The effect of tapping and position of female inflorescence to seed quality and conservation technique of seedling on growth of sugar palm seedling

PENGARUH PENYADAPAN DAN POSISI TANDAN
TERHADAP MUTU BENIH SERTA TEKNIK KONSERVASI
KECAMBAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT AREN
(Arenga pinnata (Wurb) Merr)

YULIANUS ROMPAH MATANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Pengaruh penyadapan dan
posisi tandan terhadap mutu benih serta teknik konservasi kecambah terhadap
pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata (Wurb) Merr)” adalah karya saya sendiri
dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2013
Yulianus Rompah Matana
NIM A251100111

ABSTRACT
YULIANUS ROMPAH MATANA. The effect of tapping and position of female
inflorescence to seed quality and conservation technique of seedling on growth of
sugar palm seedling. Under direction of ENDANG MURNIATI and ENDAH
RETNO PALUPI.
The experiment was conducted at Seed Science and Techology Laboratory of IPB,
from January to October 2012. The aim of this research was to investigate if
tapping of male inflorescence and position of female inflorescence affect seed
quality (experiment 1) and conservation technique and period at seedling stage
affect subsequent growth of sugar palm seedling (experiment 2). A completely
Randomized Design with two factors was used in experiment 1. The first factor
was tapping i.e untapped and tapped. The second factor was position of female
inflorescence i.e first, third and fifth. Each experiment was replicated four times.
Split plot design with two factors was used in the experiment 2. The main plot

was conservation technique i.e. plastic bag, rice husk charcoal with 10%, 20% and
30% moisture content, saw mill husk with 10%, 20% and 30% moisture
content.The sub plot was periode of conservation i.e without conservation, one
week and two weeks conservation. The result of experiment 1 showed that
tapping and position of female inflorescence did not affect seed quality therefore
seed can be taken from any trees in all position of female inflorescence. The result
of experiment 2 showed that rice husk charcoal with 20% and 30% moisture
content was effective for conservation sugar palm seedling up to two weeks.
Keywords :

conservation, female inflorescence, moisture content, rice husk
charcoal, shoot root ratio.

RINGKASAN
YULIANUS ROMPAH MATANA. Pengaruh penyadapan dan posisi tandan
terhadap mutu benih serta teknik konservasi kecambah terhadap pertumbuhan
bibit aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Dibimbing oleh ENDANG
MURNIATI dan ENDAH RETNO PALUPI.
Tujuan penelitian (1) untuk mengetahui pengaruh penyadapan dan posisi
tandan terhadap mutu benih serta (2) teknik dan lama konservasi kecambah

terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Utara
untuk pengambilan sumber benih dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
IPB Leuwikopo Bogor Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian
dimulai pada bulan Januari hingga Oktober 2012.
Penelitian terdiri dari dua percobaan yaitu : (1) Pengaruh penyadapan dan
posisi tandan terhadap mutu benih aren, (2) Pengaruh teknik konservasi terhadap
vigor bibit aren. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah perlakuan penyadapan
(T) yaitu penyadapan tandan (T1), dan tanpa penyadapan (T2). Faktor yang
kedua adalah posisi tandan(P) yaitu pertama(P1), ketiga(P2) dan kelima(P3).
Percobaan kedua dilaksanakan dengan menggunakan kecambah benih aren yang
telah memiliki panjang apokol 2-3.5 cm. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split-plot Design) yang
terdiri atas dua faktor. Faktor pertama (petak utama) adalah teknik konservasi
kecambah aren (P). Faktor kedua (anak petak) adalah waktu konservasi (K).
Teknik konservasi kecambah aren terdiri atas tujuh perlakuan yaitu dikemas
dalam kantong plastik, menggunakan arang sekam dengan kadar air yang berbeda
(10%, 20%, 30%), menggunakan serbuk gergaji dengan kadar air yang berbeda
(10%, 20%, 30%). Faktor kedua sebagai anak petak adalah waktu konservasi
terdiri atas tiga perlakuan yaitu 0, 1 dan 2 minggu. Secara keseluruhan terdapat

21 kombinasi perlakuan.
Pengamatan dilakukan terhadap daya berkecambah, kadar air benih, potensi
tumbuh maksimum, bobot basah dan kering benih, panjang dan diameter benih,
panjang plumula, panjang akar primer pada 90 HSS, waktu keluarnya apokol
sepanjang 2 cm, panjang apokol 30 HSS, 60 HSS dan 90 HSS, jumlah
bunga/spikel, jumlah buah/spikel, panjang spikel, jumlah tandan/pohon,
persentase kecambah yang hidup selama konservasi, tinggi bibit, diameter batang
bibit semu, panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan
ratio pucuk:akar.
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa sumber benih aren dapat berasal
dari pohon yang tandan bunga jantannya disadap maupun tidak disadap dan dari
semua posisi tandan bunga betina. Penyadapan tandan bunga jantan berpengaruh
terhadap ukuran benih aren, benih yang berasal dari pohon yang disadap memiliki
ukuran benih lebih kecil dibanding dari pohon yang tidak disadap.

Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa arang sekam dengan kadar air 20%
dan 30% dapat digunakan sebagai media pengemasan kecambah aren dengan
jangka waktu dua minggu dan menghasilkan bibit aren yang berkualitas terbaik.
Kata kunci: arang sekam padi, kadar air, konservasi, ratio pucuk:akar, tandan
bunga betina.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB.

PENGARUH PENYADAPAN DAN POSISI TANDAN
TERHADAP MUTU BENIH SERTA TEKNIK KONSERVASI
KECAMBAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT AREN
(Arengga pinnata (Wurb) Merr)

YULIANUS ROMPAH MATANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Sudradjat, MS

Judul : Pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap mutu benih serta teknik
konservasi kecambah terhadap pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata
(Wurmb) Merr).
Nama : Yulianus Rompah Matana
NRP : A251100111

Disetujui

Komisi Pembimbing


Dr. Ir Endah Retno Palupi, M.Sc
Anggota

Dr. Ir. Endang Murniati, MS.
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu dan Teknologi Benih

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS.

