Perubahan Massa Karbon Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut

PERUBAHAN MASSA KARBON AKIBAT PEMANENAN KAYU
DI PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU PULAU SIBERUT

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Massa Karbon
Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013


Septi Muflikhatul Barokah
NIM E14090069

ABSTRAK
SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. Perubahan Massa Karbon Akibat
Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut. Dibimbing
oleh JUANG RATA MATANGARAN.
Pentingnya peranan hutan tidak hanya sebagai penyimpan karbon, tetapi
secara alami juga berfungsi sebagai penyerap karbondioksida (CO2) sekaligus
menjadi sumber gas rumah kaca apabila tidak dikelola dengan baik. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk menganalisis besarnya perubahan massa karbon akibat
pemanenan kayu. Besarnya massa karbon diperoleh berdasarkan uji laboratorium
terhadap bagian-bagian pohon meliputi batang, cabang, ranting, daun dan kulit.
Berdasarkan uji t-student rata-rata kadar karbon pada setiap bagian pohon
berbeda-beda yaitu batang sebesar 53.86%, cabang 51.98%, ranting 31.58%, daun
27.91% dan kulit 32.01%. Pemanenan kayu dengan kerapatan tegakan hutan ratarata 71.5 pohon/ha dan dengan intensitas penebangan 8,8 pohon/ha menyebabkan
kerusakan tegakan sebesar 16.17 pohon/ha. Pemanenan kayu menyebabkan
penurunan cadangan massa karbon sebesar 43.26% yaitu dari massa karbon hutan
141.89 ton/ha sebelum pemanenan menjadi 80.00 ton/ha setelah pemanenan.

Kata kunci: gas rumah kaca, massa karbon, pemanenan kayu.

ABSTRACT
SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. The Change of Carbon Mass as a result of
Forest Harvesting in a Forest Utilization Company Siberut Island. Supervised by
JUANG RATA MATANGARAN.
One of the primary role of a forest is, not only as the supplier of carbon, but
also as the natural absorbent for Carbon Dioxide (CO2), and as well as the source
for greenhouse gas if not managed properly. The purpose of this research is to
analyze the magnitude of change in carbon mass, resulted from logging activities.
This carbon mass was obtained from lab test, conducted on tree stems, branches,
twigs, leaves and barks. Based on t-student test the result for the average level of
contained carbon were 53.86% on stems, 51.98% on branches, 31.58% on twigs,
27.91% on leaves, and 32.01% on barks. Forest harvesting with an average stands
density of 71.5 trees/ha and with a harvesting intensity of 8.8 trees/ha caused a
stand damaged of 16.17 trees/ha. The amount of carbon mass has decreased for
about 43.26% because of the harvesting activities, which initially had the amount
of 141.89 ton/ha, now has become 80.00 ton/ha after harvesting.
Key words: greenhouse gas, carbon mass, forest harvesting


PERUBAHAN MASSA KARBON AKIBAT PEMANENAN KAYU
DI PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU PULAU SIBERUT

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perubahan Massa Karbon Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan
Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut
Nama

: Septi Muflikhatul Barokah
NIM
: E14090069

Disetujui oleh

Dr Ir Juang R. Matangaran, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc.F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah karbon,

dengan judul Perubahan Massa Karbon Akibat Pemanenan Kayu di Perusahaan
Pemanfaatan Kayu Pulau Siberut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang R. Matangaran,
MS selaku dosen pembimbing atas ilmu, saran dan nasihat dalam membimbing
penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, terima kasih juga kepada
karyawan PT Salaki Summa Sejahtera yang telah membantu selama pengumpulan
data lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh
keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Septi Muflikhatul Barokah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Jenis Data
Metode Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pemanenan Kayu
Kerusakan Tegakan Tinggal
Kadar Karbon
Biomassa
Massa Karbon Sebelum Pemanenan Kayu
Massa Karbon Setelah Pemanenan Kayu
Perubahan Massa Karbon
Analisis Data
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vi
vi
1
1
2
2
4
4
4
4
4
8
9
9
10
11

13
14
14
15
16
17
17
17
18
21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12
13
14
15

