Perpajakan - keuangan LSM 32. Perpajakan LSM

PERPAJAKAN
ORGANISASI NIRLABA

Tri Purwanto

Pengantar Pajak – Organisasi Nirlaba
UU No 28 Th 2007 ttg KUP
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
Undang,
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:
1)

Self Assessment System






Menghitung sendiri pajak yang terutang.
Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang.
Melaporkan sendiri pajak yang terutang.

2)

Official Assessment System

3)

Withholding System
2

1

Subjek PPh

ORANG
PRIBADI

DALAM
NEGERI
BADAN
SUBJEK
PAJAK

LUAR
NEGERI

BENTUK
USAHA
TETAP
3

Objek – Bukan
Bukan Objek PPh
OBJ EK PPH (U U

PPh pa sa l 4 (1 ))


Tambahan kemampuan ekonomis, untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk:
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
laba usaha;
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

BU K AN OBJ EK PPH (U U

PPh pa sa l 4 (3 ))

Bantuan, sumbangan, zakat yang diterima oleh BAZIS (Badan Amil
Zakat, Infak dan Sodaqoh).
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah satu derajat, badan
keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil, koperasi yg ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
4


2

JenisJenis
-Jeni
Jenis
s PPh di Organisasi Nirlaba

1. PPh Pasal 21/26
2. PPh Pasal 23/26
3. PPh Pasal 4 ayat (2)
4. PPh Pasal Badan (Pasal 25 dan Pasal 29)

5

PPh Pasal 21/26
PAJAK PENGHASI LAN

sehubungan dengan:
• Pekerjaan atau jabatan

• Jasa
• Kegiatan

PENGHASI LAN:

- Gaji
j
- Upah
p
- Honorarium
- Tunjangan, dan
- Pembayaran lain dengan 
nama/bentuk apapun

Subjek Pajak
Orang Pribadi

Subjek Pajak 
DN


PPh 
Pasal 21

Subjek Pajak
LN

PPh
Pasal 26

Per 31/
31 / 2009
2009,, Pasal 1 angka 2 dan 3

3

Tarif PPh Pasal 21
[Pasal 17 UU PPh]
LAPI SAN PENGHASI LAN
KENA PAJAK


TARI F

SAMPAI DENGAN
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA

5%

DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 
Rp 250 JUTA

15%

DIATAS Rp 250 JUTA 
p
SAMPAI DENGAN 
Rp 500 JUTA

25%


DI ATAS Rp 500 JUTA

30%

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 11 ayat (1)

Rp 15.840.000

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Rp    1.320.000

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN

Rp   1.320.000

TAMBAHAN UNTUK TANGGUNGAN 
TAMBAHAN UNTUK TANGGUNGAN WAJIB 

WAJIB 
PAJAK, MAX 3 TANGGUNGAN
PAJAK
, MAX 3 TANGGUNGAN

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN
PADA AWAL TAHUN  KALENDER

4

PPh Pasal 21: Pegawai Tetap
Penghasilan Bruto
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi Dengan
1. Biaya Jabatan,
Jabatan, 5% dari Penghasilan
enghasilan Bruto.
Bruto.
Maks
aks.. Rp

Rp6
6.000.
000.000 per tahun atau Rp
Rp500
500..000 per bulan
2. Iuran pensiun
pensiun,, THT/JHT yang dibayar sendiri

PENGHASILAN NETO
Dikurangi: PTKP
k
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17

PPh Ps. 21 
Terutang

PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai –
Bukan Pegawai – Berkesinambungan

Memiliki NPWP?
Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja
dengan Pemotong (tidak memperoleh penghasilan
lainnya))?
lainnya

YA

Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PKP:
(50% x Ph Bruto) –
(50% x Ph Bruto) – PTKP
PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif 
PKP

TIDAK

Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
50% X Penghasilan
50% X 
Penghasilan Bruto

PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif 
DPP

Menyerahkan fotokopi kartu NPWP dan 
bagi wanita kawin menyerahkan fotokopi  
NPWP suami serta fotokopi surat nikah & 
KK

5

PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai – Tidak Berkesinambungan

Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
50% X Penghasilan Bruto
50% X Penghasilan
50% X 

PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas 
Penghasilan Bruto untuk setiap 
kali pembayaran

PPh Pasal 26
Subjek Pajak Luar Negeri – Badan atau OP

20% Final
20% Final

X
PENGHASILAN BRUTO
MEMPERHATIKAN KETENTUAN P3B

6

PPh Pasal 23/26
PAJAK PENGHASI LAN

Atas Penghasilan yang diterima oleh
Atas Penghasilan yang diterima oleh::
Subjek pajak yang berasal dari
MODAL, PENYERAHAN JASA atau
PENYELENGGARAAN KEGIATAN selain
yang telah dipotong PPh pasal 21/26

PENGHASI LAN:

‐ Fee jasa pihak ketiga
j
p
g
‐ Sewa selain tanah dan/atau bangunan
- Pembayaran lain 
lain dengan
dengan
nama//bentuk apapun
nama

Subjek Pajak
badan

Subjek Pajak 
DN

PPh
Pasal 23

Subjek Pajak
LN

PPh
Pasal 26

Perhitungan PPh Pasal 23/26
Tarif 2 % (Tidak
(Tidak Punya NPWP + 100%) atas:
atas:

SEWA dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan
IMBALAN sehubungan dengan JASA
JASA::
jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain; selain jasa yang telah dipotong PPh
PPh Pasal 21

7

Contoh Perhitungan PPh Pasal 23/26
Yayasan Penabulu, menyewa 1 unit mobil ke PT. A dengan
harga sewa Rp 10juta. Hitung berapa PPh pasal 23 terutang atas
transaksi tersebut dan berapa pembayaran ke PT A.
– PPh pasal 23 = 2% x 10 juta
= 200.000
– Pembayaran = 10.000.000 – 200.000 = 9.800.000

Yayasan Kemuning, membayar jasa konsultan penyusunan SOP
kepada Yayasan Penabulu sebesar Rp 50 jt. Hitung berapa PPh
pasal 23 terutang dan berapa pembayaran ke Yay. Penabulu.
– PPh pasal 23 = 2% x 50 juta
= 1.000.000
– Pembayaran = 50.000.000 – 1.000.000 = 49.000.000

15

PPh Pasal 4 ayat 2
PAJAK PENGHASI LAN

dari transaksi :

pengalihan
p
g
harta berupa
p tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

Subjek Pajak
badan atau 
orang pribadi

PENGHASI
G S LAN:

‐Sewa kantor
‐Sewa gedung pertemuan

8

Penghitungan & Contoh PPh Pasal 4 ayat 2
SEWA tanah dan atau bangunan:
PPh ps 4 ( 2) = 10% x Penghasilan Bruto
Penghasilan dari PENGALI HAN HARTA berupa
tanah dan atau bangunan:
PPh ps 4 ( 2) = 5% x Penghasilan Bruto

Yayasan Penabulu
Penabulu,, menyewa ruang rapat di Rumah Kemuning ke
Yayasan Property dengan harga sewa Rp 20juta
juta.. Hitung berapa PPh
pasal 4(2) terutang atas transaksi tersebut dan pembayaran kepada
Yayasan Property.
Property.
PPh pasal 4(2) = 10
10%
% x 20 juta = 2.00
2.000.000
0.000 => DIPOTONG
Pembayaran

= 20.000.000 – 2.000.000 = 18.000.000

Tahapan Kewajiban atas PPh Pemotongan
MENGHITUNG:
MEMOTONG pajak terutang saat PEMBAYARAN OBJEK PAJAK
MEMPERHITUNGKAN
Setiap
p akhir bulan berjalan
j
atau awal bulan berikutnya
y
Meng-AKUMULASI-kan seluruh OBJEK PAJAK & PEMOTONGAN
pajak terutang selama periode SATU MASA (BULAN)
Total PAJAK TERUTANG dimasukkan Surat Setoran Pajak (SSP)
OBJEK PAJAK dan PEMOTONGAN PAJAK TERUTANG dimasukkan
Surat Pemberitahuan Masa (SPT)
MEMBAYAR
M b
Membawa
SSP ke
k Bank
B k/K
Kantor
t P
Pos
Paling lambat tanggal 10 Bulan berikutnya
MELAPOR
Membawa SPT ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdaftar
Paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya
18

9

PPh BADAN
Laba/ Rugi
( komersiil)

Kor. Fiskal

Laba/ Rugi
( FI SKAL)

PPh Badan
KB/ LB/ Nihil

Kredit Pajak

Tarif Pasal 17

Objek Pajak,
Bukan Objek pajak,
Biaya, Bukan Biaya,
PPh final

PPh Badan
Terutang
19

PPh BADAN
Tahun Pajak 2009 28%
Tahun Pajak 2010 dst 25%
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp 50 miliar
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4,8 Milyar
SPT dilaporkan ke KPP:
paling lambat 30 April Tahun berikutnya
PEMBAYARAN ( jika kurang bayar) dilakukan SEBELUM lapor SPT
20

10

Angsuran PPh BADAN (PPh Pasal 25)
PPh Badan
Terutang Tahun
Sebelumnya

dikurangi

Kredit Pajak yg
dipotong Pihak ke-3
( PPh Ps 22, 23, 24)

PPh Badan yang
dibayar Sendiri

PPh Pasal 25

Dibagi 12

Kurang Bayar
( KB)

Dibayar kan dgn SSP ke Bank ,

Lebih Bayar
( LB) / Nihil

paling lambat tgl 15 bulan berikutnya
Dilapor kan dgn SPT ke KPP,
paling lambat tgl 20 bulan berikutnya
21

11