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr.

Tanggal Ujian: 28 Januari 2013

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
berjudul Pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap mutu benih serta teknik
konservasi kecambah terhadap pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata (Wurmb)
Merr). Penulisan tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Endang Murniati, MS dan Dr. Ir Endah
Retno Palupi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
sejak perencanaan hingga penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan studi S2 tahun 2010. Dr.Ir Bambang Heliyanto,
MSc (Ka. Balitka), Dr. Ir Chandra Indrawanto, MSc (Ka Balit Palma) dan teman
seperjuangan dari Balit Palma Engelbert Manaroinsong, SP dan Ir Ismail
Maskromo MSi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr.
Ir. Satriyas Ilyas, MS selaku ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih SPs
IPB dan Dr. Ir. Sudradjat MS sebagai penguji luar komisi serta teman-teman pada

Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih angkatan 2010 atas semua waktu,
bantuan dan dorongan semangatnya.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Istri
tercinta Syane Rahel Samuri dan anakku yang tercantik Aurelia Yulisya Matana
atas segala doa, pengorbanan, kesabaran yang tidak pernah putus sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar. Ayah B. B Matana (Alm)
dan Ibu Christina T Manda yang telah mendoakan, membesarkan, mendidik serta
membekali penulis dengan penuh kasih dan pengetahuan hingga saat ini. Kakak
Tabita R Matana, Yerobeam K, Petrus, Imanuel dan adik Tokada serta keluarga
besar di Bunaken yang telah memberikan motivasi, dukungan doa serta kasih
dalam bersaudara.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang pertanian.

Bogor, Februari 2013

Yulianus Rompah Matana

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 28 Juli 1976 sebagai anak

kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Benyamin Baba Matana
(Almarhum) dan Christina Tiroan Manda.
Pendidikan SD hingga SMA ditempuh penulis di Ujung Pandang, Sulawesi
Selatan. Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 14 Ujung Pandang dan pada
tahun 1996 melanjutkan pendidikan di Universitas Sam Ratulangi melalui jalur
UMPTN. Penulis mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Ilmu
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi pada
tahun 2001.
Penulis mendapatkan kesempatan bekerja pada Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain di Manado pada tahun 2001. Penulis diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2002 dan pada tahun 2010 mendapatkan
beasiswa pendidikan pascasarjana dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Badan Litbang) untuk melanjutkan pendidikan Program Magister Sains
pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai Peneliti Pertama di Balai Penelitian Tanaman Palma
(Balit Palma) pada tahun 2007. Bidang penelitian yang menjadi tanggung jawab
peneliti adalah ekofisiologi.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xiv

PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Hipotesis ................................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Asal dan karakteristik Tanaman aren .....................................................
Ekologi tanaman aren ...........................................................................
Penyadapan tandan bunga jantan ..........................................................
Pembentukan dan karakter benih aren ...................................................
Konservasi kecambah………………………………………… .............

5
5
6
7
10
11

BAHAN DAN METODE ...............................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
Bahan dan Alat Penelitian .....................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................

13
13
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

21

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................

57

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

59

LAMPIRAN ....................................................................................................

63

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Rataan jumlah bunga betina, jumlah buah, dan panjang spikel pada
pohon aren yang disadap dan tidak disadap .............................................

22

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh penyadapan dan posisi tandan
tandan bunga jantan dan posisi tandan bunga betina terhadap peubah
yang diamati .............................................................................................

27

Kadar air, daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum benih
aren pada perlakuan penyadapan dan posisi tandan .................................

29

Pengaruh interaksi penyadapan dan posisi tandan terhadap bobot basah
dan kering benih aren ................................................................................

30

Diameter dan panjang benih pada perlakuan penyadapan dan posisi
tandan .......................................................................................................

31

6.

Panjang apokol (cm) pada perlakuan penyadapan dan posisi tandan ......

33

7.

Waktu (hari) keluar apokol 2 cm pada perlakuan penyadapan dan posisi
tandan .......................................................................................................

34

8.

Panjang akar primer pada perlakuan penyadapan dan posisi tandan .......

36

9.

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
kecambah yang hidup dan karakter morfologi bibit aren ........................

39

10. Pengaruh interaksi antara teknik dan lama konservasi terhadap jumlah
kecambah yang hidup (%) ........................................................................

40

11. Tinggi tanaman pada konservasi 0 minggu pada teknik konservasi yang
berbeda .....................................................................................................

44

12. Tinggi tanaman pada konservasi satu minggu pada teknik konservasi
yang berbeda ............................................................................................

45

13. Tinggi tanaman pada konservasi dua minggu pada teknik konservasi
yang berbeda ...........................................................................................

46

14. Pengaruh interaksi antara teknik dan lama konservasi terhadap Panjang
akar, diameter batang semu dan luas daun pada akhir pengamatan 18
MST. .........................................................................................................

48

15. Pengaruh interaksi antara teknik dan lama konservasi terhadap bobot
kering tajuk, bobot kering akar dan ratio tajuk akar pada akhir
pengamatan 18 MST …………………………………….......................

53

2.

3.
4.
5.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Buah dan benih dari pohon yang disadap dan tidak disadap ...................

23

2.

Tahapan perkecambahan benih aren menjadi bibit ..................................

24

3.

Perkembangan embrio didalam apokol 10 HSS dengan pembesaran 200
µm, 20 HSS dengan pembesaran 1 mm, 30 HSS dengan pembesaran
200 µm dan 40 HSS dengan pembesaran 500 µm ...................................

26

4.

Kriteria kecambah aren pada umur 90 HSS ..............................................

37

5.

Keragaan apokol yang mengalami konservasi selama 1 minggu pada
teknik konservasi yang berbeda-beda ......................................................

