Analisis Komoditas Unggulan Dan Arahan Pengembangannya Di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor

i

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN
PENGEMBANGANNYA DI KECAMATAN CIAMPEA
DAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

EKHA ROJIAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015
Ekha Rojiah
NIM A14110090

i

ABSTRAK
EKHA ROJIAH. Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan
Pengembangannya di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA
MULYA.
Kondisi ekonomi, sosial, lingkungan di Kecamatan Ciampea dan

Dramaga termasuk kurang berkembang, dan arahan pengembangan
komoditas belum tersedia secara lengkap. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis komoditas unggulan, menganalisis ketersediaan dan
kesesuaian lahan, menganalisis rantai dan margin pemasaran. serta
menganalisis kelayakan usahatani dan menyusun arahan pengembangannya.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2015 di
Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis LQ, SSA, evaluasi ketersediaan dan kesesuaian
lahan, analisis tata niaga, serta analisis kelayakan usahatani. Komoditas
unggulan di Kecamatan Ciampea adalah padi sawah, sedangkan di
Kecamatan Dramaga adalah ubi jalar. Lahan yang tersedia dan sesuai untuk
pengembangan komoditas padi sawah seluas 249 ha dan untuk
pengembangan komoditas ubi jalar seluas 122 ha. Rantai pemasaran dan
margin yang baik adalah rantai pemasaran yang langsung menjual ke
pedagang akhir. Komoditas padi sawah dan ubi jalar layak dibudidayakan
karena memiliki nilai B/C Ratio>1. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa komoditas unggulan padi sawah dan ubi jalar berturut-turut dapat
dikembangkan pada areal pengembangan di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga.
Kata kunci: Evaluasi Kesesuaian Lahan, Komoditas unggulan, Rantai dan

Margin pemasaran, Usahatani

ii

ABSTRACT
EKHA ROJIAH. Analysis of primary commodities and their Development
Direction in the Ciampea and Dramaga Districts, Bogor Regency.
Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and SETYARDI PRATIKA
MULYA.
The condition of economic, social and environmental in Ciampea and
Dramaga districts are less developed and direction of growth commodities
are not yet available. The purpose of this research was to analyze the
primary commodities, to analyze land availability and suitability, to analyze
marketing chain and margins and to analyze farm feasibility and to collate
their development direction. The research was conducted from February to
August 2015 in Ciampea and Dramaga Districts, Bogor Regency. Methods
of analysis used are LQ, SSA, evaluation of land suitability and availability,
analysis of marketing chain, analysis offarm feasibility. The primary
commodities in the Ciampea District is rice and Dramaga district is sweet
potatoes. Land available and suitable for development of rice commodity

covering 249 ha and for development of sweet potatoes commodity
covering 122 ha. The marketing chain and good margin is marketing chain
directly sell to theend merchants. Rice and sweet potatoes commodities are
worth cultivated because B/C Ratio value >1. It can be concluded that
primary commodities of rice and sweet potatoes can be developed in the
development area of Ciampea and Dramaga districts, respectively.
Keywords: Farm, Land suitability evaluation, Marketing chain dan margin,
Primary commodities

iii

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN
PENGEMBANGANNYA DI KECAMATAN CIAMPEA DAN
DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Komoditas
Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Kabupaten Bogor”. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus
2015 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Terima kasih diucapkan kepada Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus selaku
pembimbing I dan Setyardi Pratika Mulya, SP MSi selaku pembimbing II, atas
arahan, bimbingan, dan bantuan selama penelitian berlangsung. Terima kasih
diucapkan kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bogor, Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BPS Kabupaten Bogor, BMKG

Dramaga, serta Kantor Kecamatan Ciampea dan Dramaga yang telah
memberikan informasi dan data mengenai penelitian ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada PT Adaro Indonesia yang telah memberikan beasiswa
melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta
Bapak A. Rosid dan Ibu Mariana serta kakak saya Diet Baharsyah atas doa dan
kasih sayang yang telah diberikan. Penghargaan juga diberikan kepada Rizqi
Ianatus Sholihah, teman satu bimbingan (Jeti Rahmawati, Tatu Rizkia), teman
satu divisi (Niken Ratna Handayani, Nunung Nurhayati, Fathya Virgina
Soekatno, dan Windy Rashinta Dewanti) teman-teman BUD Adaro Indonesia
(Ayu Listiana, Riskia Tri Meilanie, Aulia Azizah, Erni Widyaningsih, dan
Sartika Purnama Sari), dan teman-teman Ilmu Tanah 48 yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung.
Karya Ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini
tetap bermanfaat bagi akademisi dan pembaca.

Bogor, Desember 2015
Ekha Rojiah

i


i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

ii
iii

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN......................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3

Komoditas Unggulan ................................................................................. 3
Lahan dan Penggunaan Lahan ................................................................... 4
Evaluasi Sumberdaya Lahan ...................................................................... 5
Rantai dan Margin Pemasaran ................................................................... 6
Analisis Kelayakan Usahatani.................................................................... 7
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...................................................... 8
Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 8
Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 8
Metode Penelitian .................................................................................... 10
Teknis Analisis Data ................................................................................ 11
Penyusunan Arahan Pengembangan ................................................

