Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk di identifikasi menggunakan buku identifikasi.
Parameter fisika dan kimia diukur secara in situ yaitu pengukuran secara langsung di lokasi penelitian dan cara ex situ yaitu hasil sampel merupakan data
hasil laboratorium.
Deskripsi Area Penelitian a. Stasiun I
Stasiun ini terletak di Paluh Tabuan dengan lebar estuari 30-35 m. Stasiun ini didominansi oleh mangrove jenis Bruguierra sp., dan berdekatan dengan
tambak alam milik masyarakat. Secara geografis terletak pada 3 52’682’’ LU dan
98 38’25’’ LS. Adapun stasiun 1 dapat dilihat padaa Gambar 3.
Gambar 3. Stasiun I
b. Stasiun II
Stasiun ini terletak di Paluh Tabuan dengan lebar estuari 20-25 meter. Stasiun ini didominansi oleh mangrove jenis Rhizophora sp. dan berdekatan
dengan perkebunan kelapa sawit. Secara geografis terletak pada 3 52’154’’ LU
dan 98 38’334’’ LS.
Adapun stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Stasiun II
c. Stasiun III
Stasiun ini terletak di Paluh Semai dengan lebar estuari 40-50 m. Stasiun ini didominansi oleh mangrove jenis Avicennia sp., dan merupakan mangrove
alami. Secara geografis terletak pada 3 54’009’’ LU dan 98
39’367’’ LS. Adapun
stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Stasiun III
d. Stasiun IV
Stasiun ini terletak di Paluh Nypah Larangan dengan lebar estuari 40-45 m. Stasiun ini didominansi mangrove jenis Heriteria sp., dan di stasiun ini
terdapat pemukiman penduduk. Secara geografis terletak pada 3 53’54’’ LU dan
98 39’362’’ LS. Adapun stasiun 4 dapat dilihat pada Gambar 6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Stasiun IV
e. Stasiun V
Stasiun ini terletak di Paluh Nypah Larangan dengan lebar estuari 30-35 meter. Stasiun ini didominansi oleh mangrove jenis Rhizophora sp., dan di stasiun
ini terdapat banyak rumpon. Secara geografis terletak pada 3 53’27’’ LU dan
98 39’25’’ LS. Adapun stasiun 5 dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Stasiun V
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan 1. Suhu
Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat termometer. Termometer dimasukkan ke dalam air sampel selama lebih kurang 10 detik.
Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut. Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan dilapangan.
2. Kecerahan
Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan alat secchi disk. Secchi disk dimasukkan perlahan kedalam perairan sampai tidak terlihat lagi,
lalu catat berapa meter panjang tali ketika secchi disk mulai tidak terlihat lagi. Setelah itu masukkan kembali secchi disk kedalam perairan sampai benar-benar
tidak terlihat dan kemudian ditarik keatas dengan perlahan sampai secchi disk mulai terlihat, lalu catat berapa panjang tali tersebut. Setelah itu buat rata-rata dari
panjang tali yang telah diukur tadi.
3. Kedalaman
Kedalaman diukur dengan tali berskala yang diberi pemberat, lalu dimasukkan ke dalam badan air sampai mencapai dasar perairan. Kemudian
dibaca skala pada tali yang sejajar dengan permukaan air.
4. Arus
Arus diukur menggunakan bola duga yang diikat menggunakan tali sepanjang 10 meter yang dilemparkan vertikal kedepan dan disaat bersamaan
stopwatch dimulai hinggga tali dan bola duga berada pada posisi horizontal.
Universitas Sumatera Utara
5. pH Air
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel air diambil menggunakan ember lalu bagian elektroda dimasukkan kedalam
sampel air hingga nilai pada display konstan.Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan lapangan.
6. Kelarutan Oksigen Dissoved Oxygen
Pengukuran DO air dilakukan dengan menggunakan metode Winkler dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran DO dilakukan pada setiap pengamatan
lapangan. Sampel air dimasukkan ke dalam botol Winkler kemudian dilakukan pengukuran okesigen terlarut.
