Perpajakan lanjutan
Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja memperoleh penghasilan dari luar negeri, misalnya melalui kantor cabang di luar negeri melalui anak perusahaan di luar negeri,
penggunaan modal di luar negeri, dan lain-lain. Penghasilan dari luar negeri itu
tentu dikenai pajak di negeri asal dari penghasilan tersebut. Hal ini sudah pasti
memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan
yang sama juga dikenai PPh dengan tarif pasal 17 (terjadinya pajak berganda
Saat pengkreditan pajak luar negeri adalah pada tahun pajak di mana
penghasilan dari luar negeri digabung dengan penghasilan dari dalam
negeri.Saat penggabungan penghasilan dari luar negeri
Penghasilan dari usaha yang berasal dari luar negeri digabungkan dengan
penghasilan dari dalam negeri pada tahun olehnya penghasilan dari luar
negeri tersebut.Penghasilan berupa dividen yang berasal dari luar negeri digabungkan dengan penghasilan dari dalarn negeri pada bulan keempat atau bulan ketujuh setelah akhir tahun pajak (rinciannya lihat Kepmenkeu Nomor 650/KMK.04/1994).
Saat penggabungan penghasilan dari luar negeri
Penghasilan dari sumber lainnya yangberasal dari luar negeri digabungkan
dengan penghasilan dari dalarn negeri pada tahun diterimanya (secara kas)
penghasilan dari luar negeri tersebut.Penghitungan Besarnya Batas Kredit Pajak Luar Negeri
Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri
adalah pajak atas penghasilan berkenaan dengan usaha atau pekerjaan di luar negeri. Sedangkan usaha atau pekerjaan di luar negeri. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak atas penghasilanPenghitungan Besarnya Batas Kredit Pajak Luar Negeri
Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenai atas penghasilan yang diperoleh Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tidak otomatis dikreditkan
seluruhnya dengan PPh yang terutang di dalam negeri. Batasannya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebesar pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh lebih besar dari (pilih hasil yang paling kecil dari perhitungan berikut): besar dari (pilih hasil yang paling kecil dari perhitungan berikut): i) Perbandingan penghasilan luar negeri dengan jumlah penghasilan dalam negeri dan luar negeri dikalikan dengan PPh Terutang atas jumlah
Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tidak otomatis dikreditkan seluruhnya dengan
PPh yang terutang di dalam negeri. Batasannya adalah sebagai berikut:b) Persyaratan perhitungan besarnya kredit pajak luar negeri adalah: i) Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh dikompensasikan dengan penghasilan lainnya, sepanjang WP Dalam Negeri atau WP BUT di Indonesia mempunyai kewajiban untuk melaporkan Income Tax Return Luar Negeri (wajib SPT di luar negeri karena merupakan WP di luar negeri).
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikredit
penentuan negara sumber penghasilan adalah: Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat Badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan;
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikredit
penentuan negara sumber penghasilan adalah:Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak
Kredit pajak LN maksimal sama dengan jumlah
pajak yang dibayar di LN tapi tidak boleh lebih
tinggi dari rumus : tinggi dari rumus :Persyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negeri
1. WP yang bersangk:utan menyampaikan permohonan ke Dirjen Pajak
(Kepala KPP) pada saar pelaporan SPT Tahunan melalui SPTTahunan PPh (dalam formulir 1771-III atau formulir 177b-II SPT Tahunan PPhsudah tercantum permohonan I termaksud) dengan melampirkan:
i) Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal i) Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negen. ii) Fotokopi SPT (Tax Return) yang dilaporkan di luarPersyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negeri
2. Jika penghasilan luar negeri berubah, maka i) SPT Tahunan PPh WP Dalam Negeri/BUT dibetulkan, dilampiri dokumen terkait ii) Kekurangan bayar akibat pembetulan tersebut tidak ii) Kekurangan bayar akibat pembetulan tersebut tidak dikenai sanksi bunga.
ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
- - PPh Dipotong Pihak Lain =
ANGSURAN ANGSURAN PPh PPh PASAL 25
PASAL 25 PPh Pasal 21 PPh Pasal 22 PPh Dipotong Pihak PPh Dipotong Pihak Lain
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
PASAL 25 KONDISI KHUSUS Tidak Diikutkan Dalam PENGHASILAN Perhitungan Angsuran TIDAK TERATUR TIDAK TERATUR PPh Pasal 25 PPh Pasal 25
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
84/KMK.03/2002 tanggal Tertentu
03 Agustus 2002
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
Mendaftarkan Diri Setiap Gerai
Melaporkan SPT Masa PPh Melaporkan SPT Masa PPh
KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN KONDISI KHUSUS PERHITUNGAN ANGSURAN PPh ANGSURAN PPh PASAL 25
Contoh Contoh Soal Soal :: 1.