42

Keragaan apokol yang mengalami konservasi selama 2 minggu pada
teknik konservasi yang berbeda-beda .....................................................

43

6.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
panjang akar primer bibit aren ...............................................................

67

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
daya berkecambah bibit aren ...................................................................

67

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
kadar air benih aren ..................................................................................

67

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
potensi tumbuh maksimum benih aren .....................................................

67

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
berat buah aren …………………………………………………………

68

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
Bobot basah benih aren .............................................................................

68

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
Panjang plumula bibit aren .......................................................................

68

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
diameter benih aren ...................................................................................

68

Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
panjang benih aren ....................................................................................

69

10. Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
panjang apokol 30 HSS ............................................................................

69

11. Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
panjang apokol 60 HSS ............................................................................

69

12. Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
panjang apokol 90 HSS ............................................................................

69

13. Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
waktu keluar apokol panjang 2 cm ...........................................................

70

14. Analisis keragaman pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap
bobot kering benih aren ............................................................................

70

15. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
persentase kecambah hidup .......................................................................

70

16. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
bobot kering tajuk ....................................................................................

70

17. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
bobot kering akar ......................................................................................

71

2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

18. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap rasio
tajuk akar ...................................................................................................

71

19. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap rasio
panjang akar ..............................................................................................

71

20. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap luas
daun ..........................................................................................................

71

21. Analisisi keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
diameter batang………………………………………………………….

72

22. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
tinggi bibit umur 10 HST ..........................................................................

72

23. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
tinggi bibit umur 12 HST ........................................................................

72

24. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
tinggi bibit umur 14 HST………………………………………………...

72

25. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
tinggi bibit umur 16 HST………………………………………………...

73

26. Analisis keragaman pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap
tinggi bibit umur 18 HST………………………………………………...

73

27 Perhitungan jumlah air (ml) yang ditambahkan untuk mencapai kadar air
media arang sekam dan serbuk gergaji sesuai perlakuan.……………...... 73

PENDAHULUAN
Tanaman aren merupakan salah satu tanaman perkebunan rakyat yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan dan tersebar hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Produk utama tanaman aren adalah buah kolang-kaling,
tepung aren, ijuk dan nira aren.
Nira aren diperoleh dari penyadapan tandan bunga jantan. Tandan bunga
jantan akan muncul pada saat tandan bunga betina sudah muncul semua atau
sebagian. Tanaman aren dapat menghasilkan sekitar lima hingga tujuh tandan
bunga betina.
Buah aren yang dipanen dari tandan bunga betina tidak selalu menghasilkan
biji yang dapat digunakan sebagai benih sumber karena viabilitas dan vigor yang
rendah. Tandan bunga betina yang muncul secara berkesinambungan diduga
mempengaruhi proses perkembangan dan pengisian biji. Belum dilaporkan bahwa
posisi tandan mempengaruhi viabilitas benih dan vigor bibit yang dihasilkan.
Di daerah Tomohon, Sulawesi Utara terdapat dua kelompok pohon aren
yaitu pohon aren yang disadap dan pohon tidak disadap. Petani produsen benih
tetap menyadap pohon arennya, sementara Mujahidin et al. (2003) menyatakan
bahwa buah aren yang terbaik untuk benih berasal dari pohon aren yang tidak
disadap. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang mutu benih aren yang
berasal dari pohon yang disadap dan pohon yang tidak disadap. Maliangkay et al.
(1998) melaporkan terdapat perbedaan daya berkecambah

benih aren antar

pohon, yang diduga disebabkan oleh adanya pengaruh penyadapan nira terhadap
perkembangan buah pada pohon tertentu sehingga daya berkecambah benih
menjadi rendah. Pohon aren yang disadap terus menerus akan menghasilkan buah
yang kelihatannya utuh tetapi menghasilkan biji yang berkerut dan kempes
sehingga akan menghasilkan bibit aren yang tidak baik (Maliangkay 2007). Hal
ini disebabkan penyadapan tandan bunga jantan dilakukan pada saat proses
perkembangan dan pengisian biji.
Bunga betina dapat berkembang menjadi buah aren jika sudah terjadi
penyerbukan, sedangkan bunga betina yang tidak mengalami penyerbukan akan
rontok. Ukuran buah umur 6 bulan setelah penyerbukan mencapai 22 x 28 mm
dan pada saat umur 10 bulan testanya berwarna kuning, tebalnya 1.5 mm,


 

endosperma berbentuk bulat lonjong, lunak dan telah menempati 80% dari ukuran
benih (Mogea 1991). Selanjutnya Widyawati (2012) buah aren akan mengalami
perubahan warna buah dari hijau muda ke hijau tua atau kekuningan
membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
Benih aren yang baru dipanen bersifat dorman (Hadipoetyanti & Luntungan
1988). Secara alami benih aren memiliki masa dormasi yang cukup lama,
bervariasi dari 3-12 bulan bahkan ada yang sampai dua tahun. Benih aren juga
tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hasil penelitian Rabaniyah
(1997) menyatakan bahwa benih aren yang disimpan selama dua bulan memiliki
daya berkecambah rata-rata 50.56% dengan menggunakan media serbuk gergaji
yang dilembabkan. Hal yang sama disampaikan oleh Mashud et al. (2001) bahwa
daya berkecambah benih aren yang disimpan selama delapan minggu (dua bulan)
hanya 41.50%.
Kendala dalam penyediaan bibit aren adalah waktu dan jumlah yang belum
terpenuhi karena periode perkecambahan yang cukup panjang (3-6 bulan) dan
perkecambahan yang rendah terutama jika benih dikirim dari jarak jauh. Salah
satu cara untuk menjamin mutu benih yang dipasarkan adalah pengiriman benih
dalam bentuk kecambah seperti yang dilakukan pada pemasaran benih kelapa
sawit.
Kurnila (2009) melaporkan bahwa pengiriman benih sawit dalam bentuk
kecambah dapat dilakukan dengan cara dibungkus kantong plastik dan
dimasukkan dalam box plastik yang telah berisi busa styrofoam sehingga saat tiba
di lokasi langsung siap untuk ditanam. Benih aren yang berkecambah membentuk
struktur yang merupakan pemanjangan embrio yang disebut apokol. Tumbuhnya
apokol merupakan salah satu indikator bahwa benih tersebut dapat tumbuh
menjadi tanaman baru.
Mutu kecambah dapat dipertahankan dengan menyimpannya dalam media
seperti serbuk gergaji dan arang sekam yang dilembabkan. Hasil penelitian yang
dilakukan Syaiful et al. (2007) menunjukkkan bahwa dengan menggunakan arang
sekam, benih kakao yang disimpan tetap memiliki vigor yang cukup tinggi
sehingga pada saat ditanam pertumbuhan bibit juga baik. Hal ini karena serbuk
gergaji memiliki kemampuan yang baik didalam menyimpan air.

3
 

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai mutu benih pada pohon aren yang disadap maupun tidak disadap serta
mendapatkan teknik konservasi didalam pengiriman benih dalam bentuk
kecambah.

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh penyadapan dan posisi tandan pada pohon terhadap
mutu benih aren.
2. Mempelajari pengaruh teknik konservasi kecambah aren terhadap pertumbuhan
bibit aren.

Hipotesis

1. Mutu benih aren dipengaruhi penyadapan tandan bunga jantan dan posisi
tandan bunga betina pada pohon.
2. Terdapat interaksi antara penyadapan tandan bunga jantan dan posisi tandan
bunga betina terhadap mutu benih aren.
3. Teknik dan lama konservasi kecambah aren memengaruhi pertumbuhan bibit
aren.
4. Terdapat interaksi antara teknik dan lama konservasi terhadap pertumbuhan
bibit aren.


 

5
 

TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Karakteristik Tanaman Aren
Di wilayah Indonesia, tanaman aren (Arenga pinnata) mempunyai banyak
nama

daerah

seperti

bajuk

(Aceh),

pola/paula

(Karo),

bagot

(Toba),

anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (Dayak, Kalimatan),
onau (Toraja, Sulawesi Selatan) dan nawa-nawa (Ambon, Maluku). Di negara
lain, aren mempunyai berbagai nama seperti enau (Malaysia), kaong (Filipina),
chok tao (Thailand) dan sugar palm (Inggris) (BP DAS 2008).
Tanaman aren termasuk famili Arecaceae (pinang-pinangan). Tanaman
yang termasuk dalam famili ini adalah kelapa, kelapa sawit, pinang, sagu dan
sebagainya. Tanaman aren memiliki batang yang tidak mempunyai duri, tidak
bercabang, tinggi dapat mencapai 25 hingga 30 meter dan diameter pohon dapat
mencapai 80-150 cm. Batang tanaman aren dipenuhi dengan serabut-serabut
hitam yang kasar/ijuk dan pelepah daun tua melekat memenuhi batang aren
sehingga batang aren kelihatan kotor jika dibandingkan dengan batang pohon
kelapa dan pinang. Batang yang sudah mempunyai ijuk biasanya ditumbuhi oleh
berbagai jenis paku epifit (BP DAS 2008). Hasil penelitian Tenda (2009)
menyatakan bahwa di daerah Tomohon tanaman aren memiliki diameter batang
86.4-135 cm. Kulit batang aren memiliki nilai jual yang tinggi jika dijadikan
mebel dan nilai jualnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan mebel dari batang
kelapa.
Daun tanaman aren seperti daun kelapa, bertulang, daun sejajar, berwarna
hijau, hijau mengkilat dan memiliki panjang 6-12 meter. Satu tangkai daun
majemuk terdiri atas 80-155 helaian anak daun, tersusun menyirip ganjil. Panjang
tangkai daun dapat mencapai 1 sampai 2.5 meter, lebar anak daun 5-7 cm dan
memiliki lapisan lilin. Tanaman aren dapat menghasilkan 3-6 daun majemuk
dalam 1 tahun, tergantung kondisi lingkungan tumbuh tanaman aren. Dalam siklus
hidup tanaman aren menghasilkan sekitar 50 daun (Mujahidin et al. 2003).
Bunga betina berwarna hijau muda, mempunyai tiga ruang yang masingmasing ruang terdapat satu bakal biji. Benih aren berasal dari tandan bunga betina,
dimana bunga betina menghasilkan biji/benih yang akan berkembang menjadi


 

tanaman baru. Satu pohon aren yang produktif dapat memproduksi empat hingga
tujuh tandan bunga betina (rata-rata enam) dan setiap tandan dapat menghasilkan
5000 buah aren dan terdapat tiga karpel (biji) yang bisa dijadikan benih atau
dalam satu pohon aren dapat menghasilkan 90 000 benih yang bisa tumbuh
sebagai tanaman baru (Maliangkay 2007).
Buah aren terdiri dari kulit buah (eksocarp), daging buah (mesocarp) dan
tiga buah biji. Benih aren memiliki ukuran panjang kira-kira 3 cm, penampang
melintang bagian tengahnya berbentuk segitiga, garis tengahnya 2.5 cm kulit
benih berupa lapisan yang berwarna hitam dan bersifat hardseed. Endospermanya
padat keras dan berwarna putih. Embrio terletak di bagian lateral ujung benih,
bentuknya seperti kerucut dengan ukuran 1.5 x 0.8 mm. Benih disebut
berkecambah bila terlihat adanya seludang keping biji yang bentuknya seperti
tabung keluar dari embrionya (apokol). Apokol tersebut segera menuju arah
kedalam tanah secara vertikal dalam pertumbuhannya (BP DAS 2008).