Simpanan karbon pada berbagai jenis hutan di Indonesia
Emisi karbon akibat pemanenan hutan
Jenis dan jumlah pohon yang dipilih sebagai pohon contoh
Jumlah pohon contoh dan sebaran kelas diameternya di lokasi
penelitian
Intensitas penebangan pada plot penelitian
Kerusakan tegakan pada setiap plot
Rata-rata kadar karbon setiap bagian pohon berdasarkan
pengelompokkan jenis
Rata-rata kadar karbon pohon contoh pada setiap kelas diameter
Rata-rata biomassa total berbagai kelas diameter pada setiap plot
Rata-rata massa karbon total berdasarkan kelas diameter pada seluruh

plot
Rata-rata massa karbon pohon rusak akibat penebangan dan penyaradan
Massa karbon pohon yang ditebang berdasarkan kelas diameter pada
setiap plot
Uji t-student kadar karbon bagian pohon
Uji t-student pada setiap kelas diameter
Uji t-student pada jenis-jenis pohon contoh

3
3
5
5
10
10
12
12
13
14
14
15

16
17
17

DAFTAR GAMBAR
1
2

Hubungan intensitas penebangan terhadap jumlah kerusakan tegakan
tinggal
Perubahan massa karbon sebelum dan setelah penebangan

11
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Biomassa setiap bagian pohon berdasarkan kelas diameter
Massa karbon setiap bagian pohon berdasarkan kelas diameter
Massa karbon pohon rusak akibat penebangan berdasarkan kelas
diameter

21
21
21

PENDAHULUAN
Latar belakang
Peningkatan emisi karbondioksida (CO2) ke atmosfer dan implikasinya
terhadap iklim global telah menjadi isu penting di tingkat internasional (Munishi
dan Shear 2004). Emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan diperkirakan
sekitar 17% dari emisi global (Sathaye et al. 2011). Pentingnya peranan hutan
tidak hanya sebagai penyimpan karbon, tetapi secara alami juga berfungsi sebagai
penyerap Karbondioksida (CO2) paling efisien di bumi sekaligus menjadi sumber
gas rumah kaca pada saat tidak dikelola dengan baik. Pelepasan karbon hutan ke
atmosfer atau disebut emisi terjadi melalui berbagai mekanisme seperti respirasi
makhluk hidup, dekomposisi bahan organik serta pembakaran biomassa
(Manuri et al. 2011).
Kegiatan pemanenan kayu dapat menyebabkan kerusakan tegakan tinggal,
meningkatkan kepadatan tanah, penurunan biomassa dan kematian pohon
Matangaran dan Kobayashi (2013); Matangaran dan Rishadi (2013). Pohon yang
mati tersebut kemudian akan melepaskan karbon ke atmosfer melalui proses
dekomposisi. Menurut Lasco (2002), pemanenan kayu merupakan salah satu
penyebab penurunan cadangan karbon di atas permukaan tanah, yaitu sebesar 50%
dari cadangan karbon semula.
Upaya pengurangan emisi karbon yang sedang berkembang saat ini salah
satunya yaitu melalui Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation (REDD+). REDD+ sebagai konsep umum yang mencakup berbagai
tindakan lokal, nasional dan global untuk menurunkan emisi yang disebabkan
oleh deforestasi dan degradasi hutan, serta meningkatkan cadangan karbon hutan
di negara berkembang (Angelsen 2009). REDD+ bertujuan untuk mengimbangi
emisi gas rumah kaca melalui pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan (de Lima et al. 2013).
Upaya pendugaan karbon untuk keperluan perdagangan karbon
menggunakan REDD+ perlu diterapkan dengan tingkat keakurasian dan ketepatan
yang sebaik-baiknya namun perlu juga mempertimbangkan biaya (MacDicken
1997). Pengukuran karbon hutan dapat dilakukan dengan metode pendugaan
volume pohon, metode ekstra (uji laboratorium) untuk menduga biomassa,
menggunakan tabel volume dan menggunakan rata-rata berat pohon
(Ravindranath dan Ostwald 2008). Menurut Brown (1997) asumsi bahwa massa
karbon dianggap sama dengan 50% biomassa dalam menduga massa karbon dapat
menyebabkan ketidaktepatan hasil. Oleh sebab itu perlu adanya studi mengenai
pengukuran karbon di hutan alam melalui pengujian di laboratorium.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya perubahan
cadangan massa karbon vegetasi hutan alam akibat pemanenan kayu sehingga
diharapkan memperoleh informasi mengenai besarnya cadangan karbon setelah
pemanenan kayu.

