Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN
KAYU DI PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU
PULAU SIBERUT

RENDHY PRASETYA GUMBIRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Tegakan
Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Rendhy Prasetya Gumbira
NIM E14090065

ABSTRAK
RENDHY PRASETYA GUMBIRA. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut. Dibimbing
oleh JUANG RATA MATANGARAN.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kerusakan pohon berdiameter
≥10 cm setelah penebangan dan penyaradan. Metode penelitian ini menghitung
dan menganalisis tingkat kerusakan pohon setelah penebangan dan penyaradan
pada 6 plot contoh masing-masing seluas 1 ha. Persentase dan tingkat kerusakan
pohon dihitung dari banyaknya populasi pada setiap plot yaitu dengan
membandingkan jumlah kerusakan pohon setelah pemanenan dengan jumlah
pohon sebelum pemanenan.Hasil penelitian menunjukkan bentuk kerusakan
antara lain rusak tajuk, rusak kulit dan batang, roboh dan patah batang. Persentase
kerusakan pohon akibat penebangan rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat
masing-masing 5.34%, 11.27% dan 83.38%. Persentase kerusakan pohon akibat

penebangan sebesar 20.48% atau sebanyak 69.02 pohon/ha dan persentase
kerusakan pohon akibat penyaradan sebesar 6.34% atau sebanyak 17.33 pohon/ha.
Persentase kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan rata-rata sebesar 26.82%.
Kata kunci: kerusakan tegakan tinggal, penebangan dan penyaradan, Pulau Siberut

ABSTRACT
RENDHY PRASETYA GUMBIRA. Residual Stand Damagesof Timber
Harvesting from Forest Company in Siberut Island. Supervised by JUANG RATA
MATANGARAN.
The objectives of the study isto analyze the residual stand damage of trees
with diameter ≥ 10 cm after felling and skidding operation. The method of the
research is by counting and analyzing the damage level of trees after felling and
skidding operation at 6 sample plot with 1 hectare in each plot. The percentage
and rate of trees damage was calculated by comparing population number in each
plot before and after harvesting. The result of the study showed that the type of
damage was crown damage, bark and stem injury, fallen tree and broken stem.
The percentage of the minor, medium and severe damage were 5.34%, 11.27%
and 83.38% respectively. The percentage of stand damage caused by felling was
20.48% or 69.02 trees/ha and the percentage of stand damaged by skidding
operation was 6.34% or 17.33 trees/ha. The average percentage of the damage was

26.82%.
Keywords: felling and skidding, Siberut Island, stand damage

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN
KAYU DI PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU
PULAU SIBERUT

RENDHY PRASETYA GUMBIRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di
Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut
Nama
: Rendhy Prasetya Gumbira
NIM
: E14090065

Disetujui oleh

Dr Ir Juang R. Matangaran, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman MSc. F
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah
kerusakan tegakan tinggal, dengan judul Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Juang R. Matangaran, MS
selaku dosen pembimbing atas ilmu, saran dan nasihat dalam membimbing
penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, terima kasih juga kepada
karyawan PT. Salaki Summa Sejahtera dan rekan praktek kerja lapang yang telah
membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ibu dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Rendhy Prasetya Gumbira

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Jenis Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Plot Penelitian
Kerusakan Tegakan Tinggal
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
4
4
4
4
5
6
6
7
15

15
15
16
18
26

DAFTAR TABEL
1 Kondisi plot penelitian
2 Bentuk kerusakan dan jumlah pohon yang rusak akibat penebangan
pada plot penelitian
3 Distribusi diameter pohon sebelum ditebang
4 Distribusi pohon yang rusak akibat penebangan
5 Persentase kriteria kerusakan tegakan tinggal dari total pohon yang
rusak akibat penebangan
6 Kerusakan akibat penyaradan
7 Kerusakan setelah kegiatan penebangan dan penyaradan
8 Struktur dan komposisi permudaan di hutan primer
9 Kerusakan pada setiap tingkat vegetasi

7

7
8
9
11
12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi sebelum dan sesudah kegiatan penebangan pada setiap plot.
( ) Kerapatan pohon sebelum penebangan, (
) Pohon yang rusak/ha,
(
) jumlah pohon yang ditebang, (
) Kerapatan pohon setelah
penebangan
2 Diagram kerusakan setiap kelas diameter. ( ) 10−19 cm, ( ) 20−29
cm, (
) 30−39 cm, (

) 40−49 cm, (
) ≥ 50 cm
3 Grafik persentase kerusakan. ( ) Penebangan, (
) Penyaradan

9
10
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Peta Rencana Kerja Tahunan di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa
Sejahtera
Dokumentasi penelitian
Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan

Kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan
Rekapitulasi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan

18
19
21
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cagar biosfer merupakan kawasan yang berisi ekosistem asli, ekosistem
murni maupun ekosistem yang telah terdegradasi yang perlu dijaga dan
dilestarikan guna untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Pada tahun 1981,
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
menetapkan Pulau Siberut sebagai salah satu dari 7 cagar biosfer di Indonesia. Di
era reformasi dan otonomi daerah banyak hutan dijarah, penebangan liar banyak
terjadi dan batas wilayah konservasi tidak diakui. Degradasi ekosistem ini terjadi
tidak hanya lemahnya hukum namun juga akibat kurang dipahaminya maksud dan
tujuan pembangunan jangka panjang dan fungsi dari cagar biosfer. Pada tahun
2004 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 143/Menhut-II/04
tentang pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan kayu (IUPHHK) bahwa
telah disahkan berdirinya perusahaan pemanfaatan kayu yang bernama PT. Salaki
Summa Sejahtera di areal yang berbatasan dengan Taman Nasional Siberut. PT.
Salaki Summa Sejahtera mulai beroperasi memanfaatkan kayu dengan luas areal
pemanfaatan 49 440 hektar yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional
Siberut dengan luas areal 20 000 hektar (PT. Salaki Summa Sejahtera 2008).
Pemanenan hutan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan hutan, pada
dasarnya kegiatan ini tidak hanya ditinjau dari aspek ekonomis saja, namun aspek
ekologis, sosial dan budaya pun perlu diperhatikan. Kegiatan pemanenan kayu
pasti akan menimbulkan kerusakan lingkungan hutan. Kerusakan didalam hutan
disebabkan oleh perencanaan dalam kegiatan pemanenan hutan yang kurang baik.
Keterbukaan lahan hutan disebabkan karena pembuatan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pemanenan hutan sedangkan kerusakan tegakan tinggal terjadi
pada tiap-tiap lapisan struktur tegakan, yang ditunjukkan pada kerusakan vegetasi
yang terdiri dari pancang, tiang, dan pohon (Elias et al. 1993). Tipe kerusakan
yang paling umum yang disebabkan penebangan adalah rusak tajuk dan patah
batang yang terjadi karena tertimpa pohon yang roboh. Sedangkan tipe kerusakan
pohon yang paling umum yang disebabkan penyaradan adalah tipe pohon roboh,
yang terjadi karena penyingkiran pohon untuk pembuatan jalan sarad (Elias et al.
1993).
PT. Salaki Summa Sejahtera terletak di Pulau Siberut yang berada pada
kawasan cagar biosfer sehingga di dalam pemanfaatan kayu perlu menekan
serendah mungkin kerusakan yang ditimbulkan akibat kegiatan pemanenan kayu.
Thaib (1985) menjelaskan bahwa faktor yang berperan dalam persentase
penurunan jumlah pohon yang ditebang per hektar, kondisi dan situasi lapangan
dan faktor manajemen. Menurut Elias (1998) agar kerusakan akibat penebangan
dan penyaradan dapat ditekan serendah mungkin maka diperlukan sinkronisasi
antara jaringan jalan sarad, arah penyaradan dan arah rebah pohon.
Penelitian mengenai kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan di Pulau
Siberut belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukannya penelitian
mengenai kerusakan tegakan tinggal di IUPHHK-HA ini.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah menganalisis besarnya tingkat kerusakan dan
menganalisis tipe kerusakan pohon berdiameter ≥ 10 cm akibat pemanenan kayu.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
dampak kerusakan akibat kegiatan pemanenan kayu sehingga didalam pemanenan
kayu dilakukan secara baik dan lestari dengan meminimalkan kerusakan
lingkungan hutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Hutan
Holmes (2000) menyatakan bahwa hak pengusahaan hutan yang pada mulanya
dimaksudkan untuk mempertahankan lahan hutan sebagai hutan produksi
permanen, menjadi penyebab utama degradasi hutan. Dalam survei pada lahan
hutan seluas 47 juta hektar yang berada di areal HPH aktif atau yang habis masa
konsesinya, sekitar 30 % mengalami degradasi.
Pemanenan kayu merupakan suatu kegiatan produksi dimana hasilnya berupa
kayu bulat. Pemanenan hasil hutan betapapun hati-hatinya dilaksanakan, namun
kerusakan terhadap vegetasi dan tanah yang timbul tidak mungkin dapat dihindari
sepehuhnya. Penebangan di hutan alam tropika di Asia dan Pasifik lebih tinggi
dibanding di wilayah lain (Putz et al. 2000).
Pemanenan kayu berwawasan lingkungan ini dilaksanakan dengan
perencanaan pemanenan kayu yang baik, pelaksanaan pemanenan yang terkendali
dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan kayu. Indikator
pengelolaan yang lestari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan selama
kegiatan pemanenan kayu yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah lingkungan
(Reduced Impact Logging/RIL) yang menjadi indiator yang paling penting dalam
pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang rendah
berupa tersedianya tegakan tinggal berjenis komersial yang cukup dan sehat (Elias
1999). Putz et al. (2008) menyatakan bahwa RIL sebagian besar berpedoman pada
komponen rencana hutan di dalam pengelolaannya dimulai dari rekomendasi yang
berkaitan dengan penunjukan unit pengelolaan hutan dan melalui isu-isu berkaitan
yang mengalami kemajuan pesat dengan penugasan tahunan sebelum
mempertimbangkan lebih rinci masalah yang berkaitan dengan jalan, log
perencanaan pendaratan, tata letak, dan konstruksi.
Kerusakan tegakan tinggal pada sistem silvikultur TPTI dengan metode
pemanenan konvensional pada beberapa HPH, kerusakan dapat mencapai lebih
dari 50% tegakan sebelum dilakukan penebangan (Pinard et al. 1996). Kerusakan
tegakan tinggal pada metode pemanenan konvensional sangat tinggi dikarenakan
metode penebangan yang kurang memperhatikan arah rebah, dan sistem operasi
dari traktor yang bergerak tidak terarah dalam mencari log dan menarik log ke
Tpn (Hendrison 1990).

3
Kerusakan Tegakan Tinggal
Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan akibat pemanenan kayu pada
tegakan tinggal. Kerusakan tersebut dapat berupa luka-luka pada pohon berdiri,
tumbang atau roboh, patah batang atau tajuk dan diperkirakan pohon tersebut
tidak dapat lagi tumbuh dengan normal, kerusakan tanah dan lingkungan. Tingkat
kerusakan tegakan tinggal yang terjadi ditetapkan berdasarkan perbandingan
antara jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan kayu dengan jumlah
pohon yang terdapat di dalam areal tersebut sebelum pemanenan dikurangi jumlah
pohon yang dipanen. Berdasarkan populasi pohon dalam petak, kerusakan tegakan
tinggal dapat dikelompokkan sebagai berikut (Elias 1998):
1. Kerusakan berat, yaitu pohon-pohon berdiameter ≥ 10 cm yang rusak akibat
pemanenan dengan persentase >50%.
2. Kerusakan sedang, yaitu pohon-pohon berdiameter ≥ 10 cm yang rusak akibat
pemanenan dengan persentase 25−50%.
3. Kerusakan ringan, yaitu pohon-pohon berdiameter ≥ 10 cm yang rusak akibat
pemanenan dengan persentase 0.5 keliling batang.
f. Rusak banir >0.5 banir rusak atau perakaran rusak (terpotong).
2. Tingkat kerusakan sedang, bila ;
a. Rusak tajuk sebesar 30% sampai 50% tajuk yang rusak.
b. Luka batang (rusak kulit) sebesar 0.25 sampai 0.5 keliling batang.
c. Rusak banir sebesar 0.25 sampai 0.5 banir rusak atau terpotong.
d. Batang pohon condong/miring >45˚ dari permukaan tanah.
3. Tingkat kerusakan ringan, bila :
a. Rusak tajuk < 30%
b. Rusak batang/kulit 0.5 **d
1
3
Patah batang
198
4
Pecah batang
4
5
Roboh
19
6
Miring >45˚
3
7
Rusak banir >0.5 **d
0
Jumlah
No
Sedang
1
2
3
4
Jumlah
No
Ringan
1
2
3

Tipe kerusakan

Rusak tajuk 30−50%
Luka batang 0.25−0.5
keliling batang
Rusak banir 0.25−0.5
banir terpotong/rusak
Miring