam UU tersebut dengan jelas disebutkan defenisi usia anak-anak adalah 18 tahun kebawah.

Definisi anak secara hukum tentunya berbeda dengan definisi anak dilihat dari sisi psikologis. Dari sisi psikologis, pengertian usia seseorang anak sebenarnya adalah 12 tahun kebawah. Selepas usia 12 tahun (12-15 tahun) adalah masa praremaja, usia 15-18 tahun adalah remaja, 18-21 tahun adalah memasuki masa dewasa muda, dst.

Dalam buku Psikologi Perkembangan’ Agus Sujanto Menurut G. Kerschensteiner, yang telah menyelidiki gambar anak membuat pembagian sebagai berikut:

1. s/d umur 3;0 dinamakan masa corengan. 2. s/d 7;0 dinamakan masa bagan.

3. s/d umur 9;0 dinamakan masa bentuk dan garis.

4. s/d umur 10;0 dinamakan masa silhuet (garis batas ganbar yang tegas).

5. s/d umur 14;0 dinamakan masa perspektif. (Agus Sujanto, 1996, h.35)


(19)

 

2.4.1. Lukisan Gambar Prasejarah dan Gambar Anak

Dalam bukunya Primadi Tabrani (2005, h.21), Bahasa Rupa, berbagai penelitian menemukan bahwa bahasa rupa gambar prasejarah, primitif, dan anak–anak yang sama–sama “belum punya tulisan” sangat besar persamaannya hingga secara bersamaan disebut sebagai bahasa rupa “Gambar Pendahulu”. Bahasa rupa pendahulu ini lebih dekat dengan sistem hubungan ruang dan waktu dari fisika modern/teori relativitas Einsten : “Gambar Ruang Waktu Datar (RWD)”. Objek dalam ruang : ruang waktu lengkung. “Tiap objek di alam memiliki ruang dan waktunya sendiri yang tidak persis sama satu dengan yang lain, tapi objek–objek itu bisa bersama–sama berada dalam satu tema”. Julukannya : aneka arah, aneka jarak, aneka waktu. Bahasa rupa pendahulu kemudian berkembang sesuai latar belakang lingkungan masing – masing menjadi bahasa rupa tradisi pada gambar tradisional. Bahasa rupa tradisional secara umum masih lebih dekat dengan bahasa rupa pendahulu daripada dengan sistem Naturalis Prespektip Momen opname (NPM) yang dianut Barat. Untuk mudahnya kesemuanya disebut gambar tradisi dengan bahasa rupa tradisi. (Tabrani, 2005, h.21)


(20)

  Gambar dibanyak negara sedang berkembang kemudian berkembang jadi gambar “modern”, yang kuat dipengaruhi sistem NPM Barat : Dari satu arah, satu tempat, satu waktu dalam satu sistem perspektif (lukisan, foto, film, tv). (Tabrani, 2005, h.21)

2.4.2. Pertumbuhan dan Ciri Gambar Anak

Masa pertumbuhan ini sangat besar artinya bagi anak-anak bagi perkembangan jasmani, rohani maupun intelektualnya. Anak-anak dalam melukis mengalami pertumbuhan yang makin maju. Pada dasarnya pertumbuhan anak dan ciri lukisan anak dapat menjadi empat tahap (Taswadi: 2000, h. 5), akan tetapi masa pertumbuhan ini tidak mutlak terjadi pada setiap anak.

2.4.2.1. Masa goresan

Pada masa goresan (2-3 tahun) anak yang normal memiliki kemampuan memegang alat gambar dan mencoret-coret karya pada bidang gambar yang disediakan, dan membuat coret-coretan tak teratur secara ekspresif, bebas dan tak berarah, pada usia 3-4 tahun, goresan mulai teratur, tetapi bagi anak yang secara fisik dan psikis tidak normal (lamban), maka biasanya anak usia 2-4 tahun belum tertarik untuk membuat coret-coretan, hal ini disebabkan karena


(21)

  gangguan fisik motorik atau mental (psikisnya). Ada pula anak yang sudah berusia 4 tahun lebih tetapi belum dapat menggoreskan alat gambar dengan teratur (selalu acak-acakan) dan tak terarah, ini juga menunjukan adanya kelambanan dalam berfikir.

Dalam makalah Tity Soegiarty (2007, h.5). yang memiliki judul ‘Karakteristik Gambar Anak’ masa goresan atau coreng moreng terdiri dari 3 fase yaitu: 1. Goresan tak beraturan

Gambar 3. Goresan tak berturan, pena tidak terlepas dari kertas Sumber : Makalah Tity Soegiarty

(Lowenveld, 1975)

Gambar tanpa makna, karena anak melakukannya hanyalah meniru orang lain, belum dapat membuat coretan berupa lingkaran, hanya merupakan latihan gerak motorik antara mata dengan gerak tangan, bentuk garis sembarangan, bersemangat tanpa melihat ke kertas, merupakan


(22)

  fase yang paling awal dalam tahap perkembangan menggambar anak.

2. Goresan Tak Terkendali

Gambar 4. Goresan terkendali memperlihatkan gerakan yang bervariasi, Dengan ditambah menggunakan gerakan otot kecil.

Sumber : Makalah Tity Soegiarty (Lowenveld, 1975)

Berupa goresan-goresan tegak, mendatar, lengkung bahkan lingkaran, coretan dilakukan berulang-ulang. Nampak anak mulai memerlukan kendali visual terhadap coretan yang dibuatnya, disini koordinasi antara perkembangan visual (gerak mata) dengan gerak motorik (tangan) semakin lengkap. Goresan dibuat dengan penuh semangat.

3. Goresan Bermakna

Gambar 5. Goresan Bermakna, Anak usia 4 tahun menggambar dengan maksud tertentu.

