Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Infrastruktur Jalan (Kasus Ketua Karang Taruna Dan Masyarakat Rw 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut).

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA
KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN
(Kasus : Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa
Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)

MUHAMMAD GHIFARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR JALAN (Kasus Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW
05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)” merupakan hasil
karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai bahan rujukan
yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan
sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia untuk bertanggung jawab atas
pernyataan ini.

Bogor, Agustus 2016

Muhammad Ghifari

iv

v

ABSTRAK
MUHAMMAD GHIFARI. Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna
dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pembangunan

Infrastruktur Jalan (Kasus Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa
Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut). Di bawah bimbingan
IVANOVICH AGUSTA.
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang memimpin atau menggerakan
orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Adanya lembaga Karang Taruna yang dipimpin oleh Ketua Karang
Taruna akan menjadikan kontrol secara efektif dalam kegiatan pembangunan.
Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang
diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pembangunan
infrastruktur jalan adalah salah satu program yang mampu mendukung suatu
kegiatan sosial dan ekonomi suatu desa. Hasil penelitian ini menunjukkan jika
gaya kepemimpinan demokratis dominan yang dimiliki oleh Ketua Karang
Taruna dapat meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan infrastruktur jalan.
Kata Kunci : kepemimpinan, karang taruna, partisipasi, pembangunan
infrastrukitur jalan

ABSTRACT
MUHAMMAD GHIFARI. Relationship between Leadership Style of Karang
Taruna’s Leader within The Level of Community Participation in Road

Infrastructure Development Program (Case : Karang Taruna’s Leader and
Community (RW 05) of Implementation in Road Infrastructure Development
Program at Cibiuk Kaler Village, District of Cibiuk, Subdistrict of Garut).
Supervised by IVANOVICH AGUSTA.
Leadership is the ability of someone to lead or affecting people that leads to
achieve goals and objectives that have been established. The facilities or the
accomodate such as Karang Taruna, led by the Karang Taruna’s Leader, will
make control effectively in development activities. Karang Taruna is one of the
organization of community that exist in the implementation of the social welfare.
The rural development in the construction of road infrastructure is a program that
are capable of supporting an activity economic and social of rural area. The
results of this research indicate if the democratic leadership style of Karang
Taruna’s Leader may increase the level of community participation in road
infrastructure development program.
Keywords : leadership, Karang Taruna, level of community participation, road
infrastructure development program

vi

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA

KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN

vii

(Kasus : Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa
Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)

Muhammad Ghifari

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

vi

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga menghasilkan Skripsi dengan judul “Hubungan Gaya
Kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
(Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan
Cibiuk, Kabupaten Garut)” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang
berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in
dan pengikutnya hingga hari akhir. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
meperoleh gelar pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP,
M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama

proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada Bapak Mahdar dan Ibu Yeti Nurhayati orang tua
tercinta, kakak dan adik tersayang serta semua keluarga yang selalu berdoa dan
senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih
juga penulis sampaikan kepada teman terdekat Tri Wicaksono dan Nabilah
Ananda R. sebagai teman satu bimbingan, kepada teman-teman UKM MAX!! dan
teman-teman satu kelompok KKN-P Desa Cibiuk Kaler. Ucapan terimakasih
untuk teman-teman seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan
selama ini serta semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga laporan Skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bogor, Agustus 2016

Muhammad Ghifari

viii

ix


DAFTAR ISI
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
2
Tujuan Penelitian

3
Kegunaan Penelitian
3
PENDEKATAN TEORITIS
5
Tinjauan Pustaka
5
Konsep Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
5
Konsep Partisipasi
8
Definisi Karang Taruna dan Ketua Karang Taruna
9
Konsep Pembangunan Desa dan Infrastruktur
9
Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis
12
PENDEKATAN LAPANG

13
Metode Penelitian
13
Lokasi dan Waktu Penelitian
13
Teknik Penentuan Responden dan Informan
13
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
14
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
14
Definisi Operasional
15
Gaya Kepemimpinan
15
Tingkat Partisipasi Masyarakat
16
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
20
Kondisi Geografis

21
Kondisi Sosial
21
KARAKTERISTIK RESPONDEN
25
Umur
25
Jenis Kelamin
25
Tingkat Pendidikan
26
Jenis Pekerjaan
26
PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KETUA
KARANG TARUNA
27
Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter
28
Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis
31

Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan “Laissez Faire”
33
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN
36
Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan
38
Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan
40

x

Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Menikmati hasil
Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Evaluasi
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA
DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA SETIAP
TAHAPAN TINGKAT PARTISIPASI
Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Perencanaan
Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Pelaksanan
Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Menikmati hasil
Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Evaluasi
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA
DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