15

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ............................................. 15
Kondisi Fisik Wilayah ............................................................................. 15
Kependudukan ......................................................................................... 17
Kondisi Pendidikan .................................................................................. 17
Kondisi Pertanian ..................................................................................... 18
Kondisi Perekonomian ............................................................................. 19

Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Ciampea dan Dramaga ......... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 19
Komoditas Unggulan ............................................................................... 19
Penggunaan Lahan Sekarang di Kecamatan Ciampea dan Dramaga....... 24
Areal yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan ......... 26
Rantai Pemasaran Komoditas Unggulan utama di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga ............................................................................. 30
Margin Pemasaran komoditas unggulan utama ...................................... 33

ii

Analisis Usahatani Komoditas Padi Sawah dan Ubi jalar ...................... 35
Penyusunan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Wilayah ...... 38
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 42
Simpulan .................................................................................................. 42
Saran ........................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


46
59

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

17
18

Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber
data, teknik analisis data, dan output yang diharapkan
Luas Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan
Ciampea
Luas Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan
Dramaga
Jumlah Penduduk Kecamatan Ciampea dan Kecamatan
Dramaga berdasarkan mata pencaharian
Nilai koefisien LQ Komoditas Tanaman Pangan,Tanaman
Sayuran dan Buah-buahan Berbasis Produksi di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga Tahun 2013.
Nilai Perhitungan SSA untuk Berbagai Komoditas di
Kecamatan Ciampea dan Dramaga.
Komoditas unggulan wilayah di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga
Peta penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Luas lahan tersedia dan tidak tersedia di Kecamatan Ciampea
dan Dramaga
Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Sawah
Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Ubi Jalar
Margin Pemasaran tiap-tiap simpul pemasaran untuk komoditas
padi sawah
Margin Pemasaran tiap-tiap simpul pemasaran untuk komoditas
ubi jalar
Analisis usahatani komoditas padi sawah
Analisis usahatani komoditas ubi jalar dengan harga penjualan
Rp 1.800,-/Kg
Analisis usahatani komoditas ubi jalar dengan harga penjualan
Rp 2.000,-/Kg
Pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan pengembangan
komoditas unggulan Padi sawah dan Ubi Jalar
Prediksi peningkatan produksi komoditas padi sawah dan ubi
jalar dengan intensifikasi dan ekstensifikasi

9
16
17
17

22
23
24
25
26
28
30
34
35
36
37
38
40
42

iii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peta lokasi penelitian
Diagram alir penelitian
Peta penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Peta ketersediaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Peta kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kecamatan Ciampea
Peta kesesuaian lahan untuk komoditas ubi jalar di Kecamatan
Dramaga
Rantai pemasaran padi tipe 1 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Rantai pemasaran padi tipe 2 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Rantai pemasaran padi tipe 3 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Rantai pemasaran ubi jalar tipe 1 di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga
Rantai pemasaran ubi jalar tipe 2 di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga
Peta arahan pengembangan komoditas padi sawah di Kecamatan
Ciampea
Peta Arahan pengembangan komoditas ubi jalar di Kecamatan
Dramaga

8
10
25
27
28
29
30
31
31
32
32
40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1

Data produksi berbagai berbagai komoditas pertanian di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga tahun 2008 dan 2013.
2 Karakteristik Lahan untuk Komoditas Padi Sawah (Oryza sativa)
3 Karakteristik Lahan untuk Komoditas Ubi jalar (Ipomoea batatas)
4 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah
5 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ubi Jalar
6 Data analisis usahatani padi sawah di Kecamatan Ciampea
7 Data analisis usahatani ubi jalar Rp 18 00/kg di Kecamatan Dramaga
8 Data analisis usahatani ubi jalar Rp 2000/kg di Kecamatan Dramaga
9 Peta RTRW Kecamatan Ciampea dan Dramaga
10 Peta Kawasan Hutan Kecamatan Ciampea dan Dramaga
11 Peta Satuan Lahan Kecamatan Ciampea dan Dramaga
12 Informasi umum peta satuan lahan

46
47
48
49
50
51
52
54
56
56
57
58

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecamatan Ciampea dan Dramaga adalah dua kecamatan di Kabupaten
Bogor yang berperan sebagai pusat produksi khususnya dibidang pertanian.
(PSP3-PEMKAB Bogor 2012). Berdasarkan penggunaaan lahannya sebagian
besar lahan digunakan sebagai areal persawahan, kebun campuran, hutan dan
permukiman. Penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian. Hal
tersebut dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cepat dengan jumlah lahan
yang tetap mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan
terbangun (permukiman) tinggi, sehingga menjadikan ketersediaan lahan untuk
pertanian semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan rendahnya
kesejahteraan penduduk dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.
Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Ciampea sebesar 7 974 jiwa dan
Kecamatan Dramaga sebesar 7 306 jiwa. Selain itu, suatu kendala utama dalam
komoditas lahan basah dan kering (semusim dan tahunan) adalah masih
rendahnya produktivitas yang terkait dengan manajemen usahatani, dan
pemasaran. Adanya komoditas pertanian yang sudah dikenal dan mempunyai
potensi untuk dikembangkan namun masih kurangnya pengelolaan.
Kondisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan kecamatan Ciampea dan
Dramaga termasuk rendah atau kurang berkembang, dan arahan pengembangan
komoditasnya pun juga belum tersedia secara lengkap. Banyak aspek yang
harus di perhatikan agar pemanfaatan komoditas wilayah lebih efektif dan
berdaya guna. Dalam penyusunan arahan pengembangan komoditas wilayah
perlu mempertimbangkan pemanfaatan sumberdaya lahan yang berpegang pada
prinsip keadilan dan berkelanjutan (Hidayat 2009). Penyusunan arahan
pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan pemanfaatan lahan yang
optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung lahan
akan menyebabkan terjadinya kerusakan tanah (Nugroho 2000). Arahan
pengembangan komoditas pada suatu lahan mencakup perencanaan penggunaan
lahan untuk pengembangan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi, kesesuaian lahannya sesuai serta dibudidayakan masyarakat dan memiliki
kecukupan dukungan sarana dan prasarana produksi serta kelembagaan.
Adanya perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas,
dapat menghindari atau memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan lahan,
sehingga dapat mengupayakan suatu sistem penggunaan lahan yang
berkesinambungan. Berhubung arahan pengembangan komoditas wilayah di
Kecamatan Dramaga dan Ciampea belum tersusun perlu dilakukan penelitian
mengenai analisis komoditas unggulan wilayah dan arahan pengembangannya
dengan menganalisis kesesuaian dan ketersediaan lahan pertanian di kedua
kecamatan tersebut.

2

Perumusan Masalah
Lahan pertanian luasannya semakin kecil karena tingginya konversi lahan
pertanian menjadi lahan terbangun, akibat jumlah penduduk yang semakin
banyak dan adanya alasan bahwa kawasan terbangun dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan keuntungan pertanian. Manajemen
usahatani yang kurang baik menjadikan produksi komoditas pertanian rendah.
Demikian juga komoditas unggulan lahan basah dan kering yang sudah dikenal
namun produksinya saat ini masih rendah, sehingga perlu produktivitasnya
ditingkatkan dan perlu direncanakan upaya pengembangannya.
Hasil survei lapang menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Ciampea
dan Dramaga termasuk petani yang dikategorikan pada petani tidak sejahtera.
Ada beberapa masalah yang masih menyertai petani, yaitu: a) kurangnya
permodalan; b) banyaknya tanaman yang tidak produktif; c) kurangnya sarana
dan prasarana produksi; d) kurangnya eksistensi kelembagaan petani; e)
rendahnya posisi tawar petani; f) belum memiliki manajemen yang memadai dan
g) lemahnya kemampuan mengakses pasar.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka disusun pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Dimana sajakah lokasi pengusahaan komoditas unggulan pada Kecamatan
Ciampea dan Dramaga ?
2. Dimanakah lokasi yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan
berdasarkan aspek kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan?
3. Bagaimana rantai dan margin pemasaran komoditas unggulan di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga ?
4. Bagaimana kelayakan usahatani komoditas unggulan berdasarkan hasil
analisis usahatani ?
5. Bagaimana arahan pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Ciampea
dan Dramaga ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis komoditas unggulan wilayah
2. Menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan
komoditas unggulan wilayah
3. Menganalisis rantai dan margin pemasaran komoditas unggulan wilayah
4. Menganalisis kelayakan usahatani komoditas unggulan wilayah
5. Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan wilayah
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus bisa
menjadi acuan pemerintah untuk menyusun arahan pengembangan Kecamatan
Ciampea dan Kecamatan Dramaga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan ekonomi daerah.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Unggulan
Menurut Hendayana (2003), komoditas unggulan adalah komoditas yang
layak diusahakan baik secara biofisik, sosial maupun ekonomi, karena
memberikan keuntungan kepada petani, suatu komoditas dikatakan layak secara
biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya.
Layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, serta
bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada
penyerapan tenaga kerja. Layak secara ekonomi jika komoditas tersebut
menguntungkan.
Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis
berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya
manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan disuatu
wilayah. Keberadaan komoditas unggulan pada suatu daerah dapat memudahkan
upaya pengembangan agribisnis (Sitorus et al. 2014)
Sektor basis adalah sektor dimana kelebihan yang terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor
antar wilayah (Rustiadi et al. 2011). Sektor basis adalah sektor yang dapat
mengekspor barang/jasa (komoditas) ke tempat di luar batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan. Sektor non basis adalah sektor yang hanya
cukup menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri
(Glasson 1977).
Aktifitas komoditas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama
(prime mover role) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor
suatu wilayah ke wilayah lain, semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut dan
sebaliknya. Setiap perubahan kenaikan atau penurunan mempunyai efek
pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian wilayah (Adisasmita
2005).
Komoditas basis akan menjadi tulang punggung perekonomian daerah
karena keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas tersebut dan komoditas
nonbasis yang kurang potensial berfungsi sebagai penunjang komoditas basis
(Syafrizal 2008). Output dari komoditas basis ini dapat diekspor ke daerah
lainnya karena dianggap telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri.
Penekanan output komoditas non-basis adalah pemenuhan kebutuhan suatu
komoditas untuk dikonsumsi oleh masyarakat dalam perekonomian yang
bersangkutan (Tabrani 2008).
Komoditas basis memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif di
suatu wilayah. Hal ini dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam, penguasaan
masyarakat dalam teknologi industri komoditas, aksesibilitas wilayah yang baik,
pemasaran yang baik, terdapatnya aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi, tenaga
kerja yang baik, dan kebijakan pemerintah yang mendukung terciptanya
keunggulan-keunggulan suatu wilayah (Tarigan 2003).
Metode LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis)
merupakan dua metode yang dapat dipakai untuk menentukan komoditas

