Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian

10 UU Sisdiknas pasal 26 menandaskan bahwa: “pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional” ayat 1; dan “pendidikan kecakapan hidup merupakan bagian dari pendidikan nonformal” ayat 3. Secara teoretik dan berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, ditemukan banyak faktor determinan yang dapat menjelaskan permasalahan kinerja satuan pendidikan, termasuk pendidikan nonformal. Dalam pandangan penulis, terdapat tiga faktor determinan yang cukup penting, yaitu perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi pada satuan- satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup. B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik untuk menelaah kebermaknaan pengaruh faktor-faktor perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup. Pokok masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: bagaimanakah makna dan sumbangan pengaruh perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup?

2. Pertanyaan Penelitian

11 Pada tingkat pengujian hipotesis, pokok masalah tersebut penulis jabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Apakah terdapat pengaruh langsung perencanaan pendidikan terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Jambi? b. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan pendidikan terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Jambi? c. Apakah terdapat pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Jambi? d. Apakah terdapat pengaruh gabungan ketiga faktor tersebut terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Jambi? e. Berapa besarkah pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan ketiga variabel terhadap kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup? f. Bagaimanakah model hipotetik manajemen kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup yang mendukung peningkatan kewirausahaan angkatan kerja di Provinsi Jambi? C. TUJUAN PENELITIAN Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memahami kondisi aktual faktor-faktor strategik dalam manajemen satuan-satuan pendidikan pelaksana pengembangan kecakapan hidup. Faktor-faktor strategik tersebut, penulis batasi pada perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim 12 organisasi. Sehubungan dengan tujuan umum tersebut, penelitian ini hendak mencapai tujuan-tujuan khusus untuk: 1. Mengukur koefisien dan makna pengaruh perencanaan pendidikan terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pelaksana program pengembangan kecakapan hidup di Provinsi Jambi. 2. Mengukur koefisien dan makna pengaruh kepemimpinan pendidikan terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pelaksana program pengembangan kecakapan hidup di Provinsi Jambi. 3. Mengukur koefisien dan makna pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pelaksana program pengembangan kecakapan hidup di Provinsi Jambi. 4. Mengukur koefisien dan makna pengaruh gabungan ketiga faktor tersebut terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pelaksana program pengembangan kecakapan hidup di Provinsi Jambi. 5. Mengajukan model hipotetik akuntabilitas manajemen kinerja satuan- satuan pendidikan pelaksana program pengembangan kecakapan hidup yang bernilai budaya lokal dan mendukung peningkatan kewirausahaan angkatan kerja di Provinsi Jambi. D. KEGUNAAN HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoretik berupa pengayaan khasanah penelitian empirik bidang administrasi pendidikan, terutama kinerja dan manajemen satuan pendidikan nonformal. 13 Dari segi praktik, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai umpan balik bagi para pengambil kebijakan dan penyelenggara pendidikan, terutama dalam kerangka perbaikan kinerja dan manajemen satuan-satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup di daerah penelitian. Model hipotetik yang ditawarkan dalam penelitian ini diharapkan pula dapat menginspirasi peneliti lain, untuk memperdalam fokus dan memvalidasinya melalui uji coba yang intensif dalam manajemen pendidikan nonformal. E. ASUMSI Penelitian ini didasari oleh beberapa asumsi mengenai pengembangan kecakapan hidup dan pendidikan nonformal, urgensi perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, iklim organisasi, dan kinerja satuan pendidikan. 