43
43

45
45
46
46
47
49
51
51
51
52
55

xi

DAFTAR TABEL
1. Jadwal Penelitian tahun 2016
13
2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
15
3. Definisi Operasional Gaya Kepemimpinan
17
4. Definisi Operasional Tingkat Partisipasi Masyarakat
18
5. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015
21
6. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015
22
7. Jumlah Kepala Keluarga Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015
22
8. Jumlah anggota keluarga dan kepala keluarga RW 05 Desa Cibiuk Kaler
22
9. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler menurut ketenagakerjaan Tahun 2015 23
10. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015
23
11. Jumlah Sarana Pendidikan Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015
23
12. Jumlah dan persentase responden menurut kategori umur di RW 05 Desa
Cibiuk Kaler
25
13. Jumlah dan persentase kategori menurut jenis kelamin responden di RW 05
Desa Cibiuk Kaler
25
14.Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di RW 05 Desa
Cibiuk Kaler
26
15. Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan di RW 05 Desa
Cibiuk Kaler
26
16. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter,
demokratis dan laissez faire Ketua Karang Taruna
27
17. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter Ketua
Karang Taruna
28
18. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan demokratis
Ketua Karang Taruna
31
19. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan laissez faire
Ketua Karang Taruna
33
20. Jumlah dan persentase responden menurut tahapan tingkat partisipasi
masyarakat
37
21. Jumlah dan persentase responden menurut tahap perencanaan
38
22. Jumlah dan persentase responden menurut keterlibatan dalam rapat
perencanaan
38
23. Jumlah dan persentase responden menurut penyampaian pendapat masyarakat
39
24. Jumlah dan persentase responden menurut pendapat diterima serta
dipertimbangkan dengan baik
39
25. Jumlah dan persentase responden menurut keputusan akhir dalam rapat
40
26. Jumlah dan persentase responden menurut tahap pelaksanaan
40
27. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih ide (pikiran)
41
28. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih tenaga
41
29. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih materi
42
30. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih materi yang diberikan
42
31. Jumlah dan persentase responden menurut tahap menikmati hasil
43
32. Jumlah dan persentase responden menurut tahap evaluasi
44

xii

33. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap
perencanaan
45
34. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap
pelaksanaan
46
35. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap
menikmati hasil
47
36. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap
evaluasi
47
37. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara gaya kepemimpinan demokratis
dengan tingkat partisipasi masyarakat
49

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran
2. Lokasi Penelitian

12
55

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Wilayah
2. Kerangka Sampling
3. Tulisan Tematik
4. Dokumentasi

55
57
61
65

xiii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adisasmita (2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan (leadership)
adalah kemampuan memimpin dan mengorganisasikan atau menggerakan orangorang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara bagaimana pemimpin
berhubungan dengan para anggota organisasi atau kelompok dalam hal
menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Setiap pemimpin memiliki
suatu gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan. Namun ia juga harus dapat
menerapkan berbagai gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan (Olivianti dan
Kolopaking, 2014). Adanya sarana atau lembaga yang mewadahi seperti Karang
Taruna yang dimpimpin oleh Ketua Karang Taruna akan menjadikan kontrol
secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Sehingga Ketua Karang Taruna
sebagai pemimpin perlu menyesuaikan dirinya bagaimana mengambil keputusan
serta menyelesaikan masalahnya demi tujuan bersama.
Kepengurusan organisasi Karang Taruna serta Ketua Karang Taruna
adalah orang yang dipiilih secara musyawarah dan mufakat oleh Warga Karang
Taruna setempat dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat sesuai dengan
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab IV Pasal 10.
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 bahwa
Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang
diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana
tercantum dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, Bab VII tentang Peran Masyarakat
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Pengertian yang secara umum dapat ditangkap dari istilah partisipasi
adalah, keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu
kegiatan (Mardikanto et, al 2014). Pembangunan dewasa ini sering dikaitkan
dengan partisipasi masyarakat, karena pembangunan dapat berjalan dengan baik
apabila sejalan dengan partisipasi dari masyarakat yang juga ikut terlibat dalam
keberhasilan pembangunan. Partisipasi adalah pemberdayaan masyarakat, peran
serta dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi proyek
pembangunan, dan merupakan aktualisasi, kesadaran dan kemauan masyarakat
untuk berkorban serta berkontribusi terhadap implementasi program
pembangunan (Adisasmita, 2006). Kemudian Nasdian (2014) mendefinisikan
partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri,
dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan
proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol
secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak,
kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar.
Partisipasi erat kaitannya dengan pemimpin lokal daerah salah satunya
adalah Kepala Desa. Terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang
digunakan Kepala Desa dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Untuk
mewujudkan masyarakat yang partisipatif, diperlukan gaya kepemimpinan
tertentu. Nikolaus (2014) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis
yang dijalankan Kepala Desa merupakan hal yang menentukan dalam upaya
melibatkan partisipasi masyarakat desa. Kepemimpinan yang demokratis secara