Ekologi Tanaman Aren
Tanaman aren memiliki sistem perakaran yang menyebar dan cukup dalam,
sehingga dapat dijadikan sebagai tanaman konservasi karena dapat berperan
mencegah erosi tanah. Tanaman aren memiliki kemampuan daya adaptasi yang
cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lahan dari dataran rendah sampai dataran
tinggi yang mencapai 1500 meter dpl. Tanaman aren akan menghasilkan akarakar utama yang bercabang-cabang membentuk akar rambut yang berfungsi untuk
menyerap air dan hara dari dalam tanah (Polnaja 1999). Akar pohon aren
merupakan akar rambut dan berwarna hitam serta sangat kuat untuk menyokong
tubuh tanaman aren, menyebar lebih dari 10 meter dengan kedalaman mencapai
tiga meter (Smits dalam Rofik 2006).
Tanaman aren sangat cocok pada kondisi landai dengan kondisi agroklimat
beragam seperti daerah pegunungan dimana curah hujan tinggi dengan tanah
bertekstur liat berpasir. Pertumbuhan tanaman aren membutuhkan kisaran suhu
20-25°C, terutama untuk mendorong perkembangan generatif agar dapat berbunga
dan berbuah. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang
tahun, yaitu minimum sebanyak 1200-3500 mm/tahun agar kelembaban tanah

7
 

dapat dipertahankan dan berpengaruh terhadap pembentukan tajuk tanaman
(Polnaja 1999).
Tanaman aren juga tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang
hari sehingga dapat tumbuh dengan subur di daerah-daerah perbukitan yang
lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai tanaman keras (Sunanto 1993).
Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman aren adalah yang cukup sarang (mudah
meneruskan kelebihan air yang ada) seperti tanah yang gembur, tanah vulkanis di
lereng-lereng gunung dan tanah liat berpasir di sepanjang tepian sungai sehingga
kelembapan tanah tinggi.
Menurut Mahmud dan Amrizal (1991) selain pemanfaatan nira dan bagian
lain dari tanaman aren, tanaman aren juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai tanaman budidaya lorong (alley cropping) untuk mengurangi laju erosi
terutama pada lahan-lahan yang mempunyai derajat kemiringan yang tinggi. Hal
yang sama disampaikan oleh Widyawati (2012) yang menyatakan bahwa pohon
aren yang memiliki daun yang lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk
sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan langsung ke permukaan tanah.
Partikel tanah akan terhindar dari jatuhnya butiran hujan yang keras secraa
langsung sehingga dapat mencegah laju erosi permukaan tanah. Selain konservasi
tanah, keberadaan tanaman aren juga berfungsi sebagai konservasi air.

Penyadapan Tandan Bunga Jantan
Di kota Tomohon, nira aren biasanya diolah menjadi gula cetak, minuman
tuak dan cap tikus (minuman tradisional) yang memiliki nilai jual tinggi yang
diperoleh dari penyadapan tandan bunga jantan. Selain nira, tanaman aren juga
menghasilkan kolang kaling 100 kg/pohon/tahun, ijuk rata-rata 2 kg/pohon/tahun
dan tepung aren 40 kg/pohon bila tanaman tidak disadap niranya (Efendi 2009)
serta kulit kayu aren dapat diolah menjadi mebel atau kerajinan tangan seperti
halnya kayu kelapa.
Penyadapan dilakukan untuk mendapatkan nira aren dari tandan bunga, baik
pada bunga jantan maupun bunga betina. Pada umumnya yang disadap adalah
tandan bunga jantan karena jumlah niranya yang lebih banyak dan kadar gulanya
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tandan bunga betina. Tandan bunga


 

betina mempunyai fungsi lain yaitu kalau masih muda diambil buahnya untuk
dibuat kolang kaling dan kalau sudah tua digunakan sebagai benih aren.
Berdasarkan siklus hidupnya, tanaman aren termasuk tumbuhan yang
memiliki pertumbuhan terbatas (hapaxanthic palm) yaitu jenis palem yang
pertumbuhan batang dan pembentukan daun barunya (pertumbuhan vegetatif)
akan berhenti pada periode waktu tertentu, kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan bunga dan diikuti pemasakan buah, pada saat tandan bunga jantan
telah keluar dibagian bawah batang maka tanaman akan mati (BP DAS 2008).
Pertumbuhan vegetatif akan berhenti jika pada ujung batang tanaman aren
mengeluarkan daun yang pendek yang merupakan indikasi pembentukan bunga
jantan dimulai. Bunga jantan pertama kali akan keluar pada batang bagian atas
dan akan turun sampai mencapai batang bagian bawah. Tandan bunga jantan pada
umumnya yang disadap niranya. Tandan bunga jantan lebih pendek dari bunga
betina. Panjangnya sekitar 50 cm, sedangkan bunga betina mencapai 175 cm.
Tandan bunga jantan dapat disadap pada saat sudah mengeluarkan benang sari.
Tanaman aren memiliki keunggulan didalam produksi nira dan kadar sukrosa
yang dihasilkan jika dibandingkan dengan kelapa dan lontar. Para petani tidak
akan menyadap tandan bunga jantan terakhir (bunga jantan yang tumbuh di
tengah batang bagian bawah) karena mayang jantan semakin pendek dan kadar
gulanya semakin sedikit (Tenda et al. 2008).
Tandan bunga jantan biasanya muncul setelah tandan bunga betina muncul
seluruhnya, namun pada beberapa kasus ada juga tandan bunga betina akan
muncul setelah tandan bunga jantan muncul atau keluarnya tandan bunga jantan
dan tandan bunga betina secara bergantian, atau pada satu pohon hanya muncul
bunga betina tanpa ada bunga jantan, tetapi hal ini diduga karena kelainan genetik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tenda (2009) di daerah Tomohon, Sulawesi
Utara dengan ketinggian 700-800 mdpl jumlah tandan bunga betina yang
dihasilkan pada satu pohon sebanyak tujuh hingga sembilan tandan sedangkan
bunga jantan lima hingga tujuh tandan.
Tandan bunga betina terdiri atas 38 malai dengan 112-132 bunga betina.
Bunga betina berwarna hijau muda, terdiri atas dua kelopak keluar, tiga kelopak
dalam dan tiga mahkota bunga. Kepala putik terbelah tiga, tidak memiliki tangkai.