1. Pengembangan Kecakapan Hidup dan Pendidikan Nonformal Pengembangan kecakapan hidup merupakan salah satu bidang garapan pendidikan nonformal. Sasaran pendidikan nonformal adalah warga masyarakat yang tidak pernah sekolah, putus sekolah, anak usia dini, pencari kerja yang memerlukan bekal keterampilan dan mereka yang ingin meningkatkan keterampilannya. Di dalam dokumen Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2005-2009 Depdiknas, 2005 dinyatakan bahwa program pendidikan nonformal bertujuan untuk: memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang tidakbelum pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah, dan warga masyarakat yang mengalami hambatan lainnya baik laki-laki maupun perempuan, agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, 14 kecakapan hidup serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, sehingga pendidikan nonformal dapat pula berfungsi sebagai pengganti, penambah danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat, sehingga dapat menjadi pendidikan alternatif yang dapat memenuhi standar nasional maupun internasional. Program pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat. Konsep kecakapan hidup mencakup. Konsep kecakapan hidup merujuk kepada dimensi-dimensi kecakapan diri personal skill; kecakapan sosial social skill; kecakapan akademik akademic skill; dan kecakapan bekerja vocational skill. 2. Urgensi Perencanaan Pendidikan Pendidikan, baik formal maupun nonformal, dalam konteks mikro harus mampu memberikan layanan belajar mengajar kepada para peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Dalam konteks makro, pendidikan harus mampu merealisasikan relevansi antara hasil-hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Kedua tuntutan tersebut mengharuskan dimilikinya dua aspek kemampuan para penyelenggara pendidikan. Pertama, kemampuan memadukan berbagai komponen sumber daya potensial pendidikan sebagai kekuatan bagi terselenggaranya pendidikan. Kedua, kemampuan mengupayakan pendidikan yang relevan, sebagai manifestasi konsep community based education. 15 Dalam hubungan itulah perencanaan pendidikan berperan penting. Perencanaan pendidikan sebagai sistem, memuat langkah-langkah: 1 identifikasi dan dokumentasi berbagai kebutuhan; 2 pemilihan kebutuhan- kebutuhan yang mempunyai prioritas untuk pelaksanaan; 3 perincian hasil yang harus dicapai untuk setiap kebutuhan yang telah dipilih; 4 identifikasi syarat-syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan dengan cara problem solving; 5 urutan hasil-hasil yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi; dan 6 identifikasi alternatif-alternatif metode dan alat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan, termasuk menentukan kebaikan dan keburukan dari setiap set metode dan alatnya. Pertanyaan kritis mengenai perencanaan pendidikan untuk pengembangan satuan pendidikan adalah: sudahkah mengakomodasi pendekatan demand drive? Pendekatan perencanaan tersebut menurut Djojonegoro 2001 menuntut agar sekolah: 1 memiliki sense of quality; 2 memahami kebutuhan pasar; 3 menerapkan wawasan mutu dan wawasan keunggulan; dan 4 mengubah pola pengajarannya dari pengajaran mata pelajaran ke program berbasis kompetensi. 3. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan adalah inti manajemen, dan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan mengandung arti pola keharmonisan interaksi antara pemimpin dengan bawahan sehingga 16 kewenangan pemimpin diimplementasi dalam bentuk pembimbingan dan pengarahan terhadap bawahan. Kepemimpinan pada satuan pendidikan akan tampak pada cara pemimpin menentukan kebijakan, dasar pertimbangan pengambilan keputusan, cara dan pihak yang menerima delegasi, acuan sikap dalam bekerja, dan acuan pengawasan. Oleh karena itu, setiap institusi, tak terkecuali satuan pendidikan, memerlukan pemimpin yang memiliki visi dan misi, dekat pada pelanggan, memiliki gagasan inovatif yang luas, bersahabat, dan mempunyai semangat kerja yang tinggi Peters dan Austin, 1992. 