2
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
besarnya cadangan massa karbon setelah pemanenan kayu serta dapat digunakan
sebagai acuan dalam pendugaan karbon untuk keperluan mekanisme REDD+
dalam perdagangan karbon.
.

TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kayu di Hutan Alam Tropika
Proses eksploitasi atau pemanenan hutan akan menyebabkan kematian
pohon yang ditebang maupun “logging damage” bagi pohon-pohon kecil di
sekitarnya akibat penebangan, penyaradan maupun pembuatan jalan sarad traktor.
Tanpa menerapkan pembalakan dampak rendah (Reduced Impact Logging)
kerusakan akibat penebangan menjadi sangat besar dan meningkatkan kematian
pohon yang tinggi. Secara otomatis pula tingkat emisi akibat dekomposisi menjadi
lebih besar (Manuri et al. 2011).
Pada siklus tebang 35 tahun, hutan yang telah dipanen akan mengalami
peningkatan stok karbon 1.4 ton C/ha. Pada penebangan berikutnya hutan dapat
kembali pulih sebesar 70% dari stok karbon awal. Sekitar 40% dari stok karbon
pada kayu diubah menjadi kayu gergajian dan kayu lapis atau dijual sebagai log
dan sekitar 60% yang tinggal dilepaskan ke udara sebagai karbondioksida (CO2)
melalui pembakaran dan dekomposisi (Lasco 2006).
Pemanenan kayu yang berlangsung hingga saat ini perlu diperbaiki atau
disempurnakan untuk memperoleh kondisi hutan yang lebih baik pada siklus
tebang berikutnya. Kemajuan dalam pengelolaan hutan lestari akan dipromosikan
dengan penerapan teknik RIL, yaitu suatu teknik yang bertujuan mengurangi
kerusakan pada tanah dan tegakan tinggal serta dampaknya terhadap kehidupan
satwa liar. RIL merupakan penyempurnaan praktek pembuatan jalan, penebangan,
penyaradan yang saat ini sudah ada. RIL juga memerlukan wawasan ke depan dan
ketrampilan yang baik dari para operatornya serta adanya kebijakan/policy tentang
lingkungan yang mendukungnya (Elias et al. 2001). Teknik RIL merupakan
pedoman penebangan kayu yang dirancang untuk mengurangi dampak kerusakan
lingkungan akibat penebangan, penyaradan dan pengangkutan (Putz et al. 2008).
Biomassa dan Karbon Hutan
Sumber karbon (Carbon Pool) dikelompokkan menjadi 3 kategori utama
yaitu biomassa hidup, bahan organik mati dan karbon tanah. Biomassa hidup
dipilah menjadi 2 bagian yaitu Biomassa Atas Permukaan (BAP) dan Biomassa
Bawah Permukaan (BBP). Bahan organik mati dikelompokkan menjadi 2 yaitu
kayu mati dan serasah. Secara keseluruhan IPCC menetapkan 5 sumber karbon
hutan yang perlu dihitung dalam upaya penurunan emisi akibat perubahan tutupan
lahan (IPCC 2006).
Metode pendugaan biomassa di atas permukaan tanah pada pohon yang
mencakup keseluruhan pohon antara lain ranting, cabang, kulit kayu yang
dinyatakan dalam satuan ton berat kering per satuan luas antara lain yaitu: metode

3
penebangan, metode pendugaan volume pohon, metode ekstra (uji laboratorium)
untuk menduga biomassa, menggunakan tabel volume dan menggunakan rata-rata
berat pohon (Ravindranath dan Ostwald 2008)
Kadar karbon adalah perbandingan jumlah berat atau massa unsur karbon
yang terdapat dalam biomassa terhadap berat kering biomassa tersebut yang
dinyatakan dalam persen. Massa karbon tersebut berasal dari unsur karbon yang
diserap oleh vegetasi/pohon dari karbondiokasida di udara melalui proses
biokimia yang dikenal dengan proses fotosintesis. Kadar karbon biomassa bagianbagian pohon dan kadar karbon biomassa pohon dalam berbagai kelas umur
tegakan adalah berbeda satu sama lainnya, sehingga besarnya kadar karbon
biomassa merupakan informasi yang penting dalam menduga potensi massa
karbon pohon dalam tegakan. Asumsi-asumsi umum yang sering dipergunakan
(Brown 1997; Ketterings 2001) yang menyebabkan bahwa massa karbon dianggap
sama dengan 50% biomassa atau faktor konversinya yaitu 0.5 dalam menduga
potensi massa karbon suatu tegakan tanpa memperhatikan jenis biomassa dan
umur tegakan, dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil pendugaan (Yuniawati et
al. 2011).
Tabel 1 Simpanan karbon pada berbagai jenis hutan di Indonesia
Sumber

Wilayah

Jenis Hutan

Muhdi (2012)
Muhdi (2012)
Purwitasari H (2011)
Siahaan AF (2009)
Maulana SI (2009)
Maulana SI (2009)
Kurniyawan A (2010)
Widyasari NAE (2010)

Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Bogor
Sumatera Utara
Papua
Papua
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Hutan alam tropika (CL)
Hutan alam tropika (RIL)
Hutan tanaman akasia mangium
Hutan tanaman eukaliptus
Hutan pegunungan rapat
Non-hutan (sawit)
Hutan meranti
Hutan gambut bekas terbakar

Karbon
(t C/ha)
147.81
135.87
25.42
37.40
210.77
80.09
92.05
29.10

Salah satu mekanisme yang dapat dilakukan dalam rangka penurunan emisi
gas rumah kaca dan peningkatan cadangan simpanan karbon akibat deforestasi
dan degradasi hutan yaitu REDD+. Masyarakat internasional dapat mencapai
tujuan ini dengan membayar para pemilik dan pengguna hutan melalui pemerintah
nasional atau secara langsung untuk mengurangi penebangan pohon dan
mengelola hutan secara lebih baik. Petani, perusahaan dan pemilik lahan hutan
dapat menjual nilai karbon hutan mereka dan mengurangi perdagangan ternak,
kopi, coklat atau arang (Angelsen 2009).
Tabel 2 Emisi karbon akibat pemanenan hutan
Sumber
Wilayah
Emisi karbon (t C/ha)
Muhdi (2012)
Kalimantan Timur (CL)
104.75
Muhdi (2012)
Kalimantan Timur (RIL)
74.45
Firma F (2012)
P. Siberut, Sumbar
46.74
Wayana PA (2011)
Kalimantan Tengah
34.53
Ricardo (2008)
Papua
33.40

4

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan dua tahap, tahap pertama yaitu pengambilan
data di IUPHHK-HA PT Salaki Summa Sejahtera Pulau Siberut, Kabupaten
Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Tahap kedua yaitu pengujian
contoh uji dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil
Hutan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Mei-Agustus
2013.
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat yang digunakan di
lapangan dan di laboratorium. Alat yang digunakan di lapangan antara lain:
chainsaw, pita meter, klinometer, Global Positioning system (GPS), tally sheet,
label, kompas, alat tulis, kalkulator, kantong plastik, timbangan, aluminium foil
dan kamera. Peralatan yang digunakan untuk uji di laboratorium yaitu golok, gelas
ukur, cawan porselen, oven, tanur listrik, timbangan, alat penggiling (willey mill)
dan alat saring ukuran 40-60 mesh dan aluminium foil.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan pohon hutan
alam dan sampel pohon untuk pengujian massa karbon serta parafin.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan dan di
laboratorium. Data di lapangan meliputi diameter dan panjang pada batang utama
dan cabang, tebal kulit serta berat basah ranting dan daun. Data laboratorium
meliputi kadar air, kerapatan kayu, kadar zat terbang, kadar abu dan kadar karbon.
Data sekunder yang digunakan yaitu berupa data LHC (Laporan Hasil Cruising)
petak 320 RKT 2013 dan peta pohon.
Metode Pengumpulan Data
Pemilihan Pohon Contoh
Pengukuran karbon dilakukan dengan metode destruktif melalui penebangan
pohon. Kegiatan penghitungan jumlah pohon yang ditebang dan pohon yang rusak
akibat penebangan tersebut dilakukan setelah kegiatan penebangan selesai. Dalam
penelitian ini jumlah pohon contoh yang digunakan sebanyak 30 pohon yaitu
sebanyak 11 jenis pohon yang paling dominan dan sesuai dengan sebaran kelas
diameter. Jumlah pohon tersebut memenuhi syarat untuk pengukuran biomassa
dan massa karbon yaitu 30-100 pohon atau setidaknya 30 pohon dan harus
mewakili setiap jenis pohon. Metode ini digunakan untuk mengukur vegetasi
alami atau hutan alam (MacDicken 1997). Jumlah pohon contoh ditetapkan
dengan metode penarikan contoh berlapis menggunakan rumus sebagai berikut
(Walpole 1993):

5
ni = [ ]n

Keterangan:
ni
= Jumlah pohon contoh jenis ke-i yang dipilih
Ni
= Total individu jenis ke-i
N
= Total seluruh individu pada plot contoh
n
= Jumlah pohon contoh dipilih
Tabel 3 Jenis dan jumlah pohon yang dipilih sebagai pohon contoh
No

Nama lokalNnNama umum

Nama ilmiah

1

Kokah

Keruing

Dipterocarpus elongatus Korth

10

2

Gutgut

-

Mollatus subpeltatus muell Arg

2

3

Katuka

Meranti merah

Shorea pauciflora King

3

4

Tetepana

-

Hydnocarpus merrillianus Sleum

3

5

Potsaiguan

-

Cleistanthus sp.

2

6

Polenggu

Simpur

Dillenia indica L.

2

7

Posa

Rambai

Baccaurea deflexa Roxb

2

8

Alosit

-

Eleutherandra sp.

2

9

Muno

Jangkang

Xylopia malayana Oliv

2

10

Roan

Mendarahan

Myristica sp.

1

11

Peiki

Cempedak

Artocarpus integer (Thumb) Merr
Jumlah

Jumlah pohon

1
30

Tabel 3 menunjukkan jenis-jenis pohon yang dominan di lokasi penelitian.
Pohon yang paling dominan yaitu jenis keruing. Masing-masing pohon contoh
tersebut terdiri atas berbagai kelas diameter sehingga berdasarkan data pada Tabel
3 pohon contoh dapat dikelompokkan ke dalam 5 kelas diameter. Pembagian kelas
diameter dapat dibuat dengan selang diameter tiap 10 cm (Manuri et al. 2011).
Data berdasarkan sebaran kelas diameter disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah pohon contoh dan sebaran kelas diameternya di lokasi penelitian
Kelas diamater (cm)
Jumlah pohon contoh
20-29
11
30-39
10
40-49
2
50-59
1
≥60
6
Jumlah total pohon
30
Jumlah pohon contoh pada setiap kelas diameter berbeda karena komposisi
diameter pohon yang terdapat pada plot contoh berbeda. Jumlah pohon contoh
pada kelas diameter 20-29 cm yaitu sebanyak 11 pohon yang terdiri atas kokah
(Dipterocarpus elongatus Korth), gutgut (Mollatus subpeltatus muell Arg), katuka
(Shorea pauciflora King), tetepana (Hydnocarpus merrillianus Sleum),
potsaiguan (Cleistanthus sp.), polenggu (Dillenia indica L), posa (Baccaurea

6
deflexa Roxb), alosit (Eleutherandra sp.), muno (Xylopia malayana Oliv), roan
(Myristica sp.) dan peiki (Artocarpus integer (Thumb) Merr). Pohon contoh pada
kelas diameter 30-39 cm terdiri atas kokah (Dipterocarpus elongatus Korth),
gutgut (Mollatus subpeltatus muell Arg), katuka (Shorea pauciflora King),
tetepana (Hydnocarpus merrillianus Sleum), potsaiguan (Cleistanthus sp.),
polenggu (Dillenia indica L), posa (Baccaurea deflexa Roxb), alosit
(Eleutherandra sp.) dan muno (Xylopia malayana Oliv). Pohon contoh pada kelas
diameter 40-49 cm terdiri atas kokah (Dipterocarpus elongatus Korth) dan
tetepana (Hydnocarpus merrillianus Sleum). Pohon contoh pada kelas diameter
50-59 cm yaitu kokah (Dipterocarpus elongatus Korth). Pohon contoh pada kelas
diameter ≥60 cm yaitu kokah (Dipterocarpus elongatus Korth) dan katuka
(Shorea pauciflora King).
Pengambilan Contoh Uji di Lapangan
Bagian-bagian pohon yang diukur sebagai contoh uji di laboratorium
meliputi bagian batang, cabang, ranting, daun dan kulit. Pengambilan contoh uji
laboratorium dari masing-masing bagian pohon yang meliputi batang, cabang,
ranting, daun dan kulit. Menurut Elias dan Wistara (2009) contoh uji batang
dipotong melintang setebal ±5 cm kemudian dipotong lagi menjadi ukuran
(5x5x5) cm, contoh tersebut kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan
plastik. Contoh uji cabang (diameter >5 cm) dipotong melintang setebal ±5 cm
kemudian dipotong lagi menjadi ukuran (5x5x5) cm. Contoh tersebut kemudian
dibungkus dengan aluminium foil dan plastik. Contoh uji ranting (diameter 0,05)

Hasil uji t-student jenis pohon contoh disajikan pada Tabel 15. Tabel 15
menunjukkan bahwa antara satu jenis dengan jenis lainnya tidak berbeda nyata.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusuma (2009) yang dilakukan di hutan
Kalimantan bahwa rata-rata kadar karbon satu jenis satu dengan jenis lainnya
tidak berbeda nyata.
Simpulan
Berdasarkan uji t-student terhadap kadar karbon antar satu jenis pohon satu
dengan lainnya tidak berbeda nyata, namun kadar karbon dalam biomassa pada
masing-masing bagian pohon (batang, cabang, daun, ranting dan kulit) berbeda
satu dengan lainnya. Bagian batang pohon memiliki kadar karbon tertinggi yaitu
54.03% dan bagian daun memiliki kadar karbon terendah yaitu 27.33%. Biomassa
dan massa karbon sebelum dilakukannya pemanenan yaitu sebesar 259.64 ton/ha
dan 141.89 ton/ha. Pemanenan kayu menyebabkan penurunan cadangan massa
karbon sebesar 43.26% yaitu dari massa karbon hutan 141.89 ton/ha sebelum
pemanenan menjadi 80.00 ton/ha setelah pemanenan.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai dampak pemanenan kayu dan
teknik Reduce Impact Logging (RIL) pada pengelolaan hutan.

18

DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society For Testing and Materials. 2008. Standard Test
Methods for direct moisture content measurement of wood and wood-base
materials. Baltimore, MD, U.S.A.
Angelsen A. 2009. Mewujudkan REDD+ strategi nasional dan berbagai pilihan
kebijakan. Bogor (ID). Center for International Forestry Research (CIFOR).
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A
Primer. FAP Forestry Paper No.134. FAO USA.
De Lima RF, Olmos F, Dallimer M, Atkinson PW, Barlow J. 2013. Can REDD+
Help the Conservation of Restricted-Range Island Species? Insights from
the Endemism Hotspot of Sa˜o Tome´ . PLoS ONE 8(9): e74148.
Elias, Applegate G, Kartawinata K, Machfudh, Klassen A. 2001. Pedoman
Reduce Impact Logging Indonesia. Bogor (ID): Center for International
Forestry Research (CIFOR).
Elias, NJ Wistara. 2009. Metode estimassi massa karbon pohon jeunjing
(Paraserianthes falcataria L Nielsen) di hutan rakyat. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika. 15(2): 75-82
Firma F. 2012. Emisi karbon potensial akibat pemanenan kayu secara mekanis di
hutan alam tropis (kasus konsesi hutan PT Salaki Summa Sejahtera, Pulau
Siberut, Provinsi Sumatera Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar.
Hadikusumo SA. Penerjemah: Prawirohatmodjo S, Editor. Yogyakarta:
Gadjah Mada.
Hertel D, Moser G, Culmsee H, Erasmi S, Horna V, Schuldt B, Leuschner Ch.
2009. Below and above-ground biomass and net primary production in a
paleotropical natural forest (Sulawesi, Indonesia) as compared to
neotropical forests. Forest Ecology and Management. 258 : 1904–1912.
Indriyati IN. 2010. Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan hutan di
IUPHHK-HA PT Salaki Summa Sejahtera Pulau Siberut, Sumatera Barat
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories. Prepared by the National Greenhouse
Gas Inventories Programme. Tokyo: IGES.
Kurniyawan A, Indriyanti SY, Felani R, Rojikin A. 2010. Pendugaan potensi
karbon tersimpan pada meranti penghasil tengkawang dalam rangka
eksplorasi manfaat bagi masyarakat atas jasa lingkungan [penelitian].
Samarinda (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Kusuma G. 2009. Pendugaan potensi karbon di atas permukaan tanah pada
tegakan hutan hujan tropis bekas tebangan (LOA) 1983 (Studi kasus
IUPHHK PT Suka Jaya Makmur) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Lasco RD. 2002. Forest carbon budget in southeast Asia following harvesting and
land cover change. Science in China (Series C). 45:55-64.
Lasco RD, MacDicken KG, Pulhin FB, Guillermo IQ, Sales RF, Cruz RVO. 2006.
Carbon stock assesment of a selectively logged dipterocarp forest and wood

19
processing mill in the Phillippines. Journal of Tropical Forest Science.
18(4): 212–221.
MacDicken K. 1997. A Guide monitoring carbon storage in forestry project.
Arlington: Winrock International.
Manuri S, Chandra ASP, Agus DS. 2011. Tehnik pendugaan cadangan karbon
hutan. Palembang: Merang REDD Pilot project - Jerman International
Coorporation.
Matangaran JR, Rishadi H. 2013. Quantification of logging residue and biomass
generated by an industrial plantation forest in Indonesia. International
Journal of Ecology and Development. 27(1).
Matangaran JR, Kobayashi H. 2013. The effect of tractor logging on forest soil
compaction and growth ofShorea selanica seedlings in Indonesia. Journal
of Forest Research. 4(1): 13-15.
Matangaran JR, Partiani T, Purnamasari DR. 2013. Faktor eksploitasi dan
kuantifikasi limbah kayu dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan
hutan alam. Jurnal Bumi Lestari. 13(2):384-393.
Maulana SI. 2009. Pendugaan densitas karbon tegakan hutan alam di Kabupaten
Jayapura, Papua [penelitian]. Papua (ID): Balai Penelitian Kehutanan
Manokwari.
Mazzei L, Sist P, Ruschel A, Putz FE, Marco P, Pena W, Ferreira JEP. 2010.
Above-ground biomass dynamics after reduced-impact logging in the
Eastern Amazon. Forest Ecology and Management. 259 : 367–373.
Medjibe VP, Putz FE, Starkey MP, Ndouna AA, Memiaghe HR. 2011. Impacts of
selective logging on above-ground forest biomass in the Monts de Cristal in
Gabon. Forest Ecology and Management. 262 : 1799–1806.
Muhdi. 2001. Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan
teknik pemanenan kayu berdampak rendah dan konvensional di hutan alam
(studi kasus di areal HPH PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat) [tesis].
Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.
Munishi PKT, Shear TH. 2004. Carbon storage in afromontane rain forest of the
Eastern Arc Mountains of Tanzania: their net contribution to atmospheric.
Tropical Forest Science. 16(1): 78-93.
Purwitasari H. 2009. Model persamaan alometrik biomassa dan massa karbon
pohon akasia mangium (Acacia mangium Willd.) (Studi Kasus pada HTI
Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit
III, Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putz FE, Sist P, Fredericksen T, Dykstra. 2008. Reduced-impact logging:
Challenges and opportunit