4

unggulan (Rustiadi et al. 2011). Suatu komoditas dikatakan sebagai komoditas
unggulan jika penyebarannya paling luas dibandingkan dengan tanaman pangan
lainnya dan diusahakan oleh petani secara merata diseluruh kota/kabupaten.
Komoditas unggulan kompetitif menunjukkan bahwa komoditas tersebut
memiliki tingkat persaingan paling tinggi untuk dikembangkan dibandingkan
komoditas pangan lainnya, disebabkan pertumbuhan komoditas tanaman
tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tanaman pangan lainnya, karena
adanya permintaan konsumen yang meningkat. (Sitorus et al. 2013)
Lahan dan Penggunaan Lahan
Menurut Sitorus (2004), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), lahan
adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan
vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya,
termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa
lalu maupun sekarang. Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk
intervensi (Campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual.
Menurut Rayes (2007) penggunaan lahan secara umum digolongkan atas
pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah
rekreasi. Studi evaluasi lahan setiap jenis penggunaan lahan dirinci ke dalam
tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat
kategori klasifikasi dari klasifikasi penggunaan lahan, melainkan mengacu pada
penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya dibawah kategori penggunaan
lahan secara umum karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi dan
keluaran. Tipe penggunaan lahan merupakan penggunaan lahan yang diuraikan
secara lebih terinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan
keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu, yaitu menyangkut pengelolaan,
masukan yang diperlukan, dan keluaran yang diharapkan secara spesifik.
Menurut Sitorus (1989) dan Arsyad (2006), penggunaan lahan dibedakan
ke dalam dua kelompok, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan
lahan non-pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas
penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat
di atas lahan, seperti penggunaan lahan tegalan, kebun kopi, kebun karet, padang
rumput dan lain-lain. Penggunaan lahan non-pertanian dibagi berdasarkan atas
penggunaan kota dan desa (pemukiman), industri, rekreasi, dan pertambangan.
Barlow (1986) membagi penggunaan lahan menjadi 10 jenis, yaitu: (1) lahan
pemukiman; (2) lahan industri dan perdagangan; (3) lahan bercocok tanam; (4)
lahan peternakan dan penggembalaan; (5) lahan hutan; (6) lahan mineral atau
pertambangan; (7) lahan rekreasi; (8) lahan pelayanan jasa; (9) lahan
transportasi; dan (10) lahan tempat pembuangan.
Di Indonesia penggunaan lahan memiliki tujuan umum yaitu untuk
menjamin pengadaan pangan, sebagai sumber devisa bagi pembangunan untuk
pemukiman dan sarana atau prasarana fasilitas umum dan konservasi. Ada
sejumlah faktor yang mempengaruhi pola dan jenis penggunaan lahan
diIndonesia yaitu sifat fisik lahan (iklim, topografi, drainase, sifat fisik, dan
kimia tanah dan lain-lain), kondisi faktor budaya dan ekonomi serta kebijakan

5

pemerintah. Besarnya kontribusi setiap faktor-faktor tersebut akan sangat
beragam menurut waktu dan ruang (Lopulisa 1995).
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Menurut Sitorus (2004), evaluasi sumberdaya lahan merupakan proses
untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya.
Evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang
menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan, penggunaan lahan, dan aspek
ekonomis. Manfaat mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah menilai
kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu yang sedang
dipertimbangkan serta memprediksi konsekuensi dari perubahan penggunaan
lahan yang akan dilakukan. Kegunaan dari evaluasi sumberdaya lahan sangat
beragam yang dapat ditinjau dari bentuk fisik, ekonomi, sosial, intensitas, dan
skala serta tujuan pemakai. (Sitorus 2015)
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), mengemukakan evaluasi lahan
merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan
adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan
yang akan diterapkan, dengn sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh
lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan
tersebut.
Kualitas lahan (land quality) adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks
dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan
(performance) tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi
penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara
langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian
karakteristik lahan. Kualitas lahan dapat berperan positif (sifatnya sangat
menguntungkan bagi suatu penggunaan) atau negatif (keberadaannya akan
merugikan terhadap penggunaan tertentu, sehingga bisa merupakan faktor
penghambat atau pembatas. (Sitorus 2014).
Evaluasi kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu
areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang
dipertimbangkan. Kesesuaian lahan terdiri atas kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial (Sitorus 2004).
Menurut Ritung et al. (2007), kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian
lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum
lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi
kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang
berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian
lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila
dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan
konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat
ditingkatkan apabila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
Pada tingkat kelas dibedakan menjadi lima kelas secara kualitatif, yaitu
kelas (S1), (S2), (S3), (N1), (N2). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian
dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-

6

masing skala pemetaan. Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan
yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran
minimum, optimum, dan maksimum untuk masing-masing karakteristik lahan.
a) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly suitable)
Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembat
bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas
lahan secara nyata.
b) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately suitable)
Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan
berpengaruh terhadap produktivitasnya, tambahan masukan
(input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani
sendiri.
c) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally suitable)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor
pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya,
memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada
lahan yang tergolong kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas
pada kelas S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak
swasta.
d) Kelas N1: Tidak Sesuai saat ini (Currently not suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu
penggunaan secara lestari tetapi masih memungkinkan untuk
diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional.
e) Kelas N2: Tidak Sesuai Permanen ( Permanently not suitable).
Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga
tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan secara
lestari.
Rantai dan Margin Pemasaran
Irawan et al. (2001) menjelaskan bahwa pemasaran pertanian khususnya
hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dalam aliran komoditas karena
belum berjalan secara efisien. Menurut Agustian dan Mayrowani (2008)
menjelaskan permasalahan yang cukup sering dihadapi para pelaku adalah
tingginya biaya pemasaran dan pembagian balas jasa yang bersifat asimetris.
Pedagang besar mendapatkan balas jasa yang lebih tinggi dibandingkan
pedagang kecil. Tingginya biaya pemasaran didukung oleh ketidakefisienan
yang disebabkan panjangnya rantai pemasaran. (Agustian & Mayrowani 2008)
serta (Irawan et al.2001) menjelaskan permasalahan utama dalam sistem
pemasaran adalah fluktuasi harga, dimana hingga saat ini belum ada solusinya.
Efisiensi sistem pemasaran suatu usaha diukur dengan pendekatan margin
tata niaga dan keterpaduan pasar. Margin tata niaga memiliki dua pengertian.
Pertama, margin tata niaga tersebut adalah perbedaan harga yang dibayar oleh
konsumen dengan harga yang diterima petani. Kedua, margin tata niaga

7

merupakan imbalan yang diberikan konsumen kepada lembaga tata niaga.
Komponen tata niaga terdiri dari biaya tataniaga atau biaya fungsional
(functional cost) yaitu biaya-biaya yang diperlukan lembaga tata niaga untuk
melakukan fungsi tataniaga dan keuntungan (profit) lembaga tataniaga.
(Soekartawi 2002) menjelaskan bahwa besarnya biaya pemasaran berbeda-beda
tergantung kepada beberapa faktor, yaitu: macam komoditas, lokasi
pengusahaan, macam dan peranan lembaga pemasaran dan efektifitas
pemasaran. Semakin pendek rantai tata niaga, maka biaya tata niaga semakin
rendah, margin tata niaga juga semakin rendah dan harga yang harus dibayar
konsumen juga rendah serta harga yang diterima produsen tinggi.
Asmarantaka (2012) menjelaskan panjangnya rantai pemasaran belum
tentu menunjukkan bahwa suatu pemasaran dapat dikatakan tidak efisien.
Walaupun rantai pemasaran suatu produk tersebut panjang tetapi mampu
memberikan kepuasan konsumen serta dapat memperhitungkan fungsi-fungsi
pemasaran yang ada serta biaya, maka sistem pemasaran tersebut dapat
dikatakan efisien.
Analisis Kelayakan Usahatani
Menurut Suratiyah (2006) usahatani adalah bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk
mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.
Menurut Prawirokusumo (1990) Ilmu Usahatani adalah ilmu terapan yang
membahas bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien
pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu juga dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan
keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati petani, peternak, atau nelayan tersebut. Sementara itu
menurut (Rahim dan Hastuti 2007) ilmu usahatani adalah cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.
Soekartawi et al. (2011), penerimaan usahatani (farm receipt) didefinisikan
sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup
pinjaman uang untuk keperluan usahatani, dan mencakup yang berbentuk benda.
Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan
tunai usahatani. Sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor
atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total
adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi (Rahim dan Hastuti 2007).
Menurut Rahim dan Hastuti (2007), analisis B/C (Benefit Cost Ratio) lebih
menekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada
usaha-usaha untuk membandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat
keuntungan suatu usahatani, bahwa analisis B/C (Benefit Cost Ratio) merupakan
perbandingan (ratio atau nisbah) antar manfaat (benefit) dan biaya (cost). Pada

8

analisis B/C ratio dipentingkan adalah besarnya manfaat. Selain itu analisis B/C
ratio dapat digunakan untuk membandingkan 2 (dua) atau lebih usaha, pertanian
seperti usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Jika hasil B/C Ratio lebih besar dari satu maka
usahatani tersebut menguntungkan (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar
dari tambahan biaya). Apabila hasil B/C Ratio kurang dari satu maka usahatani
tersebut mengalami kerugian (tambahan biaya lebih besar dari tambahan
penerimaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor utamanya di dua kecamatan,
yaitu: Kecamatan Dramaga dan Ciampea (Gambar 1). Analisis data dilakukan di
studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berlangsung mulai dari bulan Februari sampai Agustus 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner
dan dokumentasi penggunaan lahan aktual. Sedangkan data sekunder didapatkan
dari beberapa instansi pemerintahan. Matrik hubungan antara tujuan penelitian,
jenis data, sumber data, teknik analisis dan output (keluaran) tertera pada Tabel
1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

9

Tabel 1 Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik
analisis data, dan output yang diharapkan
Tujuan
Penelitian

Output

Jenis Data

Sumber Data

Teknis
Analisis

Menganalisis
komoditas
unggulan
wilayah

-Luas areal tanam
-Luas lahan
-Produksi

-Dinas
Pertanian
dan Kehutanan
-Survei lapang

-Analisis LQ
-Shift
Share
Analysis
(SSA)

-Pemusatan/basis
komoditas tertentu
-Tingkat persaingan
dan arah
pertumbuhan

Menganalisis
ketersediaan
lahan dan
kesesuaian
lahan untuk
pengembangan
komoditas
unggulan
wilayah

-Peta RTRW
-Peta status
Kawasan hutan
-Peta
penggunaan
lahan
-Peta
ketersediaan

-Bappeda
Kabupaten
Bogor

-Analisis
ketersediaan
lahan

-Peta
ketersediaan
lahan

-Citra Ikonos

-Analisis
penutupan
lahan
-Analisis
kesesuaian
lahan

-Curah hujan
-Kelembaban
-Temperatur
-Analisis
Kimia lahan
-Peta administrasi

-Peta RTRW
-Peta Kawasan
Hutan
-BMKG
-BMKG
-BMKG
-BPT

-Areal yang
sesuai untuk
pengembangan
komoditas
unggulan

-Bappeda
Kab Bogor
Menganalisis
rantai
dan
margin
pemasaran
komoditas
unggulan
wilayah

-Harga komoditas
unggulan
pertanian di
tingkat petani,
tengkulak,
pedagang pasar,
konsumen

-Kuesioner
serta
Wawancara
dengan petani,
tengkulak,
pedagang
pasar, dan
konsumen

-Analisis Rantai
dan margin
pemasaran

-Mengetahui tingkat
efisiensi margin
tata niaga

Menganalisis
kelayakan
usahatani
komoditas
unggulan
wilayah

-Biaya tunai
dan biaya di
perhitungkan
oleh petani

-Hasil kuisioner

-Analisis
usahatani

-Tanaman komoditas
unggulan yang layak
dibudidayakan

Menyusun
arahan
pengembangan
komoditas
unggulan
wilayah

-Hasil analisis
LQ dan SSA,
ketersediaan
lahan dan
kesesuaian
lahan, hasil
rantai dan margin
pemasaran,
serta analisis
usaha tani.

-Dinas Pertanian
dan Kehutanan,
BBSDLP,P4W,
BPN, BMKG,
BPS, kuisioner,
dan survei
lapang.

-Mensintesiskan
seluruh hasil
analisis data
tiga tujuan
terdahulu

-Arahan
pengembangan
berdasarkan
ketersediaan dan
kesesuaian lahan
serta faktor-faktor
yang
mempengaruhinya

10

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: (1) Tahap persiapan.
Tahapan ini dilakukan pemilihan topik dan judul penelitian, penyusunan
proposal meliputi studi pustaka, dan pencarian data sekunder yang diperlukan,
serta pemilihan metode yang digunakan untuk analisis data, (2) Pengumpulan
data. Tahapan ini dilakukan pengumpulan data berupa data spasial dan data
statistik. Jenis data yang dikumpulkan seperti terlihat pada Tabel 1, (3) Analisis
dan pengolahan data. Analisis data yang digunakan adalah analisis LQ, dan SSA
untuk mengetahui keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditas,
analisis kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan untuk mengetahui lahan yang
berpotensi untuk dikembangkan, (4) Pengecekan lapang. Pengecekan lapang
dilakukan untuk memperkuat dan verifikasi hasil analisis data, (5) Analisis
data.Tahapan ini berupa penyusunan interpretasi hasil analisis data sebagai dasar
dalam penyusunan naskah skripsi, (6) Penulisan skripsi. Penulisan skripsi
merupakan kegiatan akhir dari kegiatan penelitian. Diagram alir penelitian
disajikan pada Gambar 2.
Persiapan dan Pengumpulan Data

Data Spatial Dasar:
1. Peta land use
2. Peta administrasi

Data Spatial Policy:
1. RTRW
2. Status kawasan hutan

Data BPS/Dinas
Pertanian:

Analisis awal

Survei lapang

LQ dan
SSA

Komoditas unggulan

Komoditas unggulan utama dan
penunjang

Rantai pemasaran
komoditas unggulan
utama

Ketersediaan dan kesesuaian
lahan komoditas unggulan utama

Arahan pengembangan
komoditas unggulan utama

Gambar 2 Diagram alir penelitian

Usahatani komoditas
unggulan utama

11

Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan disajikan pada Tabel 1 terdahulu
mencakup analisis keunggulan komparatif dan kompetitif untuk
mengidentifikasi komoditas unggulan, analisis ketersediaan lahan untuk
mengetahui lahan tersedia (memiliki potensi untuk direncanakan) terhadap
komoditas yang cocok untuk dikembangkan, analisis kesesuaian lahan untuk
mengetahui jenis komoditas yang cocok dikembangkan berdasarkan pendekatan
satuan lahan, serta menganalisis rantai dan margin pemasaran. Perangkat lunak
dan paket program untuk menganalisis data yang digunakan adalah ArcGIS dan
Microsoft Excel.
Analisis Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) merupakan analisis untuk mengetahui keunggulan
komparatif berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Bogor dalam tingkat
kecamatan. LQ bertujuan membandingkan aktifitas komoditas tertentu di
kecamatan dengan total aktifitas komoditas tersebut di Kabupaten Bogor. LQ
didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas komoditas pada
kecamatan ke-i terhadap persentase aktifitas total komoditas di Kabupaten
Bogor. Analisis LQ digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya pemusatan
aktifitas komoditas pertanian pada Kecamatan Dramaga dan Ciampea di
Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data luas areal
tanam, data produksi, dan harga komoditas di tingkat produsen. Asumsi dalam
analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas
bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.
Menurut Blakely (1994) persamaan indeks LQ adalah:
LQIJ =