9
 

Bakal buah beruang tiga masing-masing ruang terdapat satu bakal biji (Mujahidin
et al. 2003).
Panjang tangkai tandan bunga jantan dapat mencapai 1.8-2.5 meter, terdiri
dari beberapa kelopak bunga yang didalamnya mengadung benang sari yang
banyak serta terdapat filamen (Pongsattayapipat & Barford 2005). Penyadapan
tandan bunga jantan akan menghasilkan produksi nira yang berbeda antar lokasi
dan ketinggian. Di daerah Papua, aren dapat memproduksi nira aren rata-rata 1115 liter/pohon/hari, di daerah Tomohon pada ketinggian yang sama tetapi lokasi
yang berbeda dapat menghasilkan produksi nira yang berbeda-beda yaitu 25-38
liter/pohon/hari di daerah Tara-tara sedangkan di daerah Woloan sekitar 24-30
liter/pohon/hari (Tenda 2009). Demikian juga antar aksesi di daerah Kalimatan,
aksesi Dalam Jambu Hilir dapat menghasilkan nira 11.78 liter/ pohon /hari dengan
kadar gula 11.84%, aksesi Genjah Anduhum dapat menghasilkan nira yang lebih
tinggi yaitu 17.2 liter/ pohon/hari dengan kadar gula 13.3% (Tenda et al. 2008).
Tanaman aren juga menghasilkan ijuk rata-rata 2 kg/pohon/tahun pada umur
empat tahun sampai sembilan tahun dan buah untuk kolang–kaling 100 kg/pohon.
Setelah masa produktif, kayu aren dapat diolah menjadi mebel dan kerajinan
tangan dengan tekstur yang khas, memiliki nilai jual yang tinggi. Tanaman aren
juga mengandung tepung aren rata-rata 40 kg/pohon jika tidak disadap. Tepung
aren terdiri dari 98% amilosa dan amilopektin dengan sedikit kandungan
komponen kimia lainnya seperti lipida 0.02%,

protein 0.26 dan abu 0.36%.

Kandungan amilosa dan amilopektin dari pati aren sama dengan pati sagu baruk
dan ubi kayu (Pontoh 2004).
Tanaman aren memiliki keunggulan dalam memproduksi nira, dimana
produksi dan kadar sukrosanya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kelapa
dan lontar. Produksi nira kelapa dalam 0.6-1.2 liter/pohon/hari, kelapa Hibrida 23.5 liter/pohon/hari dan lontar sekitar 1.95-4.54 liter/pohon/hari. Kadar sukrosa
nira aren 13.9-14.9%, kelapa 12.03-14.85% sedangkan tanaman lontar 12.5%
(Akuba 2004).

10 
 

Pembentukan dan Karakter Benih Aren
Buah aren merupakan hasil dari perkembangan bakal buah yang terdapat
pada tandan bunga betina yang telah berhasil dibuahi. Penyerbukan terhadap
tandan bunga betina dilakukan oleh seranggga atau angin secara silang dari pohon
yang berbeda. Hal ini terjadi karena tandan bunga betina lebih dulu muncul
semuanya atau sebagian kemudian muncul tandan bunga jantan. Penyerbukan
lebih besar dengan bantuan serangga daripada angin karena sifat serbuk sarinya
yang lengket dan cenderung untuk berkelompok membentuk suatu gumpalan
(Mogea 1991). Warna buah hijau muda sewaktu masih muda dan akan berubah
menjadi hijau tua (hijau gelap) kalau sudah tua (Mujahidin et al. 2003), buah aren
tumbuh dan berkembang sangat lambat, diperlukan waktu tiga tahun (36 bulan)
untuk menjadi buah yang masak secara fisiologi sejak anthesis. Fase anthesis pada
bunga betina sekitar empat hingga lima hari (Mogea 1991) dan selanjutnya
menurut Haris (1994) pertumbuhan embrio sampai 16 bulan setelah anthesis
belum terlihat tetapi setelah 30 bulan akan terlihat embrio sudah mencapai berat
maksimum.
Penebalan dinding sel endosperm sangat pesat terjadi menjelang
kematangan hingga memenuhi rongga sel pada buah pada bulan ke 36 setelah
anthesis. Endosperm akan menjadi keras seperti tulang yang merupakan sifat
khusus dari spesies tanaman palma (Haris 1994). Benih aren diperoleh setelah
melakukan ekstrasi terhadap buah aren. Di dalam buah aren terdapat dua atau tiga
biji aren yang dapat dijadikan benih. Berdasarkan pengalaman di lapang, ekstrasi
buah aren dapat dilakukan dengan cara merendam dalam air selama seminggu
atau 10 hari agar memudahkan didalam pengupasan eksokarp dan mesokrapnya
serta menghilangkan rasa gatal yang disebabkan oleh kalsium oksalat, selanjutnya
benih dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan selama satu jam lalu dipilih biji
aren yang dapat dijadikan benih.
Benih aren tidak dapat langsung berkecambah. Keadaan ini dinamakan
dormansi. Menurut Ilyas (2010) dormansi benih adalah ketidakmampuan benih
untuk berkecambah walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk
berkecambah. Dormasi dapat disebabkan karena ketidakmampuan benih secara
total untuk berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus

11
 

untuk perkecambahnnya. Secara alami benih aren memiliki masa dormasi yang
panjang yaitu bervariasi 3-12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit benih
yang keras (hardseed) dan impermeable sehingga menghambat terjadinya imbibisi
air kedalam benih.
Dormansi benih aren dapat juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor
perkecambahan seperti ABA (Absisic Acid), kematangan embrio yang belum
sempurna, faktor genetik tanaman aren serta meningkatnya kadar senyawa
kalsium oksalat pada benih aren yang telah masak fisiologis yang dapat
menimbulkan rasa gatal (BP DAS 2008). Selanjutnya menurut Widyawati et al,
(2009) semakin tua benih aren maka semakin tinggi kadar lignin dan tanin benih
aren sehingga permeabilitas benih aren terhadap air semakin menurun.
Upaya pematahan dormansi telah banyak dilaksanakan untuk mengatasi
impermeabilitas kulit benih aren melalui perendaman dengan larutan HCl,
H2SO4, air panas dan perlakuan skarifikasi. Copeland & McDoland (2007)
menyatakan bahwa dormansi yang disebabkan oleh kondisi fisik benih dapat
dipatahkan dengan cara skarifikasi, mekanis ataupun kimia.
Penelitian Rofik dan Murniati (2008) menunjukkan bahwa perkecambahan
benih aren tertinggi (88.33%) diperoleh setelah melalui pengemplasan benih pada
bagian keluarnya operkulum (deoperkulasi) dan dikecambahkan dalam media
pasir. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Widyawati et al. (2009) bahwa
tingkat pengemplasan pada benih aren mempengaruhi persentase daya
berkecambah benih aren, benih aren yang diamplas pada bagian operkulumnya
memiliki daya berkecambah sebesar 82.5%.

Konservasi Kecambah
Benih rekalsitran adalah benih yang tidak bisa disimpan lama kalau kadar
airnya diturunkan, demikian pula kalau disimpan dalam keadaan kering dan
dingin, sehingga diperlukan penyimpanan dalam bentuk kecambah. Penyimpanan
dalam bentuk kecambah sangat bermanfaat ketika menunggu waktu penanaman di
lapang yang belum siap ditanam. Konservasi dalam bentuk kecambah juga
merupakan terobosan yang baru didalam teknik pengiriman benih dalam bentuk
kecambah. Benih aren merupakan salah satu jenis benih rekalsitran yang bersifat

12 
 

dormán. Pematahan dormansi dengan teknik deoperkulasi merupakan perlakuan
yang telah berhasil dilakukan untuk mematahkan dormansi benih aren (Rofik &
Murniati 2008, Widyawati et al., 2009 ).
Pada prinsipnya konservasi kecambah adalah mempertahankan kecambah
agar tetap memiliki vigor yang tinggi pada saat ditanam. Pada benih sawit,
pengiriman dan penjualan benih dalam bentuk kecambah normal yaitu benih yang
memiliki radikula dan plúmula dengan kriteria tertentu. Kecambah dimasukkan
dalam kantong platik ukuran 26 x 30 cm berisi 150 kecambah dan diberi suplai
oksigen serta kecambah segera ditanam dalam 3-5 hari setelah diterima (Kurnila
2009). Selain dalam bentuk kecambah, konservasi benih juga dapat dilakukan
dalam bentuk semai. Semai dihambat pertumbuhannya dengan cara memanipulasi
faktor lingkungannya (pengaturan cahaya, suhu dan sebagainya) atau pemberian
zat pengatur tumbuh (Syamsuwida 2002). Hasil penelitian Syamsuwida et
al.,(2010) menunjukkan bahwa penggunaan bahan penghambat tumbuh
paklobutrazol sangat cocok untuk tujuan penyimpanan semai mimba (Azadirachta
indica) yang bersifat rekalsitran.
Selain konservasi kecambah dan semai dengan menggunakan zat pengambat
tumbuh dan manipulasi kondisi simpan, konservasi benih dengan menggunakan
media yang dilembabkan dapat dilakukan. Menurut Yuniarti et al., (2008)
penggunaan serbuk sabut kelapa yang lembab merupakan media yang cocok
untuk penyimpanan benih damar.

 

13
 

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB
Leuwikopo Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bogor untuk pengujian
mutu fisiologi benih, Laboratorium Ekofisiologi Balitro untuk pengukuran luas
daun, Laboratorium Mikroteknik IPB untuk pengamatan embrio aren dan sumber
benih berasal dari Kota Tomohon Propinsi Sulawesi Utara. Penelitian
dilaksanakan selama sepuluh bulan dari bulan Januari hingga Oktober 2012.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih aren yang diperoleh dari populasi
pohon aren yang telah berumur diatas 10 tahun di perkebunan rakyat di kecamatan
Tomohon Timur kota Tomohon. Aquades steril, klorox 1%, serbuk gergaji, tanah
dan insektisida carbofuran. Alat yang akan digunakan media perkecambahan yaitu
arang sekam padi, serbuk gergaji, boks perkecambahan dari plastik yang 32.5 x
22.5 cm, plastik mika, timbangan analitik, oven, gelas ukur, kertas amplas,
mistar/meteran, alat tulis menulis, polibag 2 kg ukuran 20 x 14 cm, tanah dan
kompos.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yang terpisah yaitu :
Percobaan I : Pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap mutu benih
aren
Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan pertama
pengambilan materi penelitian berupa benih aren di lokasi kota Tomohon,
Propinsi Sulawesi Utara dan kegiatan kedua yaitu perkecambahan benih aren
untuk mengetahui pengaruh penyadapan dan posisi tandan di pohon terhadap
mutu fisiologi benih aren.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan
dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan pohon yang disadap (T1) dan pohon
yang tidak disadap (T2), dan faktor yang kedua adalah posisi tandan pertama (P1),

14 
 

ketiga (P2) dan kelima (P3), sehingga terdapat enam kombinasi perlakuan sebagai
berikut :
1. T1P1

2. T1P2

3. T1P3

4. T2P1

5. T2P2

6. T2P3

Penelitian diulang empat ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan
dan tiap ulangan menggunakan 25 benih sehingga jumlah benih yang dibutuhkan
adalah 600. Model rancangan percobaan yang digunakan untuk percobaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Yij = µ + βi + ρj + (βρ) ij + єij
Keterangan:
Yij

= Respon pengamatan penyadapan ke-i dan perlakuan posisi tandan ke-j

µ

= Rataan umum

βi

= Pengaruh penyadapan ke-i

ρj

= Pengaruh posisi tandan ke-j

(βρ) ij

= Pengaruh interaksi antara penyadapan ke –I dan posisi tandan ke -j

єij

= Pengaruh galat percobaan pengamatan penyadapan ke-i
dan perlakuan posisi tandan ke-j

Pelaksanaan Percobaan
1. Persiapan media perkecambahan

Media perkecambahan yang digunakan adalah arang sekam padi. Sebelum
digunakan media perkecambahan disterilkan secara basah dengan cara dikukus
selama 2-3 jam. Media perkecambahan tersebut dimasukkan ke dalam plastik
perkecambahan ukuran 32.5 x 22.5 cm dengan volume media adalah ½ bagian.