Sumber : Makalah Tity Soegiarty (Lowenveld, 1975)


(23)

  Pengalaman anak dalam membuat goresan semakin lengkap, gambar anak mulai terwujud menjadi satu kesatuan, bentuk yang semakin bervariasi, anak mulai memberi nama pada hasil coretannya dan mulai menggunakan warna. Dalam menggambar, anak belum mempunyai tujuan untuk menggambar sesuatu, karena fase ini lebih didasari oleh perkembangan fisik dan jiwa anak.

2.4.2.2. Masa Prabagan

Pada usia prabagan 4-5 tahun gambar anak-anak perkembangan fisik dan psikisnya sudah mampu membuat bagan-bagan yang menyerupai bentuk tertentu mungkin membuat orang, binatang, rumah, kendaraan, dan benda-benda yang akrab di lingkungan nya, walaupun belum menyerupai benda aslinya, karena baru berupa bagan-bagan yang bentuknya terkadang menyimpang dari benda-benda aslinya. Misalnya menggambar mobil tetapi hanya berupa persegipanjang tak teratur. Bila usia 4-5 tahun anak belum dapat membuat bentuk dasar obyek berarti anak mengalami hambatan, lamban dalam hal perkembangan motorik maupun mental.


(24)

  Gambar 6.  Bentuk dasar yang paling esensi terdapat padagambar anak ini, yaitu jari kaki merupakan dianggap bagian yang penting.. Sumber : Makalah Tity Soegiarty

(Lowenveld, 1975)

2.4.2.3. Usia 6-7 Tahun

Usia ini anak sudah secara baik memegang dan mengatur alat-alat gambar. Masa usia ini anak dapat mulai menggambarkan suatu obyek tidak hanya bentuk global dan dasar tetapi sudah tampak lebih membentuk, tetapi pada usia awal 7 tahun biasanya rata-rata sudah mampu menggmbar obyek dengan organ yang cukup lengkap, walau bentuknya masih global (belum detail).

2.4.2.4. Masa Golden Age of Creative Expretion

Pada usia 8-12 tahun, masa ini disebut masa golden age of creative expretion. Usia puncak anak dalam menggambar. Anak yang normal akan senang menggambar dan mulai belajar meniru bentuk-bentuk nyata. Perjalanan menuju masa realis, tetapi biasanya dengan sering menggunakan warna-warna yang ekspresif. Bagi anak-anak yang terganggu dalam perkembangna fisik dan psikisnya, usia 8-12 tahun sudah tidak suka menggambar.


(25)

 

2.4.3. Kelebihan Anak-anak dalam Menggambar

Mengamati anak-anak yang sedang menggambar jangan kaget, sebab mereka bila sedang menggambar disertai ekspresi dan suara. Misalkan dia menggambar kereta api, maka sambil menggambar dia menirukan suara kereta yang digambar. Dia berusaha memadukan antara suara kereta dengan obyek yang digambar. Dia berusaha memadukan suara obyek dan bentuk obyek secara bersamaan, sehingga objek akan diungkapkan secara utuh dan lengkap.

1.4.3.1. Gambar Anak–anak Adalah Media Bahasa Rupa.

Bahasa rupa adalah bahasa yang berupa gambar. Anak dalam menggambar biasanya diiringi cerita lewat mulutnya, yang menceritakan keadan yang dialami objek yang digambarkan. Untuk melengkapi agar gambar mengungkapkan cerita secara lengkap maka diiringi cerita lewat mulutnya. Jadi gambar merupakan media cerita atau cerita bentuk gambar.

1.4.3.2. Dapat Menciptakan Gambar Aneka Tampak.

Kelebihan gambar anak-anak dapat menampilkan objek dari berbagai arah dalam satu gambar, sehingga objek tampak dari berbagai arah. Misalkan


(26)

  anak menggambar binatang kerbau, badannya tampak samping tetapi tanduknya tampak dari depan

Gambar 7. Gambar Komposisi Aneka Tampak Sumber : Dokumentas Pribadi

1.4.3.3. Membuat Ruang Lapis Datar.

Cara menyusun komposisi obyek gambar biasanya berlapis-lapis, berurutan dari atas bidang gambar, ke tengah dan ke paling bawah. Objek gambar disusun berlapis atas bersap (bertumpang tindih). Sehingga membentuk lapisan latar. Objek gambar yang paling jauh diletakan di atas bidang gambar, objek yang dekat di bawahnya (gambar tampak bertumpuk).

Gambar 8. Gambar Komposisi Ruang Lapis Datar Sumber : Kiki, Bandung 2006 Dalam Taswadi 2000


(27)

 

1.4.3.4. Membuat Komposisi Rebahan.

Kelebihan yang lain dari gambar anak-anak adalah membuat komposisi objek yang digambar berkeliling dan direbahkan ke arah menjauh dari tengah-tengah bidang gambar. Jadi seakan-akan anak yang menggambar berada di tengah-tengah objek (poros).

1.4.3.5. Cara Menggambar Objek Tembus Pandang

(X-ray).

Kelebihan lainnya adalah cara penggambaran objek tembus pandang. Gambar ini sebagai keunggulan yang paling unik dibandingkan dengan hasil orang dewasa. Anak menggambar tidak dihalangi oleh pemikiran dan pandangan visual mata biasa, tetapi dengan mata hati. Misalkan digambarkan seorang ubu yang sedang hamil, anak-anak menggambarkan bayi yang belum lahir tampak berada di dalam perut sang ibu, tembus pandang.

Gambar 9. Gambar Objek Tembus Pandang Sumber : Materi Presentasi (Yasraf Amir Piliang


(28)

 

2.5. Skema Perkembangan Bahasa Rupa dan Gambar Anak

Usia Perkembangan Gambar Perkembangan Bahasa Rupa

2-3 thn Coreng moreng tanpa arti. Baru merupakan sensasi jejak jemari.

3-4 thn Coreng moreng mulai ada arti. Ruang angkasa, aneka waktu, aneka ruang.

4-5 thn Mementingkan bagian tertentu objek.