..................................................(1)

dimana: Xij : derajat aktifitas komoditas (produksi) ke-j di Kecamatan ke-i
X.i : total aktifitas komoditas (produksi) di Kecamatan ke-i
X.j : total aktifitas komoditas (produksi) ke-j di semua Kecamatan
X.. : derajat akfitas total komoditas (produksi) di Kabupaten Bogor.
Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi atau
pemusatan suatu aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i secara relatif
dibandingkan dengan total wilayah. Jika nilai LQij = 1, maka aktifitas komoditas
ke-j di dua Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan
pangsa total aktifitas komoditas dalam Kabupaten Bogor. Jika nilai LQij < 1,
maka aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa
relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang sama secara umum di
temukan di dua Kecamatan di Kabuaten Bogor.
Shift Share Analysis (SSA)
Shift Share Analysis (SSA) merupakan analisis untuk melihat keunggulan
kompetitif komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga. SSA

12

merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami
pergeseran struktur aktifitas komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan
Dramaga, dengan membandingkan dua titik waktu yaitu aktifitas komoditas tahun
2008 dan 2013. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data luas lahan
komoditas pertanian tahun 2008 dan 2013. Terdapat tiga komponen yang dapat
dianalisis yaitu komponen regional share, komponen proportional shift, dan
komponen differential shift. Komponen regional share menyatakan pertumbuhan
komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada dua titik waktu,
yaitu tahun 2008 dan 2013. Komponen proportional shift menentukan
pertumbuhan total aktifitas komoditas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan
pertumbuhan secara umum di Kabupaten Bogor.
Komponen differential shift menjelaskan tingkat kompetitif aktifitas
komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktifitas komoditas
tertentu tersebut di Kabupaten Bogor.
Persamaan SSA (Shift Share Analysis) adalah sebagai berikut:
SSA=

) (Rustiadi et al. 2011)...(2)

+
A

B

C

Dimana:
A = komponen regional share
B = komponen proportional shift
C = komponen differential shift, dan
X..= nilai total aktifitas agregat wilayah
X.j= nilai total aktifitas tertentu secara agregat
Xij= nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1 = titik tahun akhir
t0 = titik tahun awal
Analisis Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga diperoleh dari
proses pendijitasian pada citra ikonos dan peta administrasi dengan outputnya
berupa peta penutupan lahan, selanjutnya dilakukan pengecekan lapang di
Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada beberapa titik untuk memperoleh
informasi perubahan penggunaan lahannya. Dari proses tersebut diperoleh
informasi jenis penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ada
delapan jenis, yaitu hutan, kebun campuran, lahan terbuka, permukiman, sawah,
semak belukar, tegalan dan badan air.
Analisis Ketersediaan Lahan
Analisis ketersediaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
bertujuan untuk mengetahui lahan yang bisa digunakan untuk suatu penggunaan
tertentu dalam rencana arahan pengembangan komoditas unggulan. Analisis
ketersediaan lahan ditinjau dari peta status kawasan hutan dengan skala 250 000
dan peta RTRW dengan skala 50 000 serta peta penggunaan lahan existing yang

13

belum bernilai ekonomi. Ketiga peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay)
untuk melihat ketersediaan lahannya. Hasil tumpang tindih peta tersebut
menghasilkan peta lahan tersedia dan tidak tersedia dengan skala 50 000.
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan untuk menyusun rencana pengembangan
komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor
dilakukan dengan menggunakan data-data: peta ketersediaan lahan Kecamatan
Ciampea dan Dramaga, peta satuan lahan, dan kriteria kelas kesesuaian
berdasarkan komoditas unggulan utama. Menurut Sitorus (2004) terdapat
beberapa sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Sistem klasifikasi lahan yang
dipakai di Indonesia adalah sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976).
Struktur klasifikasi kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem klasifikasi ini,
terdiri dari tiga kelas Pertama, ordo menunjukkan suatu lahan Sesuai (S) atau
Tidak Sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua,
kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, SI
(Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal), dan untuk yang tidak
sesuai dalam analisis ini hanya sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga, satuan/unit
menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam
kelas tersebut.
Analisis Rantai
Tipe rantai pemasaran di Kecamatan Ciampea dan Dramaga dianalisis dari
hasil wawancara dengan responden (petani, tengkulak, pedagang pengumpul,
pengusaha penggilingan, pedagang besar, dan pengecer). Rantai pemasaran
dianalisis dari urutan pemasaran produksi mulai dari petani (produsen) sampai
dengan konsumen akhir. Dari urutan tersebut disusun tipe rantai pemasaran
masing-masing komoditas.
Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani
atau pelaku pemasaran dengan harga yang dibayarkan oleh pelaku pemasaran
atau konsumen. Margin pemasaran digunakan untuk mengetahui dimana letak
rantai pemasaran yang paling menguntungkan. Untuk menganalisis margin
pemasaran dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah harga di tingkat
petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran, Secara matematis persamaan
margin tata niaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :








(Azzaino 1982)...........(3)

M = Margin tataniaga (Rp/kg)
Mj= Margin tataniaga (Rp/kg) lembaga tataniaga ke-j (j=1,2,...,m)
dan m adalah jumlah lembaga tataniaga yang terlibat
Cij = Biaya tataniaga ke-i (Rp/kg) pada lembaga tataniaga ke-j
(j=1,2,...,n) dan n adalah jumlah jenis pembiayaan
Pj = Margin keuntungan lembaga tataniaga ke-j (Rp/kg

14

Pasar yang efisien berarti apabila margin pemasaran yang dikeluarkan
sama dengan kegunaan yang diciptakannya. Artinya bahwa marjinnya merata.
Persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran digunakan untuk mengetahui penyebaran margin.
Analisis Usahatani
Menurut Suratiyah (2006) usahatani adalah bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk
mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.
Untuk mengevaluasi kelayakan pengusahaan komoditas ungulan pertanian di
Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada lahan yang tersedia dan sesuai dengan
analisis usahatani. Persamaan yang digunakan yaitu :
Y = PH – BT – BDPt (Yuhono 1999).........................(4)
dimana :
Y = Pendapatan (Rp)
P = Jumlah produksi per tahun (kg/th)
H = Harga komoditas unggulan pertanian (Rp/kg)
BT = Biaya tunai (Rp)
BDPt= Biaya yang diperhitungkan (Rp)
Dalam analisis, pendapatan usahatani dibedakan antara pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya pada sarana
produksi seperti biaya pupuk, bibit, dan obat-obatan (pestisida dan herbisida).
Sedangkan biaya total terbagi menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan
(biaya tenaga kerja). Biaya yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya
pada tenaga kerja diluar keluarga. Pendapatan atas biaya tunai adalah
pendapatan petani yang diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai
(kontan), dan pendapatan biaya total adalah pendapatan petani yang diperoleh
dari penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya petani yang dikeluarkan. Dasar
pembedaan dalam perhitungan pendapatan karena petani pada umumnya hanya
memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai tidak
memperhitungkan biaya pada tenaga kerja.
Analisis B/C (Benefit Cost Ratio) lebih menekankan pada kriteria-kriteria
investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha-usaha untuk
membandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan suatu
usahatani (Rahim dan Hastuti 2007). Selain itu juga bahwa analisis B/C (Benefit
Cost Ratio) merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antar manfaat (benefit)
dan biaya (cost). Pada analisis B/C ratio dipentingkan adalah besarnya manfaat.
Jika hasil B/C Ratio lebih besar dari satu maka usahatani tersebut
menguntungkan (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar dari tambahan
biaya). Serta jika hasil B/C Ratio kurang dari satu maka usahatani tersebut
mengalami kerugian (tambahan biaya lebih besar dari tambahan penerimaan).

15

Penyusunan Arahan Pengembangan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga
Penyusunan arahan pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan
Ciampea dan Dramaga berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA, yang dicirikan
dengan nilai LQ > 1 dan SSA bernilai positif (+). Dilanjutkan dengan
mengevaluasi ketersediaan lahan dan kesesuaian lahannya dengan menggunakan
peta RTRW yang digabungkan (overlay) dengan peta kawasan kehutanan areal
penggunaan lain. Hasil dari kedua peta tersebut, kemudian digabungkan kembali
dengan peta penggunaan lahan sekarang (land use existing) untuk mengetahui
lahan yang tersedia dan tidak tersedia untuk rencana pengembangan komoditas
unggulan. Selanjutnya untuk melihat kesesuaian lahannya dengan cara, peta
ketersediaan yang telah di hasilkan kemudian digabungkan (overlay) kembali
dengan peta status lahan dan kriteria persyaratan kelas kesesuaian lahan terhadap
komoditas unggulan utama. Selanjutnya dianalisis dari sisi ekonomi dengan
melihat rantai pemasaran, margin pemasaran dan analisis kelayakan usahatani.
Adapun beberapa pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menyusun
rencana pengembangan komoditas unggulan adalah:
-

-

-

Pengembangan komoditas unggulan hanya dilakukan pada desa basis
komoditas unggulan tanaman pertanian
Alokasi lahan untuk pengembangan komoditas basis berdasarkan
ketersediaan lahan dan tingkat kesesuaian lahan dengan
mempertimbangkan penggunaan lahan sekarang untuk komoditas
unggulan tanaman pertanian.
Pengembangan komoditas unggulan dilakukan di kawasan budidaya
pertanian pada peta rencana pola ruang RTRW (Sitorus et al. 2013) dan
areal penggunaan lain pada kawasan hutan, dan
Arahan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan rantai dan
margin pemasaran