Nusantara Superior Teaks (Jati Unggul Nusantara) Growth through Agroforestry system on the Dry Land in Kupang.

PERTUMBUHAN TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA
(Tectona grandis L.) DENGAN SISTEM AGROFORESTRI
PADA LAHAN KERING DI KUPANG

WILHELMINA SERAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan tanaman
jati unggul nusantara (Tectona grandis L.) dengan sistem agroforestri pada lahan
kering di Kupang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Wilhelmina Seran
NIM E451110041

RINGKASAN
WILHELMINA SERAN.
Pertumbuhan Tanaman Jati Unggul Nusantara
(Tectona grandis L.) dengan Sistem Agroforestri pada Lahan Kering di Kupang.
Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO dan OMO RUSDIANA.
Pengembangan jati unggul nusantara (JUN) pada saat ini lebih banyak
dilakukan dengan sistem agroforestri baik dengan tanaman semusim maupun
tanaman tahunan. Salah satu jenis tanaman semusim yang diharapkan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan ditanam secara agroforestri dengan JUN adalah
sorgum. Pemilihan sorgum varietas Numbu merupakan pilihan alternatif dalam
pengembangan sorgum di NTT.
Berdasarkan kondisi lahan di NTT, JUN dan sorgum varietas Numbu
diharapkan dapat dikembangkan dengan sistem agroforestri. Kondisi lahan di
NTT sesuai untuk penanaman JUN dan sorgum varietas Numbu dengan
memperhatikan pemilihan jarak tanam dan teknik konservasi tanah dan air yang

tepat. Salah satu teknik konservasi tanah dan air yaitu dengan pembuatan rorak.
Pembuatan rorak merupakan langkah alternatif yang akan dilakukan dalam upaya
menahan air hujan yang berlangsung singkat dan mencegah erosi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji pertumbuhan JUN dan
sorgum varietas Numbu yang ditanam di lahan kering dengan sistem agroforestri,
menganalisis pengaruh jarak tanam terhadap produktivitas JUN dan sorgum
varietas Numbu yang di tanam di lahan kering, menganalisis pengaruh rorak
terhadap produktivitas JUN dan sorgum varietas Numbu, dan menganalisis
pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap sistem perakaran JUN dan sorgum
varietas Numbu.
Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan dua faktor
dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan pola faktorial dengan ulangan
sebagai kelompok sebanyak 3 kali. Keseluruhan kombinasi perlakuan : 3 x 4
sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan. Hasil pengamatan kemudian
dianalisis dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi
9.1.3 Service Pack 4 sehingga diperoleh analisis keragamannya. Apabila hasil
analisis keragamannya tersebut berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji
lanjut Duncan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil JUN dan sorgum varietas
Numbu dapat tumbuh di lahan kering dengan sistem agroforestri; jarak tanam

JUN-sorgum 100 cm berpengaruh terhadap diameter JUN dan pada produktivitas
sorgum berpengaruh pada bobot 1000 butir, berat malai, diameter; rorak tidak
memberikan pengaruh terhadap JUN dan sorgum varietas Numbu; jarak tanam
100 cm dan tanpa rorak lebih berpengaruh terhadap sistem perakaran.
Jarak tanam dengan rorak berpengaruh positif terhadap sistem perakaran
JUN dan sorgum varietas Numbu yaitu jumlah akar, panjang akar, diameter akar,
luas permukaan akar dan biomassa akar.

Kata kunci: agroforestri, lahan kering, rorak, jati unggul nusantara, sorgum
varietas Numbu

SUMMARY
WILHELMINA SERAN. Nusantara Superior Teaks (Jati Unggul Nusantara)
Growth through Agroforestry system on the Dry Land in Kupang. Supervised by
NURHENI WIJAYANTO and OMO RUSDIANA.
Recently, the cultivation of Nusantara Superior Teak (JUN) is mostly done
by agroforestry system through seasonal or annual crops. Sorghum Numbu var. is
an alternative variety for sorghum development in East Nusa Tenggara and also to
meet the food requirements of this area.
Based on the land conditions in East Nusa Tenggara, JUN and sorghum

Numbu var. are expected to develop through agroforestry systems considering the
spacing, water and land conservation needs and technique. Rorak is an alternative
method to conserve soil and water due to its capability in holding harvested rain
water and also prevention of erosion.
This research aims to rewiewing growth and of JUN and sorghum Numbu
var. in dry land through agroforesttry system, analyze the effect of rorak and
spacing on the growth and productivity of sorghum Numbu var. in dry land
through agroforestry system, analyze the effect of rorak and spacing on the
rooting system of JUN and sorghum Numbu var. in dry land through agroforestry
system.
A Two-Factor Experiment in a Randomized Complete Block Design was
used with spacing and rorak as factors in 3 blocks. The treatment combinations
were 3 x 4 (spacing of 50 cm and non-rorak, spacing of 50 cm and rorak, spacing
of 100 cm and rorak, spacing of 100 cm and non-rorak), with a total of 12
experimental units. The data was analyzed using the Statistical Analysis System
(SAS) program version 9.1.3 Service Pack 4 in order to obtain diversity analysis.
Significant effect of the treatment with Duncan's Multiple Range test.
The result of planting distance showed significant effect on diameter and
height of sorghum Numbu var. The result of 100 cm spacing showed significant
effect on JUN stem diameter, sorghum Numbu var. productivity, weight of 1000

seeds, panicle weight, and sorghum stem diameter. Rorak shows no significant
effect on growth and productivity of sorghum Numbu var. The study revealed
that, JUN and sorghum Numbu var. can be grown in drylands through
agroforestry system.
Rorak and spacing were significant with the roots system of teak and
shorgum, it is number of roots, length of roots, diameter, broad-surface of roots,
and biomass of roots.

Keywords: Agroforestry, dry land, rorak, tectona grandis L., sorghum Numbu var.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PERTUMBUHAN TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA
(Tectona grandis L.) DENGAN SISTEM AGROFORESTRI
PADA LAHAN KERING DI KUPANG

WILHELMINA SERAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013-Juni 2013 ialah
pertumbuhan tanaman jati unggul nusantara (Tectona grandis L.) dengan sistem
agroforestri pada lahan kering di Kupang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, Ms
dan Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc F Trop selaku pembimbing, yang telah banyak
memberi saran. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada beasiswa BPPS dari
DIKTI. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepada bapak (alm)
dan mama, suami dan anak-anak, seluruh keluarga dan teman-teman seperjuangan
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Wilhelmina Seran

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian

2

METODE

3

Waktu dan Tempat penelitian

3

Alat dan Bahan


3

Prosedur Penelitian

4

Pelaksanaan Penelitian

6

2

3

Data Pendukung

10

Pengumpulan Data Sekunder


10

Analisis Data

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Keadaan Lokasi

11

Pertumbuhan JUN dan Sorgum Varietas Numbu

12

Pengaruh Rorak dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan JUN
dan sorgum varietas Numbu

12

Pengaruh Rorak dan Jarak Tanam terhadap Sistem Perakaran
4

JUN dan Sorgum Varietas Numbu

18

SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

34

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1
2
3

Pola percobaan dua faktor dalam rancangan acak kelompok lengkap
Hasil analisis sifat kimia tanah
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap
produktivitas JUN dan sorgum varietas Numbu
4 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap Diameter JUN
5 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap tinggi sorgum
varietas Numbu
6 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap diameter
7 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap berat malai
8 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap bobot 1000 butir
9 Uji Lanjut Duncan pengaruh rorak dan jarak tanam terhadap produksi sorgum
10 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap parameter
pertumbuhan akar JUN
11 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap parameter
pertumbuhan akar sorgum

4
11
13
13
14
15
16
16
17
18
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Prosedur kerja
Tata letak plot percobaan JUN dan sorgum
Rorak dan Ukuran
Sistem perakaran pada tanaman Leguminosae
Pertambahan diameter tanaman JUN
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap jumlah akar
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap panjang akar primer
Pengaruh jarak tanam terhadap panjang akar sekunder
Pengaruh rorak terhadap panjang akar tersier
Pengaruh jarak tanam terhadap panjang akar tersier
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap diameter
Pengaruh jarak tanam terhadap luas permukaan akar sekunder
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap biomassa
Pengaruh rorak terhadap jumlah akar primer
Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah akar primer
Pengaruh rorak terhadap jumlah akar sekunder
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap jumlah akar tersier
Pengaruh rorak terhadap panjang akar sekunder
Pengaruh jarak tanam terhadap panjang akar sekunder
Pengaruh interaksi jarak tanam dan rorak terhadap diameter akar primer
Pengaruh jarak tanam terhadap diameter akar sekunder
Pengaruh rorak terhadap luas permukaan akar primer
Pengaruh jarak tanam terhadap luas permukaan akar primer
Pengaruh interaksi rorak dan jarak tanam terhadap luas permukaan
akar sekunder

5
6
8
10
14
19
20
20
21
21
22
23
24
25
26
26
26
27
28
29
29
30
30
30

25 Pengaruh interaksi rorak dan jarak tanam terhadap luas berat kering
akar primer
26 Pengaruh rorak terhadap berat kering akar sekunder
27 Pengaruh rorak terhadap berat kering akar tersier
28 Pengaruh jarak tanam terhadap berat kering akar tersier

31
32
32
33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah
Foto-foto pengolahan lahan
Foto agroforestri JUN dan sorgum varietas Numbu
Foto sistem perakaran JUN dan sorgum varietas Numbu
Gambar layout penanaman

37
40
41
42
43

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah yang mempunyai
lahan kering lebih luas dari lahan basah. Berdasarkan Peta Zona Agro Ekologi
(ZAE) skala 1: 250.000, diketahui bahwa total luas lahan basah di NTT hanya
43.412 ha (0.9%) sedangkan luas lahan kering di NTT mencapai 4.691.588 ha
atau dengan kata lain, luas lahan kering mencapai 99.1% dari total luas lahan di
NTT (Basuki et al. 1997).
Jati (Tectona grandis L.) merupakan jenis tanaman yang tahan kekeringan
dan telah dikembangkan di NTT. Produksi jati lokal di NTT tahun 2011 (BPS
2012) antara lain jati persegi 11.724,98 m3 dan jati bulat 496,16 m3. Jumlah
produksi tersebut belum memenuhi kebutuhan permintaan pasar. Rendahnya
produktivitas jati di NTT disebabkan karena pemilihan jenis (jati lokal)
menghasilkan tanaman yang lama dalam pertumbuhan dan tingkat keberhasilan
berkecambah rendah. Salah satu cara meningkatkan produktivitas jati yaitu
dengan menanam jenis jati yang unggul yang banyak dikembangkan saat ini
diantaranya jati unggul nusantara (JUN).
JUN merupakan hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang
dikembangbiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon atau klon
unggul dari Perum Perhutani. Bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan
genetik dari bibit-bibit jati terbaik seluruh Indonesia (PT. Setyamitra
Bhaktipersada 2008). Keunggulan JUN daripada jenis jati lokal antara lain
perakaran tunjang majemuk sehingga dapat menahan longsor dan erosi, masa
panen lebih pendek, rata-rata riap per tahun lebih besar daripada jati lokal .
Pengembangan JUN pada saat ini lebih banyak dilakukan dengan sistem
agroforestri baik dengan tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Salah satu
jenis tanaman semusim yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan
ditanam secara agroforestri dengan JUN adalah sorgum.
Sorgum merupakan tanaman lokal NTT dengan produksi tahun 2008
sebesar 3.236 ton/thn masih rendah daripada tahun 2007 yang produksinya
mencapai 4.663 ton/thn (BPS 2012). Sorgum yang dikembangkan merupakan
sorgum varietas Rote yang pada umumnya digunakan untuk pakan ternak
sehingga minat petani untuk menanam masih rendah. Oleh karena itu pemilihan
sorgum varietas Numbu merupakan pilihan alternatif dalam pengembangan
sorgum di NTT.
Syarat lahan yang cocok untuk penanaman JUN antara lain ketinggian
maksimal 600 m dpl, drainase baik atau tidak tergenang, bukan daerah rawa,
gambut atau padang pasir, dan pH 5.0-7.0. Lahan yang cocok untuk penanaman
sorgum antara lain ketinggian atau topografi kurang lebih 800 m dpl, curah hujan
375-425 mm/th dan pH 5.0-7.5. Kondisi lahan di Kota Kupang menurut BPS
(2012) antara lain 90% drainase baik atau tidak tergenang, pH 5.5-7.5 dan rentang
ketinggian 100-500 m dpl.
Syarat lahan yang cocok untuk penanaman JUN antara lain ketinggian
maksimal 600 m dpl, drainase baik/tidak bergenang, menghindari daerah rawa,
gambut atau padang pasir dan pH 5.0-7.0. Lahan yang cocok untuk penanaman

2

sorgum antara lain ketinggiannya atau topografinya kurang lebih 800 m dpl, curah
hujan 375-425 mm/th dan pH 5.0-7.5. Kondisi lahan di NTT menurut BPS
(2012) antara lain 90% drainase baik/tidak tergenang, pH 5.5-7.5, rentang
ketinggian 100-500 m dpl.
Berdasarkan kondisi lahan di NTT, JUN dan sorgum varietas Numbu
diharapkan dapat dikembangkan dengan sistem agroforestri. Penilaian sistem
agroforestri menurut Raintree (1990) terbagi atas tiga kriteria yaitu produktivitas,
keberlanjutan dan adaptabilitas.

Perumusan Masalah
Penanaman JUN dan sorgum varietas Numbu dilakukan secara bersamaan.
Untuk meningkatkan produktivitas JUN dan sorgum varietas Numbu dibutuhkan
pemilihan jarak tanam sehingga menghindari terjadinya persaingan akan
kebutuhan air, hara, cahaya dan pemilihan teknik konservasi tanah dan air yang
tepat. Salah satu teknik konservasi tanah dan air yaitu dengan pembuatan rorak.
Pembuatan rorak merupakan langkah alternatif yang akan dilakukan dalam upaya
menahan air hujan yang berlangsung singkat sehingga meningkatkan kadar air
tanah dan mencegah erosi. NTT mempunyai musim hujan yang pendek (3-4
bulan/tahun) dan luas tanah yang tererosi banyak di jumpai pada tanah-tanah
dengan jenis penggunaan untuk ladang, alang–alang atau semak belukar dan
memiliki kemiringan lereng di atas 40 % .
Untuk menggali informasi tersebut muncul beberapa pertanyaan :
1. Apakah JUN dan sorgum varietas Numbu yang ditanam dengan sistem
agroforestri dapat tumbuh dengan baik di lahan kering?
2. Apakah jarak tanam dan rorak berpengaruh terhadap produktivitas JUN dan
sorgum varietas Numbu?
3. Bagaimana pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap sistem perakaran JUN
dan sorgum varietas Numbu?

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:
Mengkaji pertumbuhan JUN dan sorgum varietas Numbu yang ditanam di
lahan kering dengan sistem agroforestri
Menganalisis pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap produktivitas JUN dan
sorgum varietas Numbu yang di tanam di lahan kering
Menganalisis pengaruh jarak tanam dan rorak terhadap sistem perakaran JUN
dan sorgum varietas Numbu
Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Penanaman JUN dan Sorgum varietas Numbu yang ditanam di lahan kering
dengan sistem agroforestri dapat meningkatkan produktivitas kedua komoditi
tersebut

3

2.
3.

Jarak tanam dan rorak dapat berpengaruh terhadap produktivitas JUN dan
sorgum varietas Numbu
Pemberian jarak tanam dan rorak berpengaruh terhadap sistem perakaran JUN
dan sorgum varietas Numbu

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 sampai dengan Juni
2013. Penelitian ini dilakukan pada tanah milik masyarakat dengan luas lahan
1000 m2, berlokasi di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah,Fakultas Pertanian
UNDANA Kupang. Pengukuran biomassa dilakukan di Laboratorium Teknologi
Benih Fakultas Pertanian, UNDANA Kupang. Pengukuran sistem perakaran
dilakukan di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, IPB.

Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit JUN dan
sorgum varietas Numbu. Sorgum varietas Numbu diproduksi oleh BalitsereliaKementerian pertanian di Maros, Sulawesi Selatan sebagai hasil pemuliaan
konvensional dan dikembangkan oleh SEAMEO BIOTROP. Bibit JUN berumur
5 bulan diperoleh dari PT. Setyamitra Bhaktipersada Jakarta. Bahan-bahan lain
yaitu pupuk kandang, pupuk organik cair, pupuk NPK, Urea, KCL, TSP, Furadan
3G dan dithane M45.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kamera digital, pita meter,
caliper digital, kompas, hygrometer, timbangan analitik, timbangan, oven, ring
tanah, label, sample tanah, cangkul, linggis, parang, tugal, ajir, sprayer, penggaris,
tali raffia, alat tulis menulis dan alat pengolah data.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan dua faktor
dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) pola faktorial dengan ulangan
sebagai kelompok sebanyak 3 kali. Keseluruhan kombinasi perlakuan 3 x 4
sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan.

4

Tabel 1 Pola percobaan dua faktor dalam rancangan acak kelompok lengkap

Jarak tanam (Perlakuan II)

Jarak tanam I (50 cm)

Kelompok
1
2
3

Total perlakuan

Jarak tanam II (100 cm)
Total perlakuan

1
2
3

Rorak
A
Y11
Y12
Y13
Y1.

Perlakuan I
Tanpa rorak
B
Y21
Y22
Y23
Y2.

Y11
Y12
Y13
Y1.

Y21
Y22
Y23
Y2.

Total
Y.1
Y.2
Y.3
Y..
Y.1
Y.2
Y.3
Y..

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruhya terdapat 12 satuan
percobaan.
Mattjik dan Jaya (2006) yang digunakan sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + ßj+ (αß)ij + ρk + €ijk
Yij
αi
ßj
αß)ij
Ρk

Keterangan:
Nilai Pengamatan pada faktor A taraf ke i, faktor B taraf ke j dan
kelompok ke k
Pengaruh rorak dan tanpa rorak
Pengaruh jarak tanam pada taraf ke j
Komponen interaksi antara faktor A taraf ke i dengan faktor B taraf ke j
Pengaruh aditif dari kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi
dengan perlakuaan (bersifat aditif)
Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka rancangan
percobaan yaitu alur kerja (Gambar 1) dan tata letak percobaan (Gambar 2) dan
sehingga diperoleh data yang mencerminkan proses penelitian.

5

Rancangan
Percobaan

Pembagian blok tanaman sesuai tahapan
rancangan
Tahapan

Pengadaan
bibit JUN

Persiapan penelitian:
- Pembersihan lahan
- Persiapan pupuk dan
insektisida
- Pembersihan lahan
- Analisis tanah awal
- Pengolahan lahan
- Pembuatan lubang tanam
- Pembuatan rorak
- Pemupukan awal

Analisis data dan penulisan

Penanaman

Koleksi data:
Parameter pertumbuhan
Data lokasi percobaan :
iklim, sifat tanah
Data JUN :
tinggi,diamater,sistem perakaran, %
pertumbuhan
Data sorgum: tinggi,diameter, sistem
perakaran, produksi benih,berat dan panjang
malai, biomassa, % pertumbuhan

LAPORA
N

Gambar 1 Prosedur kerja

Pengadaan benih
sorgum varietas
Numbu

6

A

C

D

B

D

A

B

C

B

C

D

A

A = Rorak - jarak tanam 50 cm
B = Rorak - jarak tanam 100 cm
C = Tanpa rorak - jarak tanam 50 cm
D = Tanpa rorak-jarak tanam 100 cm
Gambar 2 Tata letak plot percobaan JUN dan sorgum

Pelaksanaan penelitian
Tahapan Persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi orientasi lapangan, pengadaan bibit
JUN dan sorgum varietas Numbu, persiapan pupuk dan insektisida, pembuatan
rorak, pembersihan lahan, analisis tanah awal, penerapan rancangan percobaan
dan pemasangan ajir tanaman, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam JUN
dan sorgum varietas Numbu, penanaman JUN dan sorgum varietas Numbu,
pemeliharaan dan pemanenan sorgum varietas Numbu.
a. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan lahan yang memenuhi
persyaratan untuk penelitian antara lain: luasan yang mencukupi, dekat
dengan sumber air, akses, ketersediaan tenaga kerja. Hasil orientasi lapangan
antara lain: berupa data luas dan letak lahan, vegetasi awal, dan jenis tanah.
b. Pengadaan bibit JUN
Pengadaan bibit dilakukan untuk memperoleh bibit berkualitas, jumlah
memadai dan tepat waktu. Bibit berkualitas harus memenuhi persyaratan
genetik (jelas asal-usulnya), fisik (sehat, seragam, kekar) dan fisiologis (daya
tumbuh tinggi, dan adaptif terhadap lingkungan baru). Pengambilan bibit dari
PT Setyamitra Bhaktipersada dan pengurusan surat-surat tanaman Balai
Karantina Pertanian Jakarta. Jumlah bibit tanaman JUN yang dipersiapkan
sebanyak 200 pohon.
c. Pengadaan benih sorgum varietas Numbu
Pengadaan benih sorgum dilakukan untuk mendapatkan benih sorgum
yang berkualitas dengan jumlah yang memadai. Benih sorgum varietas

7

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Numbu dari SEAMEO BOTROP. Benih sorgum harus memenuhi persyaratan
genetik, fisik dan fisiologis.
Persiapan pupuk dan insektisida
Persiapan pupuk dan insektisida dilakukan untuk memperoleh pupuk
yang digunakan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara dan insektisida
untuk mengendalikan atau membunuh hama. Hasil persiapan pupuk dan
insektisida antara lain: kebutuhan hara dan benih sorgum terbebas dari hama
penyakit.
Pembersihan lahan
Tujuan pembersihan lahan adalah memperoleh lahan yang terbebas
dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya. Pembersihan lahan dilakukan
pada lahan seluas ± 1000 m2 dilakukan pembabatan menggunakan parang
diikuti dengan pencangkulan. Hasil akhir dari kegiatan pembersihan lahan
adalah diperoleh lahan yang memenuhi persyaratan.
Analisis tanah awal
Analisis tanah awal dan akhir dilakukan untuk mengetahui sifat fisik
dan kimia tanah sebelum penanaman dan setelah penanaman. Pengambilan
sampel tanah menggunakan ring tanah. Contoh diambil secara acak pada
kedalaman 0-20 cm. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah
FAPERTA UNDANA Kupang.
Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan lahan
tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman sesuai rancangan
percobaan.
Pekerjaan pengolahan meliputi penggemburan tanah dan
penataan layout penanaman sehingga diperoleh lahan yang siap untuk
ditanami JUN dan sorgum varietas Numbu. Ukuran setiap plot pengamatan
adalah 36 m2. Penataan sesuai layout penanaman, jarak tanam antar JUNsorgum 2 x 2 m, jarak antara JUN-sorgum 100 cm dan 50 cm.
Pembuatan lubang tanam dan pemupukan awal
Tujuan pembuatan lubang tanam dan pemupukan awal adalah
mendapatkan lubang tanam yang sesuai untuk penanaman dan pupuk yang
cukup, berkualitas untuk JUN dan sorgum varietas Numbu. Lubang tanam
untuk JUN berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, dibuat dengan jarak tanam 2x2
m sebanyak 9 lubang perplot. Setiap lubang tanam diberi pupuk kandang
yang telah diolah dengan baik sebanyak 4 kg dan pupuk NPK sebanyak 200 g.
Pembuatan lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak antar lubang JUN
dan sorgum 50 cm dan 100 cm. Pemupukan awal pada sorgum menggunakan
pupuk kandang
Pembuatan rorak
Pembuatan rorak dilakukan sebagai langkah alternatif dalam supaya
menahan air hujan yang berlangsung singkat dan mencegah erosi. Pembuatan
lubang dilakukan dengan menggali lubang dengan ukuran: dalam 60 cm,
lebar 50 cm, dan panjang 1 meter diantara tanaman JUN. Hasil yang akan
dicapai dari pembuatan rorak antara lain: menangkap aliran air permukaan
sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dapat dimanfaatkan untuk
menjaga kelembaban tanah di lahan kering.

8

Gambar 3 Rorak dan ukuran
j.

k.

a.

Penanaman JUN dan sorgum varietas Numbu
Tujuan penanaman JUN dan sorgum varietas Numbu adalah
mendapatkan tanaman yang secara optimal. Penanaman tanaman JUN
sebanyak 1 bibit/lubang tanam. Bibit JUN ditanam tegak lurus dan ditimbun
dengan tanah galian yang sudah diremahkan. Penanaman benih sorgum
sebanyak 3 butir/lubang tanam. Pemberian label pada tanaman sorgum
sebagai tanda sampling untuk pengukuran pertumbuhan tanaman. Hasil yang
akan dicapai yaitu tanaman dapat tumbuh dengan seragam.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan antara lain penyiraman,
pemupukan dan pengendalian OPT.
Pemeliharaan JUN:
Penyiraman dilakukan pada awal pertumbuhan disesuaikan dengan
keadaan cuaca. Penyemprotan insektisida dilakukan bila perlu untuk
membunuh hama dan penyakit. Penyemprotan pupuk cair dilaksanakan 2
(dua) minggu setelah penanaman tanaman.
Pemeliharaan sorgum varietas Numbu:
Penyiraman dilakukan pada awal pertumbuhan setiap 2 hari
sekali/disesuaikan dengan keadaan cuaca. Setelah semua tanaman sorgum
tumbuh dilakukan penyulaman pada lubang tanam yang tidak tumbuh atau
mati. Setelah dipastikan tanaman disetiap lubang tanam tumbuh, tanaman
sorgum dijarangi, sehingga hanya ada 1 individu per lubang tanam.
Pemupukan pertama dilakukan pada umur 3 minggu setelah penanaman
dengan pupuk campuran urea: TSP : KCL (4:3:2, g/g/g) sebanyak 270kg/ha.
Pemupukan kedua dilakukan pada umur 5 minggu setelah penanaman dengan
campuran urea, TSP, KCL (3:6:2, g/g/g) sebanyak 270 kg/ha. Pemupukan
ketiga dilakukan pada umur dua bulan setelah penanaman dengan campuran
urea : TSP : KCL (4:3:2, g/g/g) sebanyak 270 kg/ha. Prosedur pemupukan
mengacu pada penelitian sorgum di SEAMEO-BIOTROP (Suprianto 2011 a).
Pelaksanaan Penelitian
JUN
Pengukuran JUN meliputi tinggi, diameter, % pertumbuhan sebagai
berikut:
Pemberian tanda dengan menggunakan spidol permanen di batang, 5
cm dari permukaan tanah. Pengukuran diameter dan tinggi akan dilakukan

9

pada tanda tersebut secara konstan. Pengambilan data dilakukan setiap bulan,
pengukuran diameter menggunakan kaliper. Pertumbuhan tinggi tanaman
JUN diukur dari pangkal batang yang diberi tanda sampai pucuk atau titik
tertinggi dengan menggunakan meteran. Persentase pertumbuhan JUN
dihitung dengan membandingkan jumlah tanaman hidup/jumlah total x 100%
dalam plot pengamatan.
b. Sorgum varietas Numbu
Pengukuran sorgum dilakukan untuk memperoleh tinggi, diameter,
hasil produksi, biomassa, berat dan panjang malai, bobot 1000 biji, %
pertumbuhan. Tinggi dan diameter diukur pada saat dipanen. Diameter
diukur menggunakan kaliper di tengah batang sorgum dan tinggi diukur
menggunakan meteran dari pangkal sampai daun bendera. Hasil produksi
biji/plot diperoleh dari total jumlah produksi biji yang dihasilkan oleh semua
tanaman sorgum dalam 1 plot. Panjang malai diukur menggunakan penggaris.
Berat malai ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot 1000 biji diperoleh
dengan memilih acak 1000 butir biji/plot kemudian ditimbang. Persentase
pertumbuhan sorgum = jumlah yang berkecambah/jumlah total x 100%.
c. Pengukuran Perakaran JUN dan sorgum varietas Numbu
Pengukuran panjang dan diameter akar dilakukan dalam keadaan segar
dan bersih dari kotoran tanah. Pengukuran tidak dilakukan pada rambut akar.
- Panjang akar
Pengukuran panjang akar dilakukan menurut struktur akar dalam
sistem perakaran menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998).
- Diameter akar
Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan
menurut Rao dan Ito (1998), dengan menggunakan kaliper.
- Jumlah akar
Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual dengan
menggunakan pisau cater. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan
akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Rao
dan Ito (1998) (Gambar 4) yang terdiri dari akar utama (tap root), akar
primer (primary root), akar sekunder (secondary root) dan akar tersier
(tertiary root).

Gambar 4 Sistem perakaran pada tanaman Leguminosae (Rao dan Ito
1998)

10

-

-

-

Berat kering akar
Untuk menghitung berat kering akar, terlebih dahulu akar dioven
pada suhu 105°C selama 20 jam (Schuurman dan Goedewaagen 1971).
Akar yang telah kering kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
kering akar.
Luas permukaan akar
Luas permukaan akar berhubungan dengan luas bidang kontak akar
dengan partikel-partikel tanah dan kemampuan untuk mengabsorpsi air
dan hara. Dengan asumsi bahwa akar berbentuk silindris, maka luas
permukaan akar dapat dihitung dengan rumus 1/3 rl, dimana r adalah
diameter akar dan l adalah panjang akar (Rao dan Ito 1998).
Bentuk Perakaran
Untuk mengetahui bentuk dari sistem perakaran, maka pada akhir
pengamatan dilakukan pemotretan akar tanaman
Data Pendukung

Data pendukung yag digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Sifat fisik dan kimia tanah sebelum dan sesudah penelitian
2. Iklim
Data iklim diperoleh dari BMKG Kupang dan mengukur kelembaban tanah
dan rorak selama penelitian.
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka, baik hasil-hasil penelitian terdahulu maupun tulisan-tulisan lain yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti. Data-data tersebut diperoleh dari PT.
Setyamitra Bhaktipersada, SEAMEO BIOTROP, BMKG, Dinas Pertanian NTT,
Dinas Kehutanan NTT, BPS NTT.
Analisis Data
Hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan program SAS
(Statistical Analysis System) versi 9.1.3 Service Pack 4 sehingga diperoleh analisis
keragamannya. Apabila hasil analisis keragamannya tersebut berbeda nyata
dilakukan uji lanjut dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui sejauh mana
perbedaan nilai rata-rata perlakuan. Jika nilai rata-rata perlakuan lebih besar dari
pada nilai Duncan maka kedua perlakuan berbeda nyata.

11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lokasi
Letak geografis dan wilayah administrasi
Secara geografis Kota Kupang terletak diantara 10˚ 36΄ 14”-10˚ 39΄ 58”
Lintang Selatan dan 123o32’23”- 123o37’01”BT. Kota Kupang terletak di Pulau
Timor dan merupakan ibukota provinsi NTT dengan luas 180,27 km² atau 18.027
ha. Secara administrasi Kota Kupang terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 50
kelurahan.
Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia
dan tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau.
Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin yang datang dari benua Asia
dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan Mei-Juni dan November-Desember (Bapedda 2012).
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan orografi dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu,
jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata
curah hujan selama Januari-April 2013 berkisar antara 37 mm-672 mm dengan
kelembaban relatif berkisar 56%-91% dan temperatur mingguan 23.600-28.900C.
Daerah tertinggi di atas permukaan laut di bagian selatan: 100-350 meter. Daerah
terendah di atas permukaan laut di bagian utara: 0-50 meter. Tingkat
kemiringannya: 15% (Bapedda 2012).
Sifat kimia tanah
Dari hasil pengujian sifat kimia tanah sebelum penelitian (Tabel 2) di
Laboratorium fisika dan kimia tanah FAPERTA UNDANA Kupang diketahui pH
tanah berkisar 6.40-7.50 dengan kategori netral. C organik dan N total termasuk
dalam kriteria rendah. Rasio C/N adalah rendah. Kandungan P tersedia adalah
sangat tinggi. Kandungan Ca yaitu sangat tinggi, K masuk dalam kategori tinggi.
Tabel 2 Hasil analisis kimia tanah
Parameter
pH
C-org
N Total
C/N Ratio
P Tersedia
K
Ca

Satuan
%
%
%
ppm
Me/100g
Me/100g

* Kategori: Pusat Penelitian Tanah (1983)

Nilai
6.40 - 7.50
0.22 - 0.26
0.07 - 0.1
2.20 - 3.71
76 - 98.12
0.65 - 0.72
20.15 - 22.01

*Kategori
Netral
Rendah
Rendah
Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Sangat tinggi

12

Pertumbuhan JUN dan Sorgum Varietas Numbu
Pertumbuhan JUN di lokasi penanaman 98% tanaman hidup dan bisa
beradaptasi dengan baik 4 bulan setelah tanam (BST). Hal ini disebabkan karena
kondisi lahan awalnya merupakan lahan yang ditanami jati lokal dan syarat
tumbuh JUN hampir sama dengan syarat tumbuh jati lokal. Tanah lokasi
penanaman pH (Tabel 2) kategori netral sehingga tidak diperlukan pengapuran.
Menurut Adjie et al. (2008) jika pada kondisi tanah asam atau pH