Dr. Aldi Kurniawan adalah seorang dokter ternama di Bandung dan menjalankan praktek dengan mendapatkan penghasilan bruto atas prakteknya dengan princian sebagai berikut :
Bulan Nilai Pendapatan Bruto (Rp)
Januari 2.000.000 Februari 3.000.000 Maret 2.500.000 Maret 2.500.000 April 3.500.000 Mei 1.250.000
JENIS PENGHASILAN JENIS PENGHASILAN
KARYAWAN 1721-A1 / 1721-A2 HASIL DARI USAHA BEBAS PENGHASILAN PENGHASILAN
PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 (Non Final)
PPh Pasal 22 PENGHASILAN KARYAWAN HASIL DARI
Bukti Pemotongan/Pemun gutan PPh Pasal 21
PENGHASILAN (Final)
HASIL DARI USAHA BEBAS
PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – 1721 A1 / 1721 A2 1721 A1 / 1721 A2
Pegawai Tetap Penerima Pensiun/Tabungan1721 A1
Hari Tua/Jaminan Hari Tua
KARYAWAN
PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – 1721 A1 / 1721 A2 1721 A1 / 1721 A2
1. Gaji/Pensiun atau THT/JHT
2. Tunjangan PPh
3. Tunjangan Lainnya, Uang Lembur , dsb
4. Honorarium dan Imbalan Lain Sejenis
5. Premi Asuransi Dibayar Pemberi Kerja
6. Penerimaan Dalam Bentuk Natura
7. Jumlah (01 s.d. 06)
8. Tantiem, Bonus, Gratifikasi, Jasprod, THR
9. Jumlah Penghasilan Bruto (07 + 08)
10. Biaya Jabatan/Biaya Pensiun atas No. 7
11. Biaya Jabatan/Biaya Pensiun atas No. 8
12. Iuran Pensiun atau Iuran THT/JHT
12. Iuran Pensiun atau Iuran THT/JHT
13. Jumlah Pengurangan (10 + 11 + 12)
1721 A1
14. Jumlah Penghasilan Neto (09 – 13)
PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – 1721 A1 / 1721 A2 1721 A1 / 1721 A2
1. Gaji Pokok/Pensiun
2. Tunjangan Isteri
3. Tunjangan Anak
4. Jumlah Gaji dan Tunjangan Keluarga (01 + 02 + 03)
5. Tunjangan Perbaikan Penghasilan
6. Tunjangan Struktural dan Fungsional
7. Tunjangan Beras
8. Tunjangan Khusus 9.
9. Tunjangan Lain-Lain Tunjangan Lain-Lain
10. Jumlah ( 04 s.d. 09)
11. Biaya Jabatan/Biaya Pensiun
1721 A2
12. Iuran Pensiun
PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – PENGHASILAN DARI PEMBERI KERJA – 1721 A1 / 1721 A2 1721 A1 / 1721 A2 5% dari Penghasilan Bruto Maksimal Rp.
Biaya Jabatan 1.296.000/tahun atau Rp.
108.000/bulan
Pengurang Khusus Karyawan
KONDISI KHUSUS DALAM PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KONDISI KHUSUS DALAM PERHITUNGAN PPh PASAL 21
Beberapa Kondisi Pergantian
Kantor Cabang Lama Gaji dihitung berdasarkan jumlah bulan pekerjaan.
Biaya jabatan dihitung sebesar lama nya bulan pekerjaan. Penghasilan Neto disetahunkan. PTKP dihitung 1 tahun penuh. PPh Terhutang dihitung selama bulan pekerjaan.
Beberapa Kondisi Khusus bagi WP OP status Karyawan
Pergantian Cabang
Pemberi Kerja selama bulan pekerjaan.
Gaji dihitung berdasarkan sisa jumlah
KONDISI KHUSUS DALAM PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KONDISI KHUSUS DALAM PERHITUNGAN PPh PASAL 21
Beberapa Kondisi
Pemberi Kerja Lama Gaji dihitung berdasarkan jumlah bulan pekerjaan.
Biaya jabatan dihitung sebesar lama nya bulan pekerjaan. Penghasilan Neto selama bulan pekerjaan. PTKP dihitung 1 tahun penuh. PPh Terhutang khusus selama bulan pekerjaan.
Beberapa Kondisi Khusus bagi WP OP status Karyawan
Pergantian Pemberi Kerja selama bulan pekerjaan.