+, digeser, dinamis, aneka arah/jarak/waktu, tampak khas, bagian tertentu objek tertentu diperbesar yang lain diabaikan. 5-6 thn Skema sederhana, konsep atas

– bawah.

+, atas – bawah, tepi bawah kertas = garis tanah.

6-7 thn Perkembangan skema, seiring perkembangan itegrasi indera. Perkembangan konsep ruang dan waktu.

+, garis tanah, belum ad perspektif, disederhanakan (distilir).

Bagian bahasa - rupa digunakan sekaligus, kepala – kaki.

7-8 thn Utamakan objek yang dipentingkan.

+, Objek yang penting diperbesar, sinar – X.

8-9 thn Aneka waktu dan ruang. +, lapisan latar, garis tanah jamak, kembar, imaji jamak, rebahan, berkeliling, kesan datar, dekoratif. 9-10 thn Mata mulai lebih berperan,

semula lebih untuk rinci.

+, detail lebih rinci dari objek yang digambar.

10-11 thn

Gambar selain hasil imajinasi, mulai merupakan catatan peristiwa.

Seakan naturalis, tapi sekaligus digunakan aneka bahasa-rupa tersebut diatas.

11-13 thn

Masa krisis, saat terjadi “perang”antara indera mata yang baru jadi dengan indera – indera lainnya.

Ciri : muncul gambar ruang tumpang – tindih, overlapping.

Anak bingung diantara sytem RWD dengan system NPM.

13 tahun ke atas :

Bila para Pembina gagal mengintegrasikan indera – indera dimasa krisis dan cenderung memenangkan mata :

Yang berbakat menggambar Jadi NPM

  Yang tidak berbakat

menggambar

Jadi saya tidak bisa “menggambar” Bila para Pembina berhasil mengintegrasikan ondera – indera hingga apa yang “dilihat” seorang anak merupakan hasil kerjasama terpadu indera – inderanya :

Yang berbakat menggambar Jadi calon senirupawan, baik RWD, NPM, atau kombinasi.

Yang tidak berbakat

menggambar

Tidak takut menggambar, tetap suka menggambar walaupun gambarnya bukan NPM.

Tabel 3. Skema perkembangan bahasa rupa dan gambar anak (Tabrani, 2005. h. 4)


(29)

 

BAB III

SD NEGERI CANGKUANG VI

KABUPATEN BANDUNG

3.1. Riwayat SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung

Nama SD Negeri Cangkuang VI pertama kali disahkan pada tanggal 2 April 1980, yang terletak di Kampung Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. SD Negeri Cangkuang VI didirikan pada tanggal 1 Mei 1980.

Visi

Terwujudnya kinerja sekolah yang berkualitas, dinamis, unggul, prestasi dan mandiri dengan mengutamakan pelayanan pendidikan.

Misi

Menciptakan kegiatan pembelajaran yang optimal untuk mewujudkan siswa unggul prestasi yang berbudi luhur, berkat iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai modal untuk kompetensi mendapat peluang belajar berkesinambungan.

Strategi

1. Meningkatkan pelayanan prima kepada peserta didik. 2. Meningkatkan kualitas managemen sekolah.


(30)

  4. Menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan

menyenangkan.

5. Menciptakan lingkungan sekolah sebagai bahan sumber belajar.

Sepuluh Dasar Kemampuan Guru

1. Mengembangkan kepribadian

- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila.

- Mengembangkan sifat – sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru.

2. Menguasai landasan pendidikan

- Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.

- Mengenal sekolah dalam masyarakat.

- Mengenal prinsip–prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam sekolah.

3. Menguasai bahan pengajaran

- Menguasai bahan pengajaran kurikulum. - Menguasai bahan pengayaan.

4. Menyusun program pengajaran - Menetapkan tujuan pengajaran.

- Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran. - Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar


(31)

  - Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. - Memilih dan mengembangkan sumber belajar.

5. Melaksanakan program pengajaran

1. Menciptakan iklim belajar mengajar yang sehat. 2. Mengatur ruang belajar.

3. Mengelola interaksi belajar.

6. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan 1. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran.

2. Menilai proses belajar yang telah dilaksanakan. 7. Menyelenggarakan program bimbingan

1. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2. Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus. 3. Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan di masyarakat. 8. Menyelenggarakan administrasi sekolah

1. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah. 2. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah. 9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat

1. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

2. Berinteraksi dengan masyarakat untuk penuaian misi pendidikan.


(32)

  10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan

pengajaran

1. Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah. 2. Melaksanakan penelitian sederhana.

3.2. Mata Pelajaran SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung

Seperti sekolah – sekolah umum lainnya, SD Cangkuang VI Kabupaten Bandung memiliki mata pelajaran yang diberikan setiap harinya dikelas yaitu:

• Senin : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Bahasa Indonesia,

Matematika.

• Selasa : Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan

Kesenian (SBK).

• Rabu : Iilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, Bahasa Inggris.

• Kamis : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Indonesia, Agama.

• Jumat : Pendidikan Jasmani, Bahasa Sunda. • Sabtu : Bahasa Indonesia, Matematika.

Pada saat melakukan penelitian menggunakan metode eksperimen, peneliti menggunakan waktu pada saat mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena di pembelajarannya terdapat cerita dongeng– dongeng fabel (binatang) sebagai bahan pembelajarannya.


