Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea, Bogor

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL JATI UNGGUL
NUSANTARA (JUN) DI DESA CIAMPEA, BOGOR

DAFID KURNIAWAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Finansial Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Dafid Kurniawan
NIM H 090109

ABSTRACT
DAFID KURNIAWAN. Financial Feasibilty Analysis of Superior Nusantara Teak
in Ciampea Village, Bogor. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO.
Superior Nusantara Teak (JUN) is clone of Plus Perhutani Teak (JPP). The
objectives of the research are to analyze the financial feasibility and to analyze
sensitivity of bussiness toward the change of operational cost and production
quantity. Data was analyzed quantitavely with calculation of investment criteria,i.e,
Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio and Payback
Period. Data was analyzed with microsof excel.
Based on analysis with 3 scenario, the NPV for each of them are IDR 39 411
026, IDR 108 832 704, and IDR 27 476 586 with discount factor (DF) 9.4%. While
for DF 15%, the NPV for each scenario are IDR 27 409 019, IDR 75 166 147 and
IDR 19 752 514. IRR are 39.28%, 49.59% and 37.07% for DF 9.4%. While for DF

15%, IRR are 39.17%, 49.49%, 36.67%. That means that the IRR is bigger than
determined DF. Net value B/C are 1.14, 1.39, and 1.10 for DF 9.4%. While for DF
15%, net value are 1.11, 1.31, 1.08. Payback Period are 7.82, 7.88, 7.94 for both DF
9.4% and 15%. Based on switching value analysis, the limit of production quantity
decline of JUN so that the bussiness feasible are 7.60%, 20.93% and 5.07% for DF
9.4% and 6.40%, 17.67%, 4.44% for DF 15%. The limit of income decline are
2.83%, 5.79% and 1.85% for both DF 9.4% and 15%.
Keywords: financial feasibility analysis, superior nusantara teak, switching value

ABSTRAK
DAFID KURNIAWAN. Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara di
Desa Ciampea, Bogor. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO.
Jati Unggul Nusantara (JUN) adalah Jati hasil kloning Jati Plus Perhutani
(JPP). Tujuan penelitian adalah menganalisis kelayakan finansial dan menganalisis
sensitivitas usaha terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah produksi.
Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan perhitungan kriteria-kriteria
investasi, yaitu Net Present Value, Internal Rate Of Return, Net Benefit Cost Ratio
dan Payback Period. Analisis data menggunakan Microsoft Excel.
Berdasarkan analisis dengan 3 skenario, NPV sebesar Rp 39 411 026, Rp
108 832 704, dan Rp 27 476 586 pada discount factor (DF) 9.4 %, DF 15 % NPV

Rp 27 409 019, Rp 75 166 147 dan Rp 19 752 514. Nilai IRR 39.28 %, 49.59 %
dan 37.07 % pada DF 9.4 %, DF 15 % IRR 39.17 %, 49.49 % dan 36.67 %, artinya
IRR lebih besar dari DF yang ditetapkan. Net B/C 1.14, 1.39 dan 1.10 pada DF
9.4 %, DF 15 % 1.11, 1.31 dan 1.08. Nilai Payback Period 7.82, 7.88 dan 7.94
tahun pada DF 9.4 % dan 15 %. Berdasarkan analisis switching value, batas
penurunan jumlah produksi JUN agar usaha tetap layak 7.60 %, 20.93 % dan
5.07 % pada DF 9.4 % dan 6.40 %, 17.67 % dan 4.44 % pada DF 15 %. Batas
penurunan penerimaan 2.83 %, 5.79 % dan 1.85 % pada DF 9.4 % dan 15 %.
Kata kunci: analisis kelayakan finansial, jati unggul nusantara, switching value

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL JATI UNGGUL
NUSANTARA (JUN) DI DESA CIAMPEA, BOGOR

DAFID KURNIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di
Desa Ciampea, Bogor
Nama
: Dafid Kurniawan
NIM
: H24090109

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia dan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Oktober – November
2013 ini adalah studi kelayakan finansial, dengan judul Studi Kelayakan Finansial
Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Abdul Kohar Irwanto
MSc selaku pembimbing skripsi, kepada Pak Dedi selaku supervisor wilayah
Bogor dan Pak Irvan selaku pendamping petani penggarap program JUN di
Ciampea yang telah membantu selama proses pengambilan data. Penulis
memberikan apresiasi kepada pihak koperasi UBH KPWN dan pemerintah desa
Ciampea yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. Terima
kasih penulis turut haturkan kepada Ibu, Ayah, serta seluruh keluarga atas doa dan
kasih sayangnya. Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang

mendukung, diantaranya: M Riza Febriano, angkatan Manusela dan seluruh
anggota LAWALATA IPB, Yenny AH dan seluruh penggerak GCAT IPB, kawan
kawan Supernova IPB, kawan kawan IPOK dan lainnya, kalian keren.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Dafid Kurniawan

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian
Penelitian Terdahulu
METODE
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan Data dan Informasi
Metode dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM USAHA
Profil UBH-KPWN
Aspek Pemasaran, Produksi dan Sumber Daya Manusia
Aspek Pemasaran
Aspek Produksi
Aspek Sumber Daya Manusia
Sistem Manajemen Usaha JUN UBH-KPWN
Manajemen Pohon (Trees Management)
Sistem Bagi Hasil
Keadaan Umum Desa Ciampea
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN)
Asumsi-Asumsi Dasar dalam Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN
Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN
Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen
Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN
Biaya Investasi
Biaya Operasional

Bagi Hasil
Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN
Analisis Switching Value Usaha JUN UBH KPWN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
x
x
1
2
2
2
2
3
3
3
3

4
4
4
4
4
5
5
6
6
6
7
8
8
8
10
11
11
11
11
12

12
13
14
15
17
24

DAFTAR TABEL
1 Kondisi parameter menurut skenario yang dianalisis pada discount rate (dr) 9.4 % 9
2 Kondisi parameter menurut skenario yang dianalisis pada discount rate (dr) 15 % 9
3 Harga Jual Dasar (HJD) kayu jati 5 periode terakhir
9
4 Rekapitulasi hasil analisis finansial setiap skenario
13
5 Rekapitulasi hasil analisis switching value setiap skenario
13

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Skema bagi hasil antar pihak pada usaha JUN


3
6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penelitian terdahulu
2 Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
3 Rencana fisik usaha JUN di Desa Ciampea
4 Indeks harga usaha JUN di Desa Ciampea
5 Persentase bagi hasil dan beban risiko para pihak
6 Bagi hasil antar pihak untuk skenario satu
7 Perhitungan cash flow dan Net Present Value (NPV)
A. Skenario satu dengan discount factor (df) 9.4 %
B. Skenario tiga dengan discount factor (df) 15 %
8. Perhitungan IRR dan Net B/ C skenario satu dengan df 9.4 %

18
19
20
21
21
22
22
22
23
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan memiliki jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup.
Salah satu jenis hutan berdasarkan terbentuknya adalah hutan buatan disebut
hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia. Salah
satu bentuk hutan buatan adalah hutan jati yang dibudidayakan karena berhasil
dikembangkan rekayasa genetika untuk memperpendek masa panen umur jati dari
40 – 50 tahun menjadi 5- 15 tahun. Hasil utama dari hutan jati tersebut adalah
kayu jati yang memiliki manfaat, seperti untuk bahan meubel.
Perum Perhutani sebagai perusahaan negara mendapat hak penanaman
pohon jati secara luas di Pulau Jawa. Luas lahan kawasan tanaman jati Perum
Perhutani mencapai sekitar 1.5 juta hektar, luas tersebut setara dengan 11 % dari
total luas Pulau Jawa. Model pengelolaan tanaman jati Perum Perhutani umumnya
memiliki masa panen daur panjang, yang membutuhkan waktu rata-rata masa
panen 40 tahun. Model tersebut sebagai kelanjutan dari usaha perkebunan masa
pemerintah Belanda sejak lebih dari seratus tahun yang lalu (Iskak et al. 2005).
Perkembangan industri pengolahan kayu untuk produk meubel, kerajinan,
dan bahan bangunan di Pulau Jawa menuntut kebutuhan bahan baku kayu yang
besar. Khusus untuk produk industri yang berbahan baku kayu jati, di Pulau Jawa
hampir 95 % pasokan tergantung dari tegakan tanaman Perum Perhutani,
Sidabutar (2007) dalam Efansyah (2011).
Industri pengolahan kayu jati sebagian besar merupakan perusahaan
swasta berskala kecil dan menengah, yang pasokan kayu jatinya sangat tergantung
dari Perum Perhutani. Saat ini industri-industri tersebut menghadapi kendala
produksi yang disebabkan semakin berkurangnya sumber pasokan bahan baku
kayu jati. Padahal, kebutuhan industri memerlukan kontinuitas pasokan kayu jati
dengan jumlah yang terpenuhi. Menurut informasi dari ASMINDO (2008) dalam
Puspitasari (2009), permintaan kayu jati di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 7
000 000 meter kubik, namun penawaran yang dapat dipenuhi hanya sebesar 700
000 meter kubik saja, sehingga terjadi kekurangan penawaran sekitar 90 persen.
Kendala lain yang dihadapi dalam pemenuhan bahan baku kayu jati adalah umur
tanam yang relatif lama. Semakin lama tanaman jati di tanam, maka kualitasnya
dipercaya semakin baik (Puspitasari 2009).
Sebagai upaya mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati,
telah dilakukan pengembangan teknologi untuk memperpendek usia tanam jati.
Tanaman ini diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN). Jati Unggul Nusantara
adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70
tahun oleh Perum Perhutani. JUN dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk
dari pohon/ klon unggul dari Perum Perhutani yang bersertifikat dengan metode
bioteknologi mutakhir (UBH-KPWN 2007). Meskipun JUN dapat di panen pada
tahun ke lima, namun kualitas yang dihasilkan hampir sama dengan tanaman jati
konvensional yang berusia 15 tahun, yaitu memiliki kelas awet III-V, kelas kuat
III, dan persentase teras 26-27 (UBH-KPWN 2007). Oleh karena itu, banyak
pengusaha yang mulai tertarik membudidayakan JUN. Salah satu lembaga yang

2
tertarik membudidayakan JUN adalah Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara
(KPWN).
Perumusan Masalah
Salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan JUN yaitu
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Saat ini telah
dilaksanakan penanaman JUN di delapan desa yang terdapat di kecamatan
Ciampea, salah satunya adalah Desa Ciampea. Jumlah pohon Jati yang ditanam di
Desa Ciampea sebanyak 9 958 pohon. Pohon Jati yang ditanam sejak tahun 2008
dan 2009 tersebut, akan dipanen pada tahun 2014 dan 2015.
Sampai saat ini, belum ada yang melakukan kajian bagaimana kelayakan
usaha JUN yang dilakukan di desa Ciampea. Berdasarkan uraian tersebut,
perumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kelayakan finansial
usaha Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea? (2) Bagaimana kepekaan
(sensitivitas) usaha JUN oleh UBH-KPWN terhadap perubahan yang terjadi pada
lingkungan, seperti perubahan biaya operasional dan jumlah produksi?
Tujuan Penelitian
(1) Menganalisis kelayakan usaha terutama aspek finansial dari
pengelolaan Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (2) Menganalisis kepekaan (sensitivitas) usaha Jati
Unggul Nusantara UBH-KPWN terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah
produksi.
Manfaat penelitian
(1) Bagi pemerintah desa, penelitian ini menjadi sumber informasi yang
bermanfaat dalam menentukan kebijakan. (2) Bagi akademisi dan peneliti,
penelitian ini mampu mendorong berkembangnya penelitian program JUN lebih
lanjut (3) Bagi masyarakat, penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi
dalam melaksanakan program JUN.
Penelitian Terdahulu
Ratna Puspitasari pada tahun 2009 melakukan analisis kelayakan usaha JUN
dengan pola bagi hasil. Kajian meliputi aspek finansial, non-finansial dan analisis
sensitivitas. Hasil analisis finansial sebagai berikut, NPV lebih besar dari nol yaitu
Rp 42 714 598 081, IRR sebesar 48 persen, artinya lebih besar dari discount rate
yang ditentukan yaitu 9 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu enam.
Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 5.555 tahun atau sama dengan
5 tahun 6 bulan 20 hari, artinya masih lebih kecil dari umur proyek, serta nilai
break even point (BEP) usaha JUN yaitu 30 510 pohon. Berdasarkan analisis
switching value, penurunan jumlah produksi tanaman JUN lebih berpengaruh
dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan jumlah
produksi JUN agar usaha tetap layak dilaksanakan sebesar 12.7399808527 persen,
sedangkan batas peningkatan biaya operasional sebesar 65.5400500494 persen.

3
Penelitian terdahulu lainnya yaitu Maulana (2013) dan Putri (2013). Aspek
yang dilihat pada penelitian terdahulu yaitu tujuan dan metode berupa penentuan
sampel, analisis data dan hasil analisis. Sebagai pembanding antara penelitian ini
dengan penelitian terdahulu maka dibuatkan matriks berupa tabel yang dapat
dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

METODE
Kerangka Pemikiran
Kebutuhan Kayu Jati

Program JUN di Ciampea

Analisis Kelayakan Finansial
 NPV
 IRR
 Net B/ C
 Payback Period
 Analisis switching value

Layak

Tidak Layak

Usaha JUN dilanjutkan

Efisiensi Biaya dan Perbaikan
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober
hingga November 2013.
Pengumpulan Data dan Informasi
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak supervisor

4
lapangan untuk wilayah bogor dan tenaga pendamping petani desa Ciampea dan
staf kantor UBH KPWN di Bogor. Data primer mencakup aspek kegiatan usaha
antara lain: harga input, biaya investasi yang terdiri atas biaya operasional dan
biaya variabel, sistem manajemen dan harga jual produk.
Data sekunder berupa kondisi geografis yang diperoleh dari instansi –
instansi terkait, yaitu : UBH – KPWN, kantor Kelurahan Ciampea, situs internet,
dan kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini, yaitu : laporan penelitian
sebelumnya, buku mengenai manajemen penelitian dan studi kelayakan usaha.
Metode dan Analisis Data
Analisis deskriptif untuk menganalisis aspek kelayakan usaha JUN terutama
aspek non finansial. Aspek kelayakan finansial dilakukan secara kuantitatif
menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value
(NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan
Payback Periode. Analisis data menggunakan Microsoft Excel.

GAMBARAN UMUM USAHA
Profil UBH-KPWN
Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara
merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi Perumahan
Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit Usaha ini dibentuk untuk melaksanakan
usaha yang bergerak dibidang usaha budidaya jati dengan pola bagi hasil. UBHKPWN juga menerapkan sistem manajemen pohon (trees management) agar
mempermudah perhitungan dan pengontrolan dalam pelaksanaan usaha.
Aspek Pemasaran, Produksi dan Sumber Daya Manusia
Aspek Pemasaran
Kajian aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana penerapan strategi
pemasaran dalam rangka meraih sebagian pasar potensial atau peluang pasar yang
ada tersebut. Informasi pasar kayu Jati hasil JUN juga diperoleh dari supervisor
wilayah Bogor. Menurut pak Edi, hasil JUN yang berasal dari Bogor termasuk
Desa Ciampea akan dikirim ke salah satu anak perusahaan dari Perhutani yang
berlokasi di daerah Purwokerto Jawa Tengah.
Kayu jati merupakan salah satu bahan baku industri perkayuan yang
populer karena berbagai keunggulannya. Selain kualitas dan daya tahannya yang
tergolong kuat, kayu jati juga memiliki image ‘kayu mewah’ sehingga dapat
meningkatkan prestis pemiliknya. Kayu JUN tidak digunakan sebagai kerangka
utama karena termasuk kayu muda, namun teksturnya seperti kayu jati pada
umumnya, sehingga dapat digunakan untuk bahan baku meubel. Jika dilihat dari
kegunaan jati, maka dapat memberikan gambaran bahwa permintaan terhadap
kayu jati tinggi. Namun hal ini tidak diimbangi oleh penawaran kayu jati.
Berdasarkan data Departemen Kehutanan, pada tahun 2007 realisasi produksi

5
kayu bulat jati sebesar 517 627
dengan rincian 137 173
dihasilkan di
provinsi Jawa Barat dan Banten, 186 613
dihasilkan di provinsi Jawa Tengah,
1 229
dihasilkan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 191 269
dihasilkan di provinsi Jawa Timur.
Aspek Produksi
Usaha pada kegiatan on farm sangat tergantung dengan keadaan lingkungan,
seperti kondisi lahan dan iklim. Kegiatan on farm atau budidaya tanaman
memiliki karakteristik tanam yang berbeda-beda, karena itu dilaksanakan di lokasi
yang sesuai. Pemilihan lokasi tanam yang sesuai dengan karakteristik tanam
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Sesuai dengan karakteristik
tumbuhnya, maka budidaya JUN sangat baik dilakukan di daerah Jawa.
Pemilihan lokasi tanam didasarkan pada pertimbangan karakteristik lahan
dan aksesibilitas. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus
memiliki persyaratan sebagai berikut: bukan lahan persawahan, tidak tergenang
air atau banjir atau becek setelah hujan, tidak terkena nauangan pohon atau
bangunan, ketinggian lokasi maksimum 400 meter dari permukaan laut dan
diprioritaskan di daerah yang tanaman jati dapat tumbuh dengan baik.
Persyaratan lokasi penanaman ini ditetapkan oleh UBH-KPWN berdasarkan
literatur penanaman tanaman JUN. Selain karakteristik lahan, aksesibilitas lokasi
tanaman menjadi pertimbangan karena memudahkan pengadaan input. Akses
lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk melihat lokasi tanam,
memudahkan pemasaran hasil panen dan pelaksanaan pengawasan.
Pemilihan input dan peralatan merupakan hal yang harus diperhatikan.
Ketepatan pemilihan input dan peralatan akan menunjang pelaksanaan usaha.
Input utama dalam usaha ini adalah bibit JUN. Pengadaan bibit JUN ini
bekerjasama dengan PT. Setyamitra Bhaktipersada, sehingga pasokan bibit JUN
dapat terjamin. Pengadaan pupuk organik formula khusus juga telah bekerjasama
dengan PT. Pancakokoh.
Berdasarkan lokasi tanam, iklim dan cuaca, serta ketersediaan bahan baku
maka aspek manajemen produksi JUN di desa Ciampea sudah baik. Desa
Ciampea yang menjadi area penanaman JUN dekat dengan tebing kapur yang
memiliki unsur hara untuk menunjang pertumbuhan jati.
Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang mendukung usaha JUN di Ciampea yaitu
adanya petani penggarap JUN, pendamping petani, pihak pengamanan dan
supervisor wilayah Bogor serta buruh lepas yaitu masyarakat sekitar desa yang
dibutuhkan seperti saat pemanenan.
Karakteristik masyarakat desa Ciampea sebelum ada budidaya usaha JUN
adalah petani penggarap palawija. Ketika usaha JUN ada lahan garapan di desa
Ciampea berganti menjadi lahan budidaya JUN sehingga petani beralih menjadi
petani penggarap JUN. Pihak pengamanan lahan JUN adalah KOPASSUS yang
merupakan pemilik lahan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka terdapat petani, pihak pengamanan JUN,
buruh lepas dan tenaga ahli koperasi sehingga aspek sumber daya manusia
dikatakan baik karena sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan dalam usaha ini.

6

7
Berdasarkan bagan tersebut maka :
1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN
dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa,
maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat
dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan
mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam,
tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen
tersebut dikurangi 0,3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.
2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan dalam
pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan bibit, pupuk,
obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen yang terdiri atas
manajemen kantor dan manajemen lapangan. Investor akan mendapat bagian hasil
panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi
kehilangan atau kematian pohon investor tidak menanggung risiko.
3. Pemilik lahan berperan menyediakan lahan untuk ditanami JUN. Hubungan
pemilik lahan dengan UBH-KPWN bukan sewa menyewa melainkan kerja sama.
Pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 10 persen dari jumlah
pohon yang ditanam dan bebas risiko bila ada JUN yang mati atau hilang.
4. Petani Penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan pengamanan JUN. Imbal jasa petani penggarap sebesar 25
persen dari jumlah JUN yang ditanam. Selain itu petani penggarap mendapat upah
dari pengelolaan tiap pohon JUN. Petani penggarap menanggung risiko 0.5 bagian
bila ada JUN yang mati atau hilang.
5. Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka
memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi,
menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu
melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Pihak desa akan mendapat
bagian hasil panen untuk pembangunan desa sebesar 10 persen dari jumlah pohon
yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen
tersebut dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. Bagian
hasil panen masing-masing pihak dikaitkan dengan tingkat kematian atau
kehilangan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan Umum Desa Ciampea
Secara administratif Desa Ciampea terletak di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Total luasan wilayah mencapai 246 ha/
dengan jumlah bulan hujan 9 bulan dan suhu rata-rata harian 30 C. Batas
administrasi desa Ciampea sebagai berikut :
Utara
: Desa Ranca Bungur Kecamatan Ranca Bugur.
Selatan
: Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea.
Timur
: Desa Benteng Kecamatan Ciampea.
Barat
: Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN)
Analisis finansial bertujuan melihat sejauh mana kelayakan pelaksanaan
usaha JUN UBH-KPWN pada aspek keuangan. Analisis finansial dilakukan
dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present
Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
dan Payback Period (PP). Analisis kriteria tersebut menggunakan arus kas
untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama periode
tertentu. Sebelum membuat arus kas terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi
dan analisis terhadap pemasukan (inflow) dan pengeluaran (outflow).
Asumsi-Asumsi Dasar dalam Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN
1. Umur usaha 8 tahun berdasar pada umur tanam dan panen JUN.
2. Jumlah pohon JUN yang ditanam pada tahap pertama sebanyak 5 598 dan pada
tahun kedua sebanyak 4 360 pohon (sumber oleh supervisor lapangan).
3. Pola tanam monokultur berdasarkan pola tanam Jati Unggul Nusantara.
4. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
meliputi biaya manajemen kantor sedangkan biaya variabel meliputi biaya
penanaman, perawatan tanaman, upah tenaga kerja dan pemanenan.
5. Perhitungan biaya variabel berdasar pohon per pohon (trees management).
6. Peralatan yang dipergunakan petani untuk penanaman, perawatan, dan
penyiangan adalah milik petani sendiri, UBH-KPWN hanya menyediakan
beberapa peralatan untuk dipinjamkan pada waktu tertentu saja.
7. Bibit, pupuk dan obat-obatan untuk JUN disediakan oleh UBH - KPWN.
8. Harga jasa investasi yang ditawarkan kepada investor sebesar Rp 60 000 per
pohon pada tahun pertama (2008) dan Rp 65 000 per pohon pada tahun kedua
(2009) yang keseluruhannya digunakan untuk biaya usaha JUN.
9. Investor membeli seluruh tanaman JUN yang telah ditanam.
10. Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai
sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur ekonomis ketika
umur proyek telah berakhir.
11. Tingkat kematian tanaman JUN berdasarkan data pihsak UBH KPWN tahun
2012, lalu 1 % dari tahun 2012 untuk masa panen.
12. Semua hasil panen JUN diserap oleh pasar.
13. Pohon JUN dipanen pada usia 5 tahun dengan harga jual per pohon JUN di
kebun sebesar Rp 377 000 (berdasar harga pohon dengan rata-rata diameter
yang ditentukan (sumber oleh supervisor lapangan).
14. Bagi hasil didasarkan atas penerimaan penjualan (revenue sharing) yaitu
jumlah pohon yang ditanam dikalikan dengan harga jual yang berlaku.
15. Proporsi bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam usaha JUN adalah
a. Investor
: 40 persen
b. Petani
: 25 persen
c. Pemilik lahan : 10 persen
d. Aparat desa
: 10 persen

10
Data menunjukkan bahwa penetapan kenaikan harga secara rata-rata dalam waktu
lima periode terakhir sebesar Rp 225 000/ tahun. Mengacu harga rata-rata jati
pada seluruh kelas mutu berdiameter 16-19 cm sebesar Rp 1 979 000/ , maka :
1) Harga tahun 2013 diproyeksikan Rp 1 979 000/
ditambah kenaikan HJD ratarata Rp 225 000/
maka harga rata-rata tersebut Rp 2 204 000/ .
2) Harga tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 2 204 000/ , ditambah kenaikan HJD
rata-rata Rp 225 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 429 000/ .
3) Harga Tahun 2015 dapat diproyeksikan Rp 2 429 000/ , ditambah kenaikan
HJD rata-rata Rp 225 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 654 000/ .
Asumsi mutu kayu JUN yang terjual merupakan kelas mutu Pertama (P), maka
harga jual rata-rata tahun 2012 Rp 2 251 000/
dengan kenaikan rata-rata kelas
mutu tersebut Rp 227 000/tahun, sehingga :
1) Harga Tahun 2013 diproyeksikan Rp 2 251 000/
dengan kenaikan harga ratarata kelas mutu tersebut Rp 227 000/tahun, maka Rp 2 478 000/ .
2) Harga Tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 2 478 000/
, ditambah kenaikan
HJD rata-rata Rp 2 227 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 705 000/ .
3) Harga Tahun 2015 dapat diproyeksikan Rp 2 705 000/
, ditambah kenaikan
HJD rata-rata Rp 2 227 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 932 000/ .
Bila asumsi mutu kayu JUN yang terjual merupakan kelas mutu Empat (M),
dengan harga jual rata-rata pada tahun 2012 Rp 1 726 000/
dengan kenaikan
rata-rata kelas mutu tersebut Rp 205 000/tahun, maka :
1) Harga Tahun 2013 dapat diproyeksikan Rp 1 726 000/ , ditambah kenaikan
HJD rata-rata Rp 205 000/ maka harga rata-rata tersebut Rp 1 931 000/ .
2) Harga Tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 1 931 000/ , ditambah kenaikan
HJD rata-rata Rp 205 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 136 000/ .
Sesuai rentang kelas mutu kayu tersebut maka harga kayu JUN sortimen A1
tersebut, dapat diproyeksikan pada saat panen dapat terjual pada rentang harga
antara Rp 2 136 000/ sampai dengan Rp 2 932 000/ , dengan harga rata-rata
seluruh kelas mutu Rp 2 654 000/ .
Harga jual dasar tersebut dapat diacu jika tidak ada perubahan harga pokok
produksi Perum Perhutani secara signifikan, atau bila ada perubahan indikator
ekonomi secara signifikan. Harga jual juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan
kebutuhan kayu saat penjualan dan kemudahan akses rantai pemasaran kayu
terhadap pembeli akhir (Biro Pemasaran Perum Perhutani, 2012).
Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN
Komponen inflow usaha JUN diterima dari penerimaan penjualan jasa
investasi dan penerimaan penjualan pohon JUN siap panen. Penerimaan penjualan
diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total penjualan.
Penerimaan Penjualan Jasa Investasi
Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan
harga jasa investasi per pohon dengan jumlah pohon yang ditawarkan. Harga jasa
investasi per pohon adalah Rp 60 000 dan Rp 65 000. Harga jasa investasi dalam
lima tahun diasumsikan tidak mengalami perubahan sehingga total dana yang
diterima dari penjualan jasa investasi sebesar Rp 619 280 000. Dana investor ini
digunakan untuk membiayai 9 958 pohon selama umur tanam pohon. Penerimaan

11
penjualan jasa investasi baru diterima pada tahun kedua, karena pada tahun
pertama usaha belum berjalan secara optimal.
Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen
Pohon JUN baru dapat dipenen pada tahun keenam, yaitu saat umur JUN
lima tahun. Harga jual pohon JUN di kebun pada saat panen diproyeksikan Rp
377 000 per pohon. Jika diasumsikan tingkat kematian pohon JUN sebesar satu
persen dari data terahir tahun 2012 dan tanaman JUN yang hidup dapat
seluruhnya diserap pasar, maka total penerimaan dari penjualan pohon JUN
sebesar Rp 3 653 884 000. Total penerimaan dari penjualan tanaman JUN
diperoleh dengan mengalikan jumlah pohon dengan harga jual tanaman JUN per
pohon.

Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN
Arus pengeluaran dalam usaha JUN dikelompokkan menjadi beberapa
bagian yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan bagi hasil kepada mitra usaha.
Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek
yaitu pada tahun pertama. Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis
kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya investasi pada usaha
JUN terdiri dari biaya investasi perlengkapan kantor dan biaya investasi peralatan
produksi. Total biaya investasi yang diperlukan sebesar Rp 21 500 000.
Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama
pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
a) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan pihak koperasi JUN UBHKPWN yaitu menyangkut biaya manajemen kantor sebesar Rp 31 700 000.
b) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha ini meliputi
biaya pengadaan input untuk penanaman dan perawatan tanaman JUN serta
biaya tenaga kerja. Pengeluaran biaya variabel ini dihitung berdasarkan sistem
manajemen pohon (trees management), sehingga biaya atau pengeluaran ini
dihitung atas pohon per pohon. Biaya pohon per pohon dapat diperoleh dengan
mengkonversi harga per komponen bahan dengan komposisi yang dibutuhkan
per pohon, sehingga diperoleh rincian biaya variabel JUN. Total biaya input
penanaman dan perawatan tanaman JUN untuk setiap pohon dalam waktu lima
tahun sebesar Rp 11 000.

12
Bagi Hasil
Pihak-pihak yang terlibat dalam usaha budidaya JUN UBH-KPWN antara
lain investor, petani penggarap, pemilik lahan, pemerintah desa dan UBH-KPWN.
Pihak-pihak ini akan mendapat imbal jasa berupa bagian hasil dari penjualan
tanaman JUN tersebut. Bagian hasil ini dapat diperoleh mulai tahun ketujuh dan
kedelapan.
a. Bagi Hasil yang diterima UBH-KPWN
Imbal jasa yang akan diterima UBH-KPWN adalah sebesar 15 persen dari jumlah
pohon yang ditanam. Sesuai dengan kesepakatan, bila kematian yang terjadi
disebabkan oleh kelalaian sumber daya manusia, UBH-KPWN turut menanggung
sebesar 30 persen dari risiko kematian. Sehingga bagian hasil yang dapat diterima
oleh UBH-KPWN sebesar Rp 533 040 300.
b. Bagi Hasil yang diterima investor
Imbal jasa yang akan diterima investor adalah sebesar 40 persen dari jumlah
tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian
sumber daya manusia, investor tidak ikut menanggung risiko. Sehingga total
bagian hasil yang dapat diterima oleh investor akan tetap, yaitu sebesar Rp 1 501
666 400.
c. Bagi Hasil yang diterima pemilik lahan
Imbal jasa yang akan diterima pemilik lahan adalah sebesar 10 persen dari jumlah
tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian
sumber daya manusia, investor tidak ikut menanggung risiko. Sehingga total
bagian hasil yang dapat diterima oleh pemilik lahan akan tetap, yaitu sebesar Rp
375 416 600.
d. Bagi Hasil yang diterima petani penggarap
Imbal jasa yang diterima petani penggarap berupa upah dan bagian hasil sebesar
25 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang
diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, petani penggarap ikut menanggung
risiko. Petani penggarap turut menanggung sebesar 50 persen dari risiko kematian,
hal tersebut didasarkan atas kewajiban petani yang memiliki tanggung jawab
terhadap pelaksanaan budidaya di lahan. Total upah yang dapat diperoleh petani
dalam usaha JUN ini sebesar Rp 21 500 per pohon untuk penanaman dan
perawatan tanaman dalam lima tahun. Total bagian hasil yang dapat diterima oleh
petani penggarap sebesar Rp 888 400 500.
e. Bagi Hasil yang diterima pemerintah desa
Imbal jasa yang akan diterima pemerintah desa adalah upah Rp 500 per pohon
dalam satu tahun dan bagian hasil sebesar 10 persen dari jumlah tanaman JUN
yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya
manusia, pemerintah desa ikut menanggung risiko. Pemerintah desa turut
menanggung sebesar 20 persen dari risiko kematian. Sehingga total bagian hasil
yang dapat diterima oleh pemerintah desa sebesar Rp 355 360 200.
Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN
Kelayakan finansial usaha JUN ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian
investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C

14

15
(DF) yang ditetapkan. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha JUN
UBH-KPWN ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu
sebesar 1.14, 1.39 dan 1.10 pada DF 9.4 %. Nilai Net B/C pada DF 15 % sebesar
1.11, 1.31 dan 1.08. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu sehingga
usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Payback Period yang diperoleh sebesar
7.82, 7.88 dan 7.94 untuk skenario 1, skenario 2 dan skenario 3 pada DF 9.4 %
dan 15 %. Nilai Payback Period ini masih berada dibawah umur usaha sehingga
berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan analisis switching value, diperoleh hasil untuk peningkatan
biaya operasional senilai 7.60 persen untuk skenario 1, 20.93 persen untuk
skenario 2 dan 5.07 untuk skenario 3 pada DF 9.4 %. Sedangkan pada DF 15 %
sebesar 6.46 %, 17.67 % dan 4.44 %. Untuk penurunan volume produksi senilai
2.83 persen untuk skenario 1, 5.79 % untuk skenario 2 dan 1.85 % untuk skenario
3 baik pada DF 9.4 % dan 15 %. Berdasar hasil ini dapat disimpulkan penurunan
jumlah produksi menunjukkan pengaruh yang lebih besar dibandingkan
peningkatan biaya operasional terhadap kelayakan usaha, sehingga bila usaha
menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut maka usaha menjadi tidak
layak secara finansial.

Saran
Pelaksanaan usaha budidaya JUN sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim
dan lingkungan sehingga memiliki risiko kematian tanaman yang cukup besar.
Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan jumlah produksi JUN
sangat sensitif terhadap kelayakan usaha, oleh karena itu pihak UBH-KPWN
harus mencegah kematian atau kehilangan JUN dengan meningkatkan
pengawasan di lapangan. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai
analisis risiko yang lebih mendetail, nilai manfaat dan dampak secara sosial
ekonomi petani penggarap serta tingkat kepuasan berbagai pihak yang terlibat
dalam usaha JUN di Desa Ciampea agar usaha ini dapat terus berjalan dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Awang SA. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. Yogyakarta
(ID). BPFE – Yogyakarta.
Gittinger. 2008. Analisa Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI –
Press.
Iskak M, Siswamartana S, Rosalina U, Wibowo A. 2005. Produktivitas Tegakan
Jati JPP Intensif Sampai Umur 20 Tahun Ke Depan, Seperempat Abad
Pemuliaan Jati Perum Perhutani. Jakarta (ID): Pusat Pengembangan
Sumber Daya Hutan (P3SDH) Perum Perhutani. hlm 143-153.
Juanda HS. 2007. Perancangan Arsitektur Srategik di Perusahaan Furnitur Panel
Wood PT. Cahaya Sakti Furintraco [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

16
Maulana M. 2013. Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati
Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil – Koperasi
Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[PERHUTANI]. 2011. Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Harga Jual
Dasar (HJD) Kayu Budar Jati, Kayu Bahan Parket (KBP) Jati dan Kayu
Bakar Jati. Jakarta (ID): PERHUTANI.
Puspitasari R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara Pola Bagi
Hasil [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Putri SN. 2013. Analisis Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) dengan Sistem Kemitraan (Studi Kasus : D Lup Farm. Desa
Sudajaya Girang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat).
[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Perumahan Wanabhakti Nusantara
(UBHKPWN). 2007. Rancangan Rencana Bisnis (Bisnis Plan) Unit usaha
Bagi Hasil Koperasi Perumahan Perumahan Perumahan Wanabhakti
Nusantara, tahun 2007 – 2016. Dalam Rangka Pengembangan Usahatani
Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil. Jakarta (ID): UBH-KPWN.
Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Perumahan Wanabhakti Nusantara
(UBHKPWN). 2013. Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil 5 Tahun
Panen. Jakarta (ID): UBH-KPWN.

17

LAMPIRAN