2

nyata meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Titehena,
Flores Timur. Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya tidak akan dapat
berjalan secara maksimal, bilamana Kepala Desa sebagai orang terdepan dengan
memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator
pembangunan bersifat pasif terhadap kondisi masyarakatnya dan pemerintahannya
(Libut, 2015). Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia No: 114/Tahun 2014
Pasal 6 ayat (3) huruf a, tentang Pedoman Pembangunan Desa menjelaskan
tentang pelaksanaan pembangunan desa dalam bidang pelaksanaan pembangunan
desa mengenai pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkungan desa menyebutkan tentang jalan pemukiman. Partisipasi masyarakat
dalam program pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh pemerintah
desa terkait apabila dalam pelaksanaannya belum maksimal, maka organisasi
sosial seperti Karang Taruna yang dipimpin oleh Ketua Karang Taruna akan
memberikan dukungan postif serta mampu membantu peran pemerintah desa
dalam program pembangunan infrastruktur jalan.
Pembangunan desa identik dengan pembangunan fisik, Mubiyanto (1991)
dalam Libut (2015) mengemukakan pembangunan fisik adalah pembangunan
yang nampak secara nyata berwujud, salah satu indikatornya adalah terkait dengan
prasarana perhubungan yaitu tentang jalan. Infrastruktur merupakan pendukung
utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan seharihari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas
atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun
dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi
masyarakat (Grigg, 2000) dalam (Kodatie, 2005). Infrastruktur jalan adalah
prasarana fisik, berfungsi untuk menghubungkan berbagai pusat kegiatan, di
samping mendorong pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat (Saleh, 2014).
Penelitian ini membahas tentang pembangunan desa secara fisik terkait dengan
infrastruktur jalan.
Pemaparan di atas menjelaskan apabila partisipasi dalam suatu masyarakat
diwadahi oleh suatu lembaga yaitu Karang Taruna serta yang memimpin adalah
seorang Ketua Karang Taruna, program pembangunan infrastruktur jalan di desa
tentunya akan lebih efektif. Maka dari itu terdapat pertanyaan “bagaimana
hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan?”
Masalah Penelitian
Kepemimpinan Ketua Karang Taruna memiliki peranan penting dalam
kegiatan pembangunan desa. Gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna tentu
sangat terlihat dalam menjalankan tugasnya. Gaya kepemimpinan tersebut yaitu
otokriter, demokratis dan laissez faire. Gaya kepemimpinan tersebut memiliki
peranan yang berbeda-beda dalam hal mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam program pembangunan infrastruktur jalan oleh sebab itu terdapat
pertanyaan bagaimana gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam
program pembangunan infrastruktur jalan?
Peranan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam pembangunan
pedesaan memiliki hubungan langsung atau tidak langsung yang akan
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Peran yang dilakukan oleh Ketua

3

Karang Taruna tersebut memiliki derajat yang berbeda-beda dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan (perencanaan, pelaksanaan,
pemanfatan, dan evaluasi). Oleh karena itu terdapat pertanyaan bagaimana
tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur
jalan?
Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan
berkaitan erat dengan proses terlibat aktif masyarakat dalam kegiatan
pembangunan desa. Tingkat partisipasi masyarakat apabila difasilitasi oleh
seorang pemimpin yaitu Ketua Karang Taruna dengan gaya kepemimpinannya
yang dominan tentunya akan terlihat keterlibatan masyarakat, maka timbul
pertanyaan bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dominan Ketua
Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan infrastruktur jalan?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam program
pembangunan infrastruktur jalan.
2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan
infrastruktur jalan.
3. Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna yang
dominan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan infrastruktur jalan.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai
hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.
Kegunaan yang lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai
hubungan gaya kepemimpinan ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu kepada masyarakat mengenai
pengetahuan tentang kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta hubungannya
dengan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur
jalan.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan lembaga desa yaitu
Karang Taruna serta berkaitan dengan kepemimpinan Ketua Karang Taruna
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Adisasmita (2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan (leadership)
adalah kemampuan memimpin dan mengorganisasikan atau menggerakan orangorang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Soekanto (2007) kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan seseorang sebagai pemimpin untuk mempengaruhi orang lain yang
dipimpinnya seperti pengikut, anggota atau bawahan – bawahannya.
Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan
Lippit (1960) yang dikutip oleh Rakhmat (2012) menyebutkan terdapat tiga gaya
kepemimpinan, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh pengambilan keputusan dan
kebijakan dilakukan oleh pemimpin seluruhnya. Berdasarkan eksperimen yang
telah dilakukan, ditemukan bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana
permusuhan, agresi dan memunculkan suasana submisif. Gaya kepemimpinan
yang otoriter juga menimbulkan ketergantungan yang besar dari anggota atau
bawahan.
Ciri – ciri pokok kepemimpinan otoriter adalah sebagai berikut
(Soekanto, 2007) :
A. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak
B. Pengikut sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses perumusan
tujuan kelompok dan aktivitas ataupun kegiatan untuk mencapai
tujuan kelompok tersebut.
C. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seolah-olah tidak terlibat dalam
interkasi antara anggota kelompok tersebut
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini dicirikan oleh pemimpin yang membantu,
mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam mendiskusikan dan
memutuskan kebijakan.
Ciri – ciri pokok kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut
(Soekanto, 2007) :
1. Pemimpin mengajak masyarakat atau anggota kelompok dalam
merumuskan tujuan dan langkah- langkah untuk mencapainya
2. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk.
3. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan
kelompok
c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh pemimpin yang memberikan
kebebasan penuh kepada anggota atau bawahan untuk mengambil keputusan.
Dalam gaya kepemimpinan ini hanya ada sedikit partisipasi dari pemimpin.

