tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan. Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air
atau eter Anonim, 1986. Air memiliki gaya ekstraksi yang menonjol untuk banyak bahan
kandungan simplisia yang aktif secara terapetik, tetapi sekaligus juga mampu mengekstraksi sejumlah besar bahan pengotor. Keburukannya adalah dapat
menyebabkan reaksi pemutusan secara hidrolitik dan fermentatif yang mengakibatkan cepatnya perusakan bahan aktif. Larutan dalam air juga mudah
dikontaminasi Voigt, 1995. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan
kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit Anonim, 1986. Pada penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi atas dasar
beberapa faktor, seperti sifat dari bahan mentah dan kepentingan dalam memperoleh ekstraksi yang sempurna atau mendekati sempurna, umumnya yang
digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan khususnya campuran etanol-air. Etanol 70 volume sangat efektif
dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal dimana bahan balas hanya sedikit turut ke dalam cairan pengekstraksi Voigt, 1995.
3. Gel dan Absorbsi Obat Melalui Kulit
a. Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang tediri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan Ansel, 1989. Gel dapat diberikan untuk penggunaan topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh Syamsuni,
2006. Gel merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan sebagai
cangkang kapsul dari gelatin, untuk obat yang digunakan secara langsung pada kulit, selaput lendir atau mata dan disuntikkan intramuscular ke dalam badan. Gel
digunakan ke dalam produk yang luas mencakup shampoo, pasta gigi, kulit dan rambut Lieberman, et. al., 1996
Karakter gel perlu memenuhi penggunaan yang diharapkan. Topikal gel mempunyai sifat yang tidak terlalu pekat. Telalu tinggi suatu konsentrasi gel atau
bobot molekul yang berlebih akan menghasilkan gel yang pekat dalam penerapannya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu produk gel hemat
yang rapi, yang sesuai untuk penggunaan yang diharapkan Lieberman, et. al., 1996.
Karakter dari gelling agent akan menentukan teknik preparasi penggunaan Allen, 2002. Penggunaan gelling agent dalam formula perlu dipertimbangkan
yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan tube selama pemakaian topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka terhadap penurunan derajat
mikrobial penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah kontaminasi dan hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan mikrobial Lieberman, et. al.,
1996
b. Dasar Gel Berdasarkan komposisi basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel
hidrofobik dan basis gel hidrofilik Ansel, 1998. Basis gel hidrofobik, umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, apabila ditambahkan ke dalam fase
pendispersi, bilamana ada, hanya sedikit sekali terjadi interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar,
tetapi harus dirancang dengan prosedur yang khusus Ansel, 1989. Dasar gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar
dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Pada umumnya, karena daya tarikmenarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik
kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan – bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas
yang lebih besar Ansel, 1989. Keuntungan gel hidrofilik yaitu :
a Daya sebarnya pada kulit baik.
b Efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit.
c Tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, khususnya respiratio sensibilis,
oleh karena tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menghambat pori-pori kulit.
d Mudah dicuci dengan air memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh
yang berambut. e
Tampak putih dan bersifat lembut dengan pengecualian krem dan stearat. f
Pelepasan obatnya baik Ansel, 2002.
Gel hidrofilik umunya mengandung komponen bahan pembengkakan, air, penahan lembab dan bahan pengawet. Penahan lembab yang ditambahkan, yang
juga berfungsi sebagai pembuat lunak harus memenuhi berbagai hal. Pertama, harus mampu meningkatkan kelembutan dan daya sebar sediaan, kedua
melindungi gel dari kemungkinannya menjadi kering. Sebagai penahan lembab dapat digunakan gliserol, sorbitol, etilenglikol dan 1,2-propilenglikol dalam
konsentrasi 10-20 . Hidrogel merupakan sediaan yang dapat dioleskan, yang terbentuk melalui pembengkakan terbatas bahan makromolekul organik atau
senyawa anorganik. Hidrogel tergolong ke dalam kelompok besar heterogel kaya cairan kandungan air 80-90 . Disebabkan oleh tingginya kandungan air
sampai 70 sediaan ini dapat mengalami kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet Voigt, 1995. Dasar
gel hidrofilik antara lain bentonit, silika vegum, pektin, tragakan, metillsellulosa, karbomer Allen, 2002.
c. Absorpsi Obat Melalui Kulit Prinsip absorpsi obat atau zat melalui kulit adalah difusi yaitu proses
dimana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul Anief, 1997.
Jumlah obat yang berpindah melalui lapisan kulit tergantung pada karakteristik obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya, minyak
dan air merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan lapisan kulit Ansel, 1989.
Absorbsi perkutan adalah absorbsi bahan dari luar kulit masuk ke dalam kulit dan aliran darah Ansel, 1985. Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah
difusi pasif. Difusi pasif adalah proses dimana substansi dari daerah suatu sistem konsentrasi tinggi ke daerah lain konsentrasi rendah dan terjadi penurunan
kadar gradien diikuti bergeraknya molekul Anief, 1997.
Persamaan kecepatan difusi menurut hukum Fick I Martin, 1993: dc=DxA
x K
C
1
-C
2
1 dt V x h
dC = kecepatan difusi obat persatuan waktu dt
D = koefisien difusi cm
2
dt A = luas permukaan membran cm
2
K = koefisien partisi V = viskositas zat
h = ketebalan membran cm C
1
= konsentrasi obat dalam sediaan g cm
3
C
2
= konsentrasi obat yang dilepaskan g cm
3
Difusi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1.
Konsentrasi obat : semakin besar konsentrasi zat aktif, difusi obat akan semakin baik.
2. Koefisien partisi : perbandingan konsentrasi dalam dua fase. Semakin besar
koefisien partisi dan semakin cepat difusi obat. 3.
Koefisien difusi : semakin luas membran, koefisien difusi semakin besar, difusi obat akan semakin meningkat.
4. Viskositas : semakin besar viskositas konsistensi suatu zat, koefisien difusi
semakin besar, dan difusi akan semakin lambat.
5. Ketebalan membran : semakin tebal membran, difusi akan semakin lambat
Martin, 1993. Dari segi fisiologi faktor yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya
absorpsi perkutan adalah luas daerah permukaan dan banyaknya pemakaian Anief, 1997.
4. Luka Bakar