Gaji dihitung berdasarkan jumlah
Penghasilan
atau Kerugian dari Seluruh Anggota Keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenakan pajak, dan
pemenuhan kewajiban perpajakannya dilakukan oleh kepala
keluarga, namun untuk beberapa hal-hal tertentu pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut dilakukan secara terpisah. Pengecualian Penghasilan Isteri
Satu Pemberi Kerja
Pengecualian Perjanjian Pisah
Kompensasi Kerugian Kompensasi Kerugian
Kompensasi Khusus WP OP
Yang Dikompensasikan
5 Tahun sejak Kompensasi
Kerugian Yang
Menggunakan Pembukuan
5 Tahun sejak Kerugian Dialami
Pajak Pertambahan Nilai ditetapkan untuk mengganti peranan Pajak penjualan, Pajak Pertambahan Nilai ditetapkan untuk mengganti peranan Pajak penjualan,
karena PPN tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda. Hal ini dikarenakan
Dengan mengenakan PPN atas nilai tambah (added value)
Adapun yang dimaksud nilai tambah adalah suatu nilai Adapun yang dimaksud nilai tambah adalah suatu nilai yang merupakan hasil penjumlahan biaya produksi atau
Karakteristik dan Jiwa PPN
Merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pada setiap mata rantai jalur perusahaan
Bersifat netral dan diharapkan tidak menimbulkan Bersifat netral dan diharapkan tidak menimbulkan efek pajak berganda Karakteristik dan Jiwa PPN
Merupakan pajak konsumsi di dalam negeri
Merupakan pajak objektif
Mekanisme yang diharapkan sederhana dengan Mekanisme yang diharapkan sederhana dengan
adalah pajak yang dikenakan atas pengeluaran
yang ditujukan untuk konsumsi.John F.Due dan Ann F Friedlaender membedakan
pajak atas konsumsi menurut sudut pendekatannya
menjadi dua yaitu :1. Pendekatan langsung, pajak atas pengeluaran (expenditure tax) yaitu pajak yang berlaku bagi seluruh (expenditure tax) yaitu pajak yang berlaku bagi seluruh pengeluaran untuk konsumsi yang merupakan hasil yaitu pajak dikenakan atas penjualan komoditi yang dipungut terhadap pengusaha yang melakukan penjualan. Pajak ini kemudian dialihkan kepada pembeli selaku pemikul beban pajak.
Pajak Pertambahan Nilai termasuk ke dalam kelompok ini. ini. Tarif PPN adalah tunggal atau seragam yaitu 10%. Hal ini dimaksudkan untuk kesederhanaan dalam mekanisme pemungutannya. Satu macam tarif untuk seluruh penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Sehingga tidak Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Sehingga tidak
memerlukan daftar penggolongan barang atau jasa dengan tarifAtas barang mewah, disamping dikenakan PPN juga dikenakan
PPnBM. Hal ini merupakan upaya nyata untuk menegakkan keadilan
dalam pembebanan pajak dan sekaligus merupakan upaya untuk dalam pembebanan pajak dan sekaligus merupakan upaya untuk mengurangi pola konsumsi tinggi yang tidak produktif dalam
Tarif PPnBM berbeda dengan tarif PPN, tarif PPnBM ada beberapa
macam tergantung jenis barang mewahnya. Sehingga diperlukan daftar penggolongan barang mewah dan tarif PPnBM-nya. Daftar daftar penggolongan barang mewah dan tarif PPnBM-nya. Daftar penggolongan barang mewah tersebut diatur dengan PeraturanTarif PPN dan PPNBM Export
Tarif 0%, atau dengan kata lain dibebaskan (PPN atas barang yang
diekspor dapat dikembalikan). Hal ini selaras dengan maksud dari UU PPN dan PPnBM sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri. PPN dan PPnBM sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri. Karakteristik dan Jiwa PPNBM
Merupakan pungutan tambahan disamping PPN
Merupakan pajak tidak langsung yang dipungut sekali pada tingkat pabrikan/saat impor
Merupakan pajak objektif Merupakan pajak objektif Karakteristik PPN dan PPNBM PPN merupakan Pajak Tidak Langsung
Konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak ini secara nyata berkedudukan sebagai pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak adalah Pengusaha Kena Pajakyang bertindak selaku penjual Barang Kena Pajak atau pengusaha Kena Pajak.
Sudut pandang ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yaitu pihak Sudut pandang ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi obyek pajak. Karakteristik PPN dan PPNBM PPN sebagai Pajak Obyektif
Pajak Obyektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor obyektif, yaitu adanya keadaan atau peristiwa. Timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh obyek pajak. Kondisi subyek pajak tidak menentukan. PPN tidak membedakan antara konsumen berupa orang atau badan, antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengkonsumsi tinggi dengan berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengkonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka diperlakukan sama. Karakteristik PPN dan PPNBM PPN terutang dibayar ke kas negara dihitung menggunakan Indirect / Credit Method / Invoice Method.