4. Iklim Organisasi Satuan Pendidikan Iklim organisasi merupakan konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup organisasi. Dalam hal ini seorang pegawai akan merasakan bahwa iklim tempat mereka bekerja menyenangkan apabila dapat melakukan suatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan yang berharga yang akan memberikan kepuasan bagi mereka yang mampu mengerjakannya dengan baik. Mereka menginginkan tanggung jawab dan mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil, ingin didengarkan, dipandang dan diperlakukan sebagai orang yang bernilai, sebagai bagian dari organisasi. Secara operasional dan fungsional penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup masih sangat memerlukan upaya-upaya perbaikan. Urgensi iklim organisasi nonformal terkait dengan kenyataan bahwa di tengah pergulatan masyarakat informasional, keluaran program pendidikan nonformal ditantang memasuki ruang persaingan yang makin ketat. 17 5. Kinerja Satuan Pendidikan Kinerja merupakan prestasi atau penampilan perilaku bekerja yang dicapai oleh perorangan maupun kelompok atau lembaga. Kinerja berkenaan dengan penyelesaian tugas pokok yang mendatangkan hasil dalam bentuk prestasi. Produk pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas dinamik dalam mencapai tujuan tahap demi tahap secara berkesinambungan. Kinerja satuan pendidikan adalah konsep yang merujuk kepada keefektifan organisasinya, yaitu kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan harapan atau kemampuan mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan perspektif tersebut, terdapat dua hal penting yang berkenaan dengan kinerja organisasi. Pertama, saling berfungsinya kelompok-kelompok informal, kebutuhan-kebutuhan individu, dan tujuan-tujuan birokrasi secara optimal satu sama lain, yang didukung oleh teknologi, perkembangan lingkungan, peluang- peluang yang baik, kecakapan perorangan, dan motivasi yang kuat. Kedua, mencakup elemen-elemen capaian jangka pendek seperti produksi, efisiensi, dan kepuasan; jangka menengah yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan, pengembangan, dan pertumbuhan; jangka panjang yaitu kebertahanan hidup survive organisasi. F. KERANGKA FIKIR PENELITIAN Kerangka fikir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai sudut pandang peneliti terhadap objek penelitian, prosedur penelitian, dan kaitan antarkonsep penelitian. Menurut Atmadja 1997:89, 18 kerangka fikir merupakan dukungan teoretik dan pendekatan dalam rangka pemecahan masalah dengan bukti dari pakar terdahulu. Sugiyono 2007:95 mengemukakan bahwa kerangka fikir perlu dinyatakan dalam bentuk diagram paradigma penelitian selanjutnya pihak lain dapat memahami kerangka fikir yang dikemuka dalam penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, kerangka fikir penelitian ini memuat proses identifikasi pokok masalah penelitian. Selanjutnya, pokok masalah penelitian tersebut diberi penjelasan teoretik dan dikomparasikan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan teoretik, kemudian dilakukan konfirmasi pada wilayah empirik yang dibatasi pada kemungkinan- kemungkinan pengaruh perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi terhadap kinerja satuan-satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup di daerah penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan pengukuran kosefisien dan pengujian kebermaknaan determinasi antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat yang dihipotesiskan. Hasil pengujian tersebut dimaknai sebagai excisting model faktor- faktor determinan kinerja satuan pendidikan. Selanjutnya, excisting model tersebut ditelaah dan dibandingkan dengan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan tantangan faktual pendidikan pengembangan kecakapan hidup, sehingga dapat diajukan sebuah model hipotetik manajemen satuan pendidikan pengembangan kecakapan hidup yang memiliki perspektif 19 strategik dilihat dari kebutuhan warga belajarnya. Ringkasan kerangka fikir tersebut disajikan secara skematik dalam gambar 1.1. NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL MODEL HIPOTETIK AKUNTANBILITAS MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP KONDISI EMPIRIK PERENCANAAN PENDIDIKAN X 1 KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN X 2 IKLIM ORGANISASI PENDIDIKAN X 3 KINERJA SATUAN PENDIDIKAN Y X n MASALAH PENELITIAN: AKUNTABILITAS KINERJA SATUAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP KAJIAN TEORETIK ADMINISTRASI PENDIDIKAN; PERENCANAAN PENDIDIKAN; KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN; IKLIM ORGANISASI; KINERJA SATUAN PENDIDIKAN ANALISIS Gambar 1.1 KERANGKA FIKIR PENELITIAN G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Objek Penelitian