6
Ciri – ciri pokok kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut
(Soekanto, 2007) :
1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif
2. Penetuan tujuan kelompok dan langkah-langkah untuk mencapainya
dilakukan oleh anggota kelompok sepenuhnya. Pemimpin hanya
menyediakan sarana dan prasaranan yang dibutuhkan kelompok
3. Pemimpin berada di antara kelompok namun tidak terlibat dalam
kegiatan
Menurut Siagian (2007) banyak gaya kepemimpinan yang dewasa ini
digunakan untuk mendefinisikan tipe-tipe pemimpin. Salah satu tipologi yang
umum dikenal ialah dengan mengatakan bahwa para pejabat pimpinan pada
dasarnya dapat dikategorikan pada lima tipe, yaitu :
1. Tipe otokratik
2. Tipe paternalistik
3. Tipe kharismatik
4. Tipe laissez faire, dan
5. Tipe demokratik
1. Gaya otokratik : Dalam hal mengambil keputusan seorang pemimpin yang
otoktratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada para
bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para
bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana karena mereka tidak
dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan itu.
2. Gaya
paternalistik
:
Dalam
hal
pengambilan
keputusan,
kecenderungannya ialah menggunakan cara mengambil keputusannya
sendiri dan kemudian berusaha “menjual” keputusan itu kepada para
bawahannya. Dengan “menjual” keputusan itu diharapkan bahwa para
bawahan akan mau menjalankannya meskipun mereka tidak dilibatkan
dalam proses pengambilannya. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya
paternalistik dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan pada
umumnya bertindak dengan dasar pemikiran bahwa apabila kebutuhan fisik
para bawahan teresebut sudah terpenuhi, para bawahan itu akan
mencurahkan perhatian kepada pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Gaya Kharismatik : Penjelasan yang paling lumrah diberikan oleh para
ahli ialah dengan mengatakan bahwa seorang pemimpin yang kharismatik
memiliki daya pikat yang tinggi sehingga kepemimpinannya diterima dan
diakui oleh para pengikutnya –yang biasanya jumlah besar- tanpa selalu
mampu menjelaskan mengapa mereka menerima dan mengakuinya
kepemimpinan orang yang bersangkutan.
4. Gaya Laissez Faire : Karakteristik yang paling menonjol dari seorang
pemimpin yang laissez faire terlihat pada gayanya yang santai dalam
memimpin organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan, misalnya
seorang pemimpin yang laissez faire akan mendelegasikan seluruh tugastugas itu kepada para bawahannya, dengan pengarahan yang minimal atau
bahkan tanpa pengarahan sama sekali, dan tidak hanya menyangkut

