Manajemen K3LH PEMBAHASAN

72 Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terutama Bab X Paragraf 5 pasal 87 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.

H. Emergency Planning

Penyebab timbulnya keadaan darurat di PT. INKA cukup kecil dan bahkan selama ini belum pernah terjadi keadaan darurat dalam skala besar, namun kemungkinan terjadinya keadaan darurat tersebut tidak boleh diabaikan, maka untuk mengatasi keadaan darurat PT. INKA Persero telah membentuk prosedur dan tim penanggulangan keadaan darurat. PT. INKA Persero juga mengadakan training tanggap darurat secara berkala dengan tujuan agar pelaksanaan prosedur penanggulangan keadaan darurat oleh tim yang telah dibentuk dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

I. Inspeksi K3

Kegiatan inspeksi di PT. INKA Persero yang bertujuan untuk menjamin tempat kerja dan cara kerja telah memenuhi prosedur, peraturan perundang- undangan dan pedoman teknis K3 yang berlaku serta untuk tindakan pencegahan dan pengendalian risiko bahaya. Kegiatan inspeksi dilakukan oleh tim inspeksi disetiap unit kerja yang didelegasikan oleh K3LH, namun selama ini kegiatan inspeksi tersebut belum terjadwal secara rutin. Hal ini berarti belum sepenuhnya memenuhi syarat-syarat K3 dalam UU No. 1 tahun 1970 Bab II Pasal 3. 73 Pelaksanaan inspeksi K3 juga belum menggunakan checklist Daftar Periksa, tetapi inspektor secara langsung melakukan observasi tempat kerja dan menganalisis kondisi atau tindakan tidak aman yang tampak, yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini kurang sesuai dengan teknik pemeriksaan bahaya dalam Permenaker No. Per 05 MEN 1996 lampiran ii bagian 7 mengenai standar pemantauan.

J. Sistem Pelaporan, Penyelidikan dan Pencatatan Data Kecelakaan Kerja

1. Pelaporan Kecelakaan Kerja Pelaporan kecelakaan dilaporkan oleh atasan korban dengan diketahui Kepala Departemen tempat terjadinya kecelakaan kepada K3LH dengan tembusan kepada Departemen SDM, kemudian dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam K3LH melaporkan kecelakaan tersebut kepada Depnaker. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 10 ayat 1 yang berbunyi : Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada kantor Depnaker dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam. Ketentuan tersebut juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 8 ayat 10 yang menyebutkan bahwa Supervisor harus membuat laporan rinci mengenai kasus kecelakaan yang dialami oleh bawahannya, walaupun hanya mengalami cidera ringan, demikian pula kejadian hampir celaka juga perlu dicatat dan dilaporkan, namun hal ini sulit dilakukan karena tenaga kerja tidak selalu melaporkan cidera