2. Persiapan benih

Buah yang telah diperoleh direndam dalam air selama lima hari. Tujuan
perendaman adalah mempermudah melepaskan kulit buah dan menghilangkan
kalsium oksalat yang melekat di benih. Sisa daging buah dibersihkan dengan cara
menggunakan serbuk gergaji, setelah kulit buah terlepas maka benih dipilih untuk
diberi perlakuan. Benih yang terpilih adalah benih yang memiliki ukuran yang
sama , tidak cacat dan memiliki struktur kulit benih yang mengkilap, setelah itu
benih diberi perlakuan pematahan dormasi. Perlakuan pematahan dormasi benih

15
 

aren dilakukan menggunakan teknik deoperkulasi. Deoperkulasi merupakan
teknik pengikisan/skarifikasi benih tepat pada posisi embrio benih aren (Rofik &
Murniati 2009). Segera setelah perlakuan deoperkulasi, benih langsung
dimasukkan dalam media serbuk gergaji yang telah dilembabkan untuk mencegah
benih menjadi rusak karena embrio menjadi kering dan diberi perlakuan klorox
1% selama 30 menit untuk mengurangi kontaminasi oleh cendawan. Selanjutnya
benih

ditanam

pada

media

perkecambahan.

Masing-masing

plastik

perkecambahan berisi 25 benih.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada fase perkecambahan. Kriteria kecambah normal
yang digunakan adalah plumula berkembang sehat, tidak rusak dengan panjang
lebih dari dua kali panjang benih, radikula berkembang dengan baik dan tidak
bengkok. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur viabilitas menurut Sadjad,
Murniati dan Ilyas (1999) adalah sebagai berikut :
1.

Potensi tumbuh maksimum (PTM).
Pengamatan dilakukan pada benih yang tumbuh baik normal maupun
abnormal pada pengamatan terakhir (90 hari) kemudian dipersentasekan.
Rumus untuk menghitung PTM adalah :

x 100%

PTM =

2

Daya berkecambah (DB)
Persentase DB benih dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal (KN)
pada hitungan pertama yaitu 60 hari setelah tanam (HST) dan hitungan kedua
yaitu 90 HST (Rofik & Murniati, 2008) dengan rumus:

DB =

T

x 100%

Dimana :

KN1 : Jumlah kecambah normal pada 60 HSS
KN2 : Jumlah kecambah normal pada 90 HSS

16 
 

3

Kadar air benih
Benih sebanyak 5 butir dipotong-potong kemudian dikeringkan dalam oven
105 oC selama 17 jam.
Kadar air benih =

x 100 %

Dimana :
M1 = Berat cawan kosong (g)
M2 = Berat cawan dan benih sebelum oven (g)
M3 = Berat cawan dan benih setelah oven (g)
4.

Bobot basah dan kering benih
Benih sebanyak lima buah ditimbang untuk mendapatkan bobot basah lalu
benih dimasukkan dalam oven selama 2 hari pada suhu 80 oC lalu ditimbang
untuk mendapatkan bobot kering benih.

5.

Panjang dan Diameter benih
Pengukuran

panjang

dan

dimeter

benih

diukur

sebelum

benih

dikecambahkan sebanyak 25 buah.
6.

Panjang apokol
Panjang apokol diukur pada 30, 60 dan 90 HSS, setiap satuan percobaan
menggunakan sepuluh kecambah.

7

Waktu (hari) keluarnya apokol dengan panjang 2 cm.

8.

Panjang Plumula
Panjang plumula diukur pada saat akhir pengamatan dan setiap satuan
percobaan diwakili sepuluh bibit aren.

9.

Panjang akar primer
Panjang akar primer diukur pada akhir pengamatan dan setiap satuan
percobaan diwakili sepuluh bibit aren.

10

Karakter pohon aren
Pengamatan terhadap pohon yang disadap dan tidak disadap diamati
karakternya yaitu jumlah bunga betina/spikel, jumlah buah/spikel, panjang
spikel/tandan dan jumlah tandan/pohon.
Data dianalisis dengan uji F dengan program Statistical Analysis System

(SAS) dan jika berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan

17
 

menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% sedangkan
karakter pohon aren diuji dengan uji T.
Percobaan II : Pengaruh teknik dan lama konservasi terhadap pertumbuhan
bibit aren
Percobaan kedua dilaksanakan berdasarkan perlakuan yang terbaik dari
percobaan pertama. Percobaan kedua dilaksanakan dengan menggunakan
kecambah benih aren yang telah berukuran 2-3.5 cm. criteria kecambah yang
digunakan tidak busuk, berwarna putih dan tidak patah. Rancangan percobaan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split-plot
Design) berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas dua
faktor. Faktor pertama (petak utama) adalah teknik konservasi kecambah aren (P).
Faktor kedua (anak petak) adalah lama konservasi (K). Faktor utama adalah
teknik konservasi kecambah aren terdiri dari atas tujuh perlakuan yaitu :
1. PO = Dikemas dalam kantong plastik (kontrol),
2. P1 = Menggunakan arang sekam dengan kadar air 10%
3. P2 = Menggun