7
keputusan yang sifatnya rutin dalam usaha memecahkan berbagai masalah
teknis yang repetitif, tetapi juga menyangkut hal-hal yang fundamental.
5. Gaya Demokratik : Dalam hal pengambilan keputusan tercermin pada
tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam seluruh proses
pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang demokratik akan memilih
model dan teknik pengambilan keputusan tertentu yang memungkinkan
para bawahannya berpartisipasi. Dalam hal pemeliharaan hubungan dengan
para bawahan, gaya pemimpin yang demokratik biasanya memberikan
penekanan kuat pada adanya hubungan yang serasi, dalm arti
terpeliharanya keseimbangan antara hubungan yang formal dan informal
meskipun tidak mudah mewujudkan keseimbangan tersebut dalam praktik.
Seorang pemimpin yang demokratik juga cenderung memperlakukan para
bawahannya sebagai orang-orang yang sudah dewasa dan matang.
Ibrahim (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan seorang pemimpin
akan berjalan efektif jika disesuaikan dengan keadaan dalam berkomunikasi
dengan bawahan. Kepemimpinan tersebut dikenal sebagai kepemimpinan
situsional dimana kepemimpinan yang menekankan pada perilaku pemimpin dan
bawahannya. Terdapat beberapa gaya kepemimpinan situsional seperti:
1. Gaya kepemimpinan dengan gaya instruksi (memberitahukan)
Pemimpin memberikan instruksi tentang peranan dan tujuan bagi
bawahannya. Pemimpin mengawasi tugas yang dilakukan bawahan secara ketat.
Proses komunikasi antara pimpinan dengan bawahan banyak didominasi oleh
komunikasi satu arah. Gaya instruksi dilakukan pada bawahan yang rendah
kematangannya atau pengalamannya.
2. Gaya kepemimpinan dengan gaya konsultasi (menjajakan)
Pemimpin menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil tetapi
pemimpin juga mau menerima pendapat bawahannya. Pengarahan serta
pengawasan tetap dilakukan secara ketat. Gaya ini dilakukan karena bawahan
mempunyai tingkat kematangannya mulai dari rendah hingga sedang.
3. Gaya kepemimpinan dengan gaya partisipasi (mengikutsertakan)
Pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan bawahannya dan
mendukung usaha-usaha bawahan dalam menyelesaikan suatu tugas. Peran
pemimpin menjadi aktif ketika mendengarkan keluhan para bawahannya. Gaya
kepemimpinan ini dilakukan karena bawahan memiliki kemampuan tetapi tidak
ingin melakukan tugas karena kurang keyakinan.
4. Gaya kepemimpinan dengan gaya delegasi
Pemimpin memberikan kesempatan yang luas kepada bawahannya untuk
memutuskan masalah dan menjalankan tugas. Pemimpin mendelegasikan
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas pada bawahan yang tingkat
kematangannya.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara bagaimana pemimpin
berhubungan dengan para anggota organisasi atau kelompok dalam hal
menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu setiap
pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan. Namun
ia juga harus dapat menerapkan berbagai gaya kepemimpinan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi dalam menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan (Olivianti dan Kolopaking, 2014). Urpon (2015) mengemukakan

8
bahwa peran pemimpin lokal formal ataupun informal memiliki hubungan yang
erat kaitannya dengan masyarakat dalam pembangunan pedesaan. Hal ini karena
pemimpin lokal adalah individu-individu yang mempunyai tujuan atau maksud
yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan. Besarnya pengaruh dari tindakan
tersebut dipengaruhi oleh peran yang mereka tunjukan dimasyarakat.
Kemampuan pemimpin dalam mengajak, membimbing, dan memotivasi warga
dalam berbagai aktivitas bersama di pedesaan adalah kemampuan utama yang
harus dimiliki. Dalam rangka menggerakan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan desa, peranan pemimpin di desa sangat menentukan. Dalam hal
ini kemampuan seorang kepala atau pemimpin dalam usahanya menggerakkan
partisipasi masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan desa (Tegi dan
Lapian, 2014). Pembangunan desa yang dimaksud salah satunya program
pembangunan infrastruktur jalan karena program tersebut merupakan salah satu
bentuk pembangunan pedesaan.
Konsep Partisipasi
Partisipasi adalah pemberdayaan masyarakat, peran serta dalam kegiatan
penyusunan perencanaan dan implementasi proyek pembangunan, dan
merupakan aktualisasi dan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan. (Adisasmita,
2006). Oleh pakar lain partisipasi didefinisikan sebagai proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari
partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar (Nasdian, 2014). Cohen dan Uphoff
(1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu :
1.

2.

3.

4.

Tahap perencanaan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat
dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini
yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam
bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
tindakan sebagai anggota proyek.
Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran.
Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.

Dalam teori pembangunan, pendekatan terhadap partisipasi dimaknai
sebagai kontribusi masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembangunan, dalam mempromsikan proses demokratisasi dan pemberdayaan

9
(Clever, 2000) dalam (Alfitri, 2011). Konsep partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sudah mulai dikenal oleh pemerintah sejak awal tahun 1980-an
memulai istilah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan serta menjaga lingkungan dimana mereka
berada. Untuk mensukseskan gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut
kemudian pemerintah membentuk beberapa lembaga seperti LKMD, PKK,
Karang Taruna sebagai wadah dalam mendorong komunitas lokal untuk
berpartisipasi dan menjunjung solidaritas bersama (Libut, 2015). Partisipasi
masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan menunjukkan
seberapa besar kontribusi masyarakat dalam terlibat aktifnya pada program
tersebut.
Definisi Karang Taruna dan Ketua Karang Taruna
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010
Bab I, Ayat 1 Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai
wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial.
Peranan pemuda atau generasi muda sebagai pilar, penggerak, dan
pengawal jalannya reformasi dan pembangunan sangat diharapkan. Generasi
muda adalah remaja yang nantinya akan menjadi tunas harapan dan modal
pembangunan bangsa yang akan datang (Damayanty, 2012).
Kepengurusan organisasi serta Ketua Karang Taruna adalah orang yang
dipiilih secara musyawarah dan mufakat oleh Warga Karang Taruna setempat
dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat sesuai dengan Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab IV Pasal 10.
Kemudian Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab
I Pasal 1 menyebutkan Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga
Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas)
tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun yang berada di
desa/kelurahan. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketua Karang Taruna dalam kepengurusan Karang Taruna juga dipilih secara
musyawarah oleh Warga Karang Taruna sertempat dan dikukuhkan oleh Kepala
Desa/ Lurah.
Konsep Pembangunan Desa dan Infrastruktur
Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari
pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan
kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Di negara-negara
berkembang, secara demografis sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan
dan memiliki tingkat pendidikan rendah (Adisasmita, 2006). Pembangunan
pedesaan menurut Mosher (1969) dalam Jayadinata dan Pramandika (2007)