7. Biochemical Oxygen Demand BOD
Pengukuran BOD
5
dilakukan dengan menggunakan metode Winkler dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran terdiri atas dua tahapan, yaitu pertama
pengukuran DO sampel air langsung di lokasi dan kedua pengukuran DO sampel air setelah diinkubasi selama lima hari, setelah itu nilai DO awal dikurangi nilai
DO akhir Lampiran 5.
8. Fraksi Substrat
Sampel substrat diambil dari dasar perairan dan dibawa ke Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jenis
substrat dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat dan debu pada segitiga Millar dapat dilihat pada Lampiran 3
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran Faktor Biologi Perairan 1. Makrozoobenthos
Makrozoobenthos diambil dan dibersihkan dari setiap substrat kemudian dimasukan kedalam plastik penyimpanan dan diberi alkohol 70 untuk
diawetkan serta dapat diidentifikasi jenis dan jumlahnya di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Analisis Data
Parameter Fisika Kimia
Nilai parameter fisika dan kimia yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu air bersih berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Mutu Air Bedasarkan PP No. 822001
Parameter Satuan
Kelas I
II III
Fisika
Suhu
o
C Deviasi 3
Deviasi 3 Deviasi 3
Kekeruhan TSS mgL
50 50
400 Kecerahan
Meter -
- -
Kecepatan Arus ms
- -
-
Kimia
DO mgL
6 4
3 pH
- 6-9
6-9 6-9
BOD mgL
2 3
6 Nitrat NO
3
-N mgL
10 10
20 Fosfat PO
4
-P mgL
0.2 0.2
1
Parameter Biologi Kualitas Air a. Kepadatan Populasi K
Menurut Brower dkk., 1990, kepadatan populasi diidentifikasikan sebagai jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu satuan luas
Universitas Sumatera Utara
atau volume. Penghitungan kepadatan populasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
Ki = Keterangan :
Ki : Kepadatan makrozoobenthos jenis ke-i Individum2
ai : Jumlah individu jenis ke-i pada setiap bukaan eckman grab
b : Luas bukaan eckman grab cm
2
10000 : Nilai konversi dari cm
2
ke m
2
b. Kepadatan Relatif KR
Menurut Brower dkk 1990, Perbandingan antara kelimpahan individu tiap jenis terhadap kelimpahan seluruh individu yang tertangkap dalam suatu
komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KR =
x 100 Keterangan :
KR : Kepadatan Relatif
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah individu semua spesies
c. Frekuensi Kehadiran FK
Menurut Barus 2004, frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies dalam sampling plot yang ditentukan,
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : FK =
x 100
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : FK =0 - 25
: Kehadiran sangat jarang FK = 25 - 50
: Kehadiran jarang FK = 50 - 75
: Kehadiran sedang FK = 75 - 100
: Kehadiran seringabsolute Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu
organisme, apabila nilai FK 25
d. Indeks Diversitas Shannon H’
Menurut Ludwig dan Reynolds 1988, indeks keanekaragaman H’ menggambarkan keadaan populasi organisme secara matematis agar
mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu masing-masing jenis pada suatu komunitas. Untuk itu dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : H’ = -
∑
atau
Keterangan : H’ : Indeks Diversitas
ni : Jumlah spesies ke-i N : Jumlah semua spesies
pi : Peluang kepentingan untuk tiap spesies = niN
Universitas Sumatera Utara
Menurut krebs 1978 membagi tingkatan nilai indeks keanekaragaman kedalam tiga tingkat yaitu:
H’ 1,0 : Keanekaragaman Rendah
H’ 1,0-3,0 : Keanekaragaman Sedang
H’ 3,0 : Keanekaragaman Tinggi
Kriteria kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon Wiener H’ menurut Wilhm 1975 diklasifikasikan menjadi :
H’ 3 : Tidak tercemar
H’ = 1– 3 : Tercemar Sedang
H’ 1 : Tercemar berat
e. Indeks Keseragaman E