Substraction Method
Pajak yang dipungut PKP tidak otomatis wajib dibayar ke kas Negara. PPN terutang yang wajib dibayar ke kas Negara merupakan hasil perhitungan mengurangkan PPN yang dibayar kepada PKP lain (Pajak Masukan) dengan PPN yang dipungut dari pembeli (Pajak Keluaran). Pola ini dinamakan Indirect .
Substraction Method
Pajak yang dikurangkan dengan pajak untuk memperoleh jumlah pajak yang Pajak yang dikurangkan dengan pajak untuk memperoleh jumlah pajak yang akan dibayar ke kas Negara dinamakan Tax Credit. Maka pola ini juga dinamakan Credit Method. Karakteristik PPN dan PPNBM PPN bersifat netral
Netralitas PPN dibentuk oleh faktor PPN dikenakan atas konsumsi barang dan jasa, serta faktor dalam pemungutannya PPN menganut prinsip tempat tujuan. Prinsip tempat tujuan PPN dipungut di tempat barang atau jasa dikonsumsi. Komoditi impor akan menanggung beban pajak yang sama dengan barang produksi dalam negeri. Karena barang impor dikonsumsi di dalam negeri. Kompetisi antara komoditi impor dengan produk domestik tidak dipengaruhi Kompetisi antara komoditi impor dengan produk domestik tidak dipengaruhi oleh PPN.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah nilai/harga
rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, apabila tidak terjadi
transaksi jual beli maka NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain melalui perbandingan harga dengan objek lain
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP
Surat Pemberitahuan Pajak terutang
(SPPT) adalah surat yang digunakan
DPJ untuk memberitahukan
besarnya pajak terutang kepada besarnya pajak terutang kepada
1. Letak 2.
Peruntukan 3.
3. Pemanfaatan Pemanfaatan
1. Bahan yang digunakan 2.
Rekayasa 3.
3. Letak Letak
1. Digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum dan tidak mencari keuntungan, antara lain: Tempat ibadah
Tempat pelayanan kesehatan
Tempat pendidikan
Tempat pendidikan
Untuk social
Tarif pajak yang dikenakan terhadap Tarif pajak yang dikenakan terhadap
Yang menjadi dasar dari pengenaan
pajak dalam PBB adalah Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP), yang besarnya
ditentukan setiap 3 tahun dengan
keputusan mentri Keuangan, atau bias keputusan mentri Keuangan, atau bias NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli, ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai jual objek pajak pengganti. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai jual objek pajak pengganti.
Yaitu
menentukan nilai suatu objek (property)
dengan jalan membandingkan objek dengan jalan membandingkan objek
yang dinilai dengan objek lain yang
Yaitu
Menentukan nilai suatu objek
(property) dengan jalan menghitung (property) dengan jalan menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
yaitu
menentukan nilai suatu objek (property)
dengan jalan mengkapitalisasikan
pendapatan bersih dari objek tersebut pendapatan bersih dari objek tersebut
dengan suatu tingkat kapitalisasi
1. Kelompok A (50 klas) dengan klas tertinggi Rp.
3.100.000 per m2 dan klas terendah Rp. 140,-
per m22. Kelompok B (50 klas) dengan klas tertinggi Kelompok B (50 klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp. 68.545.000,- per m2 dan klas sebesar Rp. 68.545.000,- per m2 dan klas
1. Kelompok A (20 klas) dengan klas
tertinggi sebesar Rp. 1.200.000,- per m2
dan klas terendah sebesar Rp. 50.000,- per m2Yang menjadi dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu suatu persentase tertentu dari NJOP. Berdasarkan
UU PBB, NJKP ditentukan serendah rendahnya
20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak. Jual Objek Pajak. Objek pajak perumahan yang wajib pajaknya adalah orang pribadi dengan NJOP atas bumi dan bangunanya sama dengan atau lebih besar Rp. 1 Milyar.
Objek pajak Perkebunan yang luas lahannya
lebih besar atau sama dengan 25 Ha, lebih besar atau sama dengan 25 Ha,
Objek Pajak lainnya yang tidak termasuk ketentuan di atas
Untuk menghitung PBB terhutang ada 4 unsur yang
terlebih dahulu diketahui yaitu:
NJOP : Nilai Jual Objek Pajak
NJOPTKP : Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
NJKP : Nilai Jual Kena Pajak
Tarif Pajak : 0.5 % X NJKP Tarif Pajak : 0.5 % X NJKP
Tahun takwim yaitu mulai tanggal 1 Tahun takwim yaitu mulai tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember