Pertumbuhan Ulat Kandang (Alphitobius diaperinus) pada Media Hidup yang Berbeda

PERTUMBUHAN ULAT KANDANG (Alphitobius diaperinus)
PADA MEDIA HIDUP YANG BERBEDA

MUHAMMAD AJI AKBAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Ulat
Kandang (Alphitobius diaperinus) Pada Media Hidup yang Berbeda adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Muhammad Aji Akbar
NIM D14124007

i

ABSTRAK
MUHAMMAD AJI AKBAR. Pertumbuhan ulat kandang (Alphitobius diaperinus)
pada media hidup yang berbeda. Dibimbing oleh HOTNIDA CH. SIREGAR dan
SALUNDIK.
Ulat kandang merupakan larva dari kumbang Alphitobius diaperinus. Saat ini,
kumbang A. diaperinus dianggap sebagai hama, terutama di kandang ayam karena
perannya sebagai vektor penyakit. Pembudidaya ulat kandang saat ini masih sangat
jarang, dan sebagian besar terdapat di daerah Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Juli sampai Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
media hidup yang paling mendukung pertumbuhan ulat kandang. Media yang
dibandingkan yaitu vermikompos dengan serbuk gergaji dan sekam dengan

perbandingan 1:1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan media pemeliharaan (vermikompos, serbuk gergaji dan sekam) dan
5 ulangan di setiap perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan uji
T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan total dan
pertambahan panjang tidak berbeda nyata antara kedua media. Siklus larva lebih
singkat pada media serbuk gergaji dan sekam.
Kata kunci:

Alphitobius diaperinus, serbuk gergaji dan sekam, ulat kandang,
vermikompos.

ABSTRACT
MUHAMMAD AJI AKBAR. Growth of lesser mealworm (Alphitobius diaperinus)
in different media. Adviced by HOTNIDA C.H. SIREGAR and SALUNDIK.
Alphitobius diaperinus beetle is categorised as pest, especially in poultry pen
because of its role as vector disease. Its cultivation is still very rare and mostly
located in East Java. This research was conducted from July 2014 until August 2014.
The aim of this research was to obtain a better living media which support growth of
A. diaperinus larva. The compared living media were vermicompost and sawdust and
husk. This research used Randomized Complete Design with living media as the

treatment with 5 replication. The data were analysed descriptively by T test. The
results showed total weight gain and length gain were not significantly different in
both living media. Larva life cycle was shorter in sawdust and husk living media.
Key words: Alphitobius diaperinus,
vermicompost.

lesser

mealworm,

sawdust

and

husk,

iii

PERTUMBUHAN ULAT KANDANG (Alphitobius diaperinus)
PADA MEDIA HIDUP YANG BERBEDA


MUHAMMAD AJI AKBAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
Pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pertumbuhan Ulat Kandang (Alphitobius diaperinus) pada Media
Hidup yang Berbeda
Nama
: Muhammad Aji Akbar
NIM

: D14124007

Disetujui oleh

Ir Hotnida CH Siregar, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Salundik, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiahnya. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014 adalah Pertumbuhan Ulat
Kandang (Alphitobius diaperinus) pada Media Hidup yang Berbeda.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir Hotnida CH Siregar, MSi dan Dr Ir
Salundik, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi
saran hingga skripsi selesai. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ir
Cece Sumantri, MScAgr sebagai dosen pembimbing akademik atas waktu, tenaga
dan saran selama menjalani kuliah. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir.
Afton Atabany, MSi sebagai dosen penguji sidang skripsi. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Suluh Dumadi, SH dan Ibu Cut Salmiati
serta Kakak tercinta Alia Fahma yang telah memberi dukungan moril dan semangat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan satu tim penelitian, Suryadi yang
juga turut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Yulia Ningsih dan teman-teman Alih Jenis 2012.

ii

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Persiapan Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu dan Kelembaban
Konsumsi Pakan
Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan

Panjang Badan dan Pertambahan Panjang Badan
Konversi Pakan terhadap Pertambahan Bobot dan Panjang Badan
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

ii
ii
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3

4
4
5
6
6
6
8
9
12
14
14
14
16

ii

DAFTAR TABEL
1 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan ulat kandang
6
2 Rataan bobot badan awal dan akhir, serta pertambahan bobot badan larva A.

diaperinus pada media hidup vermikompos, serbuk gergaji dan sekam
8
3 Rataan panjang dan pertambahan panjang badan larva A. diaperinus pada
media vermikompos atau serbuk gergaji dan sekam
10
4 Konversi pakan terhadap PBB dan PPB larva A. diaperinus pada media
vermikompos, serbuk gergaji dan sekam
13

DAFTAR GAMBAR
1 Media hidup larva A. diaperinus (a) vermikompos (b) serbuk gergaji dan
sekam
3
2 Rataan konsumsi pada pakan media vermikompos, serbuk gergaji dan sekam
7
3 Pola bobot badan dan pertambahan bobot badan larva pada media hidup
vermikompos, serbuk gergaji dan sekam (a) bobot badan larva (b) PBB larva
9
4 Pola panjang badan dan pertambahan panjang badan larva pada media hidup
vermikompos, serbuk gergaji dan sekam (a) panjang badan larva (b) PPB

larva
11
5 Larva dan pupa A. diaperinus
11
6 Konversi pakan larva pada media vermikompos, serbuk gergaji dan sekam (a)
konversi terhadap PBB (b) konversi terhadap PPB
13

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alphitobius diaperinus merupakan salah satu jenis serangga yang cukup
umum dijumpai. Kumbang ini berukuran kecil, dengan panjang sekitar 5 mm. Warna
kumbang ini cokelat kemerahan hingga hitam pekat. Habitatnya cukup luas, mulai
dari hutan, perkebunan, pemukiman, tempat penyimpanan bahan pangan dan pakan
hingga area peternakan. Kumbang ini menyukai lingkungan yang cenderung gelap
dan lembab, sehingga banyak ditemukan di alas kandang ayam broiler.
Larva Alphitobius diaperinus dikenal sebagai ulat kandang dan sangat mirip
dengan larva ulat tepung (Tenebrio molitor). Alphitobius diaperinus memiliki
taksonomi sebagai berikut: Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera,
Famili Tenebrionidae, Genus Alphitobius, Spesies Alphitobius diaperinus (Dunford
dan Kaufman 2006, Boozer 2011). Larva memiliki tiga pasang kaki dan tubuh
tersegmentasi dengan bagian belakang lancip (Dunford dan Kaufman 2006).
Kumbang ini banyak ditemukan di gudang penyimpanan produk makanan dan
dianggap sebagai hama (Rees 2007). A. diaperinus juga banyak ditemukan di litter
kandang unggas. Kumbang dewasa A. diaperinus memiliki bentuk fisik yang
cembung, berwarna hitam kecoklatan dan terlihat mengkilap. Warna tubuh biasanya
bervariasi tergantung pada usianya. Panjang badan berkisar antara 5.8 sampai 6.3
mm (Fransisco dan Prado 2001).
Kumbang dewasa dapat hidup antara 3 sampai 12 bulan. Telur menetas dalam
4 sampai 7 hari, dan menjadi kumbang dewasa kembali setelah 40-100 hari
tergantung suhu dan ketersediaan makanan (Dinev 2013). Rueda dan Axtell (1996)
menyebutkan lama siklus mulai dari telur hingga kumbang dewasa berdasarkan suhu
(20, 25, 30, 35 dan 38 oC secara berturut turut 164.4 ; 60.2 ; 37.9; 29 dan 30.8 hari.
Telur A. diaperinus berukuran sekitar 1.5 mm, berwarna putih dan berbentuk lonjong
(Dunford dan Kaufman 2006). Larva yang baru menetas berukuran sekitar 1.5 mm
dan berwarna putih. Seiring dengan pertumbuhannya, kulit larva semakin mengeras
dan warna kulitnya berubah menjadi kecoklatan (Francisco dan Prado 2001). Pupa A.
diaperinus memiliki panjang 6 sampai 8 mm, berwarna putih hingga krem, dengan
kaki terlipat pada bawah tubuh (Dunford dan Kaufman 2006).
Saat ini, kumbang A. diaperinus dianggap sebagai hama, terutama di
kandang ayam karena perannya sebagai vektor penyakit. Kumbang hidup pada litter
kandang ayam dan memanfaatkan kotoran ayam sebagai makanannya, sehingga
tinggi resikonya menjadi vektor penyakit (Geden dan Axtell 1987). Penyakit yang
ditimbulkan oleh kumbang ini antara lain infectious bursal disease, leukosis, mareks,
newcastle disease dan rotavirus (Rezende et al. 2009). Kumbang ini ternyata
memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan meskipun merupakan vektor
penyakit. Larva kumbang A. diaperinus atau biasa dikenal dengan ulat kandang
sangat mirip dengan kerabat dekatnya ulat hongkong (Tenebrio molitor L) dan ulat
jerman (Zophobas morio), namun ukurannya jauh lebih kecil dari kedua ulat lainnya.
Ukuran ulat kandang yang lebih kecil cocok untuk pakan burung kicau yang ratarata memiliki ukuran paruh yang kecil. Terlebih lagi, ulat kandang memiliki harga
jual yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil survei langsung di pasar Pramuka Jakarta,
harga jual ulat kandang mencapai Rp60.000 kg-1. Harga ini lebih tinggi dari nilai jual

2

ulat hongkong yaitu sekitar Rp33.000 kg-1. Harga ulat kandang lebih mahal karena
ketersediaannya masih sangat terbatas. Selain itu, tingkat kematian larva yang tinggi
ketika disimpan juga menjadi penyebab harga ulat kandang tinggi.
Pembudidaya ulat kandang saat ini masih sangat jarang, dan sebagian besar
terdapat di daerah Jawa Timur. Padahal, hampir di setiap daerah terdapat peternakan
unggas. Ini berarti peluang budidaya ulat kandang masih sangat terbuka karena
mudah memperoleh bibit. Teknologi budidaya yang digunakan saat ini masih
sederhana, menggunakan wadah tripleks yang diisi dengan media hidup dan
makanan. Penelitian mengenai ulat kandang sejauh ini masih berkaitan dengan peran
ulat kandang sebagai hama dan metode penanggulangannya yang tepat. Penggantian
media hidup dengan bahan yang tidak mengandung mikroorganisme patogen dapat
menjadikan ulat kandang sebagai hewan budidaya alternatif.
Bahan media hidup dipilih berdasarkan kondisi alami di lingkungan kandang
unggas yang hangat dan lembab (Kaufman dan Dunford 2006). Bahan media tersebut
antara lain sekam, serbuk gergaji dan vermikompos. Sekam dan serbuk gergaji
merupakan limbah pertanian dan industri yang pemanfaatannya masih dapat
dikembangkan. Pencampuran serbuk gergaji dan sekam untuk meningkatkan
sirkulasi udara dan memudahkan ulat kandang dalam menjangkau makanan.
Vermikompos dipilih karena mampu mempertahankan kelembaban lebih lama,
sehingga diharapkan mampu memberikan kondisi nyaman bagi larva yang
dipelihara. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40%-60%
(Ningsih 2007). Pemilihan media hidup yang mendekati habitat aslinya diharapkan
dapat memunculkan performa pertumbuhan ulat kandang secara maksimal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan media hidup (vermikompos,
serbuk gergaji dan sekam) yang paling mendukung pertumbuhan ulat kandang.
Peubah meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan larva, pertambahan
panjang badan larva dan konversi pakan terhadap pertambahan bobot badan dan
pertambahan panjang badan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji media hidup ulat kandang
mulai menetas hingga menjelang pupa yang paling sesuai untuk pertumbuhan.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan dari bulan Juni sampai Agustus 2014. Penelitian ini
dilaksanakan di Jalan Babakan Raya Gang Bara 4 no 124 Kelurahan Babakan,
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

3

Bahan
Hewan yang digunakan adalah larva A. diaperinus sebanyak 100 ekor yang
baru menetas. Media hidup yang digunakan adalah vermikompos dan campuran
serbuk gergaji dan sekam. Perbandingan serbuk gergaji dan sekam sebesar 1:1
dengan ketebalan media 1cm. Pakan yang akan digunakan selama pemeliharaan
adalah kulit buah pepaya.

(a)

(b)

Gambar 1 Media hidup larva A. diaperinus (a) vermikompos (b) serbuk gergaji dan
sekam
Alat
Peralatan yang dibutuhkan selama penelitian adalah 10 wadah plastik
berdiameter 6.5 cm, kain penutup wadah plastik, timbangan digital, termohigrometer
dan jangka sorong. Peralatan lainnya yang berfungsi sebagai penunjang diantaranya
adalah sendok plastik, gunting, saringan, kuas kecil, sprayer, dan hand counter.
Prosedur
Persiapan Pemeliharaan
Persiapan dilakukan sebelum pemeliharaan dan pengambilan data dimulai.
Persiapan yang dilakukan mencakup penyediaan wadah pemeliharaan dan rak
wadah pemeliharaan. Wadah ditutup dengan kain agar hewan tidak keluar. Rak yang
digunakan adalah rak plastik. Media hidup yang digunakan adalah kombinasi serbuk
gergaji dan sekam, serta vermikompos. Media dikukus terlebih dahulu selama 10
menit, kemudian serbuk gergaji dan vermikompos disaring. Tujuan penyaringan
adalah memilih media yang halus dan berukuran seragam sebagai media perlakuan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dan kedua bertujuan
untuk memperoleh hewan percobaan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
pemeliharaan sehingga diperoleh larva dengan jumlah cukup. Tahap ketiga
merupakan pemeliharaan larva dan pengambilan data. Tahap pertama adalah
pemeliharaan larva A. diaperinus sebanyak 30 larva dalam satu wadah plastik.
Larva yang dipilih adalah larva yang berukuran sekitar 1 cm dengan perkiraan
tahap akhir menuju pupa. Total yang dipelihara pada tahap pertama adalah 300 larva

4

yang dibagi ke dalam 10 wadah plastik. Media hidup dalam pemeliharaan larva
adalah serbuk gergaji yang telah lapuk, yang merupakan media hidup asli dari tempat
pengambilan larva. Pakan yang diberikan adalah kulit buah papaya. Pakan diganti
setiap hari. Media disemprot setiap hari untuk mempertahankan kelembaban
medianya.
Pemeliharaan tahap kedua yaitu pemeliharaan kumbang A. diaperinus.
Kumbang yang berasal dari larva sebelumnya tetap dipelihara dalam media hidup
asli. Kumbang dipelihara dalam wadah plastik dengan ketebalan media sekitar 1 cm.
Pakan yang diberikan adalah kulit buah pepaya dan diganti setiap hari. Media hidup
kumbang disemprot setiap hari untuk menjaga kelembabannya. Untuk merangsang
kumbang bertelur, wadah pemeliharaan ditempatkan di lokasi yang gelap.
Pemeliharaan tahap ketiga merupakan larva yang berasal dari kumbang pada
pemeliharaan tahap kedua. Larva yang menetas dari media kumbang pemeliharaan
kedua dan telah mencapai ukuran sekitar 2 mm dipisahkan ke media perlakuan yaitu
vermikompos, serbuk gergaji dan sekam. Kulit buah pepaya diberikan setiap hari
sebagai pakannya.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan pada saat larva pada pemeliharaan ketiga. Larva diambil
dengan ukuran seragam sekitar 2 mm, jumlah yang diambil sebanyak 100 ekor
kemudian dimasukkan kedalam 10 wadah plastik. Suhu dan kelembaban diukur tiga
kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah kulit
buah pepaya sebanyak 0.5 gram per hari, dan pakan diganti setiap hari. Pemberian
dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Larva A. diaperinus ditimbang dan diukur
panjang badannya setiap 3 hari hingga larva mencapai fase pupa. Data lainnya yang
diukur adalah panjang tubuh larva, pengukuran panjang tubuh larva dilakukan setiap
tiga hari dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran panjang mulai ujung
kepala sampai ekor.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan media pemeliharaan, yaitu vermikompos, serbuk gergaji dan sekam
dengan 5 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji T untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap peubah. Grafik polinomial digunakan sebagai analisis
deskriptif untuk mengetahui determinasi umur terhadap peubah yang diamati dan
korelasi antara dua peubah. Model Matematika uji T menurut Walpole (1995) yaitu:
Uji T =
Keterangan :
1
= rataan sampel 1
2
= rataan sampel 2
µ1
= rataan populasi 1
µ2
= rataan populasi 2
n1
= banyak sampel 1
n2
= banyak sampel 2
s
= akar KT(G)



�(

−(µ −µ )



+



)

5

Grafik regresi polinomial : grafik yang dibentuk dari rumus regresi polinomial
dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Rumus yang digunakan:
Regresi polinomial: Y= a0+a1x+….+anxn
Keterangan:
Y
a
0-n

: Variabel terikat
: Konstanta yang dapat dihitung
: Derajat polinomial

Koefisien determinasi: r2 x 100%
Peubah
Konsumsi Pakan : yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi setiap hari. Nilai konsumsi
pakan didapat dengan rumus:
Konsumsi =
Keterangan :
∑ pemberian
∑ sisa
∑ penguapan

pemberian -

sisa - ∑ penguapan

: Jumlah pemberian pakan
: Jumlah sisa pakan
: Penyusutan bobot pakan akibat penguapan = bobot pakan t-1 – bobot pakan t

Pertambahan Bobot Badan Total: selisih bobot badan yang dihitung pada waktu
yang ditentukan. Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan hasil penimbangan
bobot badan larva A. diaperinus. Nilai pertambahan bobot badan didapatkan dengan
rumus :
PBB Total (mg ekor-1) =

Total BB akhir –Total BB awal
larva

Keterangan :
PBB total : Pertambahan bobot badan
BB akhir : Bobot badan saat akhir penimbangan
BB awal : Bobot badan saat awal penimbangan

Pertambahan Panjang Badan Total : selisih panjang badan yang dihitung pada
waktu yang ditentukan. Pertambahan panjang badan dihitung berdasarkan hasil
pengukuran panjang badan larva A. diaperinus. Nilai pertambahan panjang badan
didapatkan dengan rumus :
PPB (mm ekor-1) = PB akhir-PB awal
Keterangan :
PPB total : Pertambahan panjang badan
PB akhir : Panjang badan saat akhir penimbangan
PB awal : Panjang badan saat awal penimbangan

Konversi Pakan : total pakan yang dikonsumsi untuk menaikkan bobot badan atau
panjang badan sebesar satu satuan. Konversi pakan dihitung berdasarkan konsumsi
pakan dengan pertambahan bobot dan pertambahan panjang larva A. diaperinus.
Nilai konversi pakan didapatkan dengan rumus:

6

Konversi terhadap PBB =
Keterangan :
PBB
Konsumsi
∑ pemberian
∑ sisa
∑ penguapan

PBB

pemberian –

=

sisa - ∑ penguapan
PBB

: Pertambahan bobot badan
: Jumlah konsumsi pakan
: Jumlah pemberian pakan
: Jumlah sisa pakan
: Penyusutan bobot pakan akibat penguapan

Konversi terhadap PPB =
Keterangan :
PPB
Konsumsi
∑ pemberian
∑ sisa
∑ penguapan

Konsumsi

Konsumsi
PPB

=

pemberian –

sisa - ∑ penguapan
PPB

: Pertambahan panjang badan
: Jumlah konsumsi pakan
: Jumlah pemberian pakan
: Jumlah sisa pakan
: Penyusutan bobot pakan akibat penguapan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu dan Kelembaban
Rataan suhu dan kelembaban ruangan pemeliharaan ulat kandang selama
penelitian disajikan pada Tabel 1. Rataan suhu ruangan pada pagi, siang dan malam
hari secara berturut turut yaitu 27.4 oC, 27.6 oC, 27.5 oC dengan kelembaban 78.7%,
79.5%, 79.7%. Menurut Boozer (2011) kondisi suhu optimal bagi ulat kandang yang
ideal berkisar antara 30-35 oC. Dijelaskan lebih lanjut oleh Kaufman dan Dunford
(2006) bahwa suhu dan kelembaban optimal berkisar antara 30-33 oC dengan
kelembaban hingga 90%. Akan tetapi, Rueda dan Axtell (1996) menjelaskan bahwa
larva masih dapat bertahan hidup pada kisaran suhu 20 oC hingga 38 oC.
Tabel 1 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan ulat kandang
Peubah

Suhu (oC)
Kelembaban
(%)

Pagi
Rataan

SD

27.40
78.70

0.5
3.4

Siang
KK
(%)
2
4.8

Rataan SD
27.60
79.50

0.4
2.8

Malam
KK
(%)
1.5
3.6

Rataan

SD

27.50
79.70

0.6
3.1

KK
(%)
2.2
3.9

Rataan suhu dan kelembaban dalam penelitian ini termasuk dalam kisaran
yang mendukung kehidupan ulat kandang berdasarkan beberapa hasil penelitian yang
telah disebutkan.
Konsumsi Pakan
Hasil uji T menunjukkan jenis media mempengaruhi konsumsi pakan.
(P