10
mengandung arti menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam
kehidupan sosial ekonomi, seperti kurangnya pengetahuan, ketrampilan,
kesempatan kerja, dan sebagainya, yang mengakibatkan penduduk wilayah
pedesaan misikin.
Menurut Charles O. Jones (1996) yang dikutip oleh Kembara (2010)
menjelaskan tentang pengertian program. Program adalah cara-cara yang
disahkan untuk mencapai suatu tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang
dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai
program atau tidak yaitu :
1. Program cenderung membutuhkan anggota, misalnya untuk melaksanakan
atau sebagai pelaku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya
juga diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat
diakui oleh publik.
Pembangunan desa identik dengan pembangunan fisik, Mubiyanto
(1991) dikutip oleh Libut (2015) mengemukakan pembangunan fisik adalah
pembangunan yang nampak secara nyata berwujud, serta dapat di lihat, adapun
indikator-indikator yang dapat memperjelas tentang pembangunan fisik adalah :
1. Prasarana Perhubungan
Jalan, baik jalan gang maupun jalan menuju ibu kota kecamatan dan
lintas perbatasan Negara serta jembatan-jembatan, dan juga yang
berhubungan dengan prasarana komunikasi, antara lain signal televise, signal
telpon Ht
2. Prasarana Produksi
Hal-hal yang menyangkut kegiatan ekonomi masyarakat, yang berupa
prasarana. Yang di kategorikan prasarana produksi misalnya pabrik, irigasi,
tempat perdagangan pasar, sawah/ladang/kebun dan sebagainya.
3. Prasarana Sosial Budaya
Setiap bangunan yang dalam pemakaiannya bersifat umum atau
bersama. Termasuk prasarana sosial misalnya gedung sekolah, balai
pertemuan, rumah ibadah, klinik kesehatan dan sebagainya.
Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia No: 114/Tahun 2014 Pasal 6
ayat (3) huruf a, tentang Pedoman Pembangunan Desa menjelaskan tentang
pelaksanaan pembangunan desa dalam bidang pelaksanaan pembangunan desa
mengenai pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkungan desa antara lain :
1. Tambatan perahu ;
2. Jalan pemukiman ;
3. Jalan Desa antar pemukiman ke wilayah pertanian ;
4. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro ;
5. Lingkungan pemukiman masyarakat Desa ; dan
6. Infrastruktur Desa lainnya sesuai kondisi Desa.
Program pembangunan infrastruktur jalan termasuk ke dalam poin kedua
yaitu tentang jalan pemukiman. Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988) dalam (Kodatie,

11
2005). Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000)
dalam (Kodatie, 2005). Infrastruktur jalan adalah prasarana fisik, berfungsi
untuk menghubungkan berbagai pusat kegiatan, di samping mendorong
pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat (Saleh, 2014).
Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang
lain dalam bertindak serta mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan
bersama. Untuk mendefinisikan tipe-tipe pemimpin dewasa ini menggunakan
gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan seorang Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan
infrastruktur jalan. Program pembangunan infrastruktur jalan adalah kegiatan
pembangunan desa secara fisik yang dilaksanakan oleh masyarakat RW 05.
Tiga gaya kepemimpinan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu
gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan
otoriter ini ditandai oleh pengambilan keputusan dan kebijakan dilakukan oleh
pemimpin seluruhnya. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana permusuhan, agresi dan
memunculkan suasana submisif. Gaya kepemimpinan demokratis dicirikan oleh
pemimpin yang membantu, mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam
mendiskusikan dan memutuskan kebijakan. Gaya kepemimpinan laissez faire
ditandai oleh pemimpin yang memberikan kebebasan penuh kepada anggota atau
bawahan untuk mengambil keputusan. Dalam gaya kepemimpinan ini hanya ada
sedikit partisipasi dari pemimpin. Berdasarkan tipe-tipe gaya kepemimpinan
tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta berupaya mengetahui
gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan
infrastruktur jalan.
Nikolaus (2014) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis
yang dijalankan Kepala Desa merupakan hal yang menentukan dalam upaya
melibatkan partisipasi masyarakat desa. Kepemimpinan yang demokratis secara
nyata meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Titehena,
Flores Timur. Dalam hal ini yang ingin melihat gaya kepemimpinan Ketua
Karang Taruna yang memiliki keterlibatan yang erat dengan partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan infrastruktur jalan.
Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari tahapan program yang diikuti
masyarakat yakni dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan
evaluasi program. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan perencanaan
program pembangunan infrastruktur jalan dapat diilihat dari kehadiran serta
pemahaman masyarakat akan konsep program. Tahapan pelaksanan dilihat dari
keterlibatan dan peran masyarakat dalam memberikan sumbangan berupa materi
atau pemikiran atau tenaga pada saat pelaksanaan kegiatan program berlangsung.
Tahapan berikutnya adalah tahapan menikmati hasil yaitu tahapan ketika
masyarakat sebagai subjek pembangunan menikmati hasil dari pembangunan
kegiatan dari program pembangunan infrastruktur jalan sebagai hasil dari

12
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Tahapan yang terakhir
dalam pelaksanaan kegiatan menikmati hasil program yakni tahapan evaluasi
program, tahapan ini akan dilihat partisipasi masyarakat ketika menilai,
memberikan kritik serta saran sebagai hasil evaluasi masyarakat terhadap
pelaksanaan program. Berikut gambaran kerangka pemikiran yang dapat dilihat
dibawah ini :

Gaya Kepemimpinan Ketua
Karang Taruna :
1. Otoriter
2. Demokratis
3. Laissez-faire

Keterangan:

Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam Program
Pembangunan Infrastruktur
Jalan :
1.
2.
3.
4.

Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap menikmati hasil
Tahap evaluasi

: Hubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesis
Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan
tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

13
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh data
kualitatif untuk memperkaya data serta informasi yang diperoleh. Pendekatan
kuantitatif didapatkan dengan menggunakan metode survei yang mana kuesioner
digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari responden.
Kuesioner yang diberikan kepada responden dengan tujuan untuk mengetahui
gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta hubungannya dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Data
kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan
panduan wawancara. Panduan wawancara ini diberikan kepada informan untuk
memperoleh informasi terkait kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta
partisipasi masyarakat terkait dalam program pembangunan infrastruktur jalan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang
Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan
infrastruktur jalan di RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten
Garut, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) karena RW 05 Desa Cibiuk Kaler merupakan salah satu desa yang
memiliki program desa terkait dengan pembangunan infrastruktur jalan.
Tabel 1. Jadwal Penelitian tahun 2016
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kegiatan
Penyusunan Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan Proposal
Pengambilan Data
Lapangan
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang Skripsi
Perbaikan Laporan
Penelitian

Teknik Penentuan Responden dan Informan
Data dalam penelitian ini bersumber dari responden dan informan.
Responden adalah seseorang atau individu yang dapat memberikan informasi
mengenai dirinya sendiri terkait dengan program serta berasumsi mengenal
Ketua Karang Taruna. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala

14
keluarga (KK) di RW 05 Desa Cibiuk Kaler sedangkan populasi sampelnya
adalah kepala keluarga di RW 05 Desa Cibiuk Kaler (4 RT 158 KK). Unit
analisis dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di RW 05 Desa
Cibiuk Kaler. Kepala keluarga dipilih untuk menjadi responden karena pada
umumnya hanya kepala keluarga yang mengikuti rapat kegiatan program
pembangunan infrastruktur jalan. Adapun saat pengambilan data kepala keluarga
sudah meninggal atau sedang tidak berada di rumah, maka istrinya yang akan
menggantikan dengan asumsi seorang istri menegtahui kegiatan suami.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampel
acak sederhana (Simple Random Sampling). Teknik ini digunakan karena sifat
populasi yang homogen. Berdasarkan data penduduk tahun 2015 yang dimiliki
oleh ketua RW, jumlah kepala keluarga yang ada di RW 05 Desa Cibiuk Kaler
adalah sebanyak 158 KK. Kemudian dipilih sebanyak 35 responden. Jumlah
tersebut sudah melewati batas minimal responden dalam penelitian starta satu
dan mampu merepresentasikan populasi yang homogen. Penelitian ini juga
sudah melakukan uji coba kuesioner dengan hasil alphacronbach sebesar 0.664
Informan dalam penelitian ini adalah seseorang yang dapat menjelaskan
serta memberikan keterangan terkait dengan gambaran mengenai dirinya sendiri,
keluarga, pihak lain dan lingkunganya yang mampu mendukung kelancaran
suatu informasi yang diberikan. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua RT,
Ketua RW dan tokoh masyarakat yang sering berinteraksi dengan Ketua Karang
Taruna dan mengetahui dengan baik program pembangunan infrastruktur jalan.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam
melakukan pengamatan langsung, peneliti juga melakukan wawancara
mendalam kepada informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan
kuesioner kepada responden dan informan. Pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner dan panduan pertanyaan merupakan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik
yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder
dapat diperoleh dari studi dokumenter dengan cara mencatat dan
mendokumentasikan berbagai data yang berkaitan dengan masalah penelitian
yang berupa penelitian terdahulu, dokumen dari berbagai instansi terkait, buku,
jurnal ilmiah dan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan penelitian.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis
yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi
Microsoft Excel 2013 dan SPSS Version 20.0. Pembangunan data awal
responden untuk melakukan simple random sampling menggunakan aplikasi
Microsoft Excel 2013. Kemudian SPSS for windows 20.0 digunakan untuk
membantu dalam pembangunan tabel frekuensi dan uji statistik yang
menggunakan Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk

15
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal
dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah
untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang
tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi
dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke
dalam sebuah laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan
penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi
dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan,
dan dosen pembimbing.
Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki 2 konsep utama yaitu gaya kepemimpinan dan
tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Berdasarkan Kedua konsep
tersebut, maka di dirumuskan definisi operasional yang bertujuan sebagai
batasan dan indikator dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional tersebut
yaitu :
Tabel 2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data

Data Yang Dikumpulkan

Kuesioner

1. Karakteristik responden
2. Gaya
Kepemimpinan
Ketua
Karang Taruna
3. Tingkat Partisipasi Masyarakat
4. Kepemimpinan Ketua Karang
Taruna
5. Partisipasi masyarakat dalam
program
6. Gambaran umum lokasi desa
melalui data monografi

Wawancara mendalam

Observasi lapang dan dokumentasi
Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara seorang pemimpin dalam
menggunakan kedudukannya untuk mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan
dibedakan menjadi kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis dan
kepemimpinan laissez faire.
Dalam mengukur gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna, digunakan
beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator-indikator tersebut merupakan
variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:
 Sangat setuju
(skor 5)
 Setuju
(skor 4)
 Ragu-ragu
(skor 3)

16
 Tidak setuju
 Sangat tidak setuju

(skor 2)
(skor 1)

Berdasarkan total skor yang digunakan, variabel gaya kepemimpinan
otoriter, demokratis dan laissez faire yang diterapkan Ketua Karang Taruna
dapat dikategorikan menjadi :
 Tinggi
: Skor 55 - 75
 Sedang
: Skor 35 - 54
 Rendah
: Skor 15 - 34
Adapun skor yang di jelaskan pada setiap indikator pada setiap gaya
kepemimpinan otoriter, demokratik dan laissez faire yang diterapkan Ketua
Karang Taruna dapat dikategorikan menjadi :
 Tinggi
: Skor 19 - 25
 Sedang
: Skor 12 - 18
 Rendah
: Skor 5 - 11
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat partisipasi masyarakat merupakan sejauh mana masyarakat ikut
terlibat dalam setiap tahapan program. Tingkat partisipasi masyarakat dapat
dilihat dari tahapan program yang diikuti masyarakat yakni dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi program. Dalam
mengukur tingkat partisipasi masyarakat yang digunakan berikut kategori skor
yang digunakan :
1. Pada tahap perencanaan :
 Tinggi
: Skor 13 - 15
 Sedang
: Skor 9 - 12
 Rendah
: Skor 5 - 8
2. Pada tahap pelaksanaan :
 Tinggi
: Skor 10 - 12
 Sedang
: Skor 7 - 9
 Rendah
: Skor 4 - 6
3. Pada tahap menikmati hasil :
 Tinggi
: Skor 13 - 15
 Sedang
: Skor 9 - 12
 Rendah
: Skor 5 - 8
4. Pada tahap evaluasi :
 Tinggi
: Skor 15 - 18
 Sedang
: Skor 11 - 14
 Rendah
: Skor 6 - 10
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara seorang pemimpin dalam
menggunakan kedudukannya untuk mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan
dibedakan menjadi kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis dan
kepemimpinan laissez faire.

17
Tabel 3. Definisi Operasional Gaya Kepemimpinan
Indikator

Definisi

Gaya
kepemimpinan
ini dicirikan
oleh
pengambilan
keputusan dan
Gaya
kebijakan
Kepemimpi
dilakukan oleh
nan
pemimpin
Otoriter
seluruhnya serta
menimbulkan
ketergantungan
yang besar dari
anggota atau
bawahan.
Gaya
kepemimpinan
ini dicirikan
oleh pemimpin
yang membantu,
mengarahkan
Gaya
Kepemimpi dan
membimbing
nan
Demokratis anggotanya
dalam
mendiskusikan
dan
memutuskan
kebijakan.
Gaya
kepemimpinan
ini merupakan
kondisi
kepemimpinan
dimana
Gaya
Kepemimpi pemimpin
nan Laissez memberikan
kebebasan
Faire