(33)

 

3.3. Keadaan Sekolah dan Kelas SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten

Bandung

Gambar 10. Papan Nama SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 11. Keadaan Depan Kelas SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung


(34)

  Gambar 12. Keadaan Didalam Kelas SD Negeri Cangkuang VI

Kabupaten Bandung Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 13. Keadaan Didalam Kelas SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung


(35)

 

3.4. Gambar Anak Kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten

Bandung

Gambar . 14. Gambar Rumah oleh Anak Kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung (sebelum melaksanakan penelitian)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 15. Gambar Rumah oleh Anak Kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung (sebelum melaksanakan penelitian)


(36)

  Gambar 16. Gambar Dongeng Kancil dan Buaya

oleh Anak Kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung (pada saat melaksanakan penelitian)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 17. Gambar Dongeng Kancil dan Buaya oleh Anak Kelas 1 SD Negeri Cangkuang VI Kabupaten Bandung (pada saat melaksanakan penelitian)


(37)

  BAB IV

WIMBA, CARA WIMBA, DAN TATA UNGKAPAN DALAM GAMBAR 2D ANAK

Setelah melakukan penelitian, pada satu kelas Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari 57 anak, maka data hasil penelitian tersebut diolah, dikelompokan dan dianalisa. Untuk memudahkan pengolahan datanya maka dibuatlah tabel–tabel seperti dibawah ini:

4.1. Tabel Pengelompokan

4.1.1 Berdasarkan Pembuatan Gambar

No. Kategori Jumlah (∑) Persentase (%)

1. Dibuatkan orang tua 7 anak 12,28 %

2. Membuat sendiri (Anak) 50 anak 87,72 %

Total 57 anak 100%

Tabel 4. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Pembuatan Gambar

Dari tabel pengelompokan di atas terlihat bahwa tidak semua anak-anak membuat gambarnya sendiri pada saat penelitian berlangsung, karena terdapat beberapa anak yang meminta dibuatkan oleh orang tuanya.


(38)

  Berikut beberapa contoh gambar yang telah dibuatkan oleh orang tuanya :

Gambar 18. Gambar Dongeng Kancil dan Buaya yang telah dibuatkan Orangtuanya

Sumber : Dokumentasi Pribadl

Terlihat sekali dengan jelas tarikan-tarikan garisnya pada objek Buaya dan Kancil. Maka setelah dikelompokan untuk mempermudah dalam menganalisanya yang termasuk dan akan diteliti yaitu gambar anak-anak yang digambar sendiri oleh anaknya yaitu 51 anak.

4.1.2. Berdasarkan Wimba

No. Kategori Jumlah (∑) Persentase (%) 1. Bentuk Kancil berdiri

seperti manusia

9 anak 18 %

2. Bentuk Buaya berkumpul 3 anak 6 %

3. Kancil dan Buaya berbaris sejajar

13 anak 26 %

4. Objek pola 2 (Kancil) dan 3 (Buaya)


(39)

 

5. Tipe jembatan 4 anak 8 %

6. Tipe tokoh objek utaman yang dibesarkan

5 anak 10 %

7. Tipe kronoligis 5 anak 10 %

8. Bentuk Raja Sulaiman memakai topi

2 anak 4 %

9. Tak beraturan 6 anak 12 %

Total 50 anak 100%

Tabel 5. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Wimba

Berdasarkan tabel di atas maka dapat terlihat bahwa 26% anak menggambarkan cerita dongeng ‘Kancil dan Buaya’ dengan buayanya berbaris rapih dan seekor kancil yang melompat-lompat di atas punggung buaya.


(40)

  4.1.3. Berdasarkan Cara Wimba

Berdasarkan cara wimba atau cara penggambarannya bisa dilihat berbagai macam ragam bentuk wimbanya yang anak-anak gambarkan secara unik dan kaya dengan daya khayal. 1. Buaya

Berdasarkan cara wimbanya yaitu cara menggambarkan suatu tokoh atau objek dalam sebuah cerita, maka dapat dilihat berbagai macam bentuk buaya yang digambarkan oleh anak begitu beragam. Sebagian besar anak-anak menggambarkan seekor buaya sesuai dengan ciri khas utama buaya yaitu mempunyai duri-duri di tubuhnya. Tetapi ada sebagian kecil anak yang menggambarkan buaya itu tidak memiliki duri di tubuhnya.

No. Wimba Gambar

Jumlah (∑) Persentase (%)

1. Buaya


(41)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

2 anak

4 anak

2 anak

4 anak

2 anak

3 anak

4 %

8 %

4 %

8 %

4 %


(42)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

2 anak

2 anak

2 anak

2 anak

2 anak

1 anak

4 %

4 %

4 %

4 %

4 %


(43)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

2 anak

1 anak

1 anak

9 anak

2 anak

3 anak

4 %

2 %

2 %

18 %

4 %


(44)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑) Persentase (%)

1 anak 2 %

Total 50 anak 100 %

Tabel 6. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Cara Wimba Buaya

2. Kancil Berbagai macam ragam gambar yang anak-anak ciptakan

menurut imajinasinya sangat kaya sekali. Terlihat dari tabel dibawah, penggambaran objek kancil yang anak gambarkan ada yang memiliki persamaan dan perbedaan satu sama lain.

No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%) 2. Kancil


(45)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

9 anak

4 anak

4 anak

1 anak

2 anak

2 anak

18 %

8 %

8 %

2 %

4 %


(46)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

3 anak

4 anak

2 anak

2 anak

3 anak

6 %

8 %

4 %

4 %


(47)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

3 anak

3 anak

4 anak

6%

6 %

8 %

Total 50 anak 100 %

Tabel 7. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Cara Wimba Kancil

3. Bentuk pohon dan pohon buah-buahan yang ada di hutan

Sebagian besar penggambaran suatu bentuk pohon sudah sebagimana mestinya ciri-ciri pohon itu sebenarnya. Memiliki daun, ranting, batang, dan akar. Bentuk pohon


(48)

  tersebut digambarkan oleh anak-anak dengan beragai macam bentuk yang beragam.

No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%) 3. Bentuk

pohon dan pohon

buah-buahan

yang ada di hutan

2 anak

1 anak

4 anak

15 anak

4 %

2 %

8 %


(49)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

1 anak

3 anak

3 anak

11 anak

9 anak

2 %

6 %

6 %

22 %


(50)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

Gambar anak yang tidak memiliki

gambar pohon buah-buahan 1 anak 2 %

Total 50 anak 100%

Tabel 8. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Cara Wimba Bentuk Pohon dan Pohon Buah-buahan yang Ada di Hutan

4. Sungai

Cara menangkap sebuah cerita yang didalamnya terdapat tokoh utama beserta suasana lingkungan yang mendukungnya berbeda-beda dari satu anak dengan anak yang lainnya. Akan tetapi pada tabel dibawah, terdapat anak-anak menggambarkan pada dongeng ‘Kancil dan Buaya’ hanya tokoh utamanya saja yang menjadi fokus anak-anak gambarkan yaitu objek Kancil dan Buaya.


(51)

  Selain itu ada juga sebagian anak yang memperhatikan detail-detail yang anak-anak lain tidak pikirkan, yaitu bentuk gambar objek Raja Sulaiman.

No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%) 4. Sungai

2 anak

2 anak

7 anak

9 anak

4 anak

4 %

4 %

14 %

18 %


(52)

  No. Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%)

Gambar anak yang tidak memiliki gambar bentuk sungai

17 anak

9 anak

34 %

18 %

18 %

Total 50 anak 100%

Tabel 9. Tabel Pengelompokan Berdasarkan Cara Wimba Bentuk Sungai

5. Raja Sulaiman

Penggambaran bentuk tokoh Raja yang digambarkan secara nyata seperti anak kecil yang memakai topi. itulah kelebihan anak-anak yang memilki imajinasi tinggi bisa menggambarkan sesosok Raja menurut imajina simasing-masing anak tersebut.


(53)

  No Wimba Gambar

Jumlah (∑)

Persentase (%) 5. Raja

Sulaiman

Gambar anak yang tidak memiliki gambar bentuk Raja Sulaiman

2 anak

48 anak

4 %

96 %

Total 50 anak 100%


(54)

  4.2. Analisa Pola Bahasa Rupa Wimba, Cara Wimba dan Tata Ungkap

Analisa pola wimba yang akan dianalisa pada tabel dibawah yaitu dilihat kelengkapan setiap gambarnya dilihat dari wimba-wimba yang digambarkan oleh anak-anak yaitu wimba kancil, buaya, hutan, sungai, pohon buah-buahan Raja Sulaiman dan pada saat suasana pesta.

4.2.1. Wimba

Wimba adalah suatu obyek yang dicandera (digambar atau dideskripsikan). Misalkan dalam bidang karya seni rupa berupa gambar, ada obyek binatang sapi, maka wimba gambar tersebut adalah sapi. Wimba = Objek gambar.

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan

Raja Sulai man

Pesta

1.

2.

3.

-

-

-

-

-

-

-

-


(55)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 4. 5. 6. 7. 8. 9.               - - - - - - - -- - - - -


(56)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 10 11 12 13 14       - - - - - - -- - - -


(57)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 15 16 17 18 19 20       - - - - - - -- - - - -


(58)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 21 22 23 24 25 26       - - -- - - - - - - - - - - -- - - - -


(59)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 27 28 29 30 31 32       -√ - - - - - - - - - - - - - -- - - - -


(60)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 33 34 35 36 37 38                 -√ - - - - - - - - - -- - - - -


(61)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 39 40 41 42 43 44                 - - - - - - - - - - -√ - - - -


(62)

 

No Gambar

Wimba

Kancil Buaya Hutan Sungai Pohon Buah-buahan Raja Sulai man Pesta 45 46 47 48 49 50                             - - - - - - - - - - - - - - - - -


(63)

  Data gambar-gambar anak telah dikelompokan dan dilihat dari wimba nya maka dapat terlihat ada yang memiliki persamaan dan perbedaan dari wimba-wimbanya tersebut dari setiap gambarnya. Maka, untuk lebih dalam menganalisa dari cara wimba dan tata ungkap dalamnya akan diambil beberapa sampel saja berdasarkan pengelompokan wimba Kancil dan merupakan diambil dari beberapa gambar yang khas dan paling menonjol dari gambar-gambar lainnya. Kancil yang digambarkan yang berdiri menggunakan kedua kaki, kaki-kaki kancil yang digambarkan terlihat semua, kancil yang digambarkan seperti kucing dengan kedua kakinya yang terlihat, Kancil yang digambarkan seperti seekor anjing, penggambaran bentuk kancil yang digambarkannya aneh tidak jelas, dan penggambaran kaki-kaki kancil yang kecil seperti kaki ayam.

4.2.2. Cara Wimba dan Tata Ungkapan Dalam

1. Kancil yang digambarkan berdiri menggunakan kedua kaki

Cara penggambaran (cara wimba) dan cara menyusun berbagai wimba (tata ungkapan) dari sebuah bidang gambar terlihat dari berbagai macam cara wimba dan tata ungkapan dalamnya. Sudut pengambilan gambar yang terlihat aneka tampak bisa terlihat dari wimba buaya yang terlihat dari tampak atas terlihat keseluruhan bagian tubuhnya serta wimba kancil yang terlihat tampak samping.


(64)

  Cara Wimba Analisa

Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas.

Menyatakan ruang:

Tepi bawah sama dengan garis tanah

Terlihat penggambaran gambar tepi bawah bidang gambar dijadikan tepi bawah tanah objek gambar tersebut berpijak.

Sudut

pengambilan:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

pengambilan gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut.

Menyatakan gerak:

Ciri gerak

Terlihat digambarkan kaki kancil yang seperti sedang berjinjit.

Skala:

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya. Menyatakan waktu dan ruang: Kronologis di suatu gambar

Terlihat wimba pohon dari paling atas yang belum berbuah sampai ke yang paling rendah yang siap dipetik buahnya.

Penggambaran:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

penggambaran gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut.

Menyatakan penting:

Tampak khas

Bentuk kancil yang dugambarkan tampak berbeda dari wimba lain. Cara dilihat: Arah lihat berkeliling Membawa pelihat keseluruh pandangan.

Gambar 19. Kancil yang digambarkan berdiri menggunakan kedua kaki Sumber : Dokumentasi Pribadl


(65)

  2. Kaki-kaki Kancil yang digambarkan terlihat semua

Terlihat penggambaran wimba kancil dan buaya dari sudut penggambarannya dari samping dengan berbagai bentuk penggambaran buaya dengan hanya sebagian tubuhnya saja yang muncul ke permukaan serta terlihat keseluruhan bentuk buaya dari kepala sampai kaki.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas, adapun

penggambaran wimba buaya yang hanya terlihat bagian badannya saja saat muncul ke permukaan.

Menyatakan ruang:

Identifikasi ruang

Terlihat jenis-jenis suatu ruang atau lokasi yang berbeda. Sudut pengambilan: Tampak samping Terlihat sudut

pengambilan gambar dari samping.

Menyatakan gerak:

Ciri gerak

Terlihat kaki kancil yang digambarkan sedang mengacung member perintah pada buaya serta kancil yang sedang melompat diatas punggung buaya.

Skala:

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya.

Menyatakan waktu dan ruang:

Kronologis di satu gambar

Tampak jelas

menceritakan sebuah kronologis dongeng ‘Kancil dan Buaya’ pada saat berkumpul dan kancil yang menyebrang menggunakan punggung buaya. Penggambaran: Tampak samping Terlihat penggambaran wimba dari samping.

Menyatakan penting:

Frekuensi penampilan

Tokoh kancil dan buaya sering jelas terlihat dan paling dominan. Cara dilihat: Arah lihat berkeliling Membawa pelihat keseluruh pandangan, untuk menjelajah gambar.


(66)

  Gambar 20. Kaki-kaki kancil yang digambarkan terlihat semua

Sumber : Dokumentasi Pribadl

3. Kancil yang digambarkan seperti kucing dengan kedua kakinya yang terlihat.

Penggambaran wimba kancil dan buaya dari sudut penggambarannya dari samping dengan penggambaran wimba buaya yang tidak memiliki duri ditubuhnya dan wimba kancil yang digambarkan seperti seekor kucing yang sedang berpindah tempat dari awal kancil pergi menyebrangi sungai melewati punggung buaya hingga ke tepi sungai sebrang.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas.

Menyatakan ruang:

Digeser

Cara penggambaran wimba sebagian yang digeser horizontal, sehingga tampak dan dapat diceritakan. Sudut pengambilan: Tampak samping Terlihat sudut

pengambilan gambar dari samping. Menyatakan gerak: Ciri gerak Kancil yang digambarkan berpindah dari ujung satu ke ujung satunya lagi terlihat sepeti berjalan.


(67)

  Skala:

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya.

Menyatakan waktu dan ruang:

Cara kembar

Wimba kancil digambarkan dua kali dalam satu bidang gambar menyatakan kancil tersebut berpindah tempat dan waktu.

Penggambaran:

Tampak samping

Terlihat penggambaran wimba dari samping.

Menyatakan penting:

Diperbesar

Tokoh kancil yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya.

Cara dilihat:

Arah lihat dari kanan ke kiri

Untuk dapat mengikuti ceritanya bisa di mulai dan dilihat dari arah kanan ke kiri, terjadi seolah-olah bergerak karena adanya perppindahan wimba kancil.

 

Gambar 21. Kancil yang digambarkan seperti kucing dengan kedua kakinyayang terlihat Sumber : Dokumentasi Pribadl


(68)

  4. Kancil yang digambarkan seperti seekor anjing

Wimba kancil yang digambarkan dengan sudut pengambilan dan penggambaran wimba tampak samping terlihat jelas wimba kancil yang menyerupai seekor anjing. Cara Wimba Analisa

Cara Wimba

Tata ungkapan

Dalam Tata Ungkapan DalamAnalisa    Ukuran

pengambilan:

Dari kepala sampai kaki

Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas, tetapi pada wimba buaya tampak dari kepala sampai badan.

Menyatakan ruang:

Rebahan

Terlihat keseluruhan wimba, tidak ada wimba yang tertutup. Sudut pengambilan: Tampak samping Terlihat sudut

pengambilan gambar dari samping.

Menyatakan gerak:

Ciri gerak

Buaya yang

digambarkan dari arah kanan perlahan-lahan menghilang menjadi ke arah sebelah kiri.

Skala:

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri.

Penggambaran:

Tampak samping

Terlihat penggambaran wimba dari samping.

Menyatakan penting:

Diperbesar

Tokoh kancil yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya.

Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

Gambar 22. Kancil yang digambarkan seperti seekor anjing Sumber : Dokumentasi Pribadl


(69)

  5. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkan aneh

tidak jelas

Penggambaran wimba kancil yang tidak begitu jelas serta wimba buaya, digambarkan dengan sudut pengambilan dan penggambaran wimba aneka tampak.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai badan Cara penggambaran suatu wimba yang digambarkan dari kepala sampai badan.

Menyatakan ruang:

Rebahan

Terlihat keseluruhan wimba, tidak ada wimba yang tertutup.

Sudut

pengambilan:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

pengambilan gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut.

Menyatakan gerak:

Ciri gerak

Buaya yang

digambarkan dari arah kanan perlahan-lahan ukurannya diperbesar dari arah kanan ke kiri.

Skala :

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri.

Penggambaran:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut penggambaran.

Menyatakan penting:

Diperbesar

Tokoh kancil dan buaya yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya.

Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

 

Gambar 23. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkannya aneh tidak jelas (1) Sumber : Dokumentasi Pribadl


(70)

  Cara Wimba Analisa

Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki Cara penggambaran suatu wimba yang digambarkan dari kepala sampai badan.

Menyatakan ruang:

Tepi bawah sama dengan garis tanah

Terlihat penggambaran gambar jelas tepi bawah bidang gambar

dijadikan tepi bawaj tanah objek gambar berpijak. Sudut pengambilan: Tampak samping Terlihat sudut

pengambilan gambar dari samping.

Menyatakan gerak:

Ciri gerak

Buaya yang

digambarkan dari arah kanan perlahan-lahan menjauh dan mendekati tepi sebelah kiri.

Skala :

Ukuran raksasa

Dilihat dari secara keseluruhan wimba yang ada di dalam gambar, terlihat wimba kancil dan buaya berukuran raksasa bila dibandingkan dengan wimba lainnya. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri.

Penggambaran:

Tampak samping

Terlihat penggambaran wimba dari samping.

Menyatakan penting:

Diperbesar

Tokoh kancil dan buaya yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya.

Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

 

Gambar 24. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkannya aneh tidak jelas (2) Sumber : Dokumentasi Pribadl


(71)

  6. Penggambaran bentuk kaki kancil seperti kaki ayam

Kaki-kaki wimba kancil yang digambarkan menyerupai seperti kaki ayam yang anak gambarkan.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba Tata ungkapan Dalam Analisa  Tata Ungkapan Dalam  Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas, adapun

penggambaran wimba buaya yang hanya terlihat bagian badannya saja.

Menyatakan ruang:

Ruang angkasa

Tidak ada garis tanah yang begitu jelas, wimba-wimba terlihat terbang.

Sudut

pengambilan:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

pengambilan gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri.

Skala:

Ukuran raksasa

Dilihat dari secara keseluruhan wimba yang ada di dalam gambar, terlihat wimba kancil dan buaya yang sedikit diperbesar bila dibandingkan dengan wimba lainnya. Menyatakan penting: Tampak khas Wimba-wimba yang ditampakkan secara khas dari wimba lainnya.

Penggambaran:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut penggambaran.

Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

Gambar 25. Penggambaran kaki- kaki kancil yang kecil seperti kaki ayam Sumber : Dokumentasi Pribadi


(72)

 

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa yang berbentuk analisa tabel bahasa rupa, objek gambar serta analisa bahasa rupa maka penulis menyimpulkan bahwa dilihat dari wimbanya, siswa SDN Cangkuang VI menggambarkan gerak sebuah objek atau wimba dengan ciri yang mudah diamati seperti menggunakan dua wimba dengan ukuran yang berbeda, serta dengan alur cerita yang mudah diikuti juga kronologisnya. objek atau wimba kancil dan buaya tak luput menjadi perhatian paling utama yang digambarkan oleh siswa SDN Cangkuang VI, tetapi adapun satu gambar yang sulit dibaca dan dianalisa bahasa rupanya. Objek binatang yang digambarkan oleh siswa SDN Cangkuang VI sangat beragam, berbagai macam bentuk kancil, buaya, pohon buah-buahan serta objek-objek lainnya yang berbeda satu sama lainnya. Ada sebagian anak yang menggunakan sistem Ruang-Waktu-Datar, terutama waktu dengan memperlihatkan wimba matahari. Hanya terdapat beberapa gambar siswa SDN Cangkuang VI yang memvisualisasikan dongeng ‘Kancil dan Buaya’ objek atau wimbanya secara lengkap dan hanya terdapat dua anak yang menggambarkan sosok seorang Raja Sulaiman.


(73)

  Dilihat dari cara wimba, siswa SDN Cangkuang VI tidak mengenal ukuran penggambaran Close Up yang menampakan sebagian objek yang lebih dekat dengan ditambah bagian yang berhubungan erat sebagai pendukung. Seluruh anak menggambarkan objeknya dari kepala sampai kaki. Serta tata ungkapan dalamnya, tidak terdapat gambar yang menggunakan sistem menggambar perspektif (Naturalis-Perspektif-Momen). Untuk menyatakan ruang kebanyakan menggunakan teknik rebahan, sejumlah latar, ruang angkasa dan tepi bawah sama dengan garis tanah. Siswa SDN Cangkuang VI menggambarkan objek dari sudut pandang yang khas yaitu aneka tampak.

Gambar anak SDN Cangkuang VI memang menggunakan sistem Ruang-Waktu-Datar, bukan sistem Naturalis-Perspektif-Momen Opname. Terlihat dari penggunaan aneka jarak, aneka arah, dan aneka tampak dan menyatakan gerak.


(74)

 

DAFTAR PUSTAKA

Febrianto, Alpha. 2006. Tesis: Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Bahasa Rupa dan Objek Gambar Karya Anak-anak Kampung Kota di Kota Bandung. Bandung: ITB.

Kartiko widi, Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Bandung: Graha Ilmu.

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.

---. 1991. Disertasi FSRD ITB. Bandung: ITB.

Taswadi. 2000. Tesis: Menilik Perbendaharaan Bahasa Rupa. Bandung: ITB.

---. 2000. Tesis Menafsirkan Makna Bentuk Gambar Anak – anak. Bandung ITB.


(1)

5. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkan aneh

tidak jelas

Penggambaran wimba kancil yang tidak begitu jelas

serta wimba buaya, digambarkan dengan sudut

pengambilan dan penggambaran wimba aneka tampak.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba

Tata ungkapan Dalam

Analisa

 

Tata

 

Ungkapan

 

Dalam

 

Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai badan

Cara penggambaran suatu wimba yang digambarkan dari kepala sampai badan.

Menyatakan ruang: Rebahan

Terlihat keseluruhan wimba, tidak ada wimba yang tertutup.

Sudut

pengambilan: Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

pengambilan gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut.

Menyatakan gerak: Ciri gerak

Buaya yang

digambarkan dari arah kanan perlahan-lahan ukurannya diperbesar dari arah kanan ke kiri. Skala :

Lebih kecil dari aslinya

Semua wimba

digambarkan lebih kecil dari aslinya. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri. Penggambaran:

Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut penggambaran.

Menyatakan penting: Diperbesar

Tokoh kancil dan buaya yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya. Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

 

Gambar 23. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkannya aneh tidak jelas (1)


(2)

 

Cara Wimba Analisa

Cara Wimba

Tata ungkapan Dalam

Analisa

 

Tata

 

Ungkapan

 

Dalam

 

Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki

Cara penggambaran suatu wimba yang digambarkan dari kepala sampai badan.

Menyatakan ruang:

Tepi bawah sama dengan garis tanah

Terlihat penggambaran gambar jelas tepi bawah bidang gambar

dijadikan tepi bawaj tanah objek gambar berpijak. Sudut pengambilan: Tampak samping Terlihat sudut

pengambilan gambar dari samping.

Menyatakan gerak: Ciri gerak

Buaya yang

digambarkan dari arah kanan perlahan-lahan menjauh dan mendekati tepi sebelah kiri. Skala :

Ukuran raksasa

Dilihat dari secara keseluruhan wimba yang ada di dalam gambar, terlihat wimba kancil dan buaya berukuran raksasa bila dibandingkan dengan wimba lainnya. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri.

Penggambaran: Tampak

samping

Terlihat penggambaran wimba dari samping.

Menyatakan penting: Diperbesar

Tokoh kancil dan buaya yang diperbesar berbeda dari ukuran wimba-wimba lainnya. Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri

 

Gambar 24. Penggambaran bentuk kancil yang digambarkannya aneh tidak jelas (2)


(3)

6. Penggambaran bentuk kaki kancil seperti kaki ayam

Kaki-kaki wimba kancil yang digambarkan menyerupai

seperti kaki ayam yang anak gambarkan.

Cara Wimba Analisa Cara Wimba

Tata ungkapan Dalam

Analisa

 

Tata

 

Ungkapan

 

Dalam

 

Ukuran pengambilan: Dari kepala sampai kaki

Komposisi gambar dongeng ‘Kancil dan Buaya’dengan seluruh latar belakang terlihat jelas, adapun

penggambaran wimba buaya yang hanya terlihat bagian badannya saja.

Menyatakan ruang:

Ruang angkasa

Tidak ada garis tanah yang begitu jelas, wimba-wimba terlihat terbang.

Sudut

pengambilan: Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut

pengambilan gambar. Bisa dilihat dari berbagai macam sudut. Menyatakan waktu dan ruang: Urutan disuatu latar

Terlihat dari kanan ke kiri wimba yang ada disebelah kanan diceritakan terlebih dahulu bari ke kiri. Skala:

Ukuran raksasa

Dilihat dari secara keseluruhan wimba yang ada di dalam gambar, terlihat wimba kancil dan buaya yang sedikit diperbesar bila dibandingkan dengan wimba lainnya. Menyatakan penting: Tampak khas Wimba-wimba yang ditampakkan secara khas dari wimba lainnya.

Penggambaran: Aneka tampak

Terlihat dari berbagai macam sudut penggambaran. Cara dilihat:

Arah lihat berkejaran

Arah lihat yang ditentukan dari adegan wimbanya dalam keadaan gerakan searah baik ke kanan maupun ke kiri


(4)

 

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa yang berbentuk analisa tabel bahasa rupa,

objek gambar serta analisa bahasa rupa maka penulis menyimpulkan

bahwa dilihat dari wimbanya, siswa SDN Cangkuang VI

menggambarkan gerak sebuah objek atau wimba dengan ciri yang

mudah diamati seperti menggunakan dua wimba dengan ukuran yang

berbeda, serta dengan alur cerita yang mudah diikuti juga

kronologisnya. objek atau wimba kancil dan buaya tak luput menjadi

perhatian paling utama yang digambarkan oleh siswa SDN

Cangkuang VI, tetapi adapun satu gambar yang sulit dibaca dan

dianalisa bahasa rupanya. Objek binatang yang digambarkan oleh

siswa SDN Cangkuang VI sangat beragam, berbagai macam bentuk

kancil, buaya, pohon buah-buahan serta objek-objek lainnya yang

berbeda satu sama lainnya. Ada sebagian anak yang menggunakan

sistem Ruang-Waktu-Datar, terutama waktu dengan memperlihatkan

wimba matahari. Hanya terdapat beberapa gambar siswa SDN

Cangkuang VI yang memvisualisasikan dongeng ‘Kancil dan Buaya’

objek atau wimbanya secara lengkap dan hanya terdapat dua anak

yang menggambarkan sosok seorang Raja Sulaiman.


(5)

Dilihat dari cara wimba, siswa SDN Cangkuang VI tidak

mengenal ukuran penggambaran

Close Up

yang menampakan

sebagian objek yang lebih dekat dengan ditambah bagian yang

berhubungan erat sebagai pendukung. Seluruh anak menggambarkan

objeknya dari kepala sampai kaki. Serta tata ungkapan dalamnya,

tidak terdapat gambar yang menggunakan sistem menggambar

perspektif (Naturalis-Perspektif-Momen). Untuk menyatakan ruang

kebanyakan menggunakan teknik rebahan, sejumlah latar, ruang

angkasa dan tepi bawah sama dengan garis tanah. Siswa SDN

Cangkuang VI menggambarkan objek dari sudut pandang yang khas

yaitu aneka tampak.

Gambar anak SDN Cangkuang VI memang menggunakan

sistem Ruang-Waktu-Datar, bukan sistem Naturalis-Perspektif-Momen

Opname. Terlihat dari penggunaan aneka jarak, aneka arah, dan

aneka tampak dan menyatakan gerak.


(6)

 

DAFTAR PUSTAKA

Febrianto, Alpha. 2006.

Tesis: Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap

Bahasa Rupa dan Objek Gambar Karya Anak-anak Kampung

Kota di Kota Bandung

. Bandung: ITB.

Kartiko widi, Restu. 2010.

Asas Metodologi Penelitian.

Bandung: Graha Ilmu.

Tabrani, Primadi. 2005.

Bahasa Rupa.

Bandung: Kelir.

---. 1991.

Disertasi FSRD ITB.

Bandung: ITB.

Taswadi. 2000.

Tesis: Menilik Perbendaharaan Bahasa Rupa.

Bandung: ITB.

---. 2000.

Tesis Menafsirkan Makna Bentuk Gambar Anak